Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
IT
.
BS
1.1
TP
Pada Bab 1 Pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan, lingkup dan kegiatan serta keluaran/hasil yang diharapkan yang diambil
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan studi Evaluasi Penerapan
Area Traffic Control System (ATCS) di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Penjelasan yang terdapat pada pendahuluan ini merupakan pemahaman pertama
bagi konsultan untuk menetapkan konsep dasar dan kerangka kerja dalam
menyusun laporan pekerjaan.
Saat ini ada beberapa kota yang telah diterapkan ATCS oleh pemerintah Pusat
baik melalui Pinjaman Luar Negeri maupun Rupiah Murni. Untuk kota-kota
metropolitas seperti DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya, Pemerintah Pusat
pada tahun 1995 telah memasang semua peralatan baik hardware, software dan
peralatan lapangan lain berupa APILL, detector, controler dan kamera. Setelah
lebih dari 10 tahun, maka kinerja ATCS yang telah dipasang menunjukan
kinerja yang semakin menurun, dengan tidak berfungsinya beberapa loop
detector di Bandung, dan Surabaya serta tidak sinkronnya 3 sistem ATCS di DKI
Jakarta, Bandung dan Surabaya. Dari ketiga kota ini, badan/unit pengelola
ATCS juga berbeda dari satu kota dengan kota lainnya. Berdasarkan kondisi ini
maka perlu untuk segera dilakukan evaluasi terhadap penerapan ATCS di ketiga
kota tersebut termasuk untuk pengelolaannya.
Bab 1 Pendahuluan
1-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
1.2
TP
1.3
BS
Secara umum kegiatan kajian dan penerapan ATCS di DKI Jakarta, Bandung dan
Surabaya terbagi dalam dua kegiatan utama yaitu kajian lalu lintas dan penerapan
peralatan ATCS, dengan uraian kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan kajian kondisi lalu lintas di kawasan perkotaan dengan
prioritas pada (lima) persimpangan utama yang ada di DKI Jakarta,
Bandung dan Surabaya;
IT
.
1.4
Bab 1 Pendahuluan
1-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 2
KAJIAN LITERATUR DAN
PERUNDANGAN
Pada Bab 2 Kajian Literatur dan Perundangan disampaikan mengenai
literatur-literatur dan perundang-undangan yang terkait dengan studi ini meliputi:
Definisi ATCS dan MRLL Menurut Kajian Literatur dan Perundang-Undangan,
Ketentuan Mengenai kelengkapan Jalan, Tahapan Kegiatan Manajemen Rekayasa
Lalu Lintas, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) dan Teknologi ATCS.
Definisi ATCS dan MRLL Menurut Kajian Literatur dan Perundangundangan
TP
2.1
BS
ATCS merupakan suatu sistem pengatur lampu lalu lintas terpusat mempunyai
kemampuan untuk manajemen lalu lintas dengan mengkoordinasikan antar
persimpangan dari pusat kontrol ATCS, sehingga diperoleh dari suatu kondisi
pergerakan lalu lintas pada ruas jalan yang efektif dan effisien.
2.1.2 Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL)
2.2
IT
.
2-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
2.3
TP
BS
IT
.
7. Lebar drainase,
8. Alinyemen horisontal;
9. Alinyemen vertikal.
2-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;
IT
.
Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai
dibatasi oleh kondisi lalu lintas;
kendaraan
2-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh
perubahan kondisi arus;
TP
Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama;
BS
IT
.
2-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
Kanalisasi; dan/atau
Pelebaran jalan.
IT
.
Simpang prioritas;
2-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
2-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
2.4
2.4.1 Jenis, Fungsi, Bentuk dan Ukuran Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Sebagaimana yang disampaikan dalam KM No. 62 tahun 1993 tentang Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pasal 3 bahwa untuk jenis dari alat pemberi syarat
lalu lintas terdiri dari 3 macam yang meliputi:
a. Lampu 3 (tiga) warna, untuk mengatur kendaraan;
b. Lampu 2 (dua) warna, untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki;
c. Lampu 1 (satu) warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada
pemakai jalan.
Untuk penjelasannya tentang jenis alat pemberi syarat lalu lintas pada butir a
tersebut disampaikan dalam pasal 4 yaitu:
1. Lampu tiga warna terdiri dari warna merah, kuning dan hijau;
2. Lampu tiga warna dipasang dalam posisi vertikal atau horizontal.
2-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
2-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
a. Lampu satu warna yang berwarna kuning dipasang pada jalur lalu
lintas, mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati;
b. Lampu satu warna sebagaimana yang berwarna merah dipasang pada
persilangan sebidang dengan jalan kereta api dan apabila menyala
mengisyaratkan pengemudi harus berhenti;
c. Lampu satu warna dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah
pada lampu yang menunjukan arah datangnya kereta api.
Lampu - lampu sebagaimana yang disampaikan sebelumnya dalam
berbentuk bulat dengan garis tengah antara 20 sentimeter sampai
dengan 30 sentimeter dengan daya lampu antara 60 watt sampai
dengan 100 watt.
2.4.2 Kekuatan Hukum Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
TP
Pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan sebagai hasil
manajemen lalu lintas, ditetapkan dengan:
BS
IT
.
c. Peraturan Daerah Tingkat II, untuk pengaturan lalu lintas pada jalan
kabupaten/kotamadya, jalan nasional dan jalan propinsi yang telah
diserahkan kepada Daerah Tingkat II serta diumumkan dalam Berita
Daerah
2.4.3 Penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan alat pemberi isyarat lalu
lintas dilakukan oleh:
a. Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk, untuk jalan nasional dan jalan
tol kecuali jalan nasional yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah
Tingkat II atau yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II;
b. Pemerintah Daerah Tingkat I, untuk jalan propinsi, kecuali jalan propinsi
yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II atau jalan
propinsi yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II;
c. Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten, untuk:
-
Jalan kabupaten;
Jalan propinsi yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat
II, dengan persetujuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;
2-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Jalan nasional yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II
dengan persetujuan Direktur Jenderal.
Jalan kotamadya;
Jalan propinsi yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II, dengan
persetujuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;
TP
BS
2. Alat pemberi isyarat lalu lintas pada persilangan sebidang dengan jalan
kereta api, ditempatkan pada sisi kiri jalur lalu lintas menghadap arah lalu
lintas dan dapat diulangi pada sisi kanan jalur lalu lintas.
IT
.
3. Alat pemberi isyarat lalu lintas pada tempat penyeberangan pejalan kaki,
ditempatkan pada sisi kiri dan/atau kanan jalur lalu lintas menghadap ke
arah pejalan kaki yang dilengkapi dengan tombol permintaan untuk
menyeberang.
2.5
2-10
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
2. Apabila pemilih sinyal berasal dari instansi yang berbeda (Jasa Marga,
Tol Swasta, Dinas Perhubungan dan sebagainya), maka aspek SOP
pertukaran data antar instansi perlu dibangun, sehingga memungkinkan
penggunaan bersama informasi dan traffic signal control baik secara
formal maupun non-formal untuk diolah lebih lanjut. Hasilnya adalah data
yang diolah dalam unit signal coordination systems yang akan dapat
diakses.
IT
.
3. Sinyal ini tentu saja tidak dapat digunakan langsung oleh pengguna,
sehingga diperlukan interface yang menghubungkan data trafik yang
tersimpan, analisis teknik dari ahli trafik dan akhirnya melahirkan
informasi operasi dan pemeliharaan (seperti aktuasi pengaturan waktu
untuk pengendali lalu-lintas) maupun informasi route alternatif (route
guidance) untuk pengguna jalan. Semakin tinggi kemampuan operator,
semakin efektif sistem dapat dipergunakan.
SCATS digunakan tidak saja di Australia, tetapi juga Eropa, Hongkong, dan
beberapa kota di USA (Oakland County, Michigan). Bagi peneliti SCATS harus
lihat sebagai pendekatan dan bukan produk teknologi. SCATS bekerja dengan
cara:
1. Mengumpulkan data dari setiap persimpangan dan mengumpankannnya
ke traffic controller yang berupa computer server. Informasi ini berupa
movement detector.
2. Computer server akan bekerja secara otomatis, untuk melakukan penataan
waktu (incremental time adjustment) dalam durasi detik atau menit,
2-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Sets up implementation
IT
.
BS
TP
2-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
FAST-TRAC merupakan singkatan dari Faster and Safer Travel Through Routing
and Advanced Controls, sebuah system yang menggunakan teknologi terpadu antara
video dan komputer, video-based vehicle detection system (autoscope
devices). Sistem memanfaatkan digital video kamera yang gambarnya
diproses dan digunakan sebagai penghitung trafik dalam rangka mengatur
'time signal dari traffic light. Contoh penggunakan sistem ini adalah The
Road Commission for Oakland County (RCOC) in Michigan.
IT
.
BS
Sistem pengendalian lalu lintas dijalan dilakukan melalui pusat pengendalian lalu
lintas yang biasa dikenal dengan ITCS. Sistem pangendalian lalu lintas seperti ini
telah dimiliki hampir disemua kota-kota di negara maju sebagai contoh Jepang
saat ini telah memiliki 170 pusat pengendalian (ITCS), sedang di Indonesia saat
ini yang ada baru dapat dikatakan sebagai ATCS (Area Traffic Control System)
dan saat ini belum dapat dikatakan sebagai ITCS.
Dalam sistem pengendalian terpadu ini terdapat tiga unsur yang harus disediakan
antaralain adalah :
1. Pengumpulan informasi data lalu lintas, dimana pengumpulan data lalu
lintas ini dilakukan secara otomatis seperti volume, lalu lintas, kecepatan
kendaraan, kemacetan (lalu lintas dan lain-lain dengan menggunakan
berbagai alat detektor yang telah disebutkan di atas,
2. Pengendalian APILL, untuk menjadikan pengendalian koordinasi dan area
dalam mengendalikan lalu lintas,
2-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
IT
.
BS
a. Struktur Sistem.
2-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
2-15
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
2-16
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Mendeteksi Kecelakaan
IT
.
BS
2-17
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
Medeteksi kecepatan
IT
.
BS
2-18
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
IT
.
2-19
BS
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
2-20
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3. Antwerp (Belanda)
TP
BS
IT
.
2-21
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
Sistem ini memonitor keadaan lalu-lintas darat dan air di Rotterdam, yang
merupakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia
2-22
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 3
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1
TP
BS
IT
.
3.2
3-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3. PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Sarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
4. Kepmenhub No. KM 62 tahun 1992 tentang APILL;
5. Permenhub No. KM 14 tahun 2006 tentang Manajemen Rekayasa Lalu
Lintas;
6. Studi-studi yang terkait dengan penerapan ATCS dlsb
3.3
TP
1. Perkembangan teknologi;
IT
.
Konteks pelaksanaan pekerjaan ini tidak terlepas dari alur pikir siklus inputproccess-output-outcome-benefit/impact yang menujukkan posisi strategis
studi/pekerjaan ini. Pada butir-butir berikut disampaikan konteks dari
pekerjaan/studi ini:
1. Input: adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi
proses pelaksanaan studi ini. Masukan ini dapat berupa data-data,
peraturan perundangan, Perda dan peraturan dinas lainnya, teori dan
prinsip jaringan dan manajemen transportasi, teori jaringan, ekonomi,
finansial, dlsb. Secara spesifik input yang diperlukan dalam studi ini dapat
dipisahkan dalam beberapa hal berikut:
3.4
BS
3-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
Keterbatasan pendanaan;
IT
.
3-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
Pada Gambar 3.1 disampaikan bagan alur pikir pekerjaan ini sebagai perwujudan
dari pemahaman konsultan atas KAK yang diberikan. Alur pikir ini memberikan
keterkaitan antara input-proses-output-outcome-benefit/impact dari pekerjaan ini,
sebagai gambaran mengenai apa saja yang dihasilkan dan dapat digulirkan lebih
lanjut dari pekerjaan ini.
3.5
TP
3-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
ACUAN/PERATURAN
LINGKUP KEGIATAN
KELUARAN
Evaluasi teknis,
spesifikasi, teknologi
dan pengelolaan ATCS
yang sudah ada
Rekomendasi
spesifikasi teknis,
teknologi dan
pengelolaan ATCS yang
akan diterapkan
SASARAN
Diperolehnya
rekomendasi
terhadap
perbaikan standar
penerapan ATCS
MANFAAT
Peningkatan
kinerja dan tingkat
pelayanan ATCS
IT
.B
PERMASALAHAN
ST
FAKTOR PENGARUH
Perkembangan teknologi
Keterbatasan pendanaan
Sumber daya manusia
Perkembangan lalulintas jalan
3-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3.6
TP
Untuk melakukan evaluasi penerapan ATCS ini dalam hal lingkupnya meliputi
beberapa aspek yang terdiri dari aspek sisi sistem ATCS, pengelola ATCS, beseta
kinerja dan manfaatnya. Untuk sisi sistem ATCS, evaluasi dilakukan terhadap
komponen-komponen ATCS seperti halnya pada komponen vehicle detector,
traffic signal controller, comunication network, control center dan aplication
software, sedangkan aspek lainnya yang dilakukan evaluasinya adalah dalam hal
pengelolaan ATCS yang meliputi sumber daya manusia yang tersedia dan
kompetensinya beserta pendanaannya. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) serta operasional dan pemeliharaaan juga termasuk kedalam sisi sistem
ini. Selain aspek-aspek tersebut perlu diperhatikan juga evaluasi dari sisi kinerja
dan manfaat ATCS yang meliputi traffic characteristic, traffic management
strategy dan manfaatnya (tundaan, antrian, DS dlsb). Untuk lebih jelas mengenai
lingkup evaluasi penerapan ATCS disampaikan didalam Gambar 3.2
Vehicle
Detector
BS
Sistem ATCS
Traffic
Signal Controller
Comunication
n
Network
IT
.
Controller
Pengelola ATCS
SDM dan
Pendanaan
SOTK
Operasional dan
dan
Pemelihaaraan
Kinerja dan
Manfaat ATCS
Traffic
Characteristic
Traffic Management
Management
Strategy
Manfaat
(tundaan, antrian, DS)
DS)
3-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI:
Sistem Operasi & Software
Teknologi detector (non-pavement)
Sistem komunikasi (via fiber-optic
and/or wireless)
Controllers capability
Analisis
Kompatibilitas
Potensi
Pemanfaatan
BS
PERKEMBANGAN APLIKASI:
Skema manajemen lalulintas (traffic
regulation, bus priority, dll)
Intelligent Transport System
ANALISIS/
EVALUASI
IT
.
PERKEMBANGAN KONDISI
SISTEM TERPASANG:
Pertumbuhan lalulintas
Perluasan area kota
Degradasi kondisi komponen ATCS
sejalan umur
PERKEMBANGAN SISTEM
PENDUKUNG:
Kelembagaan dan SDM
Support pendanaan
HASIL
/REKOMENDASI
Rekomendasi
pengembangan sistem
ATCS Terpasang
TP
FAKTOR PENGARUH
Evaluasi Kinerja
Sistem Terpasang
Arahan/kebutuhan
kapabilitas dan kinerja
ATCS di masa akan
datang
Evaluasi Sistem
Pendukung
3.8
Konfigurasi ATCS
Didalam melakukan evaluasi terhadap teknologi ATCS, maka dilakukan
pembagian menjadi 3 bagian konfigurasi yang meliputi system ATCS yang
merupakan sistem secara keseluruhan (whole system), sub system ATCS yang
terdiri dari control center, comunication network, local controller beserta
detectornya, dan component/modul dari ATCS itu sendiri yaitu semua jenis
software dan hardware yang digunakan. Untuk lebih jelasnya mengenai
konfigurasi ATCS tersebut disampaikan pada Gambar 3.3.
3-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
ATCS
(System)
CONTROL
CENTER
IT
.B
ST
COMMUNICATION
NETWORK
LOCAL
CONTROLLER
DETECTOR
ATCS
(Component/
Modul)
ATCS
(Sub-System)
3-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
IT
.
Hal yang sama juga untuk komponen/modul yaitu semua jenis hardware maupun
software apabila ketika dilakukan evaluasi menunjukkan bahwa terdapat salah
satu hardware maupun software yang rusak maka dapat dikatakan secara
komponen/modul tidak berfungsi dengan baik.
Untuk lebih jelas mengenai pendekatan evaluasi teknologi ATCS disampaikan
pada Tabel 3.2.
3.9
3-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
System
ATCS
Elemen
Indikator Evaluasi
Di sepanjang waktu
Controll center
Communication network
Communication Network: %
titik/lokasi simpang yang tidak
terhubung dengan CC
Setiap hardware dan software yang digunakan tidak rusak dan dapat
diintegrasikan dengan komponen/modul lainnya
IT
.B
Controllers
Detectors
Komponen
/Modul
ST
Sub System
ATCS
Variabel Evaluasi
Kelompok
3-10
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Pengorganisasian:
Kebutuhan SDM
Memantau dan
mengarahkan
kegiatan dari
setiap bagian agar
dapat menjalankan
fungsinya dengan
baik
Kebutuhan Dana
Dana operasional
Kualifikasi:
pendidikan,
pelatihan,
pengalaman
Dana sosialisasi/
koordinasi secara
berkala
BS
Mengkoordinasikan
pengelolaan ATCS
secara internal
maupun ekstenal
Kegiatan
TP
Bagian:Fungsi
IT
.
Berkoordinasi
dengan instansi
terkait (Bappeda,
Kepolisian, dll)
untuk
penganggaran,
pengoperasian,
dan pemanfaatan
Pengoperasian:
Memastikan sistem
beroperasi dengan
baik secara kontinu
3.10
Mengendalikan
dan mengawasi
operasional
seluruh sistem
ATCS sehari-hari
dari control room
Mendata/medoku
mentasikan setiap
kondisi, kegiatan,
dan kejadian
Pemeliharaan:
Memastikan bahwa
setiap elemen/
komponen sistem
dalam kondisi baik
dan dapat difungsikan
Jenis: Supervisor,
operator/
programmer
Dana operasional
Dana diklat
Kualifikasi:
pendidikan,
pelatihan,
pengalaman,
sertifikat
Pemeliharaan
fungsi: memeriksa
dan
menyempurnakan
fungsi ATCS
Jenis:
Programmer/softw
are specialist,
hardware
technician
Dana operasional
Pemeliharaan
hardware:
Memperbaiki,
menjaga, dan
memodifikasi
Kualifikasi:pendid
ikan, pelatihan,
pengalaman,
sertifikat
Dana penggantian
suku cadang major/
besar
Dana diklat
Dana persediaan
suku cadang minor
3-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kegiatan
Kebutuhan SDM
Kebutuhan Dana
setiap komponen
fisik ATCS
Pemeliharaan
software:
Mengoreksi
kesalahan
software dan
meningkatkan
pemanfaatan
software
Evaluasi jangka
pendek:
mengevaluasi
kinerja strategi
operasional
tertentu
Jenis/Jumlah:Traffic
engineer, system
analyst
Dana operasional
Kualifikasi:
pendidikan,
pelatihan,
pengalaman,
sertifikat
Dana survey
Dana diklat
BS
Mengevaluasi tingkat
efektivitas dan
menyusun strategi
peningkatan kinerja
sistem
Evaluasi
efektivitas: kajian
before and after
dampak operasi
ATCS
TP
Evaluasi:
Dalam melakukan pendekatan analisis lalu lintas, maka sebagai langkah awal
adalah melakukan penginputan data yang merupakan hasil survey dilapangan
yang meliputi data geometrik (lebar jalan, lebar pendekat dlsb), data volume lalu
lalu lintas, data hambatan samping dan pengaturan sinyal eksisting (waktu siklus,
waktu hijau, merah dan kuning, jumlah fase dan pola pergerakannya). Data yang
diperoleh tersebut merupakan data eksisting yang selanjutnya dilakukan evaluasi
kinerjanya baik dengan menggunakan MKJI dan TRANSYT, dimana hasilnya
dibandingkan kinerja persimpangan (delay, panjang antrian) eksiting dengan
kinerja persimpangan hasil optimasi baik dengan MKJI maupun TRANSYT.
Selain kinerja persimpangan juga dilakukan perbandingan perubahan kinerja
jaringan yang meliputi waktu tempuh, konsumsi BBM dlsb. Untuk lebih jelasnya
mengenai pendekatan analisis lalu lintas disampaikan pada Gambar 3.4.
3.11
IT
.
Evaluasi berkala:
terhadap kinerja
operasional dan
pemeliharaan
3-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Input Data
Skenario Analisis
Hasil
Data Geometrik
- Geometrik simpang
- Geometrik ruas
Data lalulintas
- Lalulintas simpang
- Lalulintas ruas
Data pendukung
- Hambatan samping
- Pengaturan sinyal
eksisting
EXISTING:
Setting sinyal yang ada
(off-line)
OPTIMASI:
- Individual (analisis
MKJI)
- Terkoordinasi (analisis
TRANSYT)
Perubahan kinerja
persimpangan (delay,
panjang antrian)
Perubahan kinerja
jaringan (waktu tempuh,
konsumsi BBM)
TP
IT
.
BS
Gambaran permasalahan kondisi ATCS yang ada saat ini adalah pada sistemnya,
dimana dari data volume kendaraan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran
sensor detektor, maka data tersebut langsung dikirimkan melalui alat komunikasi
(kabel, wireless dlsb) menuju traffic control centre, yang kemudian data-data
tersebut dikumpulkan, diproses dan disebarkan kembali untuk pengaturan traffic
light selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses tersebut tidak optimal,
dimana seharusnya data-data tersebut selain dikirimkan untuk pengaturan traffic
light selanjutnya, dapat juga digunakan sebagai informasi kondisi lalu lintas
kepada user melalui beberapa alternatif teknologi seperti halnya media elektronik
(radio, TV), HP dlsb. Untuk gambaran lebih jelas mengenai tahapan system
tersebut disampaikan pada Gambar 3.5.
3-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Masyarakat
Instansi
Terkait
Kepolisian
Operator
Angkutan
Dunia
Usaha
TP
Collecting
Processing
Dissemination
Utilization
Comunication Media
BS
IT
.
3-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
No.
Lingkup Kegiatan
Analisis
Kriteria tingkat
kinerja/pelayanan
2.
Input
- Peraturan
perundangan
- Pedoman
- Standar
(Nasional dan
Internasional)
Metoda Penyelesaian
Proses/Metoda
Output/ Keluaran
Kajian pustaka
Kriteria kinerja
yang diharapkan
- Tundaan dan
panjang antrian
- Degree of
Satruration
- Through Traffic
- dlsb
IT
.
BS
1.
TP
3.13
3.
Simulasi kinerja
- Simulasi
individual
- Simulasi
terintegrasi
(menggunakan
software)
4.
Perumusan dan
rekomendasi
Hasil butir 3
Perumusan
- Evaluasi kinerja
lalu lintas
- Pemetaan
permasalahan
- Kondisi lalu
lintas di
persimpangan
utama
- Kondisi
peralatan ATCS
- Skema
kelembagaan
pengelola ATCS
dan
pendanaannya
- Jenis dan
penyebab
permasalahan
- Alternatif solusi
- Evaluasi kinerja
alternatif solusi
- Preferensi
terhadap kinerja
alternatif
Rekomendasi
mengenai
3-15
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Input
Metoda Penyelesaian
Proses/Metoda
Output/ Keluaran
- Spesifikasi
- Teknologi
- Pengelolaan
ATCS
- dlsb
IT
.
BS
TP
Berdasarkan proses penyelesaian lingkup kegiatan pada Tabel 3.4 di atas, maka
dapat disusun suatu bagan alir proses pelaksanaan pekerjaan (framework analysis)
seperti yang disampaikan pada Gambar 3.6.
3.14
Lingkup Kegiatan
Analisis
3-16
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kajian Pustaka
Pengumpulan data
- Peraturan
-
perundangan
Pedoman
Standar (Nasional
dan Internasional)
Data teknis
peralatan
Kriteria tingkat
pelayanan
Evaluasi kondisi
Kondisi peralatan
ATCS
Evaluasi
kelembagaan
- Tundaan
- Degree of
Saturation dlsb
Skema
kelembagaan
pengelola ATCS
dan pendanaannya
TP
Evaluasi kinerja
lalu lintas
Benchmarking
BS
IT
.
- Best practice
- Common
Parameter,
Criteria dan
Standard
Pemetaan masalah
Simulasi kinerja
Simulasi dengan
menggunakan
software
Evaluasi kinerja
Perumusan
Rekomendasi
- Spesifikasi teknis
- Teknologi
- Pengelolaan
ATCS
3-17
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3.15
TP
BS
IT
.
3-18
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
Data ini akan merepresentasikan kinerja jaringan jalan secara keseluruhan dan
memberikan informasi yang penting untuk mengkalibrasi data base dan model
jaringan jalan yang dibentuk. Beberapa data yang dapat dikumpulkan melaui
survey waktu tempuh di jaringan jalan ini antara lain adalah:
Waktu perjalanan (journey time) adalah waktu rata-rata yang diperlukan
oleh kendaraan untuk menempuh suatu rute tertentu, termasuk didalamnya
waktu berhenti dan tundaan di persimpangan
IT
.
BS
3-19
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
8 x( DS 0,5)
NQ1 0,25 x C x ( DS 1) 2
IT
.
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau (g/c)
C
= Kapasitas (smp/jam)
3-20
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
NQ2 c x
BS
IT
.
Dimana :
DS
= Derajat kejenuhan
GR
Qmasuk
NQ2
NQMax x 20
WMasuk
Dimana :
QL
3-21
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
WMasuk
TP
NQMax
BS
IT
.
A. Hitung tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh
timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada simpang dengan
menggunakan persamaan :
DT c x A
NQ1 x 3600
C
Dimana :
DT
0,5 x 1 GR
= 1 GR x DS atau dapat digunakan Gambar 3.9
GR0
DS
= Derajat kejenuhan
NQ1
= Kapasitas (smp/jam)
3-22
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
IT
.
DG 1 pSV x pT x 6 pSV x 4
Dimana :
3-23
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
Jika offset suatu simpang (node) dikurangi dengan offset didekatnya, maka
selisihnya merupakan waktu dimana siklus suatu simpang dimulai relatif
terhadap simpang-simpang lainnya
BS
Optimisation
Data
Network Data
Flow Data
IT
.
New Settings
Signal
Traffic
Model
Initial
Signal Settings
The TRANSYT
Program
Optimisation
Procedure
Optimisation
Signal
Settings
200 m
Delays and
Stop in
Network
Graphs of
Cyclic Flow
Profiles
3-24
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
2. Semua lampu dalam jaringan mempunyai waktu siklus sama atau waktu
siklus sebesar setengah dari nilai tersebut, diketahui pembagian fase dan
periode minimum;
3. Arus lalu lintas di persimpangan dan distribusinya dalam periode tertentu
diketahui dan dianggap tetap.
B. Pembuatan Model TRANSYT
IT
.
BS
TP
Sedangkana untuk gambaran data input TRANSYT adalah seperti pada gambar
berikut:
3-25
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
a. Common Data
IT
.
BS
TP
Nilai waktu siklus 132 detik adalah panjang waktu siklus kondisi yang ada
dilapangan, step 41 adalah jumlah step (disarankan setengan dari waktu siklus)
yang digunakan dalam analisis yang merupakan pembagian waktu siklus dengan
panjang waktu satu step, Periode waktu simulasi adalah sebesar 120 detik, Start
dan End adalah nilai waktu hijau yang hilang pada waktu hijau yaitu 2 detik dan
waktu yang hilang pada akhir hijau yaitu 3 detik, green times and offset
optimisation adalah TRANSYT akan mengkoordinasikan persimpangan dengan
mengoptimalkan waktu siklus dan offset.
3-26
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
c. Link Data
Jumlah link yang digunakan ada lima belas buah link dengan lima buah link pada
tiap node nya. Pada bagian ini dimasukkan data arus yang terjadi pada tiap link,
saturation flow, panjang bagian jalan, kecepatan di link tersebut dan urut-urutan
waktu siklus yang terjadi pada simpang. Penomoran link dimulai dari link yang
paling barat sesuai ketentuan yang berlaku dalam manualnya.
3-27
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
IT
.
3-28
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 4
EVALUASI PENERAPAN ATCS
DI PROVINSI DKI JAKARTA
BS
4.1
TP
IT
.
Khusus di DKI Jakarta, sebagian besar lampu lalu lintas sudah terhubung dengan
Area Traffic Control System (ATCS) agar petugas tidak perlu mengganti data
secara manual. Pengaturan cukup dilakukan dari ruang ATCS (di Gedung
Balaikota) melalui jalur komunikasi kabel. Dari 307 lampu lalu lintas yang
tersedia di Jakarta, 241 sudah terhubung dengan ATCS.
ATCS di DKI Jakarta ini dibangun sejak tahun 1994 dengan tiga system yang
berbeda yaitu: SCATS buatan Australia, SAINCO buatan Spanyol dan SIEMENS
buatan Jerman. Masing-masing sistem diatas dioperasikan secara terpisah untuk
wilayah yang berbeda-beda pula. Instalasi mengenai ketiga sistem tersebut
dijabarkan pada Tabel 4.1, sedangkan untuk gambaran lebih detailnya
disampaikan pada Tabel 4.2 sampai dengan Tabel 4.4 mengenai lokasi ATCS
yang ada di DKI Jakarta yang dibagi menjadi beberapa zona yaitu zona I, zona II
dan zona III.
Nama Sistem
Wilayah instalasi
1.
SAINCO
2.
TELNIC/SCATS
3.
Siemens
4-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Wilayah
1.
RMY
Jakarta Pusat
2.
RMY
Jakarta Pusat
3.
RMY
Jakarta Pusat
4.
RMY
Jakarta Pusat
5.
RMY
Jakarta Pusat
6.
RMY
Jakarta Pusat
7.
RMY
Jakarta Pusat
8.
RMY
Jakarta Pusat
9.
RMY
Jakarta Pusat
10.
RMY
Jakarta Pusat
11.
RMY
Jakarta Pusat
12.
RMY
Jakarta Pusat
13.
RMY
Jakarta Pusat
14.
RMY
Jakarta Pusat
15.
RMY
Jakarta Pusat
16.
RMY
Jakarta Pusat
17.
RMY
Jakarta Pusat
18.
RMY
Jakarta Pusat
19.
RMY
Jakarta Pusat
20.
RMY
Jakarta Pusat
21.
RMY
Jakarta Pusat
22.
RMY
Jakarta Pusat
Ket
IT
.
BS
TP
Lokasi Persimpangan
No.
23.
RMY
Jakarta Pusat
24.
RMY
Jakarta Pusat
25.
RMY
Jakarta Pusat
26.
RMY
Jakarta Pusat
27.
RMY
Jakarta Pusat
28.
RMY
Jakarta Pusat
29.
RMY
Jakarta Pusat
30.
RMY
Jakarta Pusat
31.
RMY
Jakarta Pusat
32.
RMY
Jakarta Pusat
33.
RMY
Jakarta Pusat
34.
RMY
Jakarta Pusat
35.
RMY
Jakarta Pusat
4-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
RMY
Jakarta Pusat
37.
RMY
Jakarta Pusat
38.
RMY
Jakarta Pusat
39.
RMY
Jakarta Pusat
40.
RMY
Jakarta Pusat
41.
RMY
Jakarta Pusat
42.
RMY
Jakarta Pusat
43.
RMY
Jakarta Pusat
44.
RMY
Jakarta Pusat
45.
RMY
Jakarta Pusat
46.
RMY
Jakarta Pusat
47.
RMY
Jakarta Pusat
48.
RMY
Jakarta Pusat
49.
RMY
Jakarta Pusat
50.
RMY
Jakarta Pusat
51.
RMY
Jakarta Pusat
52.
RMY
Jakarta Pusat
53.
RMY
Jakarta Pusat
54.
RMY
Jakarta Pusat
55.
RMY
Jakarta Pusat
56.
RMY
Jakarta Pusat
57.
RMY
Jakarta Pusat
IT
.
BS
TP
36.
Ket
58.
RMY
Jakarta Pusat
59.
RMY
Jakarta Pusat
60.
RMY
Jakarta Pusat
61.
RMY
Jakarta Pusat
62.
RMY
Jakarta Pusat
63.
RMY
Jakarta Pusat
64.
RMY
Jakarta Pusat
65.
RMY
Jakarta Pusat
66.
RMY
Jakarta Pusat
67.
RMY
Jakarta Pusat
68.
RMY
Jakarta Pusat
69.
RMY
Jakarta Pusat
70.
RMY
Jakarta Pusat
4-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
RMY
Jakarta Pusat
72.
RMY
Jakarta Pusat
73.
RMY
Jakarta Pusat
74.
RMY
Jakarta Pusat
75.
RMY
Jakarta Pusat
76.
RMY
Jakarta Pusat
77.
RMY
Jakarta Pusat
78.
RMY
Jakarta Pusat
79.
RMY
Jakarta Pusat
80.
RMY
Jakarta Selatan
81.
RMY
Jakarta Selatan
82.
RMY
Jakarta Selatan
83.
RMY
Jakarta Selatan
84.
RMY
Jakarta Selatan
85.
RMY
Jakarta Selatan
86.
RMY
Jakarta Selatan
87.
RMY
Jakarta Selatan
88.
RMY
Jakarta Selatan
89.
RMY
Jakarta Selatan
90.
RMY
Jakarta Selatan
91.
RMY
Jakarta Selatan
92.
RMY
Jakarta Selatan
IT
.
BS
TP
71.
Ket
93.
RMY
Jakarta Selatan
94.
RMY
Jakarta Selatan
95.
RMY
Jakarta Selatan
96.
RMY
Jakarta Selatan
97.
RMY
Jakarta Selatan
98.
RMY
Jakarta Selatan
99.
RMY
Jakarta Selatan
100.
RMY
Jakarta Selatan
101.
RMY
Jakarta Selatan
102.
RMY
Jakarta Selatan
103.
RMY
Jakarta Selatan
104.
RMY
Jakarta Selatan
105.
RMY
Jakarta Selatan
4-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
106.
RMY
Jakarta Selatan
107.
RMY
Jakarta Selatan
108.
RMY
Jakarta Selatan
Ket
Tabel 4.3 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona II)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
A Yani - Suprapto
DELTA 5
Jakarta Timur
2.
TC 88 MP
Jakarta Timur
3.
A Yani - Pramuka
DELTA 5
Jakarta Timur
4.
DELTA 5
Jakarta Timur
5.
TC 88 MP
Jakarta Timur
6.
Salemba - Paseban
TC 88 MP
Jakarta Timur
7.
TC 88 MP
Jakarta Utara
8.
TC 88 MP
Jakarta Timur
9.
TC 88 MP
Jakarta Timur
10.
Pemuda - Paus
DELTA 5
Jakarta Timur
11.
Pemuda - Tugas
TC 88 MP
Jakarta Timur
12.
TC 88 MP
Jakarta Timur
13.
TC 88 MP
Jakarta Timur
14.
TC 88 MP
Jakarta Timur
15.
TC 88 MP
Jakarta Timur
IT
.
BS
TP
1.
Ket
16.
TC 88 MP
Jakarta Timur
17.
TC 88 MP
Jakarta Timur
18.
TC 88 MP
Jakarta Timur
19.
TC 88 MP
Jakarta Timur
20.
TC 88 MP
Jakarta Timur
21.
TC 88 MP
Jakarta Timur
22.
TC 88 MP
Jakarta Timur
23.
Di Panjaitan - Otista
TC 88 MP
Jakarta Timur
24.
TC 88 MP
Jakarta Timur
25.
TC 88 MP
Jakarta Timur
26.
TC 88 MP
Jakarta Timur
27.
TC 88 MP
Jakarta Timur
28.
TC 88 MP
Jakarta Utara
4-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.3 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona II)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
TC 88 MP
Jakarta Utara
30.
Sulawesi - Enggano
TC 88 MP
Jakarta Utara
31.
Sulawesi - Pelabuhan
TC 88 MP
Jakarta Utara
32.
Enggano - Enim
TC 88 MP
Jakarta Utara
33.
TC 88 MP
Jakarta Timur
34.
TC 88 MP
Jakarta Timur
35.
Alu-Alu - Pegambiran
TC 88 MP
Jakarta Timur
36.
TC 88 MP
Jakarta Timur
37.
TC 88 MP
Jakarta Timur
38.
TC 88 MP
Jakarta Timur
39.
TC 88 MP
Jakarta Timur
40.
TC 88 MP
Jakarta Timur
41.
TC 88 MP
Jakarta Timur
42.
TC 88 MP
Jakarta Timur
43.
TC 88 MP
Jakarta Timur
44.
TC 88 MP
Jakarta Timur
45.
TC 88 MP
Jakarta Timur
46.
Paus - Waru
TC 88 MP
Jakarta Timur
47.
Alu-Alu- Layur
TC 88 MP
Jakarta Timur
48.
TC 88 MP
Jakarta Timur
49.
TC 88 MP
Jakarta Timur
50.
TC 88 MP
Jakarta Timur
IT
.
BS
TP
29.
Ket
51.
TC 88 MP
Jakarta Timur
52.
TC 88 MP
Jakarta Timur
53.
TC 88 MP
Jakarta Timur
54.
TC 88 MP
Jakarta Timur
55.
TC 88 MP
Jakarta Timur
56.
DELTA 5
Jakarta Timur
57.
DELTA 5
Jakarta Timur
58.
DELTA 5
Jakarta Timur
59.
MT Haryono - Sutoyo
DELTA 5
Jakarta Timur
60.
DELTA 5
Jakarta Timur
61.
TC 88 MP
Jakarta Utara
62.
TC 88 MP
Jakarta Utara
63.
TC 88 MP
Jakarta Timur
4-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.3 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona II)
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
64.
TC 88 MP
Jakarta Timur
65.
TC 88 MP
Jakarta Timur
66.
TC 88 MP
Jakarta Timur
67.
TC 88 MP
Jakarta Timur
68.
TC 88 MP
Jakarta Timur
69.
TC 88 MP
Jakarta Utara
70.
TC 88 MP
Jakarta Timur
71.
DELTA 5
Jakarta Selatan
72.
TC 88 MP
Jakarta Selatan
73.
TC 88 MP
Jakarta Selatan
74.
TC 88 MP
Jakarta Selatan
75.
TC 88 MP
Jakarta Selatan
76.
TC 88 MP
Jakarta Selatan
77.
TC 88 MP
Jakarta Timur
78.
Tb Simatupang - Condet
TC 88 MP
Jakarta Timur
79.
Tb Simatupang - Kesehatan
TC 88 MP
Jakarta Timur
80.
TC 88 MP
Jakarta Timur
81.
TC 88 MP
Jakarta Timur
82.
TC 88 MP
Jakarta Timur
83.
TC 88 MP
Jakarta Timur
84.
TC 88 MP
Jakarta Timur
85.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Ket
IT
.
BS
TP
No.
86.
TC 88 MP
Jakarta Timur
87.
TC 88 MP
Jakarta Timur
88.
TC 88 MP
Jakarta Timur
89.
TC 88 MP
Jakarta Timur
90.
TC 88 MP
Jakarta Timur
91.
TC 88 MP
Jakarta Timur
92.
TC 88 MP
Jakarta Timur
93.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Non
ATCS
94.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Non
ATCS
95.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Non
ATCS
96.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Non
4-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.3 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona II)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
Wilayah
Ket
ATCS
97.
TC 88 MP
Jakarta Timur
Non
ATCS
Tabel 4.4 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona III)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Ket
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
IT
.
BS
TP
1.
Wilayah
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
4-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.4 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona III)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
BS
IT
.
41.
Ket
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
TP
23.
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
Wilayah
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
4-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.4 Lokasi Persimpangan ATCS di Provinsi DKI Jakarta (Zona III)
No.
Lokasi Persimpangan
Type
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
MR
Controller
Wilayah
Ket
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
TP
1. Skenario Pagi;
BS
Adapun skenario waktu siklus dari ketiga sistem ATCS ini adalah sama, dimana
setiap harinya ketiga sistem memiliki skenario waktu siklus yang mengikuti arus
mayoritas kendaraan bermotor. Asumsi yang digunakan adalah arus dari daerah
pinggir ke arah pusat kota meningkat padat pada pagi hari, sedangkan pada sore
hari arus dari pusat menuju daerah pinggir Jakarta meningkat padat pada sore hari.
Dengan demikian dibuatlah tiga sampai empat skenario besar pada tiga sistem
ATCS yang terpasang:
IT
.
2. Skenario Siang;
3. Skenario Sore; dan
4. Skenario Malam
4-10
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
kejadian kecelakaan lalu lintas dengan kereta api disebabkan oleh kemacetan di
persimpangan jalan.
Beberapa standard internasional diterapkan dalam sistem ATCS ini, seperti
amber time selama 3 (tiga) detik, untuk semua persimpangan. all red juga
diberlakukan pada sebagian besar persimpangan selama 2 (dua) detik ditambah
dengan red-amber 2 (dua) detik.
4.1.2 Struktur Organisasi Pengelola ATCS di Provinsi DKI Jakarta
Untuk kondisi saat ini pengelolaan ATCS di bawah pemerintah terkait, dimana
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta yaitu di bagian
Subdis Teknik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana yang disampaikan
pada Gambar 4.1.
BS
TP
Untuk kondisi sumber daya manusia yang dialokasikan untuk mengelola ATCS
pada saat ini cukup memadai baik dari sisi sumber daya manusia teknisi lapangan
(pengawas lapangan), teknisi di control room dan tenaga manajemen lalu lintas.
Sebagai informasi bahwa berdasarkan hasil wawancara di instansi terkait, untuk
pengelolaan ATCS di DKI Jakarta pada teknisi di control room dialokasikan
sebanyak 9 orang yang meliputi 3 orang teknisi SAINCO, 3 orang teknisi
TELNIC, 3 orang teknisi SIEMENS.
IT
.
4-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
KEPALA DINAS
WAKIL KEPALA DINAS
Pengelolaan ATCS
SUDIN
JAKPUS
SUDIN
JAKSEL
SUDIN
JAKUT
SUDIN
JAKTIM
SUDIN
JAKBAR
UPT PENYEBRANGAN
SUDIN
KEP. SERIBU
UPT PKB
SUBBAG TU
UPT TERMINAL
SUBDIS BUA
ST
SUBDIS PLLAJ
IT
.B
SUBDIS TLLAJ
KABAG TU
SEKSI WIL I
SEKSI WIL II
SEKSI WIL IV
4-12
SEKSI WIL V
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
4.2
BS
TP
IT
.
Untuk hasil evaluasi network link (communication link & signal link)
menunjukkan bahwa pada kondisi saat ini dari 340-an simpang yang terkoneksi,
hanya beberapa saja yang berfungsi dengan baik, dimana pada umumnya terdapat
beberapa permasalahan yang dikarenakan komponen-komponenya menurunya
usia atau sudah usang maupun terputus dikarenakan efek dari galian, alam
maupun pengrusakan (vandalism). Sebagai solusinya terdapat 2 alternatif yang
meliputi pergantian dengan yang baru atau dengan mengunakan teknologi
wireless.
Pada software aplikasi CC Room pada umumnya kondisinya banyak yang rusak
sehingga system sudah tidak bisa dijalankan lagi, selain itu juga terdapat
permasalahan lain yaitu tidak lengkapnya dokumentasi aplikasi dan adanya 3
vendor yang berbeda yaitu SCATS, SAINCO dan Siemens yang masing-masing
tidak berkomunasi dan tidak terkoordinir. Untuk mengatasi permasalah tersebut
sebagai alternatifnya adalah memperbaiki aplikasi yang ada/mengganti total
aplikasi atau mengembangkan versi yang baru secara bertahap.
Permasalahan yang terdapat pada hardware CC Room (server, workstation,
wallmap) meliputi server shutdown, tidak ada backup operating system dan
wallmap tidak berfungsi dan statis. Sebagai alternatif solusinya adalah dapat
dilakukan dengan memeriksa fungsi setiap komponen atau mengembangkan
control center sebagai NOC (Network Operation Center) tersendiri yang berbasis
TCP/IP.
Hasil evaluasi pada komponen CCTV menunjukkan bahwa kondisi yang ada saat
ini dari 43 kamera terpasang hanya beberapa yang masih berfungsi, sementara
PTZ Control pada umumnya tidak berfungsi karena motor yang sudah aus dan
4-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
untuk sistem perekaman hanya menggunakan pita. Oleh karena itu sebagai
langkah alternatif solusinya dapat dilakukan dengan memperbaiki dan mengupgrade unit kamera dengan mengganti lensa dan motor. Sebagai alternatif
lainnya dapat dilakukan dengan cara menambah interface berupa konverter ADC
(Analog to Digital Converter) agar dapat menjadi IP based Camera. Solusi
tambahan lainnya adalah mengganti dengan IP camera secara bertahap.
IT
.
BS
TP
4-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
- Controller
terpasang
umumnya berbasis PLC
atau micro controller
Diperbaiki/diganti
dengan
sensor/detektor loop yang
baru
- Terpasang
97
unit,
beroperasi hanya beberapa
saja yang adaptif
IT
.B
- Sensor/detektor
loop
(SCATS) banyak yang
tidak berfungsi karena
terkena overlay, patahan
tanah, atau degradasi
peralatan
Kelebihan (+)
- Manhole
tempat
terkonsentrasinya kabel di
simpang telah rusak akibat
hujan, terbakar, maupun
vandalism
1.
Komponen Utama
ST
No.
- Tidak
terpengaruh
perubahan konstruksi jalan
- Perawatan lebih sederhana
dan murah
- Instalasi sistem menjadi
lebih mudah
- Kondisi jalan bisa teramati
4-15
Kelemahan (-)
- Sering terulang kasus
yang sama pada saat ada
overlay jalan
- Kesulitan
dalam
pengadaan sparepart dan
belum
tentu
cocok
interfacing-nya
- Tidak seluruh Controller
memungkinkan
dimodifikasi
karena
alasan teknis khusus dari
masing-masing produk
- Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
Kelemahan (-)
secara visual
Network
(Communication
Signal Link)
Link
Link
&
- Kualitas
hantaran
(conductivity)
menurun
akibat kabel sudah wear
out (usang)
Mengganti
communication
link secara bertahap dengan
sistem wireless
relatif
- Memperbaiki/menambah
wireline yang terputus
dan/atau
mengganti
modem yang rusak
- Biaya upgrading
lebih murah
IT
.B
Memperbaiki/menambah
wireline
yang
terputus
dan/atau mengganti modem
yang rusak
ST
2.
4-16
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3.
- Terjadi
kerusakan
sehingga sistem tidak bisa
dijalankan
- Tidak
dokumentasi
aplikasi
lengkapnya
software
Kelebihan (+)
Shortcut solution
IT
.B
Alternatif Solusi
Komponen Utama
- Penambahan
fitur-fitur
baru yang lebih kaya
menuju ITS
- Down sizing dari sisi
komponen
sistem,
mereduksi sensor/detector
loop, traffic counter, dan
controller
- IP based system, lebih
fleksibel
- Lebih fleksibel dan up to
Kelemahan (-)
Biaya pembelian aplikasi
cukup besar dan belum tentu
optimum dengan perangkat
hardware yang ada saat ini
- Diperlukan program
sumber (source file),
setidaknya library file dan
object file
- Ketergantungan pada
keandalan perangkat keras
yang ada, lazimnya sudah
obsolete
- Trial & error dilakukan
pada komputer yang ada,
tidak dapat secara dummy
sehingga berpotensi
mengganggu sistem
ST
No.
4-17
- Diperlukan
waktu
pengembangan aplikasi
- Kompatibilitas
dengan
controller, wallmap, dan
workstation tidak bisa
dijamin
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat
- Bisa berdampak pada
penggantian
sistem
menjadi
NOC
yang
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
date untuk pengembangan
(ekspansi) sistem
Kelemahan (-)
berbasis TCP/IP (LAN)
- Server shutdown
- Tidak
ada
operating system
backup
fungsi
setiap
IT
.B
Memeriksa
komponen
ST
4.
Mengembangkan
Control
Center
sebagai
NOC
(Network Operation Center)
tersendiri
yang
berbasis
TCP/IP
4-18
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat guna
membangun LAN
- Kompatibilitas
dengan
hardware yang ada, versi
baru
membutuhkan
spesifikasi hardware yang
lebih
tinggi
tetapi
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
- IP based system, lebih
fleksibel
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
IT
.B
CCTV
ST
5.
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
- Pengaturan dan perawatan
lebih mudah
- Mendukung standarisasi
sistem berbasis TCP/IP
dan dapat breinterface
dengan perangkat wireless
- Siap dikoneksikan dengan
sistem ATCS generasi
terbaru
4-19
Kelemahan (-)
teknologinya state-of-theart
Menjadi tidak ekonomis bila
spare part/komponennya
sudah diskontinyu
- Tidak seluruh CCTV
aksisting dapat
dimodifikasi karena
alasan teknis
- Mengganti komputer pada
CC Room yang
mendukung komunikasi
berbasis TCP/IP
- Biaya
moderat
yang
relatif
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
Pada pengoperasian menunjukkan bahwa dari segi SDMnya masih terbatas dan
jumlah tenaga yang dialokasikan kurang memadai mengingat bahwa di DKI
Jakarta ini menerapkan 3 sytem ATCS (SCATS, SAINCO dan Siemens). Oleh
karena itu dalam mengatasinya dapat dilakukan dengan cara penambahan SDM
yang berkompeten dan untuk permasalahan systemnya perlu dikembangkan
system data logging.
BS
IT
.
Dari sisi evaluasi permasalahan yaitu dalam hal zupport data dan pendanaan untuk
evaluasi kurang. Selain itu juga dalam hal pengembangan aplikasi dan evaluasi
kinerja tidak dapat dilakukan. Sebagai alternatif solusinya dapat dilakukan
beberapa hal berikut:
Jika diperlukan dapat di-rekrut konsultan untuk evaluasi berkala
Untuk lebih jelasnya mengenai evaluasi penerapan ATCS dari sisi pengelolaan
untuk wilayah studi DKI Jakarta ini disampaikan pada Tabel 4.6, dan sebagai
informasi disampaikan juga mengenai benchmarking pengeloalan ATCS yang
terdapat di negara lain yang dirangkum dan disampaikan didalam Tabel 4.7.
4-20
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Pelaksanaan
Permasalahan
Alternatif Solusi
kurang
Pengoperasian
ST
Pengorganisasian
Evaluasi
- Pendataan
dan
quick-reaction
masalah di lapangan kurang
IT
.B
Pemeliharaan
fungsi
Sumber: dianalisis dari data sekunder dan data hasil survey wawancara
Perlu
pendeskripsian
pengorganisasian
4-21
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
JumlahTraffic Signal
3.700.000
5.500 sq ft
2912
2.200.000
5.000 sq ft
2020
Staff
7 transportation engginer, 1 supervisor, 2 systems
analyst, 1 graphic designer, 1 traffic signal
electrician, 1 secretary
13 pekerja
San Antonio TX
1.100.000
6.000 sq ft
765
1 engginer, 3 technicians
1.500.000
(Covers Clark County)
2.500 sq ft
700
Atlanta, GA
416.000
2.300 sq ft
650
Albuquerque, NM
449.000
Denver, CO
555.000
Seatle WA
600.000
ST
800 sq ft
650
2.800 sq ft
450
1.420 sq ft
432
1.500 sq ft
400
2.500 sq ft
320
7-8 pekerja
700 sq ft
96
800-1400 sq ft (sedang
dalam masa konstruksi)
untuk traffic management
area. 1200-1700 sq ft
untuk signal shop area
Phoenix, AZ
1.300.000
Boston, MA
590.000
Renton, WA
53.000
Redmond,WA
Kota/Area Populasi
IT
.B
Lokasi
48,000
4-22
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
4-23
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Persimpangan
Jl. Otista Jl.
Pedati
Persimpangan
Jl. Otista Jl.
Yahya
BS
Persimpangan
Jl. Otista Jl.
Cipinang
Cempedak
TP
Persimpangan
Jl. Otista Jl.
Otista 3
IT
.
Persimpangan
Jl. Otista Jl.
Cawang Baru
4-24
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.8 Kinerja Lalu Lintas di Ruas Jalan (Eksisting) Diantara Persimpangan
No.
Nama Ruas/Segmen
Panjang Ruas
(km)
Kapasitas Ruas
(smp/jam)
VC Ratio
Kecepatan (km/jam)
2,13
5382
4671
1,15
24
2.
2848
4671
0,61
37
3.
4,68
1020
4671
0,22
39
4.
4,26
0,2
38
ST
726
4671
IT
.B
1.
4-25
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 4.9 Kinerja Lalu Lintas di Persimpangan Dengan ATCS Sebelum Terkoordinasi (Eksisting)
Volume Lalu
Lintas
(smp/Jam)
Waktu Siklus
(Det)
Jumlah Fase
Kapasitas
(smp/Jam)
DS
Panjang
Antrian
(m)
Tundaan
(det/smp)
1712
143
2968
0,58
76
40
2.
2,13
5382
108
1,1
75
174
3.
2848
185
2797
1,02
50
75
4.
4,68
1020
198
3093
0,33
75
27
5.
4,26
2283
0,32
125
13
4876
183
726
1.
Jarak Antar
Simpang
(km)
ST
Nama Persimpangan
IT
.B
No.
4-26
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Sebelum Terkoordinasi
Delay
Rata-rata
(det/smp)
Sesudah Terkoordinasi
Waktu
tempuh
(det)
Delay
Rata-rata
(det/smp)
No.
Persimpangan
1.
2.
2,13
3.
4.
Jl
Cipinang
Cempedak
4,68
27
5.
4,26
13
12
TP
4,5
174
BS
75
1.679
58
73
1.500
IT
.
40
Waktu
tempuh
(det)
4-27
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
SISTEM
KODIFIKASI
TRANSYT
12 11
14
13
15 16
TP
22 21
24
23
BS
25 26
32 31
IT
.
45
46
34
33
35 36
42 41
One way
43 44
52 51
One way
54
53
55 56
4-28
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3.
4.
5.
Persimpangan Cempedak
Persimpangan Cawang I
Persimpangan Cawang II
Ekst
Koord
Ekst
Koord
Ekst
Koord
29
20
31
49
56
(14)
12
0,78
0,77
Jl. Otista3
14
2,14
1,9
Jl. Otista
15
1,14
1,01
Jl. Otista
16
0,98
0,78
20
Jl. Otista
22
0,9
0,52
Jl. Cempedak
24
2,02
Jl. Otista
25
Jl. Otista
Jl. Otista
11
2639
1871
29
392
281
28
11
893
73
92
283
251
11
183
120
34
14
43
42
74
21
72
61
43
30
1,46
28
1981
1282
35
199
134
33
2,73
1,13
59
2413
456
81
3606
639
82
26
0,25
0,59
(136)
75
116
(54)
(33)
Jl. Otista
32
1,18
0,95
19
639
64
90
326
84
74
34
0,93
0,98
(5,38)
86
150
(74)
25
35
(40)
Jl. Otista
35
0,69
0,79
(14)
(50)
(100)
Jl. Otista
36
2,24
0,98
56
2133
129
94
382
45
88
Jl. Otista
42
0,6
0,6
25
15
40
25
40
(60)
Jl. Otista
43
1,14
0,88
23
525
21
96
504
74
85
Jl. Otista
44
1,15
0,65
43
618
43
93
88
13
85
Jl. Cawang I
46
0,39
0,42
(7)
50
61
22
13
16
(23)
Jl. Otista
52
0,56
0,61
(9)
76
11
86
23
11
52
Jl. Cawang II
54
0,33
0,58
(76)
21
20
(23)
12
10
17
ST
2.
Persimpangan Otista 3
Lengan
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
IT
.B
1.
Nama Persimpangan
No
No
Link
4-29
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Lengan
Jl. Otista
Rata-rata
56
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
Koord
Ekst
Koord
Ekst
Koord
0,82
0,88
(7)
39
35
52
31
23
26
1,10
0,87
237,42
17
317,74
93,11
71
(21)
657,95
IT
.B
ST
Ekst
No
No
Link
4-30
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
1.
Rata-rata tundaan
det/smp
2.
Panjang Antrian
kend
3.
Konsumsi
Bakar
4.
Panjang perjalanan
5.
Waktu Kendaraan
Bahan
Kecepatan rata-rata
smp-km
Coordinated
414,8
151,37
63,51
202
60
70,26
7015,4
2093,7
70,16
19871,5
21789,2
9,65
smp-jam
3514,4
1289,3
63,31
km/jam
5,7
16,9
196,49
IT
.
liter
Eksisiting
BS
6.
% perubahan
Satuan
TP
No.
4-31
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 5
EVALUASI PENERAPAN ATCS
DI KOTA BANDUNG
5.1
TP
BS
IT
.
Kemacetan merupakan konsekuensi logis kota besar, oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bila Kota Bandung menjadi salah satu kota dengan aktivitas lalu
lintas yang cukup padat, apalagi pada akhir pekan. Berbagai kendaraan dari luar
kota kembang memenuhi beberapa kawasan pusat perbelanjaan. Kemacetan pun
menjadi menu rutin warga Paris Van Java.
5-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Saat ini kota Bandung memilki 158 titik traffic light dengan 60 titik diantaranya
sudah menggunakan system ATCS, dan 10 titik diantaranya mengalami kerusakan
loose communication. Padahal sewajarnya Kota Bandung memiliki lebih dari 60
titik ATCS agar dapat mengantisipasi kemacetan yang sering terjadi.
Berdasarkan jenisnya, ada 3 (tiga) traffic light yakni fixed time (waktu tetap),
vehicle actuated (berdasarkan jumlah/keberadaan kendaraan), dan sistem traffic
light yang terhubung dengan ATCS itu sendiri. Jenis fixed time yakni waktu dan
urutan nyala lampu diatur bergantung kondisi pada jam-jam tertentu. Sementara
vehicle actuated, waktu dan urutan nyala lampu lalu lintas bergantung pada
kondisi lalu lintas saat dideteksi oleh detektor kendaraan. Semakin banyak
kendaraan yang lewat di persimpangan dimungkinkan akan semakin lama salah
satu lampu menyala sebagai sinyal arah. Sementara ATCS merupakan sistem
pengendalian lampu lalu lintas yang dilakukan secara terpusat. Untuk
mengendalikan ini diperlukan saluran komunikasi antara kontroler di lapangan
dengan komputer di pusat pengendali.
BS
TP
IT
.
5-2
IT
.B
ST
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Gambar 5.1 Lokasi-lokasi Persimpangan di Kota Bandung yang Menggunakan Traffic Light
5-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Sistem ATCS di Kota Bandung diresmikan pada tahun 1996 dengan pusat control
yang berada di Gedung Pemerintahan Kota Bandung Lantai 3 di Jl. Wastu
Kencana. Berikut ini disampaikan mengenai kondisi terakhir traffic light maupun
ATCS yang terpasang di Kota Bandung.
Tabel 5.1 Kondisi Terakhir Traffic Light di Kota Bandung
No
Parameter
Status
Keterangan
Fungsi ATCS
Transmisi
ATCS
menggunakan Non ATCS menggunakan
untuk kendali kendali kabel tembaga pemrograman PLC in situ
TL
yang di tanam di dalam
tanah
Wall Map
Tidak berfungsi
Power System
IT
.
BS
TP
5-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Parameter
CCTV
Status
Masih berfungsi
Keterangan
dapat di upgrade
Sebagian kamera CCTV
masih berfungsi dengan baik
tetapi motor penggerak PTZ
sudah tidak berfungsi lagi.
Sistem Recording masih
menggunakan pita sehingga
jarang difungsikan, hanya
pada
saat
event-event
tertentu
TP
LCS
1
IT
.
Zone Control 1
BS
LCS
n
Zone Control 2
LCS
1
LCS
n
Keterangan
LCS: Local Control System
Gambar 5.2 Desain Arsitektur Sistem ATCS di Kota Bandung
5-5
IT
.
BS
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
5-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
Untuk sumber pendanaannya, pada biaya investasi diperoleh dari pinjaman luar
negeri yaitu dari EFIC Australia pada 20 Februari 1995 dengan total pinjaman
senilai A$. 21.545.000,-, sedangkan untuk pemeliharannya diperoleh dari APBD
Kota Bandung. Hasil survey wawancara kepada instasi terkait menunjukkan
bahwa untuk tahun 2007 saja dialokasikan dana sebesar Rp. 687.000.000 yang
meliputi biaya operasional dan pemeliharaan dan jumlah tersebut menurun dari
tahun sebelumnya. Oleh karena itu Pemerintah Kota Bandung berharap ada
bantuan dari pemerintah pusat dalam hal pendanaanya sehingga diharapkan dapat
melakukan pemeliharanan pada komponen-komponen ATCS maupun
perbaikannya yang berdampak terhadap kinerja ATCS terutama dari sisi lalu
lintas.
5-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
KEPALA DINAS
PERHUBUNGAN
SEKSI JARINGAN
TRANSPORTASI JALAN
SEKSI PENGUJIAN
KENDARAAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SEKSI PENGUJIAN
PERANGKAT POS DAN
TELEKOMUNIKASI
IT
.B
SUB BAGIAN
UMUM
ST
Pengelolaan ATCS
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI PENDAFTARAN
KENDARAAN
SEKSI PENGELOLAAN
OPERASIONAL
SEKSI PERBENGKELAN
SEKSI
PENANGGULANGAN
KECELAKAAN
UPTD
CABANG DINAS
5-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
5.2
TP
IT
.
BS
Hasil evaluasi terhadap network link (communication link & signal link)
menunjukkan bahwa pada kondisi saat ini dari 137-an simpang yang terkoneksi,
hanya beberapa saja yang berfungsi dengan baik, dimana pada umumnya terdapat
beberapa permasalahan yang dikarenakan komponen-komponenya menurunya
usia atau sudah usang maupun terputus dikarenakan efek dari galian, alam
maupun pengrusakan (vandalism). Sebagai solusinya terdapat 2 alternatif yang
meliputi pergantian dengan yang baru atau dengan mengunakan teknologi
wireless.
Pada software aplikasi CC Room pada umumnya kondisinya banyak yang rusak
sehingga system sudah tidak bisa dijalankan lagi, selain itu juga terdapat
permasalahan lain yaitu tidak adanya backup master aplikasi dan kurang
lengkapnya dokumentasi aplikasi. Untuk mengatasi permasalah tersebut sebagai
alternatifnya adalah memperbaiki aplikasi yang ada/mengganti total aplikasi atau
mengembangkan versi yang baru secara bertahap.
Kondisi saat ini yang terdapat pada hardware CC Room (server, workstation,
wallmap) menunjukkan beberapa permasalahan yang meliputi:
-
VAX dan PDP terkadang shutdown sehingga butuh waktu untuk recovery
secara trial and error,
5-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
5-10
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
- Controller
terpasang
umumnya berbasis PLC
atau micro controller
Diperbaiki/diganti
dengan
sensor/detektor loop yang
baru
- Sensor/detektor
loop
banyak
yang
tidak
berfungsi karena terkena
overlay atau patahan tanah
- Dari 137 simpang yang
dipasang, 110 diantaranya
beroperasi
IT
.B
- 44 controller terhubung
dengan
CC
Room
(adaptif)
Kelebihan (+)
- 66
controller
tidak
terhubung dengan CC,
hanya pengaturan lokal
menggunakan PLC
- Manhole
tempat
terkonsentrasinya kabel di
simpang telah rusak akibat
hujan, terbakar, maupun
vandalism
1.
Komponen Utama
ST
No.
- Tidak
terpengaruh
perubahan konstruksi jalan
- Perawatan lebih sederhana
5-11
Kelemahan (-)
- Sering terulang kasus
yang sama pada saat ada
overlay jalan
- Kesulitan
dalam
pengadaan sparepart dan
belum
tentu
cocok
interfacing-nya
- Tidak seluruh Controller
memungkinkan
dimodifikasi
karena
alasan teknis khusus dari
masing-masing produk
- Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
Kelemahan (-)
dan murah
Link
Link
&
- Kualitas
hantaran
(conductivity)
menurun
akibat kabel sudah wear
out (usang)
Mengganti
communication
link secara bertahap dengan
sistem wireless
relatif
IT
.B
Memperbaiki/menambah
wireline
yang
terputus
dan/atau mengganti modem
yang rusak
Network
(Communication
Signal Link)
ST
2.
- Perangkat/modul modem
sering
rusak
karena
menurunnya usia teknis
3.
- Terjadi
kerusakan
sehingga sistem tidak bisa
dijalankan
Shortcut solution
5-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
- Tidak ada backup master
aplikasi
Alternatif Solusi
Memodifikasi aplikasi yang
ada
ST
IT
.B
- Tidak
lengkapnya
dokumentasi aplikasi
- Sistem secara keseluruhan
sudah tidak adaptif lagi
karena degradasi peralatan
baik yang ada di simpang
maupun CC Room
Kelebihan (+)
- Penambahan
fitur-fitur
baru yang lebih kaya
menuju ITS
5-13
Kelemahan (-)
- Diperlukan program
sumber (source file),
setidaknya library file dan
object file
- Ketergantungan pada
keandalan perangkat keras
yang ada, lazimnya sudah
obsolete
- Trial & error dilakukan
pada komputer yang ada,
tidak dapat secara dummy
sehingga berpotensi
mengganggu sistem
- Diperlukan
waktu
pengembangan aplikasi
- Kompatibilitas
dengan
controller, wallmap, dan
workstation tidak bisa
dijamin
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat
- Bisa berdampak pada
penggantian
sistem
menjadi
NOC
yang
berbasis TCP/IP (LAN)
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Alternatif Solusi
4.
fungsi
setiap
IT
.B
- 1
PDP
maksimum
menangani 100 simpang
(Controller)
Memeriksa
komponen
- Perangkat CC
sudah usang
D
5.
CCTV
- Terdapat
10
kamera
Analog dengan koneksi
kabel twisted pair ke CC
Kelemahan (-)
Room
- Back-up
battery
dan
genset tidak berfungsi
normal
- Tidak
ada
operating system
Kelebihan (+)
Komponen Utama
ST
No.
Mengembangkan
Control
Center
sebagai
NOC
(Network Operation Center)
tersendiri
yang
berbasis
TCP/IP
5-14
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat guna
membangun LAN
- Kompatibilitas
dengan
hardware yang ada, versi
baru
membutuhkan
spesifikasi hardware yang
lebih
tinggi
tetapi
teknologinya state-of-theart
Menjadi tidak ekonomis bila
spare part/komponennya
sudah diskontinyu
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
IT
.B
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
- Pengaturan dan perawatan
lebih mudah
- Mendukung standarisasi
sistem berbasis TCP/IP
dan dapat breinterface
dengan perangkat wireless
- Siap dikoneksikan dengan
sistem ATCS generasi
terbaru
D
Bab 5 Evaluasi Penerapan ATCS di Kota Bandung
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
Komponen Utama
ST
No.
5-15
Kelemahan (-)
- Tidak seluruh CCTV
aksisting dapat
dimodifikasi karena
alasan teknis
- Mengganti komputer pada
CC Room yang
mendukung komunikasi
berbasis TCP/IP
- Biaya
moderat
yang
relatif
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
IT
.
Dari sisi evaluasi terjadi permasalahan yaitu dalam hal evaluasi efektivitas
maupun perubahan skema operasional tidak dapat dilakukan secara baik, oleh
karena itu perlu dideskripsikan fungsi evaluasi berikut dengan penyediaan SDMnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai evaluasi penerapan ATCS dari sisi pengelolaan
untuk wilayah studi Kota Bandung ini disampaikan pada Tabel 5.3, dan sebagai
informasi disampaikan juga mengenai benchmarking pengelolaan ATCS yang
terdapat di negara lain yang dirangkum dan disampaikan didalam Tabel 5.4.
5-16
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Pelaksanaan
Permasalahan
Alternatif Solusi
- Alokasi tenaga
mencapai 4 orang
di
CC
ST
Pengoperasian
IT
.B
Evaluasi
Pemeliharaan
Sumber: dianalisis dari data sekunder dan data hasil survey wawancara
5-17
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
JumlahTraffic Signal
3.700.000
5.500 sq ft
2912
2.200.000
5.000 sq ft
2020
Staff
7 transportation engginer, 1 supervisor, 2 systems
analyst, 1 graphic designer, 1 traffic signal
electrician, 1 secretary
13 pekerja
San Antonio TX
1.100.000
6.000 sq ft
765
1 engginer, 3 technicians
1.500.000
(Covers Clark County)
2.500 sq ft
700
Atlanta, GA
416.000
2.300 sq ft
650
Albuquerque, NM
449.000
Denver, CO
555.000
Seatle WA
600.000
ST
800 sq ft
650
2.800 sq ft
450
1.420 sq ft
432
1.500 sq ft
400
2.500 sq ft
320
7-8 pekerja
700 sq ft
96
800-1400 sq ft (sedang
dalam masa konstruksi)
untuk traffic management
area. 1200-1700 sq ft
untuk signal shop area
Phoenix, AZ
1.300.000
Boston, MA
590.000
Renton, WA
53.000
Redmond,WA
Kota/Area Populasi
IT
.B
Lokasi
48,000
5-18
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk kondisi saat ini di ruas jalan di sekitar
persimpangan menunjukkan kinerjanya masih cukup baik, dimana hal ini dapat
dilihat dari nilai VC ratio yang rata-rata masih dibawah 0,75. Berbeda halnya
dengan kinerja di persimpangan lainnya yang memiliki nilai VC Ratio > 0.75 dan
bahkan ada yang lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa kondisinya sudah
jenuh atau oversaturated. Beberapa persimpangan yang sudah kondisinya jenuh
tersebut meliputi:
1. Persimpangan Jl. Laswi Jl. A Yani
IT
.
Seperti halnya pada lokasi kajian DKI Jakarta, di lokasi kajian Kota Bandung
juga dilakukan analisis perhitungan persimpangan dengan menggunakan 2
metode, yaitu metode MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) dan metode
TRANSYT. Dari kedua metode tersebut diperoleh beberapa hasil analisis yang
dapat dijadikan hasil utama analisis, yang meliputi derajat kejenuhan, panjang
antrian dan waktu tundaan dari masing-masing persimpangan. Untuk lebih
jelasnya mengenai hasil analisis persimpangan dengan menggunakan kedua
metode tersebut disampaikan pada beberapa tabel dibawah ini.
5-19
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Persimpangan
Jl. Laswi
Jl. A.Yani
Persimpangan
Jl. Laswi
Jl. Sukabumi
Persimpangan
Jl. Laswi
Jl. G. Subroto
Persimpangan
Jl.Pelajar 45
Jl. Martanegara
Persimpangan
Jl.Pejuang
Jl. Buah Batu
IT
.
Persimpangan
Jl.BKR
Jl. Sriwijaya
BS
TP
Persimpangan
Jl.Pelajar 45
Jl. T. Bodas
5-20
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 5.5 Kinerja Lalu Lintas di Ruas Jalan (Eksisting) Diantara Persimpangan
Nama Ruas/Segmen
Panjang Ruas
(km)
Kapasitas Ruas
(smp/jam)
VC Ratio
Kecepatan (km/jam)
1343
0,95
22
0,94
28
Jl. Laswi
(Jl. A.Yani Jl.Sukabumi)
0,35
4343
2.
Jl. Laswi
(Jl.Sukabumi Jl. G. Subroto)
0,85
6173
3.
Jl. Pelajar 45
(Jl. G. Subroto Jl. T. Bodas)
0,53
4.
Jl. Pelajar 45
(Jl. T. Bodas Jl. Martanegara)
0,38
5.
Jl. Pejuang
(Jl. Martanegara Jl. B. Batu)
6.
Jl. Pejuang
(Jl. B. Batu Jl. Sriwijaya)
1639
0,79
12
5915
1138
1,29
12
IT
.B
3594
0,6
6808
1794
1,82
12
1,14
3931
729
1,36
12
1629
ST
1.
No.
5-21
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 5.6 Kinerja Lalu Lintas di Persimpangan Dengan ATCS Sebelum Terkoordinasi (Eksisting)
No.
Nama Persimpangan
Jarak Antar
Simpang
(km)
Volume Lalu
Lintas
(smp/Jam)
Waktu Siklus
(Det)
Jumlah Fase
Kapasitas
(smp/Jam)
DS
Panjang
Antrian
(m)
Tundaan
(det/smp)
7371
103
1424
2,86
200
676
1343
0,95
215
664
2.
0,35
4343
101
3.
0,85
6173
288
1629
0,94
181
460
4.
0,53
3594
107
1639
0,79
108
285
5.
0,38
5915
183
1138
1,29
211
1574
6.
0,6
6808
176
1794
1,82
146
1114
7.
1,14
3931
158
729
1,36
134
2064
ST
IT
.B
1.
5-22
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Pada Tabel 5.7 ini merupakan simulasi antara kondisi eksiting dengan
terkoordinasi dengan menggunakan metoda MKJI, dimana asumsi yang
digunakan untuk kondisi terkoordinasi adalah dengan menggunakan waktu siklus
optimum, sementara untuk jumlah fase, komposisi waktu hijau, merah dan kuning
diasumsikan sama dengan kondisi eksisiting.
Tabel 5.7 Perbandingan Kinerja Persimpangan Eksisting Terhadap Terkoordinasi
(Metode MKJI)
2.
3.
4.
5.
6.
Jl.
Waktu
tempuh
(det)
Delay
Rata-rata
(det/smp)
168
20
16,2
6,97
120
120
Waktu
tempuh
(det)
0,35
0,85
0,53
6535
18
0,38
0,60
1,14
6378
18
1384
1384
2287
2287
1580
1580
IT
.
7.
Delay
Rata-rata
(det/smp)
Sesudah Terkoordinasi
TP
1.
Persimpangan
Sebelum Terkoordinasi
BS
No.
Jarak
Antar
Simpang
(km)
Hasil analisis optimasi dengan metode MKJI menunjukkan bahwa untuk kinerja
delay perubahan yang terjadi hanya di persimpangan No. 1 dan 2, sementara itu di
persimpangan 3, 4 dan 5 tidak terjadi perubahan, dimana hal ini disebabkan waktu
siklus di ketiga persimpangan tersebut telah mencapai waktu siklus optimum,
sehingga asumsinya sama dengan kondisi eksisiting. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa terjadi perubahan delay dikoridor tersebut, dimana perubahan terbesar
terjadi di persimpangan No.1 dengan persentase perubahan mencapai 88,10%.
Untuk kinerja waktu tempuh disepanjang koridor tersebut terjadi perubahan yaitu
yang sebelumnya mencapai 6535 detik menjadi 6378 detik, atau terjadi
perubahan 2,4%.
5-23
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
SISTEM
KODIFIKASI
TRANSYT
11
1
2
14
13
1
17
18
21
16
15
22
TP
2
24
23 3231
IT
.
BS
37
38
3536
42 41
45
46
57
58
7778
6
7
3
33
4
4344
5251
6867
75
76
5
53
4
62 5556
61
7265
71 66
6463
73
74
5-24
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 5.8 Perbandingan Kinerja Lalu Lintas Eksisting Terhadap Terkoordinasi (TRANSYT)
Simp. Sukabumi
Simp. Gatsu
Simp. Martanegara
Ekst
Koord
Ekst
Koord
Ekst
Koord
12
2.4
2.34
2297
2210
1267
899
29
Jl. A. Yani
14
2.25
56
2174
119
95
2975
154
95
Jl. Laswi
16
0.56
1.3
(132)
71
950
11
180
(536)
Jl. A. Yani
18
2.01
1.01
(50)
2023
161
92
864
110
87
Jl. Laswi
21
0.25
0.86
(244)
17
58
(241)
29
(263)
Jl. Sukabumi
22
0.88
0.85
66
51
23
104
83
20
Jl. Martadinata
ST
Lengan
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
IT
.B
Nama Persimpangan
(1,238)
Jl. Laswi
23
0.19
0.53
(179)
(500)
51
Jl. Laswi
24
0.97
0.9
166
71
57
27
27
Jl. Laswi
32
2.38
1.74
27
2272
1665
27
775
600
23
34
2.96
0.9
70
2590
61
98
2714
103
96
Jl. Pejuang
36
0.45
0.96
(113)
42
98
(133)
24
32
(33.33)
38
0.7
0.92
( 31)
85
99
(16)
47
47
Jl. Pejuang
42
0.79
0.42
47
160
84
48
38
Jl. Pejuang
44
0.63
0.66
(5)
94
21
78
30
11
63
46
0.56
0.73
(30)
27
45
(67)
23
26
(13)
Jl. Pejuang
52
0.68
1.49
(119)
81
1288
(1,490)
37
393
(962)
Jl. Martanegara
54
2.25
1.21
46
2182
704
1186
423
64
No
No
Link
5-25
68
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 5.8 Perbandingan Kinerja Lalu Lintas Eksisting Terhadap Terkoordinasi (TRANSYT)
Lengan
Simp Sriwijaya
Koord
Ekst
Koord
Koord
56
1.31
0.99
24
993
90
91
296
60
80
Jl. Martanegara
58
0.25
1.06
(324)
76
422
(455)
22
(175)
Jl. Pejuang
62
72
82
(14)
27
43
(59)
64
Jl. BKR
66
68
Jl. Pejuang
0.77
0.96
(25)
0.12
0.71
(92)
70
132
(89)
(50)
0.5
1.52
(204)
80
1366
(1,607)
13
192
(377)
3.91
0.98
75
2948
65
98
2086
136
93
84
361
78
78
15
151
(907)
Jl. BKR
72
1.69
1.06
37
1676
276
Jl. Sripoaci
74
0.56
1.91
(241)
89
1899
Jl. BKR
76
3.15
1.62
49
2688
1483
45
1353
768
43
Jl. Sriwijaya
78
0.55
1.03
( 87)
61
252
(313)
23
47
(104)
1,25
1,10
12
855,59
509,56
529,11
173,19
67
Rata-rata
Ekst
ST
Nama Persimpangan
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
IT
.B
No
No
Link
5-26
(2,034)
40
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
% perubahan
Satuan
Rata-rata tundaan
det/smp
2.
Panjang Antrian
kend
3.
Konsumsi
Bakar
4.
Panjang perjalanan
5.
Waktu Kendaraan
6.
Kecepatan Rata-rata
462.88
276.04
40.36
285.98
93.8
67.20
16819.3
5723.2
65.97
14981.8
29789.2
98.84
Bahan
liter
smp-km
smp-jam
3619.5
2687.5
25.75
km/jam
4,1
11,1
170,73
IT
.
Coordinated
BS
1.
Eksisiting
TP
No.
5-27
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 6
EVALUASI PENERAPAN ATCS
DI KOTA SURABAYA
6.1
TP
BS
IT
.
Surabaya sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, saat ini sedang mengalami
perkembangan serta pertumbuhan dalam rangka ikut serta merealisasikan
pembangunan nasional bangsa Indonesia. Seiring dengan laju perkembangan Kota
Surabaya yang semakin meningkat, maka meningkat pula mobilitas penduduknya.
Pertumbuhan penduduk serata peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya dapat memacu pertumbuhan jumlah kendaraan sebagai sarana
transportasi yang mendukung kegiatan serta pergerakan manusia dalam usahanya
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini antara lain yang menyebabkan meningkatnya kepadatan arus lalu lintas
pada daerah daerah- tertentu di Surabaya sehingga banyak terjadi kemacetan
terutama pada jam jam sibuk (busy time). Penyebab kemacetan ini cukup
kompleks. Bila ditinjau dari segi teknis, sebenarnya daya tampung kapasitas jalan
jelas tidak berimbang dengan volume kendaraan, sedangkan dari segi non teknis,
rendahnya dan kekurang patuhan mereka pada disiplin lalu lintas, penggunaan
jalan dalam fungsinya dan area rawan banjir.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas
Perhubungan Kota Surabaya melakukan sebagai usaha antara lain peningkatan
prasarana jalan, drainase serta peningkatan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Namun di berbagai tempat, kemacetan tetap terjadi. Hal ini disebabkan
dipersimpangan yang ada masih terisolasi dan tetap. Padahal beberapa
persimpangan kritis membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan lebih baik,
mengingat di persimpangan ini adalah tempat bertemunya beberapa kendaraan
dari beberapa arah pada satu titik.
Untuk mengatasinya, maka pengaturan persimpangan-persimpangan kritis di kota
Surabaya dilakukan dengan teknologi Area Traffic Control System (ATCS). Dasar
6-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
dari sistem ATCS ini bahwa pengaturan traffic light pada suatu persimpangan
secara langsung berpengaruh terhadap persimpangan berikutnya. Untuk ini
koordinasi antar persimpangan-persimpangan yang membutukan koordinasi
secara langsung dikelompokkan bersama-sama dan dikoordinasikan dengan
kelompok-kelompok lain.
Untuk dapat melakukan semua ini maka ATCS membutukan perangkat komputer
untuk mengatur komunikasi dan koordinasi antara tiap-tiap controller di
persimpangan. Selain itu sistem ini juga dilengkapi dengan peralatan lain pada
pusat kontrol, guna pengaturan komponen sistem ini juga didukung dengan
adanya kamera CCTV untuk memantau daerah-daerah kritis. Informasi visual ini
ditampilkan melalui layar monitor yang terletak dipusat kontrol (Central Control
Room).
TP
Selama ini traffic light Surabaya mengandalkan Area Traffic Control System
(ATCS) untuk menjalankan operasional traffic light. Dalam ATCS, kendaraan
yang berhenti langsung dihubungkan dengan kamera CCTV. Nantinya, hasil
rekaman kamera ini ditayangkan untuk mengontrol kemacetan. Namun, CCTV
memiliki banyak kelemahan, seperti masih berbasis analog, kabelnya rawan
gangguan, dan belum bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan manajemen
lalu lintas.
BS
Saat awal berdirinya, alat ini sanggup mengoperasikan 40 traffic light (TL) yang
tersebar di Surabaya, hanya dari tempat berukuran 4 x 5 meter di Gedung
Pemerintah Kota Lantai VI Jl. Jimerto. Namun empat tahun lalu, tinggal 37 TL
yang bisa beroperasi. Ironisnya, ketika semua persimpangan jalan di Surabaya
semakin padat kendaraan, semua TL tidak bisa dikendalikan secara elektrik,
karena server komputer untuk peranti lunak ini rusak berat.
IT
.
Pada tabel berikut ini disampaikan mengenai data letak lampu lalu lintas yang
berada di Kota Surabaya lengkap beserta tahun pemasangan, jenis kontrol dan
jumlah fase untuk wilayah utara, selatan dan timur.
No.
Nama Persimpangan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrol
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
Bubutan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
Bubutan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
2.5 fase
Bubutan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
2.5 fase
Krembanagan
Utara
2005
PLC
2 fase
Krembanagan
Utara
1994
PLC
Krembanagan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
Krembanagan
Utara
1994
CONTRAF
PLC
3 fase
Krembanagan
Utara
2003
CONTRAF
PLC
4 fase
Pabean
Utara
1992
SAINCO/ATCS
4 fase
10
Semampir
Utara
2003
PLC
3 fase
11
Pabean Cantikan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
CONTRAF
3 fase
2 fase
6-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Nama Persimpangan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrol
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
12
Pabean Cantikan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
13
Genteng
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
14
Jl. Kalibutuh-Jl.Semarang
Bubutan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
15
Bubutan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
16
Suko Manunggal
Utara
2005
CONTRAF
17
Suko Manunggal
Utara
1996
PLC
3 fase
18
Utara
2005
PLC
4 fase
19
Sawahan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
20
Sawahan
Utara
1992
SAINCO/ATCS
SAINCO
3 fase
FLASHER
TP
Nama Persimpangan
Kecamatan
21
Wonokromo
22
23
24
25
Jl. Wonokromo-Jembatan MK
26
27
Wonokromo
28
29
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrol
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
1992
SAINCO/ATCS
3,5 fase
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
4,5 fase
Wonokromo
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
4 fase
Wonokromo
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
Wonokromo
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
Wonokromo
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
Wonokromo
Selatan
2002
CONTRAF
3 fase
Wonokromo
Selatan
2002
CONTRAF
2 fase
30
Dukuh Pakis
Selatan
1995
CONTRAF
SAINCO
2 fase
31
Dukuh Pakis
Selatan
2003
CONTRAF
PLC
4 fase
32
Dukuh Pakis
Selatan
1998
CONTRAF
PLC
2 fase
33
Dukuh Pakis
Selatan
2003
PLC
2 fase
34
Dukuh Pakis
Selatan
2006
PLC
2 fase
35
Sawahan
Selatan
2000
TC 88
36
Sawahan
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
37
Sawahan
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
38
Wonocolo
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
39
Selatan
1995
PLC
3 fase
40
Wonocolo
Selatan
1997
PLC
3 fase
41
Karang Pilang
Selatan
2006
PLC
2 fase
42
Suko Manunggal
Selatan
1996
PLC
3 fase
43
Tegal Sari
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
44
Jl.Kartini-Jl. Diponegoro
Tegal Sari
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2,5 fase
45
Tegal Sari
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
IT
.
BS
Selatan
Wonokromo
PLC
PLC
PLC
6-3
2 fase
3 fase
2 fase
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Nama Persimpangan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrol
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
46
Tegal Sari
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
47
Tegal Sari
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
48
Jl. Dinoyo-B. A. T
Tegal Sari
Selatan
2002
CONTRAF
2 fase
49
Jl. Ngagel-B. A. T.
Tegal Sari
Selatan
2002
CONTRAF
2 fase
50
Genteng
Selatan
1992
SAINCO/ATCS
51
Suko Manunggal
Selatan
2002
CONTRAF
52
Suko Manunggal
Selatan
2002
CONTRAF
4 fase
53
Gubeng
Selatan
1995
PLC
3 fase
4 fase
SAINCO
4 fase
No.
Nama Persimpangan
Kecamatan
TP
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrl
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
Tenggilis Mejoyo
Timur
1996
PLC
3 fase
55
Tenggilis Mejoyo
Timur
1997
PLC
3 fase
56
57
58
59
60
61
62
BS
54
Timur
1997
PLC
2 fase
Tenggilis Mejoyo
Timur
1996
PLC
3 fase
Rungkut
Timur
1994
PLC
2 fase
Timur
1996
PLC
2 fase
Timur
1995
PLC
4 fase
Tambak Sari
Timur
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
Gubeng
Timur
1994
PLC
4 fase
63
Gubeng
Timur
1997
PLC
SAINCO
3 fase
64
Gubeng
Timur
1997
PLC
SAINCO
3 fase
65
Gubeng
Timur
1997
PLC
4 fase
66
Gubeng
Timur
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
67
Gubeng
Timur
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
68
Gubeng
Timur
2000
CONTRAF
69
Gubeng
Timur
1992
SAINCO/ATCS
70
Gubeng
Timur
2000
CONTRAF
71
Gubeng
Timur
2000
TC 88
72
Gubeng
Timur
2000
PLC
73
Gubeng
Timur
2000
PLC
74
Gubeng
Timur
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
75
Sukolilo
Timur
1997
PLC
3 fase
76
Sukolilo
Timur
2000
TC 88
77
Sukolilo
Timur
2006
PLC
78
Mulyorejo
Timur
1999
CONTRAF
Rungkut
Gunung Anyar
IT
.
Tenggilis Mejoyo
PLC
4 fase
3,5 fase
PLC
3 fase
3 fase
3 fase
CONTRAF
PLC
4 fase
4 fase
3 fase
PLC
6-4
4 fase
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Nama Persimpangan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontrl
Lama
Jenis
Kontrol
Baru
Jumlah
Fase
79
Kenjeran
Timur
2003
PLC
3 fase
80
Kenjeran
Timur
2003
CONTRAF
2,5 fase
81
Kenjeran
Timur
2003
CONTRAF
3 fase
82
Tenggilis Mejoyo
Timur
2007
PLC
4 fase
83
Kertajaya
Timur
2005
CONTRAF
84
Jl. Mulyorejo-MERR II
Mulyorejo
Timur
2007
PLC
4 fase
85
Genteng
Timur
2000
PLC
3 fase
86
Genteng
Timur
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
87
Simokerto
Timur
1992
SAINCO/ATCS
2 fase
88
Simokerto
Timur
1992
SAINCO/ATCS
4 fase
89
Simokerto
Timur
1992
SAINCO/ATCS
3 fase
4 fase
TP
PLC
No.
Nama Persimpangan
BS
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis
Kontrl
Lama
Jenis
Kontrl
Baru
Kenjeran
Timur
2005
Contraf
2 fase
Tambak Rejo
Timur
2005
Contraf
3 fase
Jumlah
Fase
IT
.
Nama Persimpangan
No.
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis
Kontrl
Lama
Jenis
Kontrl
Baru
Tandes
Barat
2006
Contraf
3 fase
Karang Pilang
Selatan
2001
Contraf
3 fase
Bubutan
Utara
2007
PLC
2 fase
Jumlah
Fase
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun Pemasangan
Jenis Kontroller
Semampir
Utara
1997
MANUAL
Krembangan
Utara
1997
PLC
Jl. Indrapura-TA'MIRIYAH
Krembangan
Utara
1997
PLC
Krembangan
Utara
1997
PLC
Krembangan
Utara
2006
PLC
6-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun Pemasangan
Jenis Kontroller
Krembangan
Utara
2007
PLC
Krembangan
Utara
2007
PLC
Tandes
Utara
2007
PLC
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontroller
Jl. Undaan
Genteng
Pusat
1996
PLC
10
Jl. Kapasan
Simokerto
Pusat
1997
PLC
11
Jl. Dupak
Bubutan
Pusat
1999
PLC
12
Gubeng
Pusat
1997
PLC
13
Gubeng
Pusat
1997
PLC
14
Simokerto
Pusat
2006
PLC
TP
BS
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontroller
Tegal Sari
Barat
1997
PLC
Tegal Sari
Barat
1998
PLC
Genteng
Barat
1998
PLC
Jl. Bubutan
Bubutan
Barat
1997
PLC
Jl. Gemblongan
Bubutan
Barat
1997
MANUAL
Nama Jalan
15
16
17
Jl. Tunjungan
18
19
IT
.
No.
No.
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Kontroller
20
Jl. Darmawangsa
Gubeng
Timur
1998
PLC
21
Jl. Karangmenjangan
Gubeng
Timur
1997
MANUAL
22
Jl. Biliton
Gubeng
Timur
1997
PLC
23
Gubeng
Timur
1997
PLC
24
Tambak Sari
Timur
2005
PLC
6-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis
Kontroller
25
Jl. Kedurus
Karang Pilang
Selatan
1997
PLC
26
Jl. A. Yani
Wonokromo
Selatan
2005
PLC
27
Selatan
2006
PLC
28
Rungkut
Selatan
2007
PLC
29
Jl. Jagir
Wonokromo
Selatan
1995
MANUAL
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Utara
2006
TP
Jenis
Kontroller
Tabel 6.12 Lampu Lalulintas/Warning Light Wilayah Timur, Barat, Utara, Selatan
Nama Jalan
Kecamatan
Wilayah
BS
No.
Jenis Kontroller
Gubeng
Timur
1998
MANUAL
Genteng
Pusat
1995
PLC
Genteng
Pusat
1998
FLASHER
Selatan
2006
FLASHER
Selatan
2005
PLC
IT
.
Tahun
Pemasangan
Tabel 6.13 Kamera CCTV ATCS Wilayah Timur, Barat, Utara, Selatan
Kecamatan
Wilayah
Tahun
Pemasangan
Jenis Merk
Gubeng
Timur
1992
GRUNDIG
Gubeng
Timur
1992
GRUNDIG
Simokerto
Pusat
1992
GRUNDIG
Bubutan
Pusat
1992
GRUNDIG
Bubutan
Pusat
1992
GRUNDIG
Jl. Tunjungan-Jl.Praban
Genteng
Pusat
1992
GRUNDIG
Tegal Sari
Pusat
1992
GRUNDIG
Wonokromo
Selatan
1992
GRUNDIG
Sawahan
Selatan
1992
GRUNDIG
10
Sawahan
Selatan
1992
GRUNDIG
No.
1
Nama Jalan
6-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Di Surabaya terdapat puluhan traffic light yang terdiri dari traffic light bekas
ATCS, traffic light berbassis PLC dan traffic light penyeberangan dan berikut ini
pada Tabel 6.14 disampaikan kondisi terakhir traffic light yang terpasang di
Surabaya
Tabel 6.14 Kondisi Terakhir Traffic Light di Kota Surabaya
No
Parameter
Status
Keterangan
Fungsi ATCS
Transmisi
Ex ATCS menggunakan Non ATCS menggunakan
untuk kendali kendali coaxial yang di pemrograman PLC in situ
TL
tanam di dalam tanah
IT
.
BS
TP
aplikasi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap instansi terkait, dimana dalam hal ini
adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang menyampaikan bahwa system
ATCS SAINCO harus diganti dikarenakan produsen SAINCO (Spanyol) sudah
tidak produksi lagi sehingga suku cadang susah didapatkan, dan mereka
menyarankan untuk ATCS yang baru haruslah kompatible dan mudah di upgrade.
Mereka sudah percaya akan kehandalan PLC sebagai Kontrol, dan mereka sudah
bekerjasama dengan ITS dan Universitas Petra untuk masalah ATCS. Ada wacana
membangun wireless backbone atau bekerjasama dengan bapetikom sebagai
pemilik backbone yang sudah ada dan penambahan beberapa VMS (Variable
Moving Sign)
6-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Zone Control 1
(Kartini)
LCS
1
Zone Control 2
(Gubeng)
LCS
n
LCS
1
LCS
n
Keterangan
LCS: Local Control System
TP
IT
.
BS
6-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
LCS
Sub Unit
Keterangan
Loop detector
Disel DT-2IN
TGTX 201 card
PMP 209 card
PBTX 206 card
TEEX 204 card
CGX 202/2-1 card
TESX 203 card
FAX 210-1 card
TCPU 68
Zona Control
CCRoom
Modem
Printer
Monitor
PTZ control
Wall map
Software
IT
.
BS
TP
No
UM4C
Abengoa
TRAFFICO
MICROVAX 3800
Samsung 32
Grundig
SAINCO
CMY
Informasi Pendukung:
-
6-10
IT
.
BS
TP
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
6-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
1.000
904
816
800
494
400
260
200
-
2004
2005
TP
(Juta)
590
600
2006
2007
2008
BS
IT
.
6-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
KEPALA DINAS
PERHUBUNGAN
JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG PENGENDALIAN
DAN OPERASIONAL
SEKSI KETERTIBAN
SEKSI BIMBINGAN
KESELAMATAN
SEKSI PEMELIHARAAN
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG ANGKUTAN
IT
.B
SEKSI PENGEMBANGAN
ST
Pengelolaan ATCS
UPTD
6-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
6.2
TP
BS
Evaluasi terhadap network link (communication link & signal link) menunjukkan
bahwa kondisi saat ini hanya terdapat beberapa simpang yang terkoneksi, dan
hanya beberapa saja yang berfungsi dengan baik, dimana pada umumnya terdapat
beberapa permasalahan yang dikarenakan komponen-komponenya menurunya
usia atau sudah usang maupun terputus dikarenakan efek dari galian, alam
maupun pengrusakan (vandalism). Sebagai solusinya terdapat 2 alternatif yang
meliputi pergantian dengan yang baru atau dengan mengunakan teknologi
wireless.
IT
.
Untuk software aplikasi CC Room pada umumnya kondisinya banyak yang rusak
sehingga system sudah tidak bisa dijalankan lagi, selain itu juga terdapat
permasalahan lain yaitu tidak adanya backup master aplikasi dan kurang
lengkapnya dokumentasi aplikasi. Untuk mengatasi permasalah tersebut sebagai
alternatifnya adalah memperbaiki aplikasi yang ada/mengganti total aplikasi atau
mengembangkan versi yang baru secara bertahap.
Kondisi saat ini yang terdapat pada hardware CC Room (server, workstation,
wallmap) menunjukkan beberapa permasalahan yang meliputi:
-
Server shutdown
6-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
6-15
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
- Sensor/detektor
loop
dipasang di 43 simpang,
banyak
yang
tidak
berfungsi karena terkena
overlay atau patahan tanah
Diperbaiki/diganti
dengan
sensor/detektor loop yang
baru
IT
.B
Kelebihan (+)
Tanpa modifikasi sistem
1.
Komponen Utama
ST
No.
6-16
Kelemahan (-)
- Sering terulang kasus
yang sama pada saat ada
overlay jalan
- Kesulitan
dalam
pengadaan sparepart dan
belum
tentu
cocok
interfacing-nya
- Tidak seluruh Controller
memungkinkan
dimodifikasi
karena
alasan teknis khusus dari
masing-masing produk
- Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
Perlu perangkat tambahan
untuk interfacing dengan
sistem eksisting
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
Kelemahan (-)
Network
(Communication
Signal Link)
Link
Link
&
- Kualitas
hantaran
(conductivity)
menurun
akibat kabel sudah wear
out (usang)
Mengganti
communication
link secara bertahap dengan
sistem wireless
IT
.B
Memperbaiki/menambah
wireline
yang
terputus
dan/atau mengganti modem
yang rusak
ST
2.
3.
- Terjadi
kerusakan
sehingga sistem tidak bisa
dijalankan
- Perangkat/modul modem
sering
rusak
karena
menurunnya usia teknis
6-17
- Diperlukan program
sumber (source file),
setidaknya library file dan
object file
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
ST
- Tidak
lengkapnya
dokumentasi aplikasi
IT
.B
D
4.
- Server shutdown
- Tidak
ada
operating system
backup
Memeriksa
komponen
fungsi
- Penambahan
fitur-fitur
baru yang lebih kaya
menuju ITS
setiap
Kelemahan (-)
- Ketergantungan pada
keandalan perangkat keras
yang ada, lazimnya sudah
obsolete
- Trial & error dilakukan
pada komputer yang ada,
tidak dapat secara dummy
sehingga berpotensi
mengganggu sistem
- Diperlukan
waktu
pengembangan aplikasi
- Kompatibilitas
dengan
controller, wallmap, dan
workstation tidak bisa
dijamin
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat
- Bisa berdampak pada
penggantian
sistem
menjadi
NOC
yang
berbasis TCP/IP (LAN)
6-18
yang
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
IT
.B
ST
5.
CCTV
Mengembangkan
Control
Center
sebagai
NOC
(Network Operation Center)
tersendiri
yang
berbasis
TCP/IP
perekaman
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
6-19
Kelemahan (-)
tinggi
pada
vendor
eksisting
yang
pada
akhirnya
berpotensi
mempengaruhi biaya
- Dukungan spare part yang
sangat terbatas mengingat
komponen yang ada sudah
tua
- Mengganggu operasi bila
sistem yang dipasang
tidak redundant
- Biaya
pengembangan
yang relatif moderat guna
membangun LAN
- Kompatibilitas
dengan
hardware yang ada, versi
baru
membutuhkan
spesifikasi hardware yang
lebih
tinggi
tetapi
teknologinya state-of-theart
Menjadi tidak ekonomis bila
spare part/komponennya
sudah diskontinyu
- Tidak seluruh CCTV
aksisting dapat
dimodifikasi karena
alasan teknis
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Komponen Utama
Kondisi Eksisting
Alternatif Solusi
Kelebihan (+)
sederhana
menggunakan pita
- Fleksibilitas
pengembangan sistem
lebih baik
ST
IT
.B
- Mendukung standarisasi
sistem berbasis TCP/IP
dan dapat breinterface
dengan perangkat wireless
6-20
Kelemahan (-)
- Mengganti komputer pada
CC Room yang
mendukung komunikasi
berbasis TCP/IP
- Biaya
moderat
yang
relatif
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
Dari sisi evaluasi terjadi permasalahan yaitu dalam optimalisasi pemanfaatan dan
skema pengembangan sistem belum terdefinisi, namun untuk mengatasi hal
tersebut pemerintah Surabaya melakukan kajian pengembangan dengan
melibatkan pihak konsultan.
Untuk lebih jelasnya mengenai evaluasi penerapan ATCS dari sisi pengelolaan
untuk wilayah studi Kota Surabaya ini disampaikan pada Tabel 6.17, dan sebagai
informasi disampaikan juga mengenai benchmarking pengelolaan ATCS yang
terdapat di negara lain yang dirangkum dan disampaikan didalam Tabel 6.18.
6-21
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Alternatif Solusi
Pengorganisasian
Pengoperasian
- Pengambilan
menanggapi
terhambat
- Penjadwalan,
pengawasan
dan
kepemimpinan termasuk kedalam
training
Pelaksanaan
keputusan
dalam
kondisi
lapangan
Pemeliharaan
IT
.B
ST
Bagian/Fungsi
Evaluasi
Sumber: dianalisis dari data sekunder dan data hasil survey wawancara
6-22
kajian
melibatkan
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
JumlahTraffic Signal
3.700.000
5.500 sq ft
2912
2.200.000
5.000 sq ft
2020
Staff
7 transportation engginer, 1 supervisor, 2 systems
analyst, 1 graphic designer, 1 traffic signal
electrician, 1 secretary
13 pekerja
San Antonio TX
1.100.000
6.000 sq ft
765
1 engginer, 3 technicians
1.500.000
(Covers Clark County)
2.500 sq ft
700
Atlanta, GA
416.000
2.300 sq ft
650
Albuquerque, NM
449.000
Denver, CO
555.000
Seatle WA
600.000
ST
800 sq ft
650
2.800 sq ft
450
1.420 sq ft
432
1.500 sq ft
400
2.500 sq ft
320
7-8 pekerja
700 sq ft
96
800-1400 sq ft (sedang
dalam masa konstruksi)
untuk traffic management
area. 1200-1700 sq ft
untuk signal shop area
Phoenix, AZ
1.300.000
Boston, MA
590.000
Renton, WA
53.000
Redmond,WA
Kota/Area Populasi
IT
.B
Lokasi
48,000
6-23
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
Untuk melakukan evaluasi penerapan ATCS di Kota Surabaya dari sisi lalu
lintasnya dilakukan pengumpulan data dengan pengambilan sampel di 5 lokasi
persimpangan di ruas jalan utama yang meliputi persimpangan Jl. Dipenogoro
Kebun Binatang, Jl. Dipenogoro Jl. Ciliwung, Jl. Dipenogoro Jl. Kutei, Jl.
Dipenogoro Jl. Dr Sutomo dan Jl. Dipenogoro Jl. RA Kartini. Hasil survey
dilapangan menunjukkan bahwa dari 5 lokasi simpang tersebut terdiri dari 3
persimpangan dengan tiga lengan dan 2 persimpangan dengan empat lengan,
sedangkan untuk kondisi geometriknya lebar jalan di persimpangan Kota
Surabaya rata-rata cukup besar, dimana jumlah lajurnya antara 2 - 3 lajur/arah.
Pada jumlah fasenya antara 2 s/d 3 fase dan untuk lebih detailnya disampaikan
didalam Lampiran. Untuk lebih jelas mengenai lokasi studi persimpangan yang
ATCS di Kota Surabaya tersebut disampaikan pada gambar dibawah ini.
IT
.
Persimpangan
Jl. Dipenogoro
Jl. RA Kartini
Persimpangan
Jl. Dipenogoro
DR. Sutomo
Persimpangan
Jl. Dipenogoro
Jl. Kutei
Persimpangan
Jl. Dipenogoro
Jl. Ciliwung
Persimpangan
Jl. Dipenogoro
Kebun Binatang
6-24
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 6.19 Kinerja Lalu Lintas di Ruas Jalan (Eksisting) Diantara Persimpangan
Nama Ruas/Segmen
Panjang Ruas
(km)
Kapasitas Ruas
(smp/jam)
VC Ratio
Kecepatan (km/jam)
2331
0,92
23
1,19
21
Jl. Dipenogoro
(Kebun Binatang Jl.Ciliwung)
0,4
6103
2.
Jl. Dipenogoro
(Jl.Ciliwung- Jl.Kutei)
0,27
2954
3.
Jl. Dipenogoro
(Jl.Kutei-Jl.Dr.Sutomo)
0,65
4.
Jl. Dipenogoro
(Jl.Dr.Sutomo-Jl.Kartini)
0,81
2374
1,412
20
6058
1501
1,12
21
IT
.B
12452
1502
ST
1.
No.
6-25
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 6.20 Kinerja Lalu Lintas di Persimpangan Dengan ATCS Sebelum Terkoordinasi (Eksisting)
1.
2.
3.
Jarak Antar
Simpang
(km)
Volume Lalu
Lintas
(smp/Jam)
Waktu Siklus
(Det)
Jumlah Fase
Kapasitas
(smp/Jam)
DS
Panjang
Antrian
(m)
Tundaan
(det/smp)
6103
117
2331
0,92
86
1912
0,4
4789
126
1824
0,78
131
277
0,27
5294
132
1502
1,19
98
930
Nama Persimpangan
ST
No.
0,65
12452
87
2374
1,412
125
923
5.
0,81
6058
98
1501
1,12
108
2160
IT
.B
4.
6-26
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Seperti halnya pada lokasi kajian sebelumnya, di lokasi kajian kota Surabaya juga
dilakukan analisis perhitungan kinerja persimpangan pada lima persimpangan
yang meliputi persimpangan Jl. Diponegoro Kebun Binatang, Jl. Diponegoro
Jl. Ciliwung, Jl. Diponegoro Jl. Kutei, Jl. Diponegoro Jl. Soetomo dan Jl.
Diponegoro Jl. RA Kartini dengan menggunakan 2 metode yang sama, yaitu
metode MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) dan Metode Transyt. Untuk
perhitungan optimasi dengan metode MKJI sebelum dan sesudah terkoordinasi
disampaikan pada Tabel 6.21, sedangkan dengan menggunakan metode Transyt
akan dijelaskan pada paraghrap berikutnya
Persimpangan
1.
2.
3.
4.
5.
0,4
Delay
Rata-rata
(det/smp)
Waktu
tempuh
(det)
Sesudah Terkoordinasi
0,27
0,65
0,81
Delay
Rata-rata
(det/smp)
21
21
15,31
15,31
BS
No.
Sebelum Terkoordinasi
TP
Jarak
Antar
Simpang
(km)
23,65
458
22,41
22,12
8,31
92,93
10,85
Waktu
tempuh
(det)
443
IT
.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil optimasi dengan metode MKJI dengan
asumsi waktu siklus optimum adalah bahwa untuk delay pada persimpangan di
Kota Surabaya No. 1 dan 2 tidak terjadi perubahan, dimana hal ini disebabkan
waktu siklus yang ada saat ini (eksisting) sudah mencapai waktu siklus optimum,
berbeda halnya dengan persimpangan di No. 3, 4 dan 5 yang mengalami
perubahan delay, dimana perubahan terbesarnya terdapat pada persimpangan No.
5 yang mencapai 88,32%. Untuk kinerja waktu tempuh yang dibutuhkan untuk
melalui koridor tersebut berdasarkan simulasi tersebut dengan kondisi
terkoordinasi adalah 443 detik dengan perubahan dari kondisi sebelumnya
(eksisting) cukup kecil yaitu hanya 3,28%.
6-27
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
11
SISTEM
KODIFIKASI
TRANSYT
13
12
14
TP
21
24
22
BS
23
36
31
33
32
IT
.
34 35
42 4
1
46
43
44 45
52 51
54
55
53
6-28
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 6.22 Perbandingan Kinerja Lalu Lintas Eksisting Terhadap Koordinasi (TRANSYT)
3.
4.
5.
Ekst
Koord
Ekst
Koord
Ekst
Koord
34
24
75
39
19
51
11
0,44
0,29
Jl. Kartini
13
0,31
0,76
(145)
25
78
(212)
10
(67)
Jl. Dipenogoro
14
1,05
0,82
22
243
98
269
103
62
Jl. Dipenogoro
21
1,13
0,92
19
488
55
89
432
136
69
22
0,93
1,03
11
30
156
(420)
122
293
(140)
Jl. Dipenogoro
23
1,14
1,04
(9)
472
175
63
454
295
35
Jl. Indragiri
24
0,89
0,99
11
26
67
(158)
109
190
(74)
Jl. Dipenogoro
31
0,69
0,83
20
50
27
46
63
60
Jl. Bengawan
33
0,54
0,56
(4)
53
72
(36)
13
18
(38)
Jl. Dipenogoro
35
1,15
0,9
22
531
49
91
268
68
75
Jl. Kutai
36
0,76
0,79
(4)
62
84
(36)
18
23
(23)
Jl. Dipenogoro
42
0,37
0,7
(89)
11
(450)
24
(500)
Jl. Dipenogoro
45
0,2
0,19
11
26
136
16
(78)
Jl. Ciliwung
46
0,99
0,56
43
123
21
83
50
21
58
Jl. Dipenogoro
52
0,72
(39)
50
94
(88)
51
108
(112)
Jl. Darmo
53
0,99
0,8
19
75
30
60
129
102
21
Jl. Darmo
55
1,23
0,98
20
739
59
92
756
182
76
Jl. Dipenogoro
ST
2.
Lengan
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
IT
.B
1.
Nama Persimpangan
No
No
Link
6-29
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 6.22 Perbandingan Kinerja Lalu Lintas Eksisting Terhadap Koordinasi (TRANSYT)
No
Nama Persimpangan
Lengan
No
Link
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation)
Ekst
0,80
Ekst
Koord
Ekst
Koord
0,77
(3)
177
60
67
164
98
40
IT
.B
ST
Koord
Rata-rata
6-30
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
% perubahan
Satuan
1.
Rata-rata tundaan
det/smp
2.
Panjang Antrian
kend
3.
Konsumsi
Bakar
4.
Panjang perjalanan
5.
Waktu Kendaraan
6.
Kecepatan Rata-rata
120,48
40,96
66
111,68
62,72
43,84
3785
1901,8
49,75
14949,2
16388,6
9,63
smp-jam
2430,1
965,7
60,26
km/jam
6,2
15,5
150
liter
smp-km
IT
.
Coordinated
BS
Bahan
Eksisiting
TP
No.
6-31
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 7
ARAHAN PENGEMBANGAN ATCS
Pada Bab 7 Arahan Pengembangan ATCS ini akan disampaikan mengenai road
map permasalahan, harapan dari masyarakat, kebutuhan optimalisasi pemanfaatan
ATCS, skema alternatif pendanaan, arahan pengembangan ATCS dan Tahapan
pengembangan yang meliputi teknologi dan pengelolaannya.
Road Map Permasalahan
TP
IT
.
BS
7.1
7-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
DEGRADASI KONDISI
HARDWARE & SOFTWARE:
- Software off-line
- Komponen dan sub-sistem tidak
fungsional
PERMASALAHAN
PEMELIHARAAN:
- Back-log pemeliharaan (tidak bisa
quick response mengatasi
permasalahan)
PERMASALAHAN
OPERASIONAL:
- Fungsi ATCS tidak optimal (tidak
100% under control)
- Sistem pencatatan/ dokumentasi
kurang baik
PERMASALAHAN
EVALUASI:
- Data untuk evaluasi kurang
memadai (sulit dilakukan prosedur
evaluasi)
- Hasil evaluasi kurang representative
PERMASALAHAN
KELEMBAGAAN:
- Pengorganisasiaan Organisasi
kurang kuat (jobdesc,
koordinasi)
- Capacity building untuk SDM
tidak optimal
IT
.B
ST
PENDANAAN YANG
KURANG MEMADAI:
-Dana operasional
-Dana diklat
-Dana pemeliharaan
7-2
DAMPAK PEMANFAATAN:
- Efektivitas ATCS untuk
meningkatkan effisiensi kinerja
jaringan kurang optimal
- Pengembangan aplikasi menjadi
sulit dilakukan (bus priority, ITS,
dll)
DAMPAK PENGELOLAAN:
- Support publik terhadap ATCS
kurang
- Optimalisasi alternatif pendanaan
sulit dilakukan
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
46%
TP
Ya
Tidak
IT
.
BS
54%
7.2
7-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
34%
35%
30%
24%
25%
17%
20%
14%
12%
15%
10%
5%
0%
Lokasi
kemacetan
Informasi
hambatan
Rute
perjalanan
terpendek
TP
IT
.
BS
Pada tahap selanjutnya, hasil dari wawancara ini dilakukan analisis pembobotan
dan hasilnya menunjukkan bahwa dari 34% responden berharap dan berkeinginan
dengan adanya ATCS dapat diperoleh informasi mengenai lokasi kemacetan, yang
kemudian disusul pada persentase terbesar kedua (24%) yaitu tentang informasi
lokasi fasilitas pelayanan terdekat dan sisanya sampai dengan persentase terkecil
yaitu mengenai informasi hambatan (17%), lokasi yang dituju (14%), dan rute
perjalanan terpendek (12%). Selain melakukan wawancara terhadap masyarakat,
dilakukan juga wawancara terhadap stakeholder terkait, dimana dalam hal ini
adalah pemerintah setempat yaitu dinas perhubungan. Tujuan dari wawancara
terhadap dinas terkait ini diharapkan diperolehnya sinkronisasi antara perencanaan
yang dilakukan oleh pemerintah dengan harapan masyarakat. Harapan dari
stakholder terkait tentang penerapan ATCS di wilayahnya disampaikan pada
Tabel 7.1.
No.
Item Masukan
Penjelasan
1.
2.
3.
4.
Alternatif pendanaan
- APBN
- APBD Provinsi
7-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Keterbatasan pendanaan
yang tersedia
10%
26%
17%
TP
9%
12%
BS
26%
7.3
IT
.
7-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
USER/BENEFITS
Public
transport
Road User
Polisi/VIP
Ambulance
Radio/TV
TP
BS
COMMUNICATION NETWORK
SYSTEM: Copper, FiberOptic,Wireless
OWNERS: Direct, Rent
IT
.
FIELD EQUIPMENT
7.4
7-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Informasi ATCS
Televisi
Radio
Internet
Telepon Celular
Dlsb
Komersialisasi
ST
Volume dan
kepadatan lalu lintas
Jaringan (networking)
Traffic Jam
Kinerja lalu lintas
Dlsb
Media Massa,
Telekomunikasi Dlsb
Pembelian Informasi
IT
.B
Pembelian Informasi
Penggunaan Informasi
Penggunaan Informasi
Dinas Perhubungan,
Kepolisian Dlsb
Manajemen Rekayasa
Lalu Lintas
Skema Operasional
Traffic Report
Traffic Information
System
7-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
7.5
TP
IT
.
BS
Program aplikasi ATCS yang digunakan pada saat ini masih merupakan
aplikasi lama yang kemampuannya terbatas dan pengoperasiannya hanya
dikuasai oleh beberapa orang. Keterbatasan ini menjadikan sistem ATCS
hanya dapat dioperasikan oleh operator tertentu. Dengan kemajuan
teknologi yang sangat pesat, telah terdapat beberapa sistem aplikasi ATCS
yang handal yang cukup mudah untuk dioperasikan, sehingga dapat
menjadi salah satu alternatif solusi untuk menyesuaikan dengan
perkembangan aplikasi yang sesuai.
3. Hardware dan Sistem Operasi cenderung obsolete.
7-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
7. Sinkronisasi sistem.
TP
IT
.
BS
Detail mengenai kondisi ATCS di ketiga kota (DKI Jakarta, Bandung dan
Surabaya) tersebut berikut alternatif solusi per jenis komponen sebelumnya telah
disampaikan pada Bab 4, 5 dan 6.
7.5.2 Persoalan/Permasalahan Mendatang
Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan wilayah DKI Jakarta, Bandung,
dan Surabaya, permasalahan lalu lintas menjadi semakin kompleks. Hal tersebut
akan berdampak pada kinerja ATCS yang ada serta adanya potensi permasalahan
yang akan timbul dimasa datang. Beberapa potensi permasalahan di masa
mendatang berkaitan dengan pengembangan sistem ATCS antara lain adalah :
7-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
IT
.
BS
Untuk dapat membangun sistem ATCS yang baik, perlu dirumuskan alternatif
solusi berupa strategi dan program sebagai berikut:
1. Optimalisasi fungsi ATCS, yaitu memanfaatkan fungsi-fungsi ATCS yang
belum dikembangkan, seperti informasi real time mengenai kondisi dan
kinerja peralatan, kondisi persimpangan, dll. Program yang dijalankan
berupa upgrade sistem ATCS ke real adaptive serta ekspansi jaringan
yang belum terlingkupi. Ini akan menghasilkan sistem ATCS yang
berjalan secara optimal.
2. Kajian ATCS di negara lain, sebagai bahan perbandingan dengan
mengambil sampel kondisi yang sesuai dengan kondisi di Jakarta,
Bandung dan Surabaya. Untuk itu dapat dilakukan kegiatan studi banding
melalui literatur, internet, atau tinjauan langsung ke negara tersebut.
Disamping itu, bisa juga diselenggarakan seminar/loka karya dengan
7-10
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
5. Pembangunan akses informasi yang akurat dan real time, yang akan sangat
berguna dalam mengatasi permasalahan operasional secara efektif dan
efisien, menuju kepada peningkatan kinerja manajemen lalu lintas.
Program yang dilakukan adalah mengidentifikasi indikator kinerja
(Performance Indicator) dari sistem ATCS sehingga kinerja keseluruhan
sistem dapat diukur dan dilakukan upaya peningkatan kualitasnya.
Sebagai acuan pada fase implementasi maka dikembangkan suatu road map
pengembangan ATCS yang dijabarkan dalam sebuah Action Plan.
7.5.3 Action Plan
IT
.
Open system, mampu berkomunikasi dengan sistem lain yang sejenis dan
dioperasikan pada platform yang sama.
7-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
7.5.3.1 Refuctioning
IT
.
BS
reparasi
dan
tertentu
guna
pemeliharaan
pada
7-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
IT
.
7-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Sub System Integration & Test, melakukan pengujian skala sistem atau
sub sistem baik hardware maupun software antara TMS dan TIS.
TP
BS
IT
.
7.6
Untuk lebih jelas mengenai gambaran action plan pengembangan ATCS tersebut
yang dimulai refunctioning, upgrade and migration sampai dengan toward
menuju ITS disampaikan pada Gambar 7.7.
Tahapan Pengembangan
Aktivitas-aktivitas pengembangan ATCS yang meliputi aspek teknologi dan aspek
pengelolaan tersebut kemudian disusun kedalam beberapa program yang meliputi
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, dimana untuk
lebih jelasnya disampaikan pada Tabel 7.2 dan Tabel 7.3.
7-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
ACTION PLAN
Penyeragaman
Evaluation
Optimalisasi/
refunction ControlCenter (CC)
Reconnecting seluruh
jaringan komunikasi
Refurbishment
komponen sistem
platform ATCS
Penyusunan BluePrint ITS
Migrasi ke arah
Open-System
Perluasan controledarea
Pelengkapan fungsi
pedoman pengelolaan
ATCS (fungsi,
kegiatan, SDM,
pendanaan)
Assessment
kelembagaan
Government support for
refuctioning strategy
organisasi ATCS
Capacity building
programme
Sertifikasi SDM
Studi kelayakan Public
Private Partnership
(PPP)
Government support for
upgrading
Evaluasi pilot
Traffic Management
Strategi (TMS)
Migrasi ke arah OpenSystem (lanjutan) untuk
membangun pijakan yang
kuat ke arah ITS
Pilot project ITS
project
Pengembangan ITS
(full scale)
Operasionalisasi
ITS
Penyempurnaan
Pengembangan
Kelembagaan ITS
(public and private)
Full PPP Scheme
for ITS
7-15
Pengembangan aplikasi
ST
Detailed System-
Pengembangan
ASPEK
PENGELOLAAN
IT
.B
ASPEK
TEKNOLOGI
Refunctioning
GRAND
STRATEGY
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
STRATEGI REFUNCTIONING
1.
Detailed System-Evaluation
- Evaluasi kondisi sistem
- Evaluasi kinerja dan efektivitas (termasuk
kebutuhan perluasan)
- Refurbisment CC component
3.
4.
Refurbishment component
2012
2011
IT
.B
Optimalisasi/refunctioning CC
- Update Software and/or OS
2010
2013
2009
2.
Jangka Panjang
Kegiatan
ST
No.
Jangka Menengah
and
7-16
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Jangka Menengah
Kegiatan
2009
2010
2011
STRATEGI UP-GRADE&MIGRATION
6.
IT
.B
2013
ST
II
2012
7.
Jangka Panjang
7-17
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Jangka Menengah
Kegiatan
2009
2010
2011
2012
12.
IT
.B
III.
ST
- Techinical evaluation
- Effectiveness Evaluation
13.
Operasionalisasi ITS
- ITS for support traffic management
- ITS for public information
2013
11.
Jangka Panjang
7-18
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Jangka Menengah
Jangka Panjang
Kegiatan
2009
2010
2011
2013
IT
.B
ST
2012
7-19
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
MENDUKUNG STRATEGI
REFUNCTIONING
1.
2.
3.
2011
2012
IT
.B
I.
2010
4.
II.
2013
2009
5.
Jangka Panjang
Kegiatan
ST
No.
Jangka Menengah
7-20
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
2010
2011
III.
- Migration software/hardware
IT
.B
2013
ST
8.
2012
7.
Jangka Panjang
Kegiatan
2009
6.
Jangka Menengah
7-21
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Jangka Menengah
Jangka Panjang
Kegiatan
2009
2010
2011
2013
2012
ST
IT
.B
7-22
2014
2015
2016
20172020
2017dst
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 8
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN ATCS
Pada Bab 8 Pedoman Penyelenggaraan ATCS ini akan disampaikan mengenai
ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, umum, tahapan
penyelenggaraan sistem APILL terkoordinasi, dan spesifikasi APILL
terkoordinasi.
8.1
Ruang Lingkup
BS
TP
IT
.
8.2
8-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BS
TP
pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang maupun yang tidak sebidang
(Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993)
IT
.
8.3
8-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
Tata cara pengaturan sinyal lampu lalulintas pada sistem APILL terkoordinasi
yang dibedakan atas tingkat adaptivitasnya terhadap perubahan lalulintas
8.4
BS
IT
.
8-3
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kedua fungsi pokok dari suatu sistem APILL terkoordinasi tersebut harus
terpenuhi di semua area yang dikoordinasikan dan berfungsi terus-menerus
sepanjang waktu.
Selain kedua fungsi pokok tersebut, terdapat beberapa kemampuan/fungsi
tambahan dari suatu sistem APILL terkoordinasi yang menjadi keunggulan sistem
ini, diantaranya:
a) Dapat diaplikasikan beberapa skema pengaturan lalulintas sesuai dengan
perubahan lalulintas yang terjadi;
b) Dapat mengakomodasi skema pengaturan khusus untuk memprioritaskan
lalulintas tertentu (misalnya: VIP, ambulance, dan bus);
c) Dapat mendeteksi kerusakan yang terjadi pada peralatan tertentu dari pusat
pengendali, dimanapun lokasi peralatan tersebut berada;
TP
BS
Untuk dapat memenuhi fungsi kerja dari suatu sistem APILL terkoordinasi
sebagaimana disampaikan pada Bagian 4.1.1, maka pada umumnya sistem APILL
terkoordinasi memiliki 4 sub sistem bagian utama, yakni:
a) pusat pengendali (control center)
IT
.
Penjelasan mengenai fungsi dan komponen utama dari setiap sub sistem dari
sistem APILL terkoordinasi tersebut disampaikan pada Tabel 8.1. Dalam
aplikasinya, komponen dari sub-sistem dapat saja dilengkapi dengan komponen
tambahan sesuai keperluan.
Penggunaan sub sistem pendeteksi kendaraan sifatnya pilihan (opsional), karena
sub sistem ini hanya diperlukan jika sistem operasi sistem APILL terkoordinasi
yang dipilih sifatnya adaptif terhadap perubahan lalu lintas.
Pada dasarnya, yang membedakan antara sistem APILL terkoordinasi dengan
persimpangan yang berdiri sendiri adalah adanya sub sistem pusat pengendali dan
sub sistem jaringan komunikasi; dimana kedua sub sistem ini bersinergi dalam
mengendalikan pengaturan sinyal lalu lintas di setiap persimpangan agar
operasionalnya terkoordinasi.
8-4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 8.1 Penjelasan tentang Ilustrasi konfigurasi dari sistem APILL terkoordinasi
No
Sub Sistem
Fungsi utama
Komponen utama
pusat pengendali
(control center)
Mengendalikan
koordinasi
pengaturan sinyal di setiap
persimpangan sesuai dengan
strategi yang ditetapkan
b) Software
untuk
melakukan
optimasi pengendalian sinyal
jaringan
komunikasi
(communication
network)
pengontrol lokal
Mengimplementasikan skema
pengaturan sinyal di sebuah
persimpangan sesuai dengan
perintah dari pusat pengendali
c) Communication-unit
untuk
berkomunikasi dengan sub-sistem
lainnya
IT
.
(local controller)
b) Sistem
komunikasi
(communication-system)
yang
menjadi basis dari tatacara
komunikasi antar sub-sistem
BS
TP
e) Communication-unit
untuk
berkomunikasi dengan sub-sistem
lainnya
detektor
kendaraan
(vehicle detector)
mendeteksi
lalulintas
kendaraan
yang
masuk
dan/atau keluar persimpangan
untuk menghasilkan data
karakteristik lalulintas yang
dibutuhkan untuk melakukan
optimasi pengaturan sinyal
8-5
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
Tabel 8.2 Tipe-Tipe Sistem Pengaturan yang Dapat Diterapkan Pada Sistem
APILL Terkoordinasi
Kategori
Koordinasi
berbasis waktu
(time based
coordination)
Karakterisik
utama
Cara
pengaturan
sinyal
Koordinasi
didasarkan pada
pola lalulintas
pada periodaperioda tertentu
(time-ofday/TOD atau
time-ofweek/TOW)
Menggunakan
pilihan
pengaturan
sinyal (timingplan) yang telah
ditetapkan (pretimed
coordination)
untuk masingmasing simpang
secara individual
Metoda
penentuan
Optimasi
menggunakan
program
komputer (offline) berdasar
data lalulintas
historis di area
tersebut
Penggunaan
Lalu lintas
persimpangan
yang sudah
mendekati kondisi
yang perlu
dikoordinasikan
8-6
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tabel 8.2 Tipe-Tipe Sistem Pengaturan yang Dapat Diterapkan Pada Sistem
APILL Terkoordinasi
Setiap
persimpangan
saling terhubung
Pre-timed
coordination
Timing-plan
disediakan dari
pusat
pengendali
Pemilihan
timing-plan
dapat dilakukan
operator
Operasional
yang paling
konvensional
dari sistem
pengaturan yang
dapat
disesuaikan
Memanfaatkan
sensor
pendeteksi
kendaraan untuk
menghasilkan
kemampuan
penyesuaian
IT
.
Pengaturan yang
dapat disesuaikan
dengan kondisi
lalu lintas (traffic
adjusted control)
Cara
pengaturan
sinyal
Metoda
penentuan
Penggunaan
Optimasi
program
komputer secara
off-line
Pre-timed
coordination biasa
digunakan jika
variasi lalulintas
tidak ekstrem
Intervensi
operator
berdasarkan
informasi
eksternal (tidak
dari detektor)
TP
Pengaturan
persimpangan
yang saling
terhubungkan
(interconnected
control)
Karakterisik
utama
Pemilihan
timing-plans
disesuaikan
dengan kondisi
lalu lintas
BS
Kategori
Intervensi
operator
dilakukan untuk
kondisi khusus
(ada kecelakaan,
VIP, dll)
Diaplikasikan jika
lalu lintas
bervariasi secara
signifikan pada
waktu-waktu
tertentu
Dapat memiliki
lebih banyak
timing-plan
dibandingkan
interconnected
control
Timing-plan
disusun secara
cepat dan
otomatis
menggunakan
informasi dari
detektor yang
dipasang pada
pendekat upstream
Skema
pengaturan
lalulintas dapat
diubah hanya
dalam beberapa
menit
Menggunakan
data lalulintas
yang dideteksi
dari pendekat
untuk melakukan
optimasi
Diaplikasikan jika
lalu lintas
bervariasi secara
signifikasi
sepanjang hari
atau jika terjadi
pola lalulintas
yang tidak biasa
(ada kejadian
tertentu)
Sistem
pengaturan yang
adaptif terhadap
lalu lintas (traffic
adaptive control)
Prediksi
perubahan fase
dilakukan
berdasarkan
data dari
detektor yang
dipasang di
setiap pendekat
persimpangan
Pengaturan fase
diprediksi dari
kondisi lalulintas
terakhir.
Memprediksi
arus kendaraan
pada
pensimpangan
dari data
detektor
Pengaturan yang
responsif
terhadap lalu
lintas (traffic
responsive
control)
Timing-plan
tidak digunakan
secara eksplisit
8-7
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
I = V/L
BS
8.5
IT
.
Jika kondisi jaringan jalan di suatu area memenuhi kedua kondisi tersebut, maka
dapat ditindaklanjuti dengan melakukan studi kelayakan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih komprehensif mengenai konsekuensi dari penerapan sistem
APILL terkoordinasi ini.
8-8
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
yang
dilakukan
oleh
TP
a) Spesifikasi pemasangan/instalasi
penyedia/kontraktor;
IT
.
BS
Pada Tabel 8.4 disampaikan lingkup spesifikasi dari pemasangan suatu sistem
APILL terkoordinasi. Sedangkan pada Tabel 8.5 disampaikan panduan umum
untuk menetapkan spesifikasi peralatan dan material yang digunakan dalam sistem
APILL terkoordinasi.
8.6
8-9
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tahap 2
Pemilihan teknologi sistem
APILL terkoordinasi
D
Bab 8 Pedoman Penyelenggaraan ATCS
Pertimbangan/ kriteria
a) Survei inventarisasi
prasarana dan lalulintas
jalan
b) Analisis karakteristik
lalulintas
c) Simulasi pengendalian
lalulintas terkoordinasi
IT
.B
Tahap 1
Identifikasi kebutuhan sistem
APILL terkoordinasi
Kegiatan
Tujuan
ST
Tahap
8-10
Hasil
a) Luas area koordinasi
b) Tingkat adaptivitas yang
diperlukan
c) Kemampuan
tambahan/aplikasi dari
sistem APILL terkoordinasi
d) Prakiraan manfaat
a) Tingkat kelayakan investasi
dari setiap alternatif
teknologi sistem APILL
terkoordinasi
b) Konfigurasi sistem APILL
terkoordinasi yang dipilih
c) Spesifikasi kinerja subsistem APILL terkoordinasi
yang dibutuhkan
d) Spesifikasi teknis
komponen utama dari
setiap sub-sistem APILL
terkoordinasi
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tujuan
Kegiatan
Pertimbangan/ kriteria
Hasil
a) Dokumen pengadaan
(gambar desain, perkiraan
biaya, spesifikasi teknis)
b) Sistem APILL
terkoordinasi yang siap
operasi (setelah melalui
tahap pengecekan dan alih
teknologi)
a)
b)
c)
d)
Tahap 4
Pengoperasian dan
pemeliharaan sistem APILL
terkoordinasi
Mengoperasikan dan
memelihara sistem APILL
terkoordinasi agar fungsi
koordinasinya dapat berjalan
secara kontinyu untuk semua
persimpangan
a) user-manual sistem
b) Sistem dokumentasi
c) Kelembagaan (sistem
organisasi dan tata kerja)
Tahap 5
Evaluasi dan pengembangan
sistem APILL terkoordinasi
a) Perkembangan tingkat
efektivitas sistem APILL
terkoordinasi
b) Perubahan kebijakan
sistem pengendalian
c) Kebutuhan pengembangan
(expansion dan up-grade)
IT
.B
ST
Tahap 3
Pelaksanaan desain dan
konstruksi sistem APILL
terkoordinasi
8-11
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Deskripsi Spesifikasi
Lingkup kegiatan adalah semua item kegiatan pemasangan yang dipersyaratkan di kontrak, persyaratan untuk
persediaan/cadangan, dan prosedur pengantian dari material dan peralatan
Detail mengenai apa saja material dan peralatan yang harus diperlengkapi oleh kontraktor atapun pihak penyedia barang
Metoda untuk menyediakan koneksi dari sumber energi ke semua komponen pusat pengendali dan komponen lapangan
yang membutuhkan energi untuk melaksanakan fungsinya dan spesifikasi untuk saluran/jalur/kabel penghubungnya
Saluran/kabel
Metoda untuk pemasangan kabel/saluran, metoda penyambungan, dan metoda untuk mengetes kinerja pemasangan
kabel/saluran, khususnya untuk jalur komunikasi yang menggunakan kabel
Pengeleman/ penyegelan
Persyaratan untuk pengeleman/ penyegelan dari saluran/kabel/kawat untuk menghasilkan jaringan elektrik yang menerus
dan aman/terlindung
ST
IT
.B
Campuran semen
Umum
Peralatan apa saja yang harus dicat, tipe cat, jumlah lapisan pengecatan, dan metoda pengecatan
Persyaratan untuk penggantian rumput yang rusak, serta perlindungan terhadap semak-semak dan pepohonan
8-12
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Deskripsi Spesifikasi
Prosedur untuk mendapatkan persetujuan untuk memotong kereb dan/atau trotoat, dan metoda penggantiannya
IT
.B
ST
8-13
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Deskripsi spesifikasi
Lingkup kegiatan adalah semua item kegiatan pemasangan yang
dipersyaratkan di kontrak, persyaratan untuk
persediaan/cadangan, dan prosedur pengantian dari material dan
peralatan
Saluran/kabel
BS
IT
.
TP
Umum
Pengeleman/ penyegelan
Campuran semen
Peralatan apa saja yang harus dicat, tipe cat, jumlah lapisan
pengecatan, dan metoda pengecatan
Penanganan rerumputan,
semak, dan pepohonan
Pembongkaran dan
pemindahan kereb dan trotoar
8-14
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Tiang
Lampu lalulintas
Pendeteksi kendaraan
(detektor)
Kabel komunikasi
IT
.
BS
Peralatan komunikasi
lapangan (atau peralatan
antarmuka pengontrol lokal)
TP
Kamera video
Televisi monitor
Peralatan komunikasi
Pengetesan
8-15
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
TP
BS
IT
.
8.7
8-16
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Mengkoordinasikan
pengelolaan sistem APILL
terkoordinasi:
a) Secara internal antar
setiap bagian dalam
kelembagaan
pengelolaan
b) Secara ekstenal dengan
institusi lain dan
masyarakat
Pengoperasian
Pemeliharaan
Jenis:
Kepala Unit Pengelola
Kualifikasi:
a) Pendidikan: sarjana teknik
sipil/ planologi/industri yang
memahami manajemen
lalulintas
b) Pelatihan: pengelolaan
sistem APILL terkoordinasi
c) Pengalaman: minimal 5
tahun dalam manajemen
lalulintas
a) Dana operasional
b) Dana pendidikan
dan pelatihan
c) Dana sosialisasi/
koordinasi secara
berkala
Jenis:
a) Supervisor
b) Operator/programmer
Kualifikasi:
a) Pendidikan: sarjana untuk
supervisor, D3 informatika
untuk operator
b) Pelatihan: pengelolaan
sistem APILL terkoordinasi
c) Pengalaman: minimal 3
tahun dalam manajemen
lalulintas untuk supervisor
a) Dana operasional
b) Dana pendidikan
dan pelatihan
Jenis:
a) Dana operasional
IT
.B
Pengorganisasian
Kegiatan
Fungsi
ST
Bagian
8-17
Kebutuhan Dana
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
Kegiatan
menyempurnakan fungsi sistem
APILL terkoordinasi
b) Pemeliharaan perangkat keras:
Memperbaiki, menjaga, dan
memodifikasi setiap komponen fisik
dari sistem APILL terkoordinasi
c) Pemeliharaan perangkat lunak:
Mengoreksi kesalahan dan
meningkat-kan pemanfaatan
perangkat lunak
Mengevaluasi tingkat
efektivitas dan menyusun
strategi peningkatan kinerja
sistem APILL terkoordinasi
Evaluasi
IT
.B
ST
Bagian
8-18
Jenis/Jumlah:
a) Traffic engineer
b) system analyst
Kualifikasi:
a) pendidikan: sarjana teknik
sipil/ planologi/industri yang
memahami manajemen
lalulintas
b) pelatihan: pengelolaan
sistem APILL terkoordinasi
c) pengalaman: minimal 3
tahun dalam manajemen
lalulintas
Kebutuhan Dana
b) Dana pendidikan
dan pelatihan
c) Dana persediaan
suku cadang minor
d) Dana penggantian
suku cadang major/
besar
a) Dana operasional
b) Dana pendidikan
dan pelatihan
c) Dana pelaksanaan
survey lalulintas dan
survery persepsi
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
BAB 9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
TP
Secara garis besar dari hasil kajian evaluasi penerapan ATCS di DKI Jakarta,
Bandung dan Surabaya ini diperoleh kesimpulan bahwa secara typical ATCS di
ketiga kota tersebut memiliki permasalahan yang sama yang meliputi:
1. Teknologi: fungsi ATCS tidak optimal lagi akibat kerusakan dan/atau
BS
kondisi komponen yang sudah tua dan aplikasi yang sudah ketinggalan
jaman,
2. Kelembagaan: fungsi-fungsi pengelolaan ATCS (organisasi, operasional,
IT
.
9.2
dioptimalkan lagi
Rekomendasi
Hal pertama yang harus dilakukan adanya reoperasi/refurbishment subsistem Control Center (+ Software) dan jaringan komunikasi agar
refunctioning-system dapat dilaksanakan
9-1
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
IT
.
BS
TP
9-2
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
2.1
TP
2.1.2
BS
2.1.1
2.2
2.3
2.3.3
2.3.4
2.3.5
IT
.
2.3.2
2.4
2.4.1
2.5
Daftar Isi
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.5.2
2.5.3
2.5.4
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
TP
BS
IT
.
4.1.2
4.1.3
4.2
Daftar Isi
ii
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
4.2.2
4.2.3
4.2.3.2
TP
5.1.2
BS
5.2
5.2.1
5.2.2
5.2.3
IT
.
5.2.3.1
6.1.2
6.1.3
6.2
Daftar Isi
6.2.2
6.2.3
iii
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
6.2.3.1
7.2
7.4
7.5
7.5.2
7.5.3
BS
7.5.1
7.5.3.1
7.5.3.2
7.5.3.3
IT
.
7.6
TP
7.3
8.1
8.2
8.3
8.4
Umum....................................................................................... 8-3
8.4.1
8.4.1.2
8.4.1.3
8.4.1.4
Daftar Isi
iv
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
8.4.2
8.5
8.6
8.7
9.2
IT
.
BS
TP
LAMPIRAN
Daftar Isi
LAPORAN AKHIR
Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS)
Di DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan Laporan Akhir dari kegiatan studi Evaluasi Penerapan
Area Traffic Control System (ATCS) Di DKI Jakarta, Bandung dan
Surabaya. Secara umum Laporan Akhir ini memuat :
BAB 1 PENDAHULUAN yang berisi mengenai latar belakang, maksud
dan tujuan, lingkup dan kegiatan serta keluaran/hasil yang diharapkan
yang diambil berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK),
IT
.
BS
TP