You are on page 1of 87

Akuntansi Sektor Publik

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Satuan Acara Perkuliahan
1. Karak teristik dan lingkungan sektor publik
2. Akuntansi manajemen sektor publik
3. Sistem pengendalian manajemen sektor publik
4. Penganggaran sektor publik
5. Teknik akuntansi keuangan
6. Laporan keuangan sektor publik
7. Sistem akuntansi pemerintah pusat
8. Otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah
9. Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari manajemen keuangan daerah
10. Akuntansi keuangan daerah
11. Akuntansi dalam rekening-rekening APBD dan laporan keuangan daerah
12. Akuntansi untuk BUMD
13. Akuntansi keuangan nirlaba (Yayasan)
Literatur :
Abdul Halim : Akuntansi sektor publik : Akuntansi keuangan daerah
Mardiasmo : Akuntansi sektor publik
Indra Bastian : Sistem Akuntansi sektor publik

Akuntansi Sektor Publik

I.

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

A. Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik


Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam, hal ini
merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu
(politik, ekonomi hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbedabeda.(1) Dari sudut pandang ekonomi sektor publik dapat dipahami
sebagai suatu entitas (kesatuan) yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Sejalan dengan perkembangan maka di negara kita Akuntansi Sektor Publik
didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan
pengelolaan dana masyarakat di lembagalembaga tinggi negara dan
departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN,BUMD, LSM dan
yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik
dan suasta.
(3)Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat
juga dilakukan oleh sektor suasta misalnya untuk menghasilkan
beberapa

jenis

pelayanan

publik

seperti

layanan

komunikasi,

penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik dll, akan tetapi untuk


tugastertentu tugas sekotr publik tidak dapat digantikan oleh sektor
suasta,

misalnya

fungsi

birokrasi

pemerintahan.

Sebagai

konsekuensinya akuntansi sektor publik dalam beberapa hal bebeda


dengan akuntansi padasektor suasta.
2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik (2)

Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara


tepat, efisien dan ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang
dipercayakan

kepada

organisasi.

Tujuan

ini

terkait

dengan

pengendalian manajemen

Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk


melaporkan pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan efektif

Akuntansi Sektor Publik

program dan penggunaan sumberdaya yang menjadi wewenangnya


dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan
kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana
publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.
3. Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin
meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik
seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan
lembaga negara) Tuntutan akuntabilitas ini terkait dengan perlunya transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka memenuhi hak-hak publik.
Pengertian Akuntabilitas publik adalah kewajiaban pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut.
Akuntabilitas terdiri dari 2 macam yaitu : akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas
kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
atas beberapa dimensi :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,
sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses

Akuntansi Sektor Publik

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan informasi informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan
biaya murah. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap akuntabilitas proses dapat
dilakukan dengan ada tidaknya mark up dan pungutan yang lain diluar yang
ditetapkan dan pemborosan yang menyebabkan pemborosan sehingga menjadikan
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Serta pengawasan dan
pemeriksaan terhadap proyek-proyek tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik.
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program
yanng memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat
maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan
menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik
dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara
efektif dan efisien serta memfasilitasi tercapainya akuntabilitas publik.
4. Privatisasi
Di Indonesia masih banyak BUMN dan BUMD yang dijalankan tidak secara
efisien. Inefisiensi yang dialami tersebut disebabkan adanya intervensi politik,
sentralisasi dan manajemen yang buruk.
Di era globalisasi BUMN dan BUMD menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan
antara lain :
Regulation & Political Pressure
Social Pressure
Rent Seeking Behaviaour

Akuntansi Sektor Publik

Economic & Efficiency


Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi berarti
pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja
finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang.
5. Otonomi daerah
Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat
seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentaralisasi
fiskal. Desentarlisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
daerah tetapi pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi

Akuntansi Sektor Publik

2.

AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

A. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi dan Pengendalian Organisasi


1. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi
Perencanaan merupakan cara organisasi menertapkan tujuan dan sasaran
organisasi. Perencanaan meliputi aktivitas yang sifatnya stategik, taktis dan melibatkan
aspek operasional. Dalam hal perencanaan oprganisasi akuntansi menejemen berperan
dalam pemberian informasi historis dan prospektif untuk menfasilitasi perencanaan.
Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang mempengaruhi sangat
heterogen. Faktor politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi tangkat
kestabilan organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi
dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang diakitkan dengan keadaan
ekonomi dan politik saat ini.
Informasi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu :

Informasi yang sifatnya rutin ataukah ad hoc

Informasi kuantitatif ataukah kualitatif

Informasi disampaiakan melalui saluran formal ataukah informal

Informasi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan yang reguler, misalnya
laporan keuangan bulanan, triwulanan, semesteran atau bulanan. Sementara itu organisasi
sektor publik seringkali menghadapi masalah yang sifatnya temporer dan membutuhkan
informasi yang sifatnya segera. Untuk melakukan perencanaan temporer diperlukan
informasi yang sifatnya temporer.
Informasi akuntansi utntuk perencanmaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara
penyampaiannya. Apakah disampaiakn secara formal atau informal. Mekanisme
formalnya misalanya melaului rapat-rapat dinas, rapat komisis dsb. Pada organisasi
sektor publik, saluran informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan informal relatif
jarang dilakukan. Hal tsb disebabkan karena adanya batasan transparansi

dan

akunbtabilitas publik yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, sehingga

Akuntansi Sektor Publik

perencanaan tidak dapat dilakukan secara personal atau hanya melibatkan beberapa orang
saja.
2. Akuntansi Sebagai Alat Pengendali Organisasi
Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi dijalankan
secara ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang
efektif. Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda tyergantung pada jenis dan
karakteristik organisasi. Pada organisasi bisnis yang sifatnya berorientasi pada laba,
amak alat pengendalinya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negoisasi (negotiated
bargain), meskipun hal tersebut bervariasai untuk setiap organisasi dan tingkat
manajemen. Pengendalian untuk menajemen level bawah lebih bersifat tegas dan
memaksa, sedangkan untuk manajmen level atas bersifat normatif.
Untuk organisasi sektor publik karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya
pengaruh politik yang besar, amak alat pengendalinya lebih banyak berupa peraturan
birokrasi. Terkait dengan pengukuran kinerja terutama pengukuran ekonomi, efisiensi
dan efektivitas (value for money), akuntansi manajemen memiliki peran utama dalam
pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasi keseluruhan kinerja terutama dalam
ukuran moneter.
Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah pengendalian. Informasi
akuntansi merupakan pengendalian yang vital bagi organisasi karena akuntansi
memberikan informasi yang bersifat kuantitatif. Informasi akunatnsi umumnya
disampaiakan dalam bentuk ukuran finansial, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
pengintgrasian informasi dari tiap-tiap unit organisasi yang pada akhirnya membentuk
gambaran kinerja organisasi secara keseluruhan. Lebih lanjut informasi akuntansi
memungkinkan bagi organisasi untuk mengintegrasikan aktivitas organisasi.
Dalam memahami organisasi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan
penggunaan informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan (financial control)
dengan akuntansi sebagai alat pengendali organisasi (organization control). Pengendalian
keuangan terkait dengan peraturan atau sistem aliran uang dalam organisasi, khususnya
memastikan bahwa organisasi memiliki likuiditas dan solvabilitas yang baik.
Pengendalian organisasi diperlukan untuk menjamin bahwa organisasi tidak menyimpang
dari tujuan dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Pengendalian organisasi

Akuntansi Sektor Publik

memerlukan informasi yang lebih luas diandingkan pengendalian keuangan. Informasi


yang dibutuhkan lebih komplek tidak sekedar informasi keuangan saja. Sebagai contoh
dalam sebuah usulan investasi publik, informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian
keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi tersebut.
Sementara itu untuk tujuan pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih
luas meliputi asapek ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang diajukan.
B. Proses Perencanaan dan pengendalian Manajerial Sektor Publik (4)
Perencanaan dan pengendalian pada dasarnya merupakan dua sisi
mata uang yang sama, sehingga keduanya harus dipertimbangkan
secara bersama-sama. Tanpa pengendalian perencanaan tidak akan
berarti

karena

tidak

adanya

tindak

lanjut

(follow

up)

untuk

menidentifikasi apakah rencana organisasi telah tercapai. Sebaliknya


tanpa pengendalian perencanaan tidak akan berarti

karena tidak

adanya target atau rencana yang digunakan sebagai pembanfding.


Perencanaan

dan

pengendalian

merupalkan

suatu

proses

yang

membentuk suatu siklus, sehingga satu tahap aklan terkait dengan


tahap yang lainnya dan terintegrasi dalam satu organisasi. Jones dan
Pendlebury

membagi

p[roses

perencanaan

dan

pengendalian

manajerial pada organisasi sektor publik menjadi lima tahap yaitu :


1. Perencanaan tujuan dan sasaran dasar
2. Perencanaan operasional
3. Penganggaran
4. Pengendalian dan pengukuran
5. Pelaporan, analisis dan umpan balik
Gambar Proses Perencanaan dan Pengendalian
Perencanaan Tujuan dan

Manajerial Organisasi
Susunan dan DasarSektor Publik
Revisi/modifikasi
Tujuan dan Sasaran
Dasar

2. Perencanaan Operasional
Revisi Perencanaan
Operasional

5. Pelaporan Analisis dan


Umpan Balik

3. Pengangguran
Revisi Anggaran
Aksi

4. Pengendalian dan Pengukuran

Akuntansi Sektor Publik

C. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik


Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Inti akuntansi
manajemen adalah perencanaan dan pengendalian. Peran akuntansi manajemen dalam
organisasi sektor publik meliputi :
1. Perencanaan strategik
2. Pemberian informasi biaya
3. Penilaian investasi
4. Penganggaran
5. Penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan tarif pelayanan (charging
for service)
6. Penilaian kinerja

Perencanaan Strategik
Akuntansi majamen dibutuhkan sejak tahap perencanaan strategik. Pada tahap
perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang
dapat mendukung strategi organisasi. Program-program tsb diseleksi dan dipilih sesuai
dengan skala prioritas sumber daya yang dimiliki. Peran akuntansi manajmen adalah
memberikan informasi untuk mementukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu
aktivitas, sehingga berdasarkan informasi akuntansi tsb manajer dapat menentukan
anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya secara ekonomis,
efisien dan efektif maka diperlukan informasi akuntansi manajemen yang handal dan
akurat, relevan untuk menghitung berapa besarnya biaya program, aktivitas atau proyek.
Sistem informasi akunatsni manajemen yang baik dapat mengurangi peluang terjadinya

Akuntansi Sektor Publik

10

pembororsan,kebocoran dana dan mendeteksi program-pprogram yang tidak layak secara


ekonomi. Akunatsni manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan
yaitu : efisiensi biaya, kualitas produk dan pelayanan ( cash, quality and service).
Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya
yang murah pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akantansi manajemen yang
modern, yaitu dengan menerapkan teknis akunatnsi manajemen yang diterapkan di sektor
suasta. Terdapat perbedaan antara sektor suasta dan sektor publik dalam hal penentuan
biaya produk atau pelayanan, hal ini disebabkan bahwa sebagain besar biaya pelayanan
pada sektor suasta cenderung merupakan

engineered cost yang memiliki hubungan

secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik
sebagaian besar merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran
dan sering tidak memiliki hubungan langsunmg dengan aktivitas yang dilakukan dengan
output yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan sektor publik merupakan
intangible output yang sulit diukur, maka peran manajer publik sangat penting dalam
pengendalian biaya
Pemberian Informasi Biaya
Biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok :

Biaya input, adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.
Biaya input bisa berupabiaya tenaga kerja dan biaya bahan baku

Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga
samapai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output dapat diukur
dengan berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan. Contoh pada
perusahaan transportasi massa, biaya mungkin diukur berdasarkan biaya per
penumpang

Biaya proses, biaya ini dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi, biaya dapat
diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya departemen
produksi, dep personalia, biaya dinas-dinas dsb.
Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, yaitu cost finding, cost recording,

cost analizing, strategic cost reduction dan cost reporting.

Cost finding,

Akuntansi Sektor Publik

11

Pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk/ jasa layanan

Cost recording,

Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi
organisasi

Cost analizing,

Pada tahap ini dilakukan analisis biaya yaitu mengindentifikasi jenis dan perikalku biaya,
perubahan biaya dan volume kegiatan. Manajamen organisasi harus dapat menentukan
pemicu biaya (cost driver) agar dapat doilakukan strategi efisiensi biaya.

Strategic cost reduction

Tahap ini adalah menentukan strategi penghematan biaya agar tercapai value for money.
Pendekatan strategik dalam pengurangan biaya memiliki karakteristik sbb :
1. Berjangka panjang. Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka paanjang
yang membentuk kultur organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang
mampu bertahan lama
2. Berdasarkan kultur perbaiakan berkelanjutan dan berfokus pada pelayanan kepada
masyarakat
3. Manajemen harus bersifat proaktif dalam melakukan penghematan biaya
4. Keseriusan manajemen puncak (top manager) merupakan penentu efektifitas
program pengurangan biaya karena pada dasarnya manajemen biaya strategik
merupakan tone form the top

Cost reporting.

Tahap terakhir adalah memeberikan informasi baiay secara lengkap kepada pimpinan
dalam bentuk internal report yang kemudian diintegrasikan ke dalam suatu laporan yang
akan disampaikan kepada pihak eksternal. Informasi manajemen hendaknya dapat
mendeteksi adanya pemborosan yanbg masih berpotensi untuk diefisiensikan serta
mencari metode atau teknik untuk penghematan biaya. Akuntansi manajemen hendaknya
dapat mendukung dan memperkuat pelaksanaan prinsip value for money dan public
accountability organisasi sektor publik

Akuntansi Sektor Publik

12

Penilaian Investasi
Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik handak
melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan
finansial. Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi karena untuk dapat
menilai investasi diperlukan identifikasi baiya, resiko dan manfaat atau keuntungan dari
suatu investasi. Dalam penilaian suatu investasi, faktor yang harus fdiperhatikan oleh
akuntansi manajemen adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat resiko dan
ketidakpastian serta sumber pendanaan untuk investasi yang akan dilakukan.
Penilaian

invesatasi

pada

organisasi

sektor

publik

dilakukan

dengan

menggunakan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis). Dalam praktek ini sulit
dilakukan karena biaya yang diukur tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga dari sisi
biaya sosial dan manfaat sosial yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan.
Menentukan biaya dan manfaat sosial dalam satuan moneter sanbgat silut dilakukan.
Kemudian untuk memudahkan digunakan analisis efektifitas biaya (cost effectiveness
analysis), yaitu menekankan seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu proyek atau
investasi dengan biaya tertentu
Penganggaran (5)
Akuntansi menajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya
anggaran publik yang efektif. Terkait dengan 3 fungsi anggaran, yaitu
sebagai alat alokasi sumber daya publik, alat distribusi dan stabilisasi
maka akuntansi manajemen merupakan alat yang vital untuk proses
mengalokasikan an mendistribusikan sumber adana publik secara
ekonomis, efisien dan efektif adil dan merata. Untuk mencapai hal tersebut
dibutuhkan sumber daya manusia yang handal, jika tidak akuntansi manajemen tidak
akan banyak bermanfaat karena hanya akan berfungsi sebagai alat perencanaan dan
pengendalian.
Penentuan Cost of Service dan Charging for Service
Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan masyarakat
akan besarnya biaya pelayanan merupakan suatu indikasi perlunya perbaikan sistem
akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat menghendaki pemerintah

Akuntansi Sektor Publik

13

memberikan pelayanan secara cepat, berkualitas dan murah. Pemerintah yang


berorientasi pada pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan keinginan
masyarakat tersebut agar kualitas hidup masyarakat menjadi semakin meningkat dan
kesejahteraan akan semakin meningkat pula.
Penentuan biaya pelayanan (Cost of Service) dan penentuan tarif (Charging for
Service) merupakan satu rangakaian dimana keduanya membutuhkan informasi
akuntansi. Sebagai contoh pemerintah harus dapat menentukan berapa biaya untuk
membangaun terminal bus atau stasiun kereta api yang tertib aman dan nyaman serta
biaya operasioalnya. Bedasarkan informasi ini pemerintah dapat menentukan berapa
besarnya biaya tarif pelayanan yang akan dibebankan kepada para pemakai jasa
pelayanan terminal atau stasiun tsb, demikian juga untuk PDAM dsb.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian, ini untuk
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Disini peran akuntansi manajemen adalah dalam pembuatan indikator kinerja
kunci dan satuan ukur untuk masing-masing aktifitas.

Akuntansi Sektor Publik

3.

14

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

A. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik


Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan
jaminan dilaksanakannnya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas yaitu : (1)
perencanaan (2) koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi (3) Komunikasi
informasi (4) pengambilan keputusan (5) motivasi orang-orang dalam organisasi agar
berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi (6) pengendalian dan (7) penilaian kinerja
Kegagalan dalam organiasai mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam
proses pengendalian manajenen. Sistem pengendalian sektor publik berfokus pada
bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian manajmenen tersebut harus didukung
dengan adanya perangkat lain berupa struktur organisasi yang sesuai dengan tipe
pengendalian manajemen yang digunakan, MSDM dan lingkungan yang mendukung.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen
karena sistem pengendalian menajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat
pertanggungjawaban.

Pusat-pusat

petanggungjawaban

tersebut

merupakan

basis

perencanaan pengendalian, penilaian kinerja. MSDM harus dilalakukan sejak proses


seleksi dan rekruitmen, training, pengembangan dan promosi hingga pemberhentian
karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan dsb.
Dimana semua unsur tsb harus dapat mendukung pelaksanaan strategi organisasi.

Akuntansi Sektor Publik

15

B. Tipe Pengendalian Manajemen


Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan dalam 3 kelompok :
1. Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap ini pengendalian
manajemen terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan stretegik yang
dijabarkan dalam bentuk program-program.
2. Pengendalian operasional (operasional control). Dalam tahap ini pengendalian
manajemen terkait dengan pelaksanaan pengawasan program yang telah ditetapkan
melalui alat berupa anggaran. Anggaran ini menghubungkan perencanaan dan
pengendalian
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis
evaluasi kinerja berasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.
C. Struktur Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur pengendalian
yang baik . Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk pusat pertanggungjawaban
(responsibility centers). Pusaat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang
dipimpin

oleh

manajer

yang

bertangungjawab

terhadap

aktivitas

pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari


suatu pusat pertanggungjawaban. Tujuan dibuatnya pusat pertanggungjawaban tersebut
adalah:
1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisai yang dipimpinnya
2. Untuk meudahklan mencapai tujuan organisasi
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence
4. Mendelegasikan wewenang dan tugas ke unit-unit

yang memiliki kompetensi

sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat


5. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien
7. Sebagai alat pengendali anggaran
Tugas manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan
yang optimal antara suberdaya input yang digunakan dan output yang dihasilkan

Akuntansi Sektor Publik

16

dikaitkan sdentgan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumberdaya yang
digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk atau output yang dihasilkan.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pada dasarnya terdapat 4 pusat pertanggungjawaban yaitu :

Pusat biaya (expense center)


Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan. Suatu unit organisasi disebut sebagai
pusat biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan
(bulan nilai output yang dihasilkan). Pusat biaya banyak dijumpai pada sektor publik
karena output yang dihasilkan seringkali ada akan tetapi tidak dapat diukur atau
hanya dapat diukur secara fisik tidak dalam nilai rupiahnya. Contoh pusat biaya
adalah dep. produksi, Dinas Sosial dan DPU

Pusat pendapatan (revenue center)


Pusat pendapatan adalah pusat petanggungjawaban yang prestasi manjernya dinilai
berdasarkan pendapatan yang dihasilkan. Contahnya Dinas Pendapatan Daerah dan
dep. pemanasaran

Pusat laba ( profit center)


Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input (expenses)
dan output ( revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajernya dinilai berdasarkan
laba yang dihasilkan. Contah : BUMD dan BUMN, obyek pariwisata milik PEMDA,
bandara dan pelabuhan.

Pusat incestasi (investment center)


Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada
pusat

pertanggungjawaban

yang

dipimpinnya.

Contah

Dep

Riset

dan

Pengembangan dan Balitbang


Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai suatu
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat dipecapecah lagi menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada level
pelayanan

atau program, misalnya

dinas-dinas

atau subdinas-subdinas. Pusat

pertanggungjawan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk perencanaan dan


pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit ybs. Manajer pusat

Akuntansi Sektor Publik

pertanggungjawaban

17

sebagai

budget

holder

memiliki

tanggung

jawab

untuk

melaksanakan anggaran. Pusat pertanggung jawaban memperoleh sumberdaya input


berupa tenaga kerja, material dsbnya yang dengan input tsb diharapkan dapat
menghasilkan output dalam bentuk barang atau pelayanan pada kualitas dan kuantitas
tertentu. Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang dialokasikan ke pusatpusat pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level aktivitas yang
dihasilkan. Pengendalian anggran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja riil
yang dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan antara hasil yang
dicapai dan jumlah anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui penyebabnya dan
dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya perbedaan tersebut, sehiungga dapat
segera dilakukan tindakan korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan pada perusahaanperusahaan swasta. Pada organisasi publik, mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah
satu cara pengendalian anggaran.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran
sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap
pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu
dan penggabungan proram-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb
seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang leih tinggi,
sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai berlanja
(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran.
Laporan kinerja disiapkan dan dikirim ke setiap level manajemen untuk dievaluasi
kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika
sistem pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka informasi yang dikirimkan
kepada manajer harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan harus up to date
(terbaru) dan biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan biaya-biaya
yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban budget holder, maka
proses penyiapan dan pengendalian anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer
pusat pertanggungjawaban. Keberadaan depatemen anggaran dan komite anggaran pada
pusat pertanggungjawaban sangat perlu untuk membentu terciptanya anggaran yang
efektif.

Akuntansi Sektor Publik

18

Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak


diketahui oleh bagian departemen anggaran. Depatemen anggaran

memiliki fungsi

sebagai berikut :
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran
2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran (misal: asumsi tingkat
inflasi, nilai tukar, harga migas)
3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian dalam organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada budgeter
dan manajer pusat pertanggungjawaban
5. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, menginterprestasikan hasil dan
menyiapkan ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban
6. Menyiapkan revisi anggaran jika diperlukan.
Komite anggran biasanya teddiri dari para pimpinan puncak seperti kepala
depatemen, kepala dinas, kepala biro dsb. Komite anggaran ujuga memiliki peran yang
vital. Komite anggran bertugas menuyusun anggran untuk tiap-tiap unitoperasi.
Depaemen anggran dan komite anggran merupakan perangkat yanmg berad pada pusat
pertanggungjawaban., Karenanya pusat pertanggungjawaban merupakan alat yang sangat
vital untuk pelaksanaan dan pengendalian anggaran selain itu juga merupakan basis
pengukuran kinerja yaitu membendingkan apa yang telah dicapai oleh pusat
pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
D. Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan
dengan cara komunikasi formal dan informal. Saluran komunikasi formal terdiri dari
aktivitas formal dalam organisasi yang terdiri dari : (1) perumusan strategi (2)
perencanaan strategi (3) penganggran (4) opersional (5) evaluasi kinerja. Saluran
informasi informal dapat dilakukan dengan komunikasi langsung yaitu pertemuan
informal, diskusi dll.
Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dirancang untuk mempengaruhi
orang-orang di dalam organisasi tersebut agar berperilaku sesuai dengan tujuan
organisasi. Prengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi atau
melalui sistem pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.

Akuntansi Sektor Publik

19

Dalam suatu organisasi setiap individu pasti mempunyai tujuan person. Untuk
menyingkapi ini perlu adanya jembatan yang mampu menghantarkan organisasi
mencapai tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara tujuan individu dan tuuan
oraganisasi.Dalam hal ini hendaknya pengendalian manajemen dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mewujudkan goal congruence yaitu keselaran antara tujuan individu dan
tujuan organisasi.
Faktir yang mempengaruhi goal congrunce dapat dikategorikan dalam 2
kelompok yaitu faktor pengendalian formal dan informal. Faktor pengendalian formal
misalnya : sistem pengendalian manajemen dan sistem aturan. Sedangkan faktor informal
terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang bersifat eksternal contohnya etos kerja dan
loyalitas karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal sebagi abdi negara dan abdi
masyarakat), sedangkan yang bersifat internal : kulktur organisasi, gaya manajemen dan
gaya komunikasi.
Perumusan Strategi (strategy formulation)
Perumusan strategi merupakan proses pehnentuan visis, misi, tujuan, sasran,
target,arah dan kebijakan serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas
dan tanggungjawab manajemen puncak. Dalam organisasi pemerintahan perumusan
strategi dilakukan oleh dewan legislatif yang hasilnya berupa GBHN yang akhirnya
merupakan acuan bagi eksektutif dalam berindak.
Hasil perumusan strategi bersifat permanen dan jangka panjang bisa berjangka
4,5, 10 bahkan 20 tahun. Perubahan visi, misi dan tujuan oragnisasi sangat jarang
dilakukuan oleh organisasi baik itu pemerintahan atau swasta. Yang berubah hanyalah
strategi untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Pertimbangan
untuk revisi strategi biasanya kalau muncul perubahan lingkunan yang berupa ancaman
atau peluang baru. Perubahan lingkungan dalam organisasi sektor publik sanat mungkin
karena karena organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor politik, ekoomi, sosial dan
budaya. Ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi secara terus menerus dapat
mendorong pemerintah untuk sewaktu-waktu mengeluarkan kebijakan dan strategi baru.
Ancaman dan peluang baru dapat muncul setiap saat. Karenanya perumusan strategi
bersifat tidak sistematis dan tidak harus kaku.

Akuntansi Sektor Publik

20

Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai


tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan
analisis SWOT. Analsisi ini dikembangkan dengan menganalisis faktor internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu organisasi dan faktor eksternal yang
merupakan ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT oganisasi dapat
menentukan startegi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi perusahaann
dapat berubah atau mengalami revisi jika terdapat lingkungan yang berubah yang
dipengaruhi adanya ancaman dan kesempatan, misalnya adanya inovasi teknologi baru,
peraturan pemerintah baru atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan
global.
Gambar: Proses Perumusan Strategi
Analisis Eksternal:
Ekonomi,soial,pilitik,
peraturan (regulasi)
trend global
Teknologi baru

Analisis Internal:
Teknologi yang
dimiliki
Sumber daya
Sumber daya alam
Sumber daya manusia
Infrastruktur dsbnya

Opportunity &
Threat:
Identifikasi peluang
& ancaman

Strength &
Weaknes :
Identifikasi kekuatan
& kelemahan

Penyesuaian kompetensi
dengan peluang dan ancaman

Strategi

Proses

perumusan

pada

organisasi

sektor

publik

banyak

dipengaruhi

perkembangan disektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta tahap awal dari
manajemen strategi adalah perencnaan. Perencanaan dimulai dari perumusan strategi.
Menurut Olsen dan Eadi (1982) proses perumusan strategi terdiri dari 5 komponen dasar
yaitu :
1. Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen
eksekutif organisasi dan memberikan rerangka pengembangan strategi serta target
yang akan dicapai

Akuntansi Sektor Publik

21

2. Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran


faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus
dipertimangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
3. Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategik
4. Perumusan, evaluasi dan pemilihan strategi
5. Implementasi dan pengendalian rencana strategik.

Model Perumusan Strategi pada Organisasi Sektor Publik


Innitiate and
agree process

Missin and
mandate

Stakeholder
Internal
Environmental
Analysis

Strength &
weakneses

Ekternal
Environmental
Analysis
Strategic
issues
Strategics

Vision for the


future

Opportunity
and threats

PEST ANALYSIS

Political
Economic
Sociological
Technical

Actions

Outcomes

Sumber : Bryson JM (1995)

Akuntansi Sektor Publik

22

Menurut Bryson Jm model 8 langkah untuk memfasilitasi proses perumusan strategi


yaitu:
1. Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategi
2. Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi
3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal
5. Menilai lingkungan internal
6. Identifikasi isu strategi yang sedang dihadapi organisasi
7. Perumusan strategi untuk me- manage isu-isu
8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan.
Perencanaan Strategi (strategic planning)
Sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan strategik. Perencanaan
strategik adalah proses pemantauan program-program, aktivitas atau proyek yang akan
dilaksdankan suatu organisasidan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan
dibutuhkan
Perbedaan dengan perumusan strategi adalah bahwa perumusan strategi
merupakan proses untuk menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategik adalah
proses

menentukan

bagaimana

mengimplementasikan

strategi

tersebut.

Hasil

perencanaan strategik berupa rencana-rencana strategik. Dalam proses perumusan


strategi , manajemen memutuskan visi,misi dan tujuan oganisasi. Perencanaan strategik
merupakan proses menurunkan strategi dalam bentuk program-program.
Proses Perencanaan Strategik

Strategi A
Strategi B
Strategi C
Strategi D
dst

Perencanaan
strategi

Review
strategi,program,pri
oritas dan anggaran

Program A1,A2 &A3


Program A1,A2 &A3
Program A1,A2 &A3
Program A1,A2 &A3
dst

Anggaran yang
dibutuhkan

Seleksi program
dikaitkan dengan
prioritas dan
sumber daya yang
tersedia

Program yang
lolos seleksi

Akuntansi Sektor Publik

23

Gambar Sistem Manajemen Strategik pada Pemerintah Daerah

Perencanaan
Strategik

Perencanaan
kinerja

Visi,misi,filosofi
unit kerja

Anggaran
kinerja

Pelaporan
kinerja

LPJ
Kepala Daerah

Sub Sisem
pengumpula
n data

Tujuan unit kerja

Saran & Target


kinerja

Ukuran
efektifitas

Target kinerja

Strategi & Action


plan

Ukuran
ekonomi

Target kinerja

Ukuran
efisiensi

Target kinerja
& analisis
biaya

Ukuran
penjelas

Justifikasi

Laporan
Keu
Pemda

Akuntansi Sektor Publik

24

Perencanaan strategik merupakan proses yang sistematis yang memilikiu


prosedru dan skedul yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan
perencanaan strategik akan mengalaami masalah da;lam penganggaran, misalnya
terjadinya beban kerja anggaran yang terlalu berat, alokasi sumberdaya yang tidak tepat
sasaran dab dilakukannya pilihan startyegi yang salah. Orientasi dilakukannya
manajemen strategik pada organisasi manajemen organisasi publik menuntut adanya
strategic vision, strategic thinking, strategic leadership dan strategic organization.
Manfaat Perencanaan Strategik

Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif

Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan
Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang optimal
Sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek
Sebagai sarana manajemen untuk memahami strategi organisasi secara lebih jelas
Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi
antara manajer puncak dengan manajer dibawahnya, sehingga memungkinkan terjadi
persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level dibawahnya mengenai strategi
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan, yang nantinya akan
mendorong goal congruence.
Mengubah perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata
Perencanaan strategi dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan
memberikan arah perubahan, tetapi perubahan belum dapat berjalan dengan mulus
meskipun sudah ada perencanaan strategik. Perencanaan strategik bukan merupakan hasil
akhir, tapi masih perlu ditranslasikan dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit. Untuk itu
harus didukung oleh :

Struktur pendukung, baik secra manajerial maupun secara politik

Proses dan praktek implementasi di lapangan

Kultur organisasi

Akuntansi Sektor Publik

25

Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain


sistem pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai.
Visi, misi, tujuan dan strategi yang telah ditetapkan secara biak dapat gagal bila struktur
organisasi tiudak mendukung strategi, karenanya perlu adanya restrukturisasi dan
reorganisasi agar selaras dengan startegi dan sistem pengendalian manajemen.
Restrukturisasi dapat didasarkan pada prinsip
1. Perubahan strktur organisasi hendaknya dapat meningktakan kapasitas untuk
mencapai strategi yang efektif
2. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan
kebijakan hingga level bawah. Visi, misi dan tujuan organisasi harus selalu
dikomunikasiokan kepada seluruh anggota organisasi
3. Dewan bertanggung jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan
dan otorisasi alokasi sumber daya dan menilai kinerja manajemen.
Proses dan praktik di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem pengendalian.
Prencanaan strategik tidak akan efektif jika prosedur dan sistem pengendalian tidak
sesuai dengan strategi. Arus ada kejelasan wewenang dan tanggung jawab, pendelegasian
wewenang dan tugas. Selain itu harus didukung oleh regulasi keuangan, pengendalian
personel dan manajemen kompensasi yang jelas dan fair.
Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja dan kesediaan anggota untuk
melakukan perubahan. Perencanaan srtategik harus didukung adanya budaya organisasi
yang kuat, dan harus didukung oleh perubahan perilaku dan sikap anggota organisasi
untuk melaksanakan program-program secara efektif dan efisien. Program akan gagal
bila personel di lapangan bertindak tidak sesuai dengan arah dan strategi organisasi.
Penganggaran
Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik
merupakan tahap yang pang dominan, karena memiliki karakteristik yang agak berbeda
dengan penganggraan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut terletak pada pengaruh
politik dalam proses penganggaran.
Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian akhir dari proses pengendalian manajemen
yang dapat digunakan sebagai alat penegndalian. Pengendalian manajemen melalui
sistem penilaian kinerja dapat dilakukan dengana menciptakan mekanisme reward dan

Akuntansi Sektor Publik

26

punishment. Sistem pemberian penghargaan dan hukuman dapat digunakan sebagai


pendorong untuk pencapaian suatu strategi. Sistem reward dan punishment harus
didukung oleh manajemen kompensasi yang memadai. Manajemen kompensasi
merupakan mekanisme penting untuk mendorong motivasi manajer untuk mencapai
tujuan organisasi. Intensif positif pada manajer disebut sebagai reward dan intensif
negatinya disebut sebagai punishment. Peran peting adanya penghargaan dalam suatu
organisasi akan mendorong tercapainya tujuan oragnisasi dan untuk menciptakan
kepuasan setiap individu.
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang bersifat
financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan, sedangkan non
financial dapat berupa promosi jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang
lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih baik dan pengakuan. Mekanisme
pemberian sanksi dan hukuman pada kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian
harus selalu pada pemberian penghargaan.

Akuntansi Sektor Publik

4.

27

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

A. Konsep Anggaran Sektor Publik


Anggaran merupakan pernyataan mengenai setimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metode untuk menyiapkan anggaran. Penganggaran
dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung
nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik penganggaran merupakan
suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan sektor swasta yang relatif lebih kecil
nuansa politiknya. Pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup bagi publik, namun pada sektor publik anggran merupakan hal
yang harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi
masukan. Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas dan
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang
publik.
Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentanjumlah alokasi
dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
sektor publik dimulai ketika perumusan staretgi dan perencanaan strategik selesai
dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi dari perumusan dan perencanaan strategi yang
dibuat. Aspek-aspek yang harus dicakup dalam anggaran sektor publik :

Aspek perencanaan

Aspek pengendalian

Aspek akuntabilitas

Akuntansi Sektor Publik

28

B. Pengertian Anggaran Sektor Publik (5)


Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana anggaran sektor publik
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kodisi keuangan
dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan,
belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
organisasi di masa yang akan datang.
Secara singkat anggaran publik merupakan suatau rencana finansial yang
menyatakan :
1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat
2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencanarencana tersebut
C. Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dsbnya agar terjamin
secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat
pemerintah melalui anggran yang dibuat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang
yang dimiliki oleh pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan rencana
pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat. Anggaran merupakan blue print
keberadaan sebuah negra dan merupakan arahan di masa yang akan datang.
Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi
keadaan ekoomi melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Anggaran merupakan alat
ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial
dan ekonomi, menjamin kesinambungan dan kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor
publik harsu dapat memenuhi kriteria sbb :

Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat

Akuntansi Sektor Publik

29

Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen pemerintah, baik


propinsi maupun daerah
Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi

harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak
yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Keputusan anggaran yang
dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat merefleksikan prioritas
pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.
Anggaran sektor publik penting karena :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial,
ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terus
berkembang, sedangkan sumber daya jumlahnya terbatas.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
D. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu
1. Sebagai alat perencanaan
2. Alat pengendalian
3. Alat kebijakan fiskal
4. Alat politik
5. Alat koordinasi dan komunikasi
6. Alat penilaian kinerja
7. Alat motivasi
8. Alat menciptakan ruang publik.
Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning tool)
Anggaran meupakan alat pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh
dari belanja pemerinta tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :

Akuntansi Sektor Publik

30

Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai dengan visi,misi dan sasaran
yang telah ditetapkan

Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tuuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya

Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control tool)


Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan
dan

pengeluaran

pemerintah

agar

pembelanjaan

yang

dilakukan

dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat


mengendalikan pemborosan pengeluaran. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa
presiden, menteri, gubernur, bupati dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan lewat
anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan kekuasaan
eksekutif.
Sebagai alat penengendali manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah masih mempunyai cukup uang untuk memenuhi
kewajibannya, selain itu juga digunakan sebagai pemberi informasi dan meyakinkan
legislatif bahwa pemerintah bekrja secara efisien tanpa ada korupsi dan pemborosan.
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui 4 cara :
1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
2. Menghitung selisih anggaran
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan
4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya
Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan
estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk mendorong, memfasilitasi dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi.

Akuntansi Sektor Publik

31

Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)


Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan
terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik anggaran merupakan dokumen politik
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih
merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik membutuhkan political
skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip manajemen
keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya
bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan
kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi

(Coordination and

Communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran
publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit
kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu anggaran publik juga
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran
harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang
efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran

Akuntansi Sektor Publik

32

hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu
rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR.
Masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang teroganisir akan
mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan mereka., Kelompok lain dari
kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya melaui proses
politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang
terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak
ada alat untuk menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan
jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dsbnya
E. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Anggaran operasional
2. Anggaran Modal
Anggaran Operasional
Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam
anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk
satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.
Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain
belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.
Anggaran Modal
Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal
yang besar biasanya dilakukan dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah

Akuntansi Sektor Publik

33

pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari satu tahun anggran dan akan menambah
aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk
biaya operasional dan pemeliharaannya.
Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab
selutrhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat
memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan
mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi mamfaat lebih
kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin
memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan
memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan
sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor
tersebut.
F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
dibelanjakan oleh eksekutif
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat
komprehensif
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana umum
4. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara ekonomis, efisien dan
efektif
5. Periodik
Anggran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang
dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan

Akuntansi Sektor Publik

34

7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak
membingungkan
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

G. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik


APBD/APBN yang dipresentasikan setiap akhir tahun dihadapan DPRD/DPR
memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang program yang direncanakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat

dan darimana program

tersebut dibiayai. Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan :

Membantu pemerintah mencapai tujuan dan meningkatkan koordinasi antar bagian


dalam lingkungan pemerintah

Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan

Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja

Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPRD/DPR


dan masyarakat luas.

Faktor-faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

Tujuan dan target yang hendak dicapai

Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki pemnerintah)

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target

Faktor lain yang mmpengaruhi anggaran seperti : munculnya peraturan pemerintah


yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial politik, bencana alam dsbnya.

H. Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran (6)

Akuntansi Sektor Publik

Pokok-pokok

35

prinsip

siklus

anggaran

harus

diketahui

oleh

penyelengara pemerintahan. Siklus anggaran tersebut ada 4 tahap :

Tahap persiapan anggaran

Tahap ratifikasi

Tahap implementasi

Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan anggaran


Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar talsiran pendapatan yang
tersedia, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran
terlebih dulu hendaknya dilakukan taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.
Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor
ketidakpastian yang cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran
tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam
dokummen

perencanaan

berupa

GBHN,

Program

Pembangunan

Nasional

(PROPERNAS), Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan


(RAPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat
dan perencanaan pembangunan daerah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 105 dan 108 tahun 2000. Pada pemerintah pusat penyusunan perencanaan
pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS yang merupakan operasinalisasi
GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk RENSTRA.
Berdasarkan POPERNAS dan RENSTRA serta analisis fiskal dan makro ekonomi
kemudian mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.
Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota) berdasarkan PP No. 108
pemerintah daerah diisyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang
terdiri atas PROPERDA (RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak
meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Akuntansi Sektor Publik

36

Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya penekanan prioritas pembanguann yang


berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masingmasing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh pemerintah daerah
bersama-sama dengan DPRD dalam kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan
dalam pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya
akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA dan APBD.
Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis kebijakan fiskal dan
ekonomi daerah, menurut ketentuan PP No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersamasama DPRD menetapkan arah kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah daerah
menetapkan Strategi dan Prioritas APBD. REPETADA memuat program pembanguan
daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat indikator kinerja yang terukur
dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih memperjelas
program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan
kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut
dilengkapi dengan :

Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi kinerja pemerintah daerah pada


periode sebelumnya

Masukan dan aspirasi masyrakat

Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan

(REPETADA) dan anggaran tahuan (APBD) pada hakekatnya merupakan perencanaan


instrumnen kebijakan publik sebagai upaya peningktan pelayanan kepada masyarakat.
APBD menunjukkan implikasi dari anggaran REPETADA yang dibuat. Dengan
demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi
APBD.
Tahap ratifikasi
Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan
eksekutif dituntut untuk memiliki manejerial skill dan political skill, salesmanship dan
coalition holdimg yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari

Akuntansi Sektor Publik

37

eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif harus mempunyai kemampuan
untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan yang
disampaikan oleh legislatif.
Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran
Setelah disetujui oleh legislatif, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan anggaran, hal
terpenting yang harus dimiliki oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik
dalam hal ini bertanggung jawab menciptakan sistem akuntansi keuangan yang memadai
dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan
dapat diandalkan untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.
Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan aspek operasional anggaran,
sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka pada tahap pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.

Akuntansi Sektor Publik

5.

38

TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

A. Teori Akuntansi Sektor Publik


Pada dasarnya ada tiga tujuan perlunya mempelajari teori akuntansi : 91) untuk
memahami praktek akuntansi yang ada saat ini (2) mempelajari kelemahan dan kekurangan
dari praktek akuntansi yang ada saat ini dilakukan (3) memperbaiki praktek akuntansi di masa
yang akan datang.
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki praktik yang
saat ini dilakukan. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan
sektor publik, yaitu laporan yang menyajikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan
(reliabel)
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat
diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1. Objektifitas
2. Konsistensi
3. Daya banding
4. Tepat waktu
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
6. Materialitas

Akuntansi Sektor Publik

39

B. Perlunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat
dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi
yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan
yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah atau secara
lebih luas Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik. Saat ini sedang disiapkan standar
akuntansi keuangan untuk pemerintah daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat
dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi
yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan
yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan sistem akuntansi keuangan
pemerintah telah dirintis sejak dua puluh tahun silam, akan tetapi sampai saat ini sistem yang
ada belum berjalan secara efektif dan efisien. Sejak tahun 1980-an Departemen Dalam Negeri
telah berupaya mengembangkan sistem akuntansi yang dipandang cocok dengan corak
pemerintah daerah, dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan Pengendalian
Anggaran/SAPA (Triharta, 1999).
Pada tahun 1985 Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah Daerah sendiri telah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya
sistem double entry (pembukuan berpasangan) dan akuntansi berbasis akrual yang
diformulasikan oleh "Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Daerah" yaitu tim yang dibentuk oleh Pusat Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan
Analisa Keuangan Negara Perkreditan dan Neraca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen
Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari proposal Sistem
Perencanaan dan Manajemen Keuangan Daerah (SPMKD) yang dibuat oleh PT Redecon,
yaitu konsultan yang ditunjuk oleh Tim Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank.

Akuntansi Sektor Publik

40

SAPA adalah sistem akuntansi untuk pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi
untuk pemerintah pusat upaya pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan
sejak tahun 1982 melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan
Akuntansi, dan mulai aktif bekerja tahun 1991. Untuk pelaksanaan proyek tersebut, dibentuk
secara khusus Sub Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya antara
lain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam akuntansi pemerintah pusat (Triharta,
1999).
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik). Standar yang saat ini ada belum mencukupi untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.
Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
yang baku yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut. Tidak
adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa
rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Usaha untuk
membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pernah dilakukan oleh Badan
Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN merupakan lembaga yang dibentuk oleh
Departemen Keuangan tahun 1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan
mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah pusat. Selain itu
BAKUN juga diserahi tugas untuk membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk
instansi (agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat kepada Menteri
Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah, dan BAKUN
sebagai Central Accounting Office ditugasi untuk mempersiapkan draftnya. Namun sampai
saat ini, draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing dengan user
agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999).
Upaya untuk menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baku terus dilakukan.
Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan Indonesia telah membentuk kompartemen baru
yaitu Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas kompartemen baru ini adalah
menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat ini baru dihasilkan exposure draft
mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November
2000. Exposure draft tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi

Akuntansi Sektor Publik

41

Keuangan Sektor Publik tentang Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan
Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos Pinjaman; dan Surplus
atau Defisit Neto untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
Dengan telah dihasilkannya exposure draft tersebut diharapkan dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi sudah dapat disahkan menjadi standar yang baku. Sebenarnya
Indonesia dalam hal ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang mempunyai
rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik. Tidak adanya standar akuntansi sektor
publik di Indonesia saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengaudit laporan keuangan
pemerintah. Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan saat ini sedang kita tunggu
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu
juga dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk mengukur kinerja
lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia.
Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik
Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik
adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam
era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan
laporan keuangan yang terdiri atas Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran
(Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, dan Neraca. Laporan keuangan tersebut
merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan
salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai
dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan
bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat
untuk penilaian kinerja.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang
dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financial
accountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas hukum
(legal accountability), akuntabilitas politik (political accountability), dan akuntabilitas
kebijakan (policy accountability). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi Sektor Publik

42

Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu membuat laporan


keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan
evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah. Sedangkan dari sisi pemakai
eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk mekanisme
pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan
tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah
daerah perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai
informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keputusan.

E. TUJUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah
adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan
pengelolaan (stewardship);
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo
neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah;
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi
suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya;
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan
peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang
disyaratkan;
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi
pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan
operasional;
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional:
(a)

untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan

Akuntansi Sektor Publik

43

analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,


membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja
unit pemerintah lain;
(b) untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan
fungsi tertentu di unit pemerintah;
(c)

untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas
terhadap pencapaian tujuan dan target;

(d) untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity).

Akuntansi Sektor Publik

6.

44

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

A. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN

Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban


penggunaan dana yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca
departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja yang


menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri Keuangan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan
c.q. Kepala BAKUN.

2. Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003 Tanggal 18 Juli 2003 tentang


Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
3.

Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara No. KEP-16/AK/2004


tanggal 24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara /Lembaga Tahun Anggaran 2004

B. Tanggung Jawab Fungsi Akuntansi Departemen/Lembaga


1. Kakanwil mempunyai wewenang/tanggungjawab terhadap akuntansi dan pelaporan
keuangan yang meliputi seluruh kantor dan proyek di wilayahnya
2. Sekjen, Dirjen dan Unit Eselon I lainnya mempunyai wewenang/ tanggungjawab
terhadap seluruh kantor dan proyek dibawah kendalinya. Juga mempunyai
tanggungjawab untuk penyusunan laporan konsolidasi atas seluruh kantor dan
proyek yang di bawah kendali masing-masing Eselon I dimaksud
3. Sekjen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk
tingkat departemen/lembaga
C. Keluaran Sistem Akuntansi Menurut Pusat PertanggungJawaban
1. Pusat Pertanggungjawaban
* Seluruh Pemerintah Pusat
* Departemen/Lembaga
* Eselon I

Akuntansi Sektor Publik

45

* Propinsi
* Satuan Kerja
* Proyek
2. Penanggung Jawab
* Presiden
* Menteri/Ketua Lembaga
* Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala
* Kepala Kantor Wilayah
D. Unit Pelaksana SAPP
1. Departemen Keuangan
* BAKUN Pusat
* Kantor Akuntansi Regional
* Kantor Akuntansi Khusus
2. Departemen/Lembaga
* Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKPI)
* Unit Akuntansi Eselon I (UAE I)
* Unit Akuntansi Wilayah (UAW)
E. Laporan Departemen/Lembaga
1. Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan anggaran
selama periode tertentu
* Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan allotment
yang dirinci menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau perbandingan realisasi
pendapatan denganestimasi pendapatan
2. Neraca
* Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu
* Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana pada
akhir periode pelaporan

Akuntansi Sektor Publik

46

F. Pemrosesan Data SAPP


1. Buku Besar
* Penerimaan/pengeluaran Anggaran
* Aktiva tetap
* Hutang Jangka Panjang
* Investasi Permanen
2. Laporan
* Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Bulanan Inventaris, Laporan Mutasi Barang Triwulanan, Laporan
Tahunan
* Laporan Hutang Jangka Panjang
* Laporan Investasi Permanen
3. Pelaksanaan Penyusunan Neraca Departemen/Lembaga
G. Waktu Penyampaian Laporan
1. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca , selambat-lambatnya disampaikan ke
BAKUN pada akhir bulan bulan Maret tahun berikutnya.

Akuntansi Sektor Publik

47

VII. OTONOMI DAERAH dan PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DERAH

Pengantar
Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru akan terlaksana pada tahun
2002 atau bahkan tahun berikutnya. Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergantian
pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan publik, perihal akan
berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas.
Berbagai tulisan mengenai tinjauan terhadap otonomi daerah pernah dimuat pada edisi
17 dan 18 pada Buletin Pengawasan ini. Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang
otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni UU No. 5 tahun 1974
dan PP No. 45 tahun 1992. Padahal UU tersebut kurang menyiratkan asas demokrasi dan jauh
dari rumusan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan secara luas.
Belum bersinggungan terhadap proses perubahan urusan daerah masing-masing secara penuh
dan bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah berlangsung dalam rangka
penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan ke daerah masing-masing.
Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba mengetengahkan UU yang baru
(No. 22/99 dan No. 25/99) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi daerah yang
dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga mencoba mencari solusi dan visi
kewenangan otonomi daerah sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas.
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999, otonomi daerah akan
diimplementasikan ke daerah. Bahkan dengan adanya perubahan tahun anggaran yang akan
dimulai 1 Januari 2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga dipercepat,
karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah ditopang oleh kewenangan-kewenangan
serta struktur organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan paradigma baru
otonomi.
Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1) Kewenangan daerah
kabupaten/kotamadya mencakup semua kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2).
Substansi kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama ini diketahui,
keculai kewenangan dalam bidang politik luar negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan,
moneter, fiskal serta agama sebagai diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan

Akuntansi Sektor Publik

48

pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke
daerah).
Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah
kabupaten/kotamadya meliputi pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam
PP. Yang jelas, saat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian kewenangan
dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan di Pusat, harus memberi kesempatan
pada daerah untuk secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan potensi
daerahnya. Memang, pada saat ini untuk sementara masih berlaku UU no. 18 tahun 1997
tentang Pajak dan Restribusi Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah.
Pendelegasian Kewenangan
Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian kewenangan dalam otonomi
daerah sebagai perwujudan dalam upaya membangun paradigma baru otonomi dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama
Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan. Pendelegasian kewenangan ini
menyangkut khususnya pada pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999
menurut pandangan daerah. Bagi kabupaten/kotamadya yang memiliki sumber minyak bumi,
gas, kehutanan, pertambangan umum maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan
menerima lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program belanja yang
benar-benar berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan
otonomi. Di lain pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana alokasi
khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar kabupaten/kotamadya di satu
propinsi antara lain karena tidak meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi
lainnya. Sebaliknya, bagi daerah yang tidak memiliki sumber alam sebagaimana dimaksud
UU No. 25/1999, maka untuk menjaga tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat
ini, sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama dengan sebelum
diberlakukannya sistem alokasi baru nanti. Di sisi lain, kewenangan mengatur yang berkaitan

Akuntansi Sektor Publik

49

dengan kebijakan atas perencanaan dan pelaksanaan program/proyek/kegiatan yang


bersumber dana dari bantuan pusat/propinsi harus didelegasikan sepenuhnya kepada
kabupaten/kotamadya. Artinya tidak perlu ada lagi mekanisme semacam rapat teknis yang
hanya menambah tenaga hierarki dan pendanaan.
Kedua
Pendelegasian kewenangan politik. Mekanisme Pendelegasian kewenangan politik
yang berlaku efektif pada saat dan setelah pelaksanaan Pemilu 1999 yang lalu, telah mencapai
suatu perkembangan yang sangat signifikan dibanding bidang-bidang lainnya. Pelimpahan
kekuasaan politik kepada daerah, di samping telah memberdayakan peran DPRDnya, juga
secara pasti sedang mengarah pada terwujudnya sistem check and balance dalam sistem
kekuasaan di daerah. Bahkan dalam hal-hal tertentu, implementasi kewenangan politik sudah
berkembang jauh melampaui batas-batas etika dan bahkan terkadang berbenturan dengan
fungsi birokrasi. Kondisi ini terjadi dimungkinkan karena :
1. Terputusnya hierarki kewenangan pusat dan propinsi atas sistem politik di kab/kota.
Dengan demikian perlu diimbangi dengan tumbuhnya peran kontrol masyarakat (internal
control) kepada DPRDnya, agar dalam menjalankan fungsi kontrolnya yang ketat kepada
eksekutif dan perlu diimbangi pula adanya kontrol masyarakat atas perilaku politiknya.
Dengan kedudukan yang sejajar bahwa DPRD merupakan mitra bagi pemerintah daerah,
maka fungsi kontrol dapat dilaksanakan secara efektif.
Pemilu tahun 1999 yang menghasilkan DPRD yang representatif telah mewakili politik
rakyat daerah, sehingga memiliki kewenangan politik yang sangat otonom. Dalam
konteks otonomi daerah, kekuasaan politik yang dimiliki DPRD tersebut didukung oleh
kedudukan dan fungsi legislatif yang terpisah dari eksekutif. DPRD sebagai badan
legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah (pasal
16 ayat 2 UU no. 22/99). Kewenangan dalam politik yang demikian independen di
daerah, nampaknya tidak memungkinkan lagi terbukanya peluang intervensi kepentingan
pusat atau propinsi dalam proses maupun keputusan politik di daerah, termasuk dalam
proses
2. pemilihan kepala daerah (Gubernur/ Walikota/Bupati). Dengan demikian, dengan melalui
pendelegasian kewenangan politik ini sebagai upaya membangun paradigma baru

Akuntansi Sektor Publik

50

otonomi, diharapkan masalah calon titipan atau pendamping dari pusat yang selama ini
selalu menyertai dalam pemilihan Kepala daerah hanya tinggal cerita.
3. Adanya kewajiban bagi Gubernur, Walikota dan Bupati untuk menyampaikan
pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran akan memperkuat posisi politik
DPRD dalam melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksekutif akan bekerja
keras untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun dalam melaksanakan tugasnya.
4. Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang tersirat dalam UU no. 22/99
ini, kadangkala sering muncul berbagai kasus yang terkesan keluar dari nilai-nilai
demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau sejenisnya di daerah. Mudahmudahan itu hanya merupakan dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan
yang drastis dan global dalam sistem politik. Pada saatnya akuntabilitas publik dari para
aktor politik maupun para birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat.
Ketiga
Pendelegasian kewenangan urusan daerah. Dalam konteks UU No. 22/99 pada
prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan
orde lalu, melainkan lebih sebagai tuntutan dari bawah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
daerah. Yang menjadi pertanyaan, apakah benar akan demikian kenyataannya pada saat nanti?
Hal ini perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi peraturan pemerintah yang
mengatur kewenangan pemerintah dan propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada
bulan (Juli 2000).
Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP yang sedang
disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal
7 dan 9 UU No.22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan propinsi yang
mencakup 426 urusan yang masih menjadi kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi
kewenangan propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam PP dirancang
masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi tersebut diharapkan tidak menyimpang
(meskipun) melalui berbagai cara apapun) dari maksud otonomi luas dari UU no. 22/99 ini.
Sedangkan di luar kewenangan pusat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun
kewenangan propinsi sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupakan
kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur (legislasi) dan kewenangan
untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislatif),
khususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan daerah sejak

Akuntansi Sektor Publik

51

diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada pada daerah. Banyak kebijakan bisa
diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika
dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya kabupaten/kotamadya. Sedangkan
upaya untuk mengaktualisasikan kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan
urusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak termasuk ke dalam urusan
propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga diharapkan dengan paradigma baru bahwa
urusan daerah merupakan sesuatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata
ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut ditetapkan. Seperti
Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan disesuaikan dengan urusan yang wajib
dilaksanakan berdasarkan UU No. 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan
sesuai dengan tuntutan nyata daerah. Dengan demikian, akan lebih bijaksana apabila makna
otonomi luas dapat diartikan sebagai kebebasan yang bertanggung jawab untuk memilih dan
menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-batas kemampuan anggaran
yang tersedia untuk membiayainya. Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas
semaunya dan dengan begitu maka daerah akan selalu mempertimbangkan bukan hanya soal
banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani, tetapi lebih kepada manfaat (benefit) yang
diperoleh bagi masyarakat daerah tersebut. Diharapkan dari sini akan lahir dan terbangun
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kesiapan Daerah untuk Otonomi
Kesiapan daerah untuk melaksanakan otonomi di samping karena memadainya kewenangan
otonom yang dimiliki, juga harus didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pelayanan yang
dilakukan oleh lembaga yang terdesentralisasi adalah lebih baik daripada yang tersentralisasi.
Pada akhirnya, untuk melaksanakan otonomi, perlu ada sikap konsistensi dari substansi
peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan lebih lanjut UU No. 22/99 dan UU
No.25/99. Di pihak lain, segi materi (keuangan) memang sangat penting, tetapi bukan
segalanya dalam mengatur pemerintahan. Karena yang lebih penting lagi adalah diberikannya
kebebasan kewenangan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi pemerintahannya yang
sebenarnya sudah menjadi hak atau milik daerah sejak lama. Yang terpenting lagi, masyarakat
daerah harus mampu bersikap kritis dan berani menyatakan hal yang benar bila para politikus
(DPRD) dan birokrat menyimpang dari rel yang benar. Karena tanpa dukungan dari

Akuntansi Sektor Publik

52

masyarakat daerah tersebut, membangun visi otonomi daerah yang diinginkan oleh bangsa ini
sulit akan diwujudkan.

Akuntansi Sektor Publik

53

VIII. PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DALAM PRESPEKTIF


PARADIGMA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

A. PENDAHULUAN
Dokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam jurnal dan
buku pembantu. Karena akuntansi hanya mencatat objek yang timbul akibat transaksi yang
sah maka tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti transasksi inilah yang
memicu pencatatan akuntansi. Setiap transaksi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke
dalam jurnal dan buku pembantu. Setiap transaksi harus disertai dengan dokumen atau bukti
transaksi yang sah.
Dokumen transaksi terdiri atas:
1.

Bukti Penerimaan Kas


Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya
penerimaan kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
penerimnaan kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa:
a. Surat Tanda Setoran
b. Tanda Bukti Penerimaan
c. Rekap Penerimaan Hariian
d. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah

2.

Bukti Pengeluaran Kas


Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya
pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa:
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
b. Surat Perintah Membayar (SPM)
c. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
d. Tanda Bukti Pengeluaran
e. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah

3.

Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum

Akuntansi Sektor Publik

54

B. CATATAN AKUNTANSI
Catatan akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi keuangan daerah. Catatan
akuntansi tersebut digunakan untuk mencatat segala macam transaksi yang terjadi di
lingkungan Pemerintah Daerah. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry
berdasarkan basis Kas Modifikasian. Sistem double entry menggantikan sistem single entry.
Sistem singe entry ditinggalkan karena
1.

Single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif

2.

Tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya

3.

Single entry telah ditinggalkan oleh banyak negar-negara maju.


Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan, dimana dalam setiap

pencatatan transaksi maka kita akan mencatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya
transaksi tersebut. Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kredit.
Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan
1.

Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah diaudit
dan penelusuran antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan
ekuitas organisasi

2.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif.


Sedangkan basis kas modifikasian berarti pencatatan hanya dilakukan hanya terhadap

transaksi yang melibatkan kas, sedangkan transaksi yang tidak ada penerimaan atau
pengeluaran kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian.

Dengan basis kas

modifikasian, pencatatan anggaran menggunakan basis kas, sedangkan untuk menghasilkan


laporan neraca di akhir periode akuntansi digunakan basis akrual.

Akuntansi Sektor Publik

55

C. ATURAN DEBIT-KREDIT
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening
Bertambah
Berkurang
Aktiva
D
K
Utang
K
D
Modal
K
D
Pendapatan
K
D
Biaya
D
K
Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca.
Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:
Struktur APBD
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan

Bertambah
K
D
K

Berkurang
D
K
D

Penerimaan Derah

Pengeluaran Daerah

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk melakukan pencatatan:
a. Analisis transaksi
b. Pencatatan dalam Jurnal
c. Peringkasan (posting ke Buku Besar)
d. Perincian ke dalam buku pembantu
e. Laporan Keuangan
Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat
laporan keuangan.
Dengan adanya pencatatan dengan sistem double entry tersebut, maka sangat tidak
efisien untuk mencatat transaksi yang berulang kali. Sehingga dibuat jurnal khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang dengan tujuan mengurangi
pekerjaan dalam membuat jurnal dan akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening.
Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu:
a. Jurnal Penerimaan Kas

Akuntansi Sektor Publik

56

Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
mengolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan
kas. Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini adalah:
1. Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologis)
2. Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk uang, bukan barang
3. Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang menyebabkan terjadinya penerimaan kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa:
1. Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah
2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan
3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah
4. Penerimaan Kas dari pinjaman
5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar
penerimaan kas adalah:
Debit : Kas
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek)
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek)
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek)
Pembiayaan Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek)
Pembiayaan Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek)
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang
terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku Jurnal
Pengeluaran

Kas

merupakan

buku

yang

digunakan

untuk

mencatat

dan

menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran


kas, misalnya adalah pengeluaran kas untuk belanja.
Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, transaksi pengeluaran kas juga terjadi
berulangkali. Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal
adalah:

Akuntansi Sektor Publik

57

1) Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan


2) Jumlah Kas yang Diterima
3) Obyek Pengeluaran Kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara lain:
1. Pengeluaran Kas untuk belanja adminstrasi umum
2. Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
3. Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
4. Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
5. Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
6. Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
7. Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok
8. Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal
Untuk

mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut, Jurnal

Standar Pengeluaran Kas adalah:


Debit : Belanja Administrasi Umum ( ditulis nama obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan ( ditulis nama obyek)
Belanja Modal aparatur ( ditulis nama obyek)
Belanja modal Publik ( ditulis nama obyek)
Belanja Transfer ( ditulis nama obyek)
Belanja Tdak Tersangka ( ditulis nama obyek)
Pembiayaan Pembayaran Hutang ( ditulis nama obyek)
Pembiayaan Penyertaan Modal ( ditulis nama obyek)
Kredit : Kas
c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi
yang melibatkan Kas Daearah. Untuk transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah,
dicatat dalam satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya

Akuntansi Sektor Publik

58

penerimaan dan pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan
pembelian barang secara kredit.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
Kode Rekening
Uraian
Jumlah Debit
Jumlah Kredit
Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang utnuk menampung data lain sesuai
dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transaki digunakan 2 buku, yaitu:
A. Buku Besar
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas
dalam buku besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar
disebut dengan posting.
Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan
untuk menmpung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku
Jurnal. Jenis dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam
struktur APBD yang baru, yaitu:
1. Buku Besar Pendapatan
Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya
dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah:
1) buku besar Pajak Hotel
2) buku besar Pajak Restoran
3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan
4) buku besar Pelayanan Parkir
b. Dana Perimbangan
1) buku besar bagi Hasil Pajak
2) buku besar Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah

Akuntansi Sektor Publik

59

a. buku besar Bantuan Dana Kontinjensi


b. buku besar Dana Darurat
2. Buku Besar Belanja
Buku besar ini mencakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu:
a. Buku Besar Belanja Administrasi Umum, contoh Gaji dan Tunjangan
b. Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorarium/ Upah
c. Buku Besar Belanja Modal/Pembangunan, contohnya Belanja Modal Gedung,
Belanja Modal Kendaraan
d. Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
e. Buku Besar Belanja Tidak Tersangka
3. Buku Besar Pembiayaan
Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan
yang dilakukan oleh daerah, baik pembiayaan dari penerimaan maupun
pengeluaran daerah.
Jenisnya antara lain: Buku Besar Pembiayaan-Penerimaan Piutang dan Buku
Besar Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo
4. Buku Besar Aktiva
Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:
a. Buku Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB Piutang Pajak, BB Piutang
Retribusi
b. Buku Besar Investasi Jangka Panjang, terdiri atas BB Invesatasi dalam Saham
c. Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan
d. Buku Besar Dana Cadangan
e. Buku Besar Aktiva Lain-lain
5. Buku Besar Utang
Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi
daerah masing-masing.
Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang Belanja, BB Utang
Pajak) dan Buku Besar Utang Jangka Panjang (BB Utang Dalam Negeri)
6. Buku Besar Ekuitas Dana

Akuntansi Sektor Publik

60

Jenis dan klasifiasi buku besar tersebut disesuaikan dengan daerah masingmasing, misalnya:
a. buku besar Ekuitas dana Umum
b. buku besar Dana Donasi
Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu pemindahbukuan jurnal
(posting) dari buku jurnal ke buku besar.
1. Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal
2. Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai, debit atau kredit dan
masukkan saldo baru pada kolom saldo, secar kumulatif
3. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal umum diberikan
tanda (V) atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah
diposting ke buku besar.
7. Buku Besar Pembantu
Rekening rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas
rekening yang tidak membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan
perincian. Untuk rekening yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam
buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya
memberikan informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar.
Sumber pencatatan ke buku buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.
Contoh rekening-rekening dalam buku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu
adalah: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Hutang.

8. Contoh Pencatatan Akuantansi Keuangan Daerah

Akuntansi Sektor Publik

61

Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBD suatu Kabupaten:

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

N E R A C A
1 Januari Tahun 20x4
URAIAN
AKTIVA LANCAR
Kas
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Lain-Lain
Persediaan Bahan Habis Pakai/Material
Persediaan Obat-Obatan
Belanja Dibayar Dimuka
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Jangka Panjang
AKTIVA TETAP
Tanah
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air
Gedung
Mesin dan Peralatan
Kendaraan
Meubelair dan Perlengkapan
Buku Perpustakaan
HUTANG JANGKA PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
UTANG JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Umum
Jumlah

DEBET

KREDIT

1.250.000,00
125.000,00
75.000,00
35.000,00
100.000,00
110.500,00

500.000,00
4.250.000,00
1.975.000,00
800.500,00
3.750.000,00
550.000,00
2.600.000,00
975.000,00
490.500,00
200.000,00
750.000,00

2.800.000,00
17.586.500,00

13.836.500,00
17.586.500,00

Akuntansi Sektor Publik

62

Pemerintah Kabupaten/Kota X

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


Tahun Anggaran 20X4
(Dalam Ribuan)

UR A IA N

ANGGARAN

KETERANGAN

I. PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Usaha Daerah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Perimbangan dari Propinsi
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang dari Pemerintah

1.500.000,00
800.500,00
350.000,00
400.000,00
900.000,00
750.000,00

4.700.500,00
II. BELANJA
Aparatur Daerah
Belanja Adminis trasi Umum
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal/Pembangunan
Belanja Modal Gedung
Belanja Modal Kendaraan
Pelayanan Publik
Belanja Adminis trasi Umum
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal/Pembangunan
Belanja Modal Gedung
Belanja Modal Kendaraan
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi
Belanja Tidak Tersangka
Belanja Tidak Tersangka
JUMLAH BELANJA
SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN ( I - II )
III. PEMBIAYAAN
Penerimaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Yang Lalu
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Piutang
Penerimaan Donasi, Hibah, Sumbangan
Transfer dari Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan

450.000,00
350.000,00
325.000,00
125.000,00
200.000,00
150.000,00
125.000,00
175.000,00
500.000,00

275.000,00
125.000,00
150.000,00

200.000,00
200.000,00
125.000,00
75.000,00
500.000,00

0,00

250.000,00
4.300.000,00
400.500,00

0,00
0,00

0,00
0,00

Akuntansi Sektor Publik

63

Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKab X selama tahun 2004:
1. Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp 1.600.000,00, tetapi baru diterima
sebesar Rp 1.475.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Hotel
Hotel Bintang Lima
Hotel Bintang Tiga
Hotel Melati
Jumlah

SKPD
1.000.000
500.000
100.000
1.600.000

Realisasi
900.000
475.000
100.000
1.475.000

2. Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Pasar
Penerimaan Retribusi
Pasar A
400.000
Pasar B
200.000
Pasar C
225.500
3. DAU
yang
diterima
realisasinya
sebesar
Rp
850.000,00
0,,
4. Bagi Hasil Pajak yang direalisasikan sebesar Rp 440.000,00 yang terdiri atas PBB
sebesar Rp 200.000,-, PPh psl 21 sebesar Rp 150.000,- dan BPHTB sebesar Rp
90.000,-.
5. Laba BUMD yang diterima sebesar Rp 300.000,- terdiri atas PDAM sebesar Rp
200.000,- dan BPD sebesar Rp 100.000,-.
6. Membayar biaya perjalanan dinas bupati sebesar Rp 280.500,-. Dari dana tersebut
telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp 270.500,-.
7. Bagi Hasil pajak Propinsi yang diterima adalah Rp.700.000,8. Belanja Pegawai (BAU) Aparatur Daerah Rp 445.500,- dan Pelayanan Publik Rp
260.000,- Rincian dari jumlah di atas yaitu sebagai berikut:
a.
Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai Setda sejumlah
Rp 445.500,- dengan rincian sebagai berikut:
Gaji Pokok
Rp 300.000
Tunjangan Jabatan
Rp 100.000
Tunjangan Fungsional
Rp 45.500
b.
Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai untuk
Kampaye Anti Narkoba sejumlah Rp 260.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Uang representasi
Rp 100.000
Tunjangan Komisi
Rp 100.000
Tunjangan Panitia
Rp 60.000
9. Membeli BHP kantor Setda sebesar Rp 200.000,- dari kontrak sebesar Rp 295.000,-.
10. Belanja Pemeliharaan gedung kantor Setda sebesar Rp 125.000,- dengan perincian
sebagai berikut:
Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat kerja Rp 75.000, Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat tinggal Rp 50.000,11. Membayar Belanja Modal untuk kendaraan roda empat sebagai berikut:

Akuntansi Sektor Publik

A. Bagian Aparatur Daerah


Bidang/sektor
Kontrak
Pertanian
200.000
Industri&Perdag
180.000
Pekerjaan Umum 120.000
Jumlah
500.000

64

Anggaran
200.000
175.000
125.000
500.000

SPJ/Dibayarkan
185.000
162.000
120.000
467.000

B. Bagian Pelayanan Publik


Bidang/sektor
Kontrak
Anggaran
SPJ/Dibayarkan
Pariwisata
99.000
100.000
80.000
Kesehatan
250.000
250.000
247.500
Tata Ruang
145.000
150.000
145.000
Jumlah
494.500
500.000
472.500
12. Membayar Biaya Operasional dan Pemeliharaan (BOP) yang terjadi di Setda sebagai
berikut;
a. Honorarium/upah
Rp 200.000,b. Biaya Cetak/Penggandaan
Rp 149.000.c. Biaya Perjalanan Dinas dalam Kota
Rp 120.500,d. Biaya Pemeliharaan alat-alat angkutan Rp 174.500,13. Membayar biaya bahan habis pakai untuk pelayanan publik sebesar Rp 100.000,- dari
nilai kontrak sebesar Rp 125.000,14. Biaya perjalanan dinas luar kota untuk pelayanan publik sebesar Rp 155.000,15. Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP) untuk pelayanan publik adalah sebagai
berikut:
a. Gaji dan Tunjangan
Rp 199.000,b. Biaya makan dan minum
Rp 150.000,c. Biaya Perjalanan dinas
Rp 125.000,d. Biaya Pemeliharaan Instalasi
Rp 74.000,16. Biaya bantuan korban banjir dan kebakaran Rp 200.000,17. Diterima dari Pemerintah Pusat Rp 250.000,- dari IHH yang tidak dianggarkan.
18. Bayar Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo sebesar Rp 200.000,19. Pinjaman diperoleh dari BPD sebesar Rp 150.000,20. Menerima Dana dari Penjualan Obligasi PemKab X Rp 124.500,21. Dibayarkan biaya sosialisasi akuntansi keuangan daerah untuk pelaksanaan
Kepmendagri No. 29/2002 (tidak dianggarkan) sebesar Rp 50.000,Diminta:
Diasumsikan bahwa Anda bekerja di bagian Sub. Bag Pembukuan. Bagaimanakah pencatatan
transaksi-transaksi di atas dengan menggunakan sistem double entry dengan sistem
pencatatan kas modifikasian dengan mengerjakan tahapan pekerjaan sebagai berikut:
a. Analisislah transaksi di atas dan bukukanlah ke dalam buku Jurnal Penerimaan Kas,
Jurnal Pengeluaran Kas, dan Jurnal Umum.
b. Postinglah ke Buku Besar sesuai dengan akunnya masing-masing.
c. Buatlah Neraca Saldo.
d. Buatlah Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari:
1. Laporan Perhitungan APBD
2. Laporan Aliran Kas.
3. Neraca Daerah.

Akuntansi Sektor Publik

65

Data Tambahan Untuk Jurnal Penyesuaian


1. Persediaan Obat-obatan yang terpakai sebesar Rp 50.500,- (BOP PP).
2. Persediaan Bahan Habis Pakai yang tersisa Rp 25.000 (BAU AD).
Informasi Untuk Penutupan Buku Akhir Tahun Anggaran
1.
Penutupan saldo seluruh rekening Pendapatan dan saldo seluruh rekening Belanja
(Kecuali Belanja Modal) ke rekening Surplus/Defisit
2.
Penutupan rekening Surplus/Defisit ke rekening Ekuitas Dana Umum
3.
Penutupan elemen Pembiayaan yang digunakan untuk mengalokasikan surplus atau
menutup defisit dalam Perhitungan APBD ke rekening Ekuitas Dana Umum (Kecuali
elemen Pembiayaan berupa Tranfer dari Dana Cadangan dan Transfer ke Dana
Cadangan ditutup ke rekening Ekuitas Dana Dicadangkan).
Berdasarkan Soal tersebut, maka pencatatan transaksi adalah sbb:
JURNAL PENERIMAAN KAS
( Dalam Jutaan Rupiah )
Tanggal

Kode.Rek

Uraian

Ref

Jumlah
( Rp)

Akumulasi
( Rp)

Transaks
i
1

1.XX.XXXX.1.1.01

Pendapatan Pajak Hotel

1.475.000,00

1.475.000,00

1.XX.XXXX.1.2.08

Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar

825.500,00

2.300.500,00

1.XX.XXXX.2.2.01

Pendapatan Dana Alokasi Umum

850.000,00

3.150.500,00

1.XX.XXXX.2.1.01

Pendapatan Bagi Hasil Pajak

440.000,00

3.590.500,00

1.XX.XXXX.1.3.01

Bagian Laba Perusda

300.000,00

3.890.500,00

1.XX.XXXX. 2.4.01

Bagi Hasil Pajak Propinsi

700.000,00

4.590.500,00

17

1.XX.XXXX. 2.1.02

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya


Alam

250.000,00

4.840.500,00

19

3.XX.XXXX.1.3

Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman

150.000,00

4.990.500,00

20

3.XX.XXXX.1.3

Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman

124.500,
00

5.115.000,
00

Akuntansi Sektor Publik

66

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
JURNAL PENGELUARAN KAS
( Dalam jutaan )

Tanggal
Transaks
i
6

Kode.Rek

Uraian

Ref

Jumlah
( Rp)

Akumulasi
( Rp)

2.XX.XXXX.1.3.01

Biaya Perjalanan Dinas

280.500,00

280.500,00

2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.1.03.

1
2

Gaji dan Tunjangan Pegawai


Gaji dan Tunjangan Pegawai

V
V

445.500,00
260.000,00

726.000,00
986.000,00

2.XX.XXXX.1.2.01.

Biaya Bahan Habis Pakai Kantor

200.000,00

1.186.000,00

10

2.XX.XXXX.1.4.01

Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung

125.000,00

1.311.000,00

11

2.XX.XXXX.3.9.01
2.XX.XXXX.3.9.01

1
2

Belanja Modal Kendaraan Roda 4


Belanja Modal Kendaraan Roda 4

V
V

467.000,00
472.500,00

1.778.000,00
2.250.500,00

12

2.XX.XXXX.2.1.01
2.XX.XXXX.2.2.03
2.XX.XXXX.2.3.01
2.XX.XXXX.2.4.02

1
1
1
1

Honorarium/Upah
Biaya Cetak dan Penggandaan
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Pemeliharaan Alat-Alat Angkutan

V
V
V
V

200.000,00
149.000,00
120.500,00
174.500,00

2.450.500,00
2.599.500,00
2.720.000,00
2.894.500,00

13

2.XX.XXXX.1.2.01

Biaya Bahan Habis Pakai Kantor

100.000,00

2.994.500,00

14

2.XX.XXXX.1.3.01

Biaya Perjalanan Dinas

155.000,00

3.149.500,00

15

2.XX.XXXX.1.1.03
2.XX.XXXX.1.2.05
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.4.03

2
2
2
2

Gaji dan Tunjangan Pegawai Daerah


Biaya Makanan dan Minuman Kantor
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Pemeliharaan Instalasi

V
V
V
V

199.000,00
150.000,00
125.000,00
74.000,00

3.348.500,00
3.498.500,00
3.623.500,00
3.697.500,00

16

2.XX.XXXX.5.1

Belanja Tidak Tersangka

200.000,00

3.897.500,00

18

3.XX.XXXX.2.4

Pembiayaan - Pembayaran Utang Pokok

200.000,00

4.097.500,00

21

2.XX.XXXX.5.1

Belanja Tidak Tersangka

50.000,00

4.147.500,00

Akuntansi Sektor Publik

67

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

JURNAL UMUM
Kode Rekening
(Ayat/Pasal)
1
2
Penyesuaian APBD
Tanggal

Uraian

Ref

Debet
(Rp)
5

4.XX.XXXX.1.04
1.XX.XXXX.1.1.01

Piutang Pajak
Pendapatan Pajak Hotel

V
V

125.000,00

4.XX.XXXX.1.10
2.XX.XXXX.1.3.01

Belanja Dibayar Dimuka


Biaya Perjalanan Dinas

V
V

10.000,00

Biaya Bahan Habis Pakai Kantor


Utang Kepada Pihak Ketiga

95.000,00

Belanja Modal Kendaraan Roda 4


Belanja Modal Kendaraan Roda 4
Utang Kepada Pihak Ketiga

V
V
V

33.000,00
22.000,00

Biaya Bahan Habis Pakai Kantor


Utang Kepada Pihak Ketiga

V
V

25.000,00

Biaya Bahan/Material
Persediaan Obat-Obatan

V
V

50.500,00

Biaya Bahan Habis Pakai Kantor


Persediaan Bahan Habis Pakai

V
V

75.000,00

Pembiayaan Sisa Lebih Perhit Th Berjalan


Ekuitas Dana Umum

V
V

802.500,00

Kendaraan
Belanja Modal Kendaraan Roda 4

V
V

994.500,00

2.XX.XXXX.1.2.01.
5.XX.XXXX.1.2

2.XX.XXXX.3.6.01
2.XX.XXXX.3.6.01
5.XX.XXXX.1.2

1
2

2.XX.XXXX.1.2.01
5.XX.XXXX.1.2

2.XX.XXXX.2.2.01

2.XX.XXXX.1.2.01

3.XX.XXXX.2.4
6.XX.XXXX.1
Penyesuaian Neraca
4.XX.XXXX.3.9
2.XX.XXXX.3.9.01
5.XX.XXXX.1.1
3.XX.XXXX.2.3
3.XX.XXXX.1.3
5.XX.XXXX.2.1
Jurnal Penutup
1.XX.XXXX.1.1.01

125.000,00

10.000,00

95.000,00

55.000,00

25.000,00

50.500,00

75.000,00

802.500,00

994.500,00

Hutang
Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok

200.000,00

Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman
Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri

274.500,00

Pendapatan Pajak Hotel

Kredit
(Rp)
6

200.000,00

274.500,00
1.600.000,00

Akuntansi Sektor Publik

1.XX.XXXX.1.2.08
1.XX.XXXX.2.2.01
1.XX.XXXX.2.1.01
1.XX.XXXX.1.3.01
1.XX.XXXX. 2.4.01
1.XX.XXXX. 2.1.02
2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.2.01.
2.XX.XXXX.1.4.01
2.XX.XXXX.2.1.01
2.XX.XXXX.2.2.03
2.XX.XXXX.2.4.02
2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.2.01
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.2.05
2.XX.XXXX.1.4.03
2.XX.XXXX.5.1

68

Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar


Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Bagian Laba Perusda
Bagi Hasil Pajak Propinsi
Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA
Gaji dan Tunjangan Pegawai
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
Biaya Pem. Bangunan Gedung
Honorarium/Upah
Biaya Cetak dan Penggandaan
Biaya Pem. Alat-Alat Angkutan
Gaji dan Tunjangan Pegawai
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Makanan dan Minuman Kantor
Biaya Pemeliharaan Instalasi
Belanja Tidak Tersangka
Ikhtisar Surplus/Defisit

825.500,00
850.000,00
440.000,00
300.000,00
700.000,00
250.000,00

1.773.000,00

6.XX.XXXX.1

Ikhtisar Surplus/Defisit
Ekuitas Dana Umum

6.XX.XXXX.1
3.XX.XXXX.2.4

Ekuitas Dana Umum


Pembiayaan sisa Lebih Tahun Berjalan

802.500,00

1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2

445.500,00
390.500,00
370.000,00
125.000,00
200.000,00
149.000,00
174.500,00
459.000,00
125.000,00
280.000,00
150.000,00
74.000,00
250.000,00
1.773.000,00

1.773.000,00

802.500,00

Jurnal di atas, maka buku besar masing-masing adalah sbb:


LOGO

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Transaksi
1
2
3
4
5
6
7

KAS
4.XX.XXXX.1.1
Uraian
SALDO AWAL
Pendapatan Pajak Hotel
Pendapatan Retribusi Pelayanan
Psr
Pendapatan DAU
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Bagian Laba Perusda
Biaya Perjalanan Dinas
Bagi Hasil Pajak Propinsi

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

1.250.000,00
2.725.000,00

1.475.000,00
825.500,00
850.000,00
440.000,00
300.000,00
280.500,00
700.000,00

Saldo
Rp

3.550.500,00
4.400.500,00
4.840.500,00
5.140.500,00
4.860.000,00
5.560.000,00

Akuntansi Sektor Publik

8
8
9
10
11
11
12
12
12
12
13
14
15
15
15
15
16
17
18
19
20
21

LOGO

69

Gaji dan Tunjangan Pegawai - 1


Gaji dan Tunjangan Pegawai - 2
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
Biaya Pemeliharaan Bangunan
Ged.
Belanja Modal Angkt. Darat
Bermotor1
Belanja Modal Angkt. Darat
Bermotor1
Honorarium/Upah
Biaya Cetak dan Penggadaan
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Pemeliharaan Alat Angkt.
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
Biaya Perjalanan Dinas
Gaji dan Tunjangan Pegawai
Daerah
Biaya Makanan dan Minuman
Kantor
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Pemeliharaan Instalasi
Belanja Tidak Tersangka
Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA
Pembiyaan - Pemby. Utang
Pokok
Pembiyaan - Penerimaan
Pinjaman
Pembiyaan - Penerimaan
Pinjaman
Belanja Tidak Tersangka

445.500,00
260.000,00
200.000,00

5.114.500,00
4.854.500,00
4.654.500,00

125.000,00

4.529.500,00

467.000,00

4.062.500,00

472.500,00
200.000,00
149.000,00
120.500,00
174.500,00
100.000,00
155.000,00

3.590.000,00
3.390.000,00
3.241.000,00
3.120.500,00
2.946.000,00
2.846.000,00
2.691.000,00

199.000,00

2.492.000,00

150.000,00
125.000,00
74.000,00
200.000,00

2.342.000,00
2.217.000,00
2.143.000,00
1.943.000,00
2.193.000,00

200.000,00

1.993.000,00

250.000,00

150.000,00

2.143.000,00

124.500,00
50.000,00

2.267.500,00
2.217.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
1

LOGO

PIUTANG PAJAK
4.XX.XXXX.1.4
Uraian
SALDO AWAL
penyesuaian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

125.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Saldo
Rp
125.000,00
250.000,00

Akuntansi Sektor Publik

Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

70

PIUTANG RETRIBUSI
4.XX.XXXX.1.5
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
75.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

PIUTANG LAIN-LAIN
4.XX.XXXX.1.8
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
35.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
7

LOGO

PERSEDIAAN BAHAN HABIS PAKAI KANTOR


4.XX.XXXX.1.9
Uraian

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo Awal
Penyesuaian

75.000,00

Hal

Saldo
Rp
100.000,00
25.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

PERSEDIAAN OBATOBATAN
4.XX.XXXX.1.9.1

Hal

Akuntansi Sektor Publik

Tanggal
7

LOGO

71

Uraian

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo Awal
Penyesuaian

50.500,00

Saldo
Rp
110.500,00
60.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

BELANJA DIBAYAR
DIMUKA
4.XX.XXXX.1.10
Uraian

Hal

Ref

Penyesuaian Neraca

LOGO

Debet
Rp

Kredit
Rp

10.000,00

Saldo
Rp
10.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

INVESTASI JANGKA
PANJANG
4.XX.XXXX.2
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
500.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

TANAH
4.XX.XXXX.3.1

Hal

Akuntansi Sektor Publik

Tanggal

72

Uraian

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
4.250.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

JALAN DAN
JEMBATAN
4.XX.XXXX.3.2
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
1.975.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

BANGUNAN AIR
4.XX.XXXX.3.3
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
800.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

GEDUNG
4.XX.XXXX.3.5
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

Akuntansi Sektor Publik

73

SALDO AWAL

LOGO

3.750.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

MESIN & PERALATAN


4.XX.XXXX.3.8
Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
550.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
11

LOGO

KENDARAAN
4.XX.XXXX.3.9
Uraian

Hal

Ref

SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp
2.600.000,00
3.594.500,00

994.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

MEUBELAIR DAN PERLENGKAPAN


4.XX.XXXX.3.12
Uraian
SALDO AWAL

Ref

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp
975.000,00

Akuntansi Sektor Publik

LOGO

74

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BUKU PERPUSTAKAAN
4.XX.XXXX.3.16

Tanggal

Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
490.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

BAGIAN LANCAR UTANG JK. PANJANG


5.XX.XXXX.1.1
Uraian

Ref

SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca

LOGO

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp
200.000,00
0,00

200.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

UTANG PERHITUNGAN PIHAK KE-3


5.XX.XXXX.1.2
Uraian
SALDO AWAL
Penyesuaian APBD
Penyesuaian APBD
Penyesuaian APBD

Ref

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp
95.000,00
55.000,00
25.000,00

Saldo
Rp
750.000,00
845.000,00
900.000,00
925.000,00

Akuntansi Sektor Publik

LOGO

75

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

UTANG DALAM
NEGERI
5.XX.XXXX.2.1

Hal

Uraian

Ref

Debet
Rp

SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca

LOGO

Kredit
Rp

Saldo
Rp

274.500,00

0,00
274.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

UTANG LUAR NEGERI


5.XX.XXXX.2.2

Tanggal

Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

Saldo
Rp
2.800.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

EKUITAS DANA UMUM


6.XX.XXXX.1

Tanggal

Uraian

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

SALDO AWAL

LOGO

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Saldo
Rp
13.836.500,00

Akuntansi Sektor Publik

76

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

PAJAK HOTEL
1.XX.XXXX.1.1.01

Tanggal
1

LOGO

Hal

Uraian

Ref

Kas
Penyesuaian
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp
1.475.000,00
125.000,00

1.600.000,00

Saldo
Rp
1.475.000,00
1.600.000,00
0,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

RETRIBUSI PELAYANAN
PASAR
1.XX.XXXX.1.2.08

Tanggal

Uraian

LOGO

Hal

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

825.500,00

825.500,00
0,00

825.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BAGIAN LABA
PERUSDA
1.XX.XXXX.1.3.01

Tanggal
5

LOGO

Uraian
Kas
Penutupan

Hal

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

300.000,00

300.000,00
0,00

300.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Akuntansi Sektor Publik

77

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BAGI HASIL PAJAK


1.XX.XXXX.2.1.01

Tanggal
4

LOGO

Uraian

Hal

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

440.000,00

440.000,00
0,00

440.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

DANA ALOKASI UMUM


1.XX.XXXX.2.2.01

Tanggal

Uraian

LOGO

Hal

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

850.000,00

850.000,00
0,00

850.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BAGI HASIL PAJAK PROPINSI


1.XX.XXXX.2.4.01

Tanggal
7

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penutupan

Hal

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

700.000,00

700.000,00
0,00

700.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BG.HASIL BUKAN PJK


1.XX.XXXX.2.1.02

Hal

Akuntansi Sektor Publik

78

Tanggal
17

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

250.000,00

250.000,00
0,00

250.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI


2.XX.XXXX.1.1.03 1

Tanggal
8

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp

445.500,00

445.500,00
0,00

445.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

HONORARIUM
2.XX.XXXX.2.1.01

Tanggal
12

LOGO

Uraian
Kas
Penutupan

Hal

1
Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

200.000,00

200.000,00
0,00

200.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
9

BIAYA BAHAN HABIS PAKAI KANTOR


2.XX.XXXX.1.2.01 1
Debet
Uraian
Ref
Rp
Kas
Penyesuaian APBD

200.000,00
95.000,00

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp
200.000,00
295.000,00

Akuntansi Sektor Publik

79

Penyesuaian APBD
Penutupan

LOGO

75.000,00
370.000,00

370.000,00
0,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BIAYA CETAK DAN PENGGANDAAN


2.XX.XXXX.2.2.03 1

Tanggal
12

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp

149.000,00

149.000,00
0,00

149.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BIAYA PEMELIHARAAN GEDUNG


2.XX.XXXX.1.4.01 1

Tanggal
10

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp

125.000,00

125.000,00
0,00

125.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
6
12

BIAYA PERJALANAN DINAS


2.XX.XXXX.1.3.01 1
Uraian
Kas
Kas
Penyesuaian Neraca
Penutupan

Ref

Hal

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

10.000,00
390.500,00

280.000,00
400.500,00
390.500,00
0,00

280.000,00
120.500,00

Akuntansi Sektor Publik

80

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG


2.XX.XXXX.2.4.02 1

Tanggal
12

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Pentupan

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp

174.500,00

174.500,00
0,00

174.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

BELANJA MODAL KEND. RODA 2


2.XX.XXXX.3.06 1
Uraian

Ref

Penyesuaian APBD

LOGO

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

33.000,00

Saldo
Rp
33.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

BELANJA MODAL ANGK. DARAT BERMOTOR


2.XX.XXXX.3.09 1
Uraian
Penyesuaian APBD

LOGO

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

467.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

Hal

Saldo
Rp
467.000,00

Akuntansi Sektor Publik

81

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI


2.XX.XXXX.1.1.03 2

Tanggal
8
15

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Kas
Penutupan

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

260.000,00
199.000,00

Saldo
Rp
260.000,00
459.000,00

459.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BIAYA BAHAN HABIS PAKAI


2.XX.XXXX.1.2.01 2

Tanggal
13

LOGO

Uraian

Ref

Kas
Penyesuaian APBD
Penutupan

Hal

Debet
Rp

Kredit
Rp

100.000,00
25.000,00

Saldo
Rp
100.000,00
125.000,00

125.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BIAYA PERJALANAN DINAS


2.XX.XXXX.1.3.01 2

Tanggal
14
15

LOGO

Uraian
Kas
Kas
Penutupan

Ref

Hal

Debet
Rp

Kredit
Rp

155.000,00
125.000,00

155.000,00
280.000,00
280.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR

Saldo
Rp

Akuntansi Sektor Publik

82

Nama
:
Kode. Rek. :

Biaya Makanan dan Minuman


Kantor
2.XX.XXXX.1.2.05 2

Tanggal

Uraian

15

Hal

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

150.000,00

Saldo
Rp
150.000,00

150.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

Biaya Pemeliharaan Instalasi


2.XX.XXXX.1.4.03 2

Tanggal
15

Uraian

Hal

Ref

Kas
Penutupan

Debet
Rp

Kredit
Rp

74.000,00
74.000,00

Saldo
Rp
74.000,00
0,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BELANJA MODAL KENDARAAN RODA 2


2.XX.XXXX.3.6.01 2

Tanggal
11

LOGO

Uraian
Kas

Ref

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

27.500,00

Saldo
Rp
27.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BELANJA MODAL ANGKT. DARAT BERMOTOR


2.XX.XXXX.3.9.01 2

Hal

Akuntansi Sektor Publik

Tanggal
11

83

Uraian

Ref

Kas

Debet
Rp

Kredit
Rp

472.500,00

Saldo
Rp
472.500,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :

BELANJA TAK TERSANGKA


2.XX.XXXX.5.1 2

Tanggal
16
21

LOGO

Uraian
Kas
Kas
Penutup

Ref

Hal

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

250.000,00

200.000,00
250.000,00
0,00

200.000,00
50.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
19
20

LOGO

PEMBIAYAAN - PENERIMAAN PINJAMAN DAN


OBLIGASI
3.XX.XXXX.1.3
Debet
Kredit
Uraian
Ref
Rp
Rp
Kas
Kas
Penyesuaian

150.000,00
124.500,00
274.500,00

Hal

Saldo
Rp
150.000,00
274.500,00
0,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

BUKU BESAR
Hal

Nama
:
Kode. Rek. :

PEMBIAYAAN - PEMBAYARAN UTANG POKOK YG JATUH


TEMPO
3.XX.XXXX.2.3

Akuntansi Sektor Publik

Tanggal

84

Uraian

18

Ref

Kas
Penyesuaian Neraca

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

200.000,00

200.000,00
0,00

200.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Hal

Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal

PEMBIAYAAN- SISA LEBIH ANGGARAN TAHUN BERJALAN


3.XX.XXXX.2.4
Uraian

Ref

Debet
Rp

Kredit
Rp

Saldo
Rp

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X

LOGO

BUKU BESAR
Nama

Tanggal

IKHTISAR SURPLUS/DEFISIT NETTO

Uraian

Ref

Debet
Rp

Hal

Kredit
Rp

Saldo
Rp

Akuntansi Sektor Publik

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LAPORAN ALIRAN KAS

85

Akuntansi Sektor Publik

86

31 Desember 20x4
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kenaikan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank

(135.000,00)

Penurunan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank

125.500,00

Kenaikan Hutang Lancar

175.000,00

Penurunan Hutang Lancar

(200.000,00)

Jumlah Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

(34.500,00)

Arus Kas Dari Aktivitas Penyertaan


Kenaikan Penyertaan Modal Jangka Panjang
Penurunan Penyertaan Modal Jangka Panjang
Kenaikan Aktiva Tetap

(994.500,00)

Penurunan Aktiva Tetap


Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Penyertaan

(994.500,00)

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan


Kenaikan Hutang Jangka Panjang

274.500,00

Penurunan Hutang Jangka Panjang


Kenaikan Dana Cadangan
Penurunan Dana Cadangan
Kenaikan Ekuitas

1.722.000,00

Penurunan Ekuitas
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Total Arus Kas

1.996.500,00
967.500,00

Sisa Kas Awal Tahun Anggaran

1.250.000,00

Sisa Kas Akhir Tahun Anggaran

2.217.500,00

PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA X
NERACA
31 Desember Tahun 20x4

Akuntansi Sektor Publik

87

AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas
Piutang Pajak

2.217.500
250.000

Piutang Retribusi

75.000

Piutang Lain-Lain

35.000

Persediaan Bahan Habis Pakai/Material

25.000

Persediaan Obat-Obatan

60.000

Belanja Dibayar Dimuka

10.000

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Jangka Panjang

PASIVA
HUTANG JANGKA
PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang

Utang Perhitungan Pihak Ketiga

925.000

UTANG JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri

274.500
2.800.000

EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Umum

15.558.500

JUMLAH PASIVA

19.557.500

500.000

AKTIVA TETAP
Tanah

4.250.000

Jalan dan Jembatan

1.975.000

Bangunan Air
Gedung
Mesin dan Peralatan
Kendaraan

800.500
3.750.000
550.000
3.594.500

Meubelair dan Perlengkapan

975.000

Buku Perpustakaan

490.500

JUMLAH AKTIVA

19.557.500

You might also like