Professional Documents
Culture Documents
Faktor risiko untuk henti jantung adalah sama dengan yang dilihat dengan
penyakit jantung koroner termasuk: merokok, kurangnya latihan fisik, obesitas,
diabetes, dan sejarah keluarga.
1. Infark miokard akut
Karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan
edema paru.
2. Emboli paru
Karena penyumbatan aliran darah paru
3. Aneurisma disekans
Karena kehilangan darah intravaskuler.
4. Hipoksia, asidosis
Karena gagal jantung/ kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi,
penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat, kelainan susunan
syaraf pusat.
5. Gagal ginjal
Karena hiperkalemia
Stress Fisik
Kelainan Bawaan
Tension Pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara
akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan
dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan
ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena
cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
F.
Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa
atau brakialis pada bayi)
Nyeri
Berbagai metode lain untuk mendeteksi sirkulasi telah diajukan. Panduan berikut tahun 2000
Komite Hubungan Internasional Resusitasi (ILCOR) rekomendasi untuk penolong mencari
tanda-tanda sirkulasi, tetapi tidak secara khusus denyut nadi. Tanda-tanda ini termasuk
batuk, terengah-engah, warna, berkedut dan gerakan. Namun dalam menghadapi bukti bahwa
panduan ini tidak efektif, rekomendasi saat ini ILCOR adalah bahwa serangan jantung harus
didiagnosis di seluruh korban yang tidak sadar dan tidak bernapas normal.
Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai ketidak sadaran
dan tak teraba denyut arteri besar :
1) Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak menghasilkan denyut nadi
yang dapat diraba.
2) Aktivitas elektrokardiogram (EKG) mungkin terus berlanjut meskipun tidak
ada kontraksi mekanis, terutama pada asfiksia.
3) Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama yang tidak mantap.
Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai ketidak sadaran
dan tak teraba denyut arteri besar :
1) Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak menghasilkan denyut nadi
yang dapat diraba.
2) Aktivitas elektrokardiogram (EKG) mungkin terus berlanjut meskipun tidak
ada kontraksi mekanis, terutama pada asfiksia.
3) Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama yang tidak mantap.
H. Penatalaksanaan
1. RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan
keadaan henti nafas/ henti jantung atau (yang dikenal dengan istilah kematian
klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.
a. kontraindikasi
orang yang diketahui berpenyakit terminal dan yang telah secara klinis
mati lebih dari 5 menit.
b. tahap-tahap resusitasi
Resusitasi jantung paru pada dasarnya dibagi dalam 3 tahap dan pada
setiap tahap dilakukan tindakan-tindakan pokok yang disusun menurut abjad:
1. Pertolongan dasar (basic life support)
- Airway control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka dan bersih.
- Breathing support, yaitu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara
adekuat.
- Circulation support, yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan cara
memijat jantung.