Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas
pelaksanaan sistem self assessment terhadap tindakan penggelapan pajak.
Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
berpenghasilan tidak tetap di kota Padang. Sampel dipilih dengan cara
convenience sampling dan dikumpulkan 70 kuesioner dari responden.
Dengan menggunakan regresi linier sederhana, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan
sistem self assessment berpengaruh positif terhadap tindakan penggelapan
pajak. Hasil penelitian ini berbeda dari Suwandhi (2010) yang menemukan
pengaruh negatif dari persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan
sistem self assessment terhadap penggelapan pajak di Bandung.
Studi ini menemukan semakin baik persepsi wajib pajak orang pribadi atas
pelaksanaan sistem self assessment (terutama bagi mereka yang memiliki
1
audiacitra@yahoo.co.id
pfauziati@yahoo.com
3
resti_yulistia@yahoo.com
4
ariefrinolaminovia@yahoo.com
2
1. Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sumber dana negara yang memberikan kontribusi
terbesar dalam membangun negara. Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan
berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan
negara. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang,
penerbitan
peraturan
perundang-undangan
baru
di
bidang
perpajakan
guna
wajib pajak badan, tetapi tidak tertutup kemungkinan wajib pajak orang pribadi juga
melakukan hal yang sama. Lebih spesifik, wajib pajak pribadi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah wajib pajak pribadi yang berpenghasilan tidak tetap seperti
pedagang, penerima upah, dll. Wajib pajak berpenghasilan tidak tetap akan lebih tinggi
melakukan penggelapan pajak dibandingkan berpenghasilan tetap karena biasanya
perusahaan tempat mereka bekerja membantu dalam pengurusan pajak karyawan
tetapnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terutama pada wajib pajak
pribadi untuk dapat meningkatkan kesadaran dan kejujuran dalam membayar pajaknya
dan agar berhati-hati dalam menghitung, mengisi dan melaporkan pajak. Selain itu agar
wajib pajak lebih sering menambah pengetahuan tentang pajak terutama tentang pajak
penghasilan pribadi, mengikuti pelatihan gratis yang diadakan kantor pelayanan pajak
dan aktif bertanya agar tidak terpeleset dalam tindakan tax evasion.
2.
2.1.
tahun 1983 dimana sistem yang dipakai sebelumnya adalah official assessment system.
Menurut Ilyas dan Burton (2012) self assessment system berarti kepada wajib pajak
diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan pemenuhan kewajiban
perpajakannya dengan cara menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke negara.
Rahayu (2010) menyatakan bahwa tata cara pemungutan pajak dengan
menggunakan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai
pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri self assessment system
adalah adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya,
lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.
Menurut Ilyas dan Burton (2012), Prinsip self assessment secara jelas tampak
dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah dengan Undang-undang No 16 Tahun 2009
(Undang-undang KUP) pada dasarnya memiliki makna, yaitu:
1. Agar semua Wajib Pajak bersifak aktif di dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya tanpa perlu menunggu adanya surat ketetapan pajak yang akan
dikeluarkan oleh petugas pajak (fiskus),
2.2.
Penyebab terjadinya tax evasion atau penggelapan pajak adalah (Rahayu, 2010):
1. Kondisi Lingkungan
Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yanag terpisahkan dari manusia
sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain,
begitu juga dalam dunia perpajakan. Jika lingkungan kondisinya baik, masingmasing individu akan termotivasi untuk memenuhi peraturan perpajakan dengan
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jila
Menurut Gunadi (2007), beberapa akibat dari perbuatan penggelapan pajak, yaitu:
1. Dalam bidang keuangan.
Penggelapan pajak merupakan pusat kerugian bagi kas negara karena dapat
menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi
lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan
inflasi.dll.
2. Dalam bidang ekonomi
Penggelapan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat antara para
pengusaha. Maksudnya pengusaha yang melakukan penggelapan pajak dengan
untuk ikut membantu pembiayaan negara dan pembangunan nasional adalah dengan
diberikannya kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan,
mencatat dan membayarkan jumlah pajak terhutang. Akan tetapi banyak wajib pajak
memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dan berfikir untuk melarikan diri dari
kewajiban atau mengurangi jumlah pajak terhutang mereka, bahkan cenderung tidak
membayar pajak. Tindakan tersebut merupakan tindakan penyelundupan pajak (tax
evasion) dimana tindakan ini merupakan tindakan ilegal.
Menurut Sunarsip (Ipotnews, 2012), terjadi penghindaran pajak atau
penggelapan pajak akibat ketidakpastian aturan pengutipan pajak yang menerapkan self
assessment system. Sistem ini memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam
menghitung, membayar, melaporkan sendiri pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan
perpajakan, sehingga memicu terjadinya penafsiran yang berbeda antara wajib pajak
dengan Ditjen Pajak, sehingga ada selisih besaran pajak yang mesti dibayar wajib pajak.
Hasil penelitian Sari (2007) di Pekanbaru dan Ilyas, dkk (2013) di Padang membuktikan
bahwa terdapat perbedaan pemahaman antara wajib pajak dengan fiskus mengenai
penggelapan pajak.
Menurut Ilyas dan Burton (2012), pemberian kepercayaan penuh melalui
pelaksanaan sistem self assessment kepada wajib pajak seakan memberi ruang amat
besar dan sangat memungkinkan kalau data dan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak
ke kantor pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kalaupun itu terjadi
harus diakui bahwa hal itu merupakan konsekuensi logis dari sistem yang diberlakukan.
Slemrod (2007) menemukan bahwa tindakan penggelapan pajak di Amerika
Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya terjadi karena adanya ketidakpatuhan wajib
pajak pribadi maupun badan dan rasa kecewa wajib pajak terhadap pelaksanaan sistem
perpajakan di negara mereka masing-masing. McGee et al., (2008) meneliti etika dalam
penggelapan pajak di Hongkong dan Amerika Serikat. Dengan sampel mahasiswa bisnis
di Hongkong dan Amerika, penelitian ini menemukan bahwa responden di Hongkong
dan Amerika Serikat menentang pandangan bahwa penggelapan pajak selalu etis.
Penggelapan pajak terjadi pada negara yang korup dan sistem pajak yang tidak adil.
McGee (2006) menyatakan bahwa penggelapan pajak dianggap suatu hal yang
etis dikarenakan oleh minimnya keadilan dalam penggunaan uang yang bersumber dari
pajak, korupsi pemerintah, dan tidak mendapat imbalan/pengaruh atas pajak yang telah
dibayarkan, yang berakibat kurangnya tingkat pendapatan penerimaan pajak Negara dan
menimbulkan
krisis
kepercayaan
masyarakat
kepada
institusi
terkait
dalam
Artinya, semakin baik pelaksanaan self assessment system maka tindakan tax evasion
yang terjadi akan semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan
self assessment system maka tindakan tax evasion akan menjadi tinggi. Sementara
dalam persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system
masih cukup. Artinya pelaksanaan sistem yang dimulai dari pendaftaran NPWP,
perhitungan pajak, penyetoran dan pelaporan SPT oleh wajib pajak sendiri masih belum
berjalan baik. Akan tetapi ada beberapa pelaksanaan yang sudah dianggap baik seperti
proses pendaftaran dan pelayanan yang diberikan fiskus.
Dianutnya Self Asessment system diharapkan dapat menciptakan kesadaran diri
wajib pajak dalam membayar pajak secara sukarela melalui misi dan konsekuensi yang
dibawa oleh self assessment system, karena semakin tinggi kepatuhan sukarela maka
semakin kecil pula kebutuhan mengawasi wajib pajak sehingga penggelapan pajak
dapat diminimalisir. Dengan demikian maka diturunkan sebuah hipotesis bahwa :
H a : Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system
berpengaruh terhadap tindakan tax evasion
3. Metoda Penelitian
3.1. Sumber Data, Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
responden dengan menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki NPWP dan berpenghasilan tidak tetap di
kota Padang. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib
pajak orang pribadi yang dipilih dengan menggunakan metode Convenience Sampling
yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan.
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen penelitian ini adalah Tax Evasion yaitu suatu tindakan yang
dilakukan oleh wajib pajak dalam menggelapkan atau menghindarkan pajak
terhutangnya secara ilegal. Pengukuran tax evasion menggunakan 5 skala likert, sebagai
berikut: 1 = sangat negatif, 2 = negatif, 3 = ragu-ragu, 4 = positif, 5 = sangat positif.
Terdapat 11 pertanyaan dengan rincian: Tidak menyampaikan pengisian SPT dengan 2
pertanyaan; menyampaikan SPT dengan tidak benar dengan 2 pertanyaan; tidak
mendaftar/ menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan PKP dengan 3 pertanyaan; tidak
menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong dengan 2 pertanyaan; berusaha
menyuap fiskus dengan 2 pertanyaan.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Persepsi Wajib
Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System, yaitu pemungutan pajak
yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar (Waluyo, 2011).
Untuk Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment
System menggunakan 5 skala likert sebagai berikut: 1 = sangat negatif, 2 = negatif, 3 =
ragu-ragu, 4 = positif, 5= sangat positif. Terdapat 17 pertanyaan dengan rincian untuk
indikator mendaftar dengan 3 pertanyaan; untuk indikator Menghitung dengan 4
pertanyaan; untuk indikator Membayar dengan 2 pertanyaan; untuk indikator Melapor
dengan 4 pertanyaan; untuk indikator Pelayanan fiskus dengan 2 pertanyaan; untuk
indikator Pengawasan dengan 2 pertanyaan.
Tax Evasion
a =
Konstanta
b = Koefisien Regresi
X =
Persepsi Wajib Pajak Orang pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System
e =
Error
4.
Hasil Penelitian
Jumlah
(orang)
80
10
70
70
Persentase
(%)
100
12,5
87,5
Jumlah (%)
55,7
44,3
100
Jumlah
(orang)
19
19
22
10
70
Jumlah (%)
27,15
27,15
31,4
14,3
100
Jumlah (%)
1,4
45,7
52,9
100
Jumlah (%)
67,2
31,4
1,4
100
Kisaran
teoritis
Kisaran
Aktual
Mean
70
17-85
23-83
56.9714
9.06014
70
11-55
17-52
35.1429
6.93298
Valid N
(listwise)
70
Std. Deviation
KMO
Faktor
Loading
Cronbach
Alpha
0,706
0,455-0,769
0,774
0,690
0,422-0,742
0,740
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Uji Hipotesis
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai R2 adalah sebesar 0,277, ini berarti
27,7% persepsi Wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system
memberikan kontribusi dalam mempengaruhi tindakan tax evasion sedangkan sisanya
72,3% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.
Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa persepsi wajib pajak orang
pribadi atas pelaksanaan self assessment system memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 pada alpha 0,05, koefisien persepsi wajib pajak 0,402. Hal ini berarti semakin
baik persepsi wajib pajak atas pelaksanaan self assessment system maka tindakan tax
evasion semakin meningkat di kota Padang (tabel 8).
Wajib
Pajak
Koefisien
Sig
12,216
0,009
0,402
0,000
Pribadi
R2
0,277
F sig
0,000
Penelitian ini menemukan hal yang menarik yang terjadi pada wajib pajak orang
pribadi di kota Padang. Semakin baiknya persepsi wajib pajak atas pelaksanaan self
assessment system justru semakin meningkatkan penggelapan pajak (tax evasion).
Penelitian ini justru berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Suwandhi (2010) yang
menemukan terdapat pengaruh negatif antara persepsi wajib pajak orang pribadi atas
pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion di Bandung.
Penerapan self assessment system yang memberikan kepercayaan penuh kepada
wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri
memberikan peluang yang sangat besar kepada wajib pajak untuk menggelapkan pajak
terhutangnya. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan tindakan tax evasion di kota
Padang. Adanya penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak dalam
pelaksanaan self assessment system juga menjadi pemicu tindakan tax evasion tersebut.
Dengan kepercayaan yang telah diberikan, membuat wajib pajak berpikir bahwa data
laporan pajak yang akan dibayarnya tidak akan dihitung ulang lebih terinci oleh petugas
pajak. Selain itu kurangnya pengawasan yang dilakukan fiskus kepada wajib pajak
dalam pelaksanaan self assessment system juga bisa menjadi alasan wajib pajak untuk
melakukan tindakan tax evasion.
pajak atas pelaksanaan sistem self assessment justru semakin meningkatkan tindakan
tax evasion di kota Padang. Hasil ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan self
assessment system yang memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada wajib pajak
untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri justru lebih
memberikan peluang kepada wajib pajak untuk menggelapkan pajaknya.
Wajib Pajak hendaknya menyadari kewajiban dalam membayar pajak dengan
kejujuran dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas kepercayaan yang
diberikan kepada wajib pajak dan juga lebih aktif dalam bertanya atau mengikuti
pelatihan karena penggelapan pajak yang dilakukan wajib pajak juga dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan tingkat pemahaman antara wajib pajak dengan fiskus mengenai
konsep dasar penggelapan pajak seperti temuan yang diperoleh oleh Ilyas, dkk (2013).
Sedangkan bagi fiskus, kecenderungan terjadinya tax evasion masih cukup
tinggi. Oleh karena itu seharusnya fiskus mulai memperhatikan sistem dan data wajib
pajak yang lebih terintegrasi dengan menjaring atau mendeteksi kemungkinan
penyelewengan atau penggelapan pajak serta menerapkan dan mengawasi aturan sebaik
mungkin.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. 2014. Siaran Pers Strategi
Pengamanan Penerimaan Pajak tahun 2013. www.pajak.go.id diakses Juni
2014.
Gunadi. 2007. Pajak Internasional Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Hutami, Sri. 2012. Tax Planning (Tax Avoidance dan tax Evasion) Dilihat dari Teori
Etika. www.ejournal politama.ac.id.
Ilyas, Bobby, Popi Fauziati dan Resti Yulistia M. 2013. Analisis Perbedaaan Tingkat
Pemahaman Wajib Pajak dan Fiskus terhadap Pengetahuan Umum,
Perencanaan, Strategi Perencanaan dan Penggelapan Pajak di Wilayah Kantor
Pelayanan Pajak Padang. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado.
Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2012. Manajemen Sengketa Dalam Pungutan
Pajak: Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
Ipotnews, 2012. Kejahatan Perpajakan Dipicu
www.ipotnews.com, diakses Oktober 2013.
Sistem
Self
Assessment.
McGee, Robert W. 2006. Three Views on the Ethics of Tax Evasion, Journal of
Business Ethics 2006, pp. 15-35.
McGee, Robert W, Simon S. M. Ho, Annie Y. S. Li. 2008. A Comparative Study on
Perceived Ethics of Tax Evasion: Hong Kong vs the United States. Journal of
Business Ethics 77.
Nickerson, Inge, Pleshko dan McGee. 2009. Presenting the Dimensionality of An Ethics
Scale pertaining To Tax Evasion, Journal of Legal, Ethical and Regulatory
Issues, Volume 12, Number 1.
Padang Ekspres. 2013. Pengeplang Pajak Tersudut. www.padangekspres.co.id, diakses
Juni 2014.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, Yulia. 2007. Analisa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Badan dan Fiskus
terhadap Perencanaan Pajak dan Penggelapan Pajak di Wilayah kantor
Pelayanan Pajak Kota Pekanbaru. Skripsi S-1. Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas Padang.
Slemrod, Joel. 2007. Cheating Ourselves: The Economics of Tax Evasion. Journal of
Economic Perspectives Volume 21 No. 1: 25-48.
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2014. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan
Diskriminasi terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika Penggelapan
Pajak (Tax Evasion). www.asp.trunojoyo,ac.id, diakses tanggal 9 Juni 2014.
Suwandhi, Rezki Suhairi. 2010. Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Pelaksanaan
Self Assessment System Dalam Keterkaitannya Dengan Tindakan Tax Evasion
(Studi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying). Bandung:
Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIKOM.
Tarjo dan Kusumawati. 2006. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Pelaksanaan Self Assessment System: Studi Bangkalan. Jurnal JAAI Volume 10
No.1: 101-102.
Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.