You are on page 1of 52

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG RAWAT BEDAH KELAS 2 KEMUNING LANTAI 5
2.1 Kajian Situasi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
2.1.1

Visi Rumah Sakit


Visi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung
adalahMenjadi rumah sakit rujukan nasional dan rumah sakit pendidikan
yang bermutu dan berdaya saing ditahun 2019.

2.1.2

Misi Rumah Sakit


Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima dan
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.

2.1.3

Moto Rumah Sakit


Kesehatan anda menjadi prioritas kami.

2.1.4

Nilai-nilai Rumah Sakit


Nilai-nilai rumah sakit terdiri dari 5 item yang disingkat dalam kata
PRIMA yang penjabarannya adalah sebagai berikut:
P = Profesional
Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas
terbaik disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang melandasinya.
R = Respek
Pelayanan yang prima akan dapat diberikan bila dilandasi oleh rasa saling
menghormati antara anggota tim pemberi pelayanan. Pelayanan prima
tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi semua yang terlibat dalam
tim pelayanan. Keberadaan profesi profesi tersebut pada hakekatnya saling
melengkapi.
I = Integritas
Bertindak konsisiten sesuai dengan nilai nilai dan kebijakan organisasi
serta kode etik.
M = Manusiawi
Menganggap setiap individu/manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang
mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus di junjung tinggi.
A = Amanah

Melaksanakan dengan sungguh sungguh segala hal yang dipercayakan


oleh negara dan masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan,
pendidikan dan penelitian masyarakat.
2.1.5
Tujuan Rumah Sakit
Tujuan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegritasi sesuai
standar, berorientasi pada kepuasaan pelanggan menuju persaingan di
tingkat regional.
2. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit Pendidikan di
Indonesia.
3. Terwujudnya rumah sakit berbasis penelitian (research based
hospital).
4. Meningkatnya cost recovery rumah sakit untuk menuju kemandirian.
2.2 Kajian Situasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5
2.2.1

Karakteristik Unit

2.2.1.1

Visi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak memiliki visi ruangan secara khusus.
Sampai saat ini ruangan menginduk pada visi rumah sakit.
2.2.1.2

Misi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak memiliki misi ruangan secara khusus.
Sampai saat ini ruangan menginduk pada misi rumah sakit.
2.2.1.3
1.

Sifat Kekaryaan Ruang Rawat Bedah Kelas 2


Fokus Telaahan
Kemuning lantai 5 merupakan ruangan bedah umum Kelas 2
yang merawat pasien pre dan post operasi untuk perempuan dan lakilaki dengan rentang usia bayi sampai dewasa. Ruangan memiliki
rencana kapasitas bed sebanyak 60 yang terdiri dari 48 untuk pasien
dewasa dan 12 untuk pasien anak. Namun, saat ini fasilitas yang
tersedia baru 50 bed yang terdiri dari 44 bed untuk pasien dewasa dan
6 bed untuk pasien anak.

2.

Lingkup Garapan

Bidang pelayanan adalah penyimpangan dalam


pemenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan
pada sistem tubuh pada kasus bedah umum yang
meliputi : bedah anak, digestif, urologi, onkologi,
vaskuler, saraf, THT, mulut, plastic, thoraks dan
orthopedi.
Kebutuhan dasar manusia yang terkait antara lain
pemenuhan nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi fekal
dan urine, istirahat tidur, aktivitas atau mobilisasi,
pencegahan infeksi, personal hygiene dan rasa nyaman
(terbebas dari rasa ketidaknyamanan seperti nyeri).
Bidang pendidikan adalah peningkatan kemampuan
(kognitif, afektif, dan psikomotor) praktikan dalam hal
ini adalah mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan (pemenuhan kebutuhan dasar manusia
pasien) dan dampak yang ditimbulkan.
Bidang penelitian adalah memfasilitasi kegiatan
penelitian di Ruang Bedah Kelas 2 kemuning lantai 5
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan khususnya dan atau rumah sakit secara
umum.
3.

Basis Intervensi
Dalam bidang pelayanan adalah ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia akibat adanya
gangguan fungsi sistem tubuh yang terkait dengan
proses atau tindakan pembedahan.
Dalam bidang pendidikan adalah ketidaktahuan,
ketidakmauan, ketidakmampuan perawat, dan
praktikan dalam hal ini adalah mahasiswa dalam
mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan
(kognitif, afektif, dan psikomotor) yang berhubungan

dengan pemberian asuhan keperawatan (pemenuhan


kebutuhan dasar manusia) pada pasien dengan
gangguan fungsi sistem tubuh yang disertai dengan
indikasi pembedahan.
Dalam bidang penelitian adalah menjadi lahan
penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin
meneliti fenomena atau permasalahan yang muncul di
ruang perawatan bedah.
2.2.1.4 Model Layanan Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan, metode keperawatan yang
digunakan di Ruang Rawat Bedah Kelas 2 adalah metode tim. Perawat dibagi
menjadi 4 tim, yaitu tim 1 yang menangani pasien di kamar 1 dan 2, tim 2
menangani pasien di kamar 3 dan 4, tim 3 menangani pasien di kamar 6, 7, dan 8
(bed 1, 2, dan 3), dan tim 4 yang menangani pasien di kamar 8 (bed 4, 5, dan 6), 9
dan 10. Menurut teori, dalam pelaksaanaan metode tim, sekelompok perawat yang
bertugas di suatu tim akan tetap bertugas di tim tersebut meskipun berbeda shift.
Namun, dalam pelaksanaannya perawat mengaku terdapat beberapa tindakan yang
mereka kerjakan secara fungsional dimana setiap perawat bertugas sesuai dengan
fungsinya, seperti injeksi dan ganti verban. Perawat mengaku metode tim belum
bisa dilakukan secara optimal karena keterbatasan tenaga perawat yang tidak
sesuai dengan jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika terdapat operan
maupun tindakan untuk pasien diluar pegangan timnya, ia tetap memberikan
pelayanan dengan sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien tersebut.
2.2.1.5 Letak Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Ruang Rawat Bedah Kelas 2 terletak di gedung Kemuning Lantai 5 RSHS
berjauhan dengan beberapa sarana dan instalasi yang mendukung pelayanan
kesehatan antara lain: GICU, UGD, radiologi, kamar operasi,laboratorium dan
bank darah.
2.2.1.6 Kapasitas Unit Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Ruang bedah Kelas 2 memiliki 10 kamar dengan kapasitas 50 bed dengan
pembagian sebagai berikut (7 Maret 2015):

1. Kamar 1 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan


2. Kamar 2 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa laki-laki
3. Kamar 3 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa laki-laki
4. Kamar 4 terdiri dari 6 bed untuk perawatan anak-anak
5. Kamar 5 dikosongkan, sementara digunakan sebagai ruang mahasiswa
6. Kamar 6 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan
7. Kamar 7 terdiri dari 3bed untuk perawatan dewasa perempuan
8. Kamar 8 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan
9. Kamar 9 terdiri dari 5bed untuk kamar dewasa laki-laki
10. Kamar 10 terdiri dari 6 bed untuk kamar dewasa perempuan

2.2.2

Analisis terhadap Pasien

2.2.2.1 Karakteristik
Tabel 2.1 Karakteristik Pasien Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Kemuning Lantai 5 RSHS Bandung Berdasarkan Usia Tanggal 7
Maret 2015
No
1.

Kelompok Usia
0 - < 6 tahun

2.

(Infancy & early childhod)


6 - < 12 tahun

3.

(Masa sekolah)
12 - < 18 tahun

4.

(Usia remaja)
18 - < 30 tahun

5.
6.

(Dewasa muda)
30- < 50 tahun
(Dewasa lanjut)
50 tahun

Frekuensi

Persentase (%)

0,11

0,02

0,02

0,13

22

0,47

12
0,26
(Usia lanjut)
Jumlah
47
100
Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Tabel 2.2 Karakteristik Pasien Ruang Rawat Bedah Kelas 2


Kemuning Lantai 5 RSHS Bandung Berdasarkan Spesialis/
Subspesialis Bedah Tanggal 7 Maret 2015
No
1.
2.

Sistem
Bedah digestif
Bedah urologi

Frekuensi
10
3

Persentase (%)
21,28
6,38

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

2.2.3

Bedah onkologi
16
34,04
Bedah vaskuler
2
4,26
Bedah saraf
3
6,38
Bedah mulut
1
2,13
Bedah anak
6
12,76
Bedah orthopedi
1
2,13
Bedah plastik
1
2,13
Bedah THT
0
0
Bedah thorak
4
8,51
Jumlah
47
100
Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Analisis Unit Layanan Keperawatan

2.2.2.1 Manajemen Asuhan


1. Flow of Care
a. Penerimaan Pasien
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 7-9 Maret 2015
didapatkan data sebagai berikut:
a. Hasil observasi penerimaan klien baru yang masuk ruang
Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 adalah sebanyak 3
dari 9 pasien.
b. RuangRawat Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 sudah
memiliki petunjuk pelaksanaan (protap) penerimaan pasien
baru. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan karu,
katim tim 3 dan perawat bahwa dalam penerimaan pasien
baru, klien dan keluarga dilakukan orientasi ruangan seperti
kamar mandi, nurse station, dan mushola. Pasien baru dan
keluarga juga diberikan pinjaman buku yang berisi tentang
hak dan kewajiban pasien, nama-nama perawat di ruangan,
penkes terkait nutrisi, pemilahan sampah, etika batuk dan
lain-lain. Setelah dilakukan observasi selama pengkajian
didapatkan bahwa masih ada poin yang masih belum optimal
pelaksanaannya yaitu perawat tidak memperkenalkan diri,
perawat tidak mengorientasikan mengenai denah ruangan.
c. Perawat ruangan mengidentifikasi nama, tanggal lahir, dan

medical record. Data hasil observasi terhadap 3 dari 9 orang


perawat tidak melakukan orientasi, perkenalan dan pemberian
edukasi mengenai pemilahan sampah dan etika batuk.
d. Proses penerimaan klien baru meliputi, yaitu:
-

Pada tanggal 7-9 Maret 2015, sebanyak 3 dari 9 orang


pasien baru yang masuk ruang Rawat Bedah Kelas 2
Kemuning lantai 5 dapat terobservasi oleh kelompok dari
mulai perawat ruangan menerima telefon dari
admission center untuk order tempat, kemudian
mencatatnya di buku pemesanan tempat (buku Waiting
List), selanjutnya perawat menyiapkan tempat tidur (bed
making) dengan linen yang baru.

Semua calon klien yang akan dirawat di ruang Bedah


Kelas 2 Kemuning lantai 5 telah diketahui sebelumnya
melalui pendokumentasian calon klien (waiting list).

Perawat menerima informasi pemesanan tempat untuk


klien baru melalui telepon dari ruang IGD atau poli atau
ruangan kritis, klien diantar oleh perawat atau pekarya,
kemudian perawat menerima informasi nama, usia,
diagnosa medis, pemeriksaan penunjang dan kebutuhan
peralatan untuk klien tersebut dari status pasien baru
yang dibawa.

Dari hasil observasi tidak ada pasien baru yang langsung


ditangani oleh dokter jaga ruangan.

Perawat melaporkan semua klien baru secara lisan dan


tertulis kepada dokter.

Perawat memindahkan semua klien baru ke tempat tidur


yang telah disiapkan.

Perawat mengatur posisi nyaman bagi semua klien baru

Dari 3 pasien baru yang terobservasi, 1 orang pasien


mengenal nama mahasiswa yang menerimanya, karena
saat penerimaan mahasiswa menyebutkan namanya,

melakukan indentifikasi klien dengan memberikan


gelang identitas, dan memberikan edukasi mengenai
etika batuk, pemilahan sampah, fungsi gelang identitas.
2 orang perawat memberikan orientasi ruangan dan
mengenalkan dokter DPJP nya.
-

Pada 1 pasien yang terobservasi perawat mendelegasikan


kepada mahasiswa untuk langsung melaksanakan
pemeriksaan/pengkajian pada klien baru tersebut secara
komprehensif, yang meliputi bio (head toe toe/
persistem), psikologis, sosial dan spiritualnya.
Sedangkan 2 pasien yang terobservasi perawat tidak
langsung melaksanakan pemeriksaan/pengkajian pada
klien baru tersebut secara komprehensif, yang meliputi
bio (head toe toe/ persistem), psikologis, sosial dan
spiritualnya.

b. Pengelolaan Pasien
1) Perawat
a)

Metode Asuhan Keperawatan


Model asuhan keperawatan di ruang Rawat
Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 adalah menggunakan
model asuhan tim. Metode tim diaplikasikan dengan
pembagian pasien berdasarkan kamar yang terdiri dari 4
tim. Tim 1 bertanggung jawab untuk pasien kamar 1, dan
2. Tim 2 bertanggung jawab untuk pasien kamar 3 dan 4.
Tim 3 bertanggung jawab untuk passien kamar 6, 7, 8
bed 1, 8 bed 2, dan 8 bed 3. Tim 4 bertanggung jawab
untuk pasien kamar8 bed 4,8 bed 5, 8 bed 6, 9 dan 10.
Menurut teori, dalam pelaksaanaan metode tim,
sekelompok perawat yang bertugas di suatu tim akan
tetap bertugas di tim tersebut meskipun berbeda shift.
Namun, dalam pelaksanaannya perawat mengaku bahwa
meskipun sudah terbagi secara tim, terdapat beberapa

tindakan yang mereka kerjakan secara fungsional dimana


setiap perawat bertugas sesuai dengan fungsinya, yaitu
seperti injeksi dan ganti verban. Perawat mengaku
metode tim belum bisa dilakukan secara optimal karena
keterbatasan tenaga perawat yang tidak sesuai dengan
jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika
terdapat operan maupun tindakan untuk pasien diluar
pegangan timnya, ia tetap memberikan pelayanan dengan
sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien
tersebut.
Dari hasil observasi, ketua tim bertugas
mengontrol pasien yang ada di dalam tim masingmasing, bertanggung jawab terhadap pasien masuk, dan
pasien pulang. Serah terima tugas antar shift baik lisan
maupun tulisan dilaksanakan oleh penanggung jawab
masing-masing tim. Kerja sama antar perawat sudah
terjalin dengan baik.
Jumlah perawat pada shift pagi pada tanggal 7-9
Maret 2015 rata-rata sebanyak 58 orang, shift sore 4-5
orang dan shift malam 4-5 orang. Mahasiswa
keperawatan yang praktik di Ruang Bedah Kelas 2
Kemuning Lantai 5, hanya mahasiswa PPN XXVIII
F.Kep Unpad sebanyak 11 orang dengan pembagian 2-6
orang di setiap shiftnya.
b)

Tindakan Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 7-9 Maret 2015
selama di ruangan didapatkan data bahwa beberapa
tindakan keperawatan yang berhasil diobservasi
diantaranya perawatan luka, pemberian obat,
pengambilan darah, aff kateter, aff infus, dan
pemasangan infus. Dalam setiap malakukan tindakan
tersebut perawat melakukan informed consent. Namun,

informasi yang diberikan hanya informasi mengenai


jenis tindakan yang akan dilakukan tidak disertai
identifikasi pasien.
c)

Alur Pre-Operasi
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 7-9 Maret 2015
didapatkan data sebagai berikut:

Terdapat 2 pasien pre operasi yang terobservasi

Hasil wawancara dan observasi terhadap perawat


ruangan didapatkan data sebagai berikut:
o Perawat mengatakan bahwa penjelasan
mengenai prosedur operasi dilakukan oleh
dokter dan perawat terkadang tidak
mendampinginya. Prosedur operasi yang
dijelaskan terhadap klien diantaranya prosedur
operasi, tujuan operasi, jenis tindakan operasi,
jenis anastesi, puasa 6 jam sebelum operasi,
dipasang infus, pemeriksaan skin test, diberikan
pre medikasi sesuai indikasi, dan klien
dianjurkan untuk melepaskan aksesoris/
perhiasan yang dikenakan.
o Perawat memastikan dokter memberikan
informasi kepada klien dan keluarga mengenai
tujuan operasi dan prosedur tindakan operasi.
o 2 dari 5 klien pre operasi yang terobservasi telah
mendapat penjelasan mengenai prosedur operasi
dan efek sampingnya dari dokter ketika visite
dan perawat memfasilitasi penandatanganan
SIO (Surat Izin Operasi) oleh klien atau
keluarga dengan terlebih dahulu memberikan
penjelasan.
o Seluruh klien yang terobservasi tidak memiliki
tanda dibagian tubuh yang akan dioperasi.

o Berdasarkan hasil wawancara konsul ke bagian


anestesi maupun ke bagian lain pada H-2 dan
difasilitasi oleh perawat atas usulan dokter
penanggung jawab.
o Seluruh klien operasi yang terobservasi diantar
ke ruang operasi olehperawat atau pekarya dan
mahasiswa sehingga check in di ruang operasi
dilakukan antara perawat ruangan dan perawat
ruang operasi dan perawat operasi dengan
mahasiswa.
d)

Alur Pasien Post-Operasi


-

Pasien dari ruang operasi dijemput oleh perawat atau


mahasiswa dengan menggunakan kursi roda atau
membawa tempat tidur pasien. Jika yang menjemput
pasien adalah mahasiswa, maka perawat ruangan
terlebih dahulu memberikan pengarahan. Jika ada
masalah atau butuh konfirmasi dengan petugas
ruang operasi, maka konfirmasi dilakukan melalui
telepon.

Setelah pasien sampai di ruangan, perawat atau


mahasiswa melakukan operan kepada perawat di
ruangan menggunakan SBAR dan memposisikan
klien ke tempat tidur, mengatur tetesan infus serta
mengatur pemenuhan oksigen pasien.

Perawat atau mahasiswa menganjurkan pasien untuk


melakukan ambulasi dini dan puasa sampai bising
usus positif atau sesuai instruksi dokter dan perawat
memberitahukan keluarga untuk melakukan test
feeding dengan cara diberikan minum sesendok
setelah pasien bising usus positif atau sesuai
instruksi dokter.

e)

Alur Pasien Pindah

Selama dilakukan kajian situasi pada tanggal 7-9 Maret


2015 tidak ada pasien yang pindah ke ruangan lain.
2) Dokter
Pembagian kerja dokter dibagi dalam sub bagian,
yaitu subbagian Bedah Saraf, Bedah Orthopedi, Bedah
Digestive, Bedah Thorax, Bedah Plastik, Bedah Mulut,
Bedah THT, Bedah Vaskuler, Bedah Urologi, dan Bedah
Onkologi. Berdasarkan hasil wawancara dokter dari tiap
subbagian minimal terdapat 1 orang di ruangan sebagai
dokter jaga pada pagi, sore dan malam hari.
3) Farmasi
Bagian farmasi menerima order terapi sesuai dengan
advis dokter, setiap pagi bagian farmasi mengambil kartu
obat pasien, kartu obat pasien dicek oleh bagian farmasi,
kebutuhan obat disesuaikan dengan BPJS atau umum. Obat
yang diberikan hanya obat yang tersedia di depo. Obat
disiapkan oleh asisten apoteker, lalu obat yang sudah
terbungkus dicek oleh apotekerdan disesuaikan dengan KOP
(kartu obat pasien) apakah obat tidak berbentrokan cara
kerjanya atau sama-sama cara kerjanya. Bila apoteker
menemukan hal tersebut apoteker akan diskusi dengan dokter
yang memberikan terapi untuk mempertimbangkan terapi
klien. Kemudian setelah obat siap, obat diantarkan ke
ruangan oleh petugas farmasi (asisten apoteker) sampai
membereskan ke tiap loker sesuai dengan nama, no medrek
pasien. Jika bersifat cito obat diambil oleh perawat ke depo.
Perawat mengatur dan melaksanakan pemberian obat-obatan
yang disuntikkan. Jadwal pemberian obat suntikan terdapat
dibuku suntik.
Untuk obat oral sebelum waktu minum obat, obat oral
diberikan terlebih dahulu oleh perawat kepada pasien dan
keluarga untuk disiapkan diminum sesuai jam yang tertera di

label obat. Sehingga, pasien menyimpan, menyiapkan, dan


minum obat oral secara mandiri sesuai jadwal dibantu oleh
keluarga dengan dikontrol oleh perawat apakah pasien sudah
minum obat atau belum. Pendokumentasian pemberian obatobatan sudah sesuai dengan pedoman 7B. Koordinasi antara
perawat dengan farmasi mengenai obat-obatan dilakukan
melalui kartu resep dan via telepon.
4) Gizi
Alur pelayanan gizi di Ruang Bedah Umum
Kemuning lantai 5 saat pasien masuk, pasien dilakukan
skrining, jika hasil dari skrining menunjukkan lebih dari 2
makan pasien dilakukan asesment gizi awal. Dari hasil
assesment gizi awal dievaluasi apakah pasien makannya
terganggu atau tidak, apakah ada penyakit tertentu yang
memerlukan diet khusus. Jika ada maka selanjutnya
dilakukan assesment lanjut apakah perlu diet khusus dan
monitoring. Untuk malnutrisi berat pasien dievaluasi setiap
hari, sedangkan yang tergolong malnutrisi sedang evaluasi
dilakukan 3-4 hari dan malnutrisi ringan evaluasi dilakukan
6-7 hari.
Pengelolaan gizi terbagi menjadi 2 yaitu pelayanan
makanan dan asuhan gizi. Pelayanan makanan bertugas
menghitung kebutuhan makanan dalam bentuk standar dan
pembagian porsi makan klien dalam 3 kali sehari sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sedangkan asuhan gizi bertugas
dalam penentuan diet klien, evaluasi, penentuan diet lunak,
diet khusus atau diet biasa dan menghitung kebutuhan gizi
klien berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, jenis
kelamin dan jenis penyakit pasien.
Jika terdapat pasien pulang dengan diet yang khusus
maka petugas dari asuhan gizi akan memberikan konseling
pada pasien dan keluarga dengan menggunakan media leaflet

yang sesuai dengan jenis penyakit dan diet yang dibutuhkan


pasien. Leaflet yang diberikan bisa dibawa pulang oleh
pasien dan keluarga.
Pembagian makan kepada pasien diberikan oleh
pelayanan makanan gizi rumah sakit. Jadwal makan 3 kali
perhari; pagi 07.30 WIB, siang 12.00 WIB, sore 18.00 WIB.
Snack jam 10.00 WIB dan jam 15.00 WIB. Distribusi air
minum diberikan 1 kali sebanyak 1500 cc setiap jam 10.00
wib bersamaan dengan snack jam 10.00 WIB.
5) Pemeriksaan Diagnostik
Bedasarkan hasil wawancara pengelolaan petugas
laboratorium dilakukan secara terpusat untuk seluruh RSUP
Dr. Hasan Sadikin. Pengelolaan bahan pemeriksaan
laboratorium: dokter menulis jenis pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien bersangkutan, perawat menyiapkan
alat-alat yang akan dipergunakan dan perawat menjelaskan
tujuan tindakan yang akan dilakukan. Pengiriman sampel
laboratorium dilakukan oleh perawat atau oleh pekarya ke
laboratorium kemuning. Bahan- bahan pemeriksaan sesuai
dengan tabung yang telah disiapkan seperti tabung ungu
untuk pemeriksaan Hb atau Sysmex, tabung biru untuk
pemeriksaan PT-APTT, dan tabung kuning untuk
pemeriksaan darah kimia. Pemeriksaan radiologi: setelah
formulir permintaan pemeriksaan disiapkan dan ditulis dalam
buku ekspedisi. kemudian petugas ruangan (pekarya/perawat)
mendaftarkan ke bagian radiologi sambil membawa pasien.
Bagi pasien yang harus dikonsultasikan ke bagian lain, maka
dokter menulis permintaan konsul, kemudian perawat
menghubungi dokter bagian yang dituju.
c. Discharge Planning (Persiapan Pasien Pulang)
Berdasarkan hasil kajian situasi berupa pengamatan dan
wawancara tanggal 7-8 Maret 2015 ada 6 orang klien yang

pulang, kegiatan yang dilakukan oleh perawat yaitu meliputi:


1) Perawat menyiapkan surat-surat yang diperlukan, seperti
surat kontrol, surat pengantar, resep, hasil pemeriksaan, surat
cuti sakit, dan obat-obatan.
2) Discharge Planning yang mencakup pengkajian biodata,
pengetahuan klien mengenai penyakit, kemampuan klien
dalam beraktifitas, perawatan luka dan obat-obatan, sudah
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai kebutuhan klien.
3) Untuk perawatan luka, klien diajarkan cara perawatan oleh
perawat ketika ganti balutan setiap hari, diajarkan oleh
perawat kepada klien dan keluarga saat klien dirawat di
ruangan.
4) Perawat memberikan motivasi dan anjuran kepada keluarga
agar klien kontrol.
5) 1 dari 3 perawat menjelaskan tanda-tanda umum kondisi
menurun pada klien dan cara penanggulangan di rumah.
6) Klien diperbolehkan pulang setelah semua administrasi
selesai. Perawat mengikuti keputusan dokter tentang kondisi
klien sudah boleh pulang atau belum. Perawat belum terlihat
mempunyai keterlibatan dalam menganjurkan status
kepulangan klien.
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar
ASPEK
Nutrisi

DESKRIPSI SITUASI
Pemberian nutrisi dilakukan 3x sehari
dari bagian gizi rumah sakit yaitu:
makan pagi datang jam 07.30 wib, snack
pagi jam 10.00 WIB, makan siang jam
12.00 WIB, snack sore jam 15.00 WIB
dan makan sore jam 17.00 WIB.
Makanan disajikan tepat waktu sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.

Selain mengkonsumsi makanan yang

diberikan oleh bagian gizi RSHS, pasien


juga mengkonsumsi makanan dari luar
asalkan buka merupakan pantangan bagi
pasien.

Makanan dari bagian gizi langsung


dibagikan kepada pasien menggunakan
trolly khusus makanan oleh pengantar
makanan dari bagian gizi atau pekarya di
ruangan.

Makanan disajikan diatas piring dalam


keadaan tertutup

Berdasarkan observasi tanggal 7-9 Maret


2015, di Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Kemuning Lantai 5 terdapat 5 orang
pasien yang menggunakan NGT, 4 orang
NGT berfungsi untuk makan, 1 orang
NGT berfungsi untuk dekompresi.

15 dari 17 pasien mengatakan tidak


menghabiskan makanannya, alasannya
karena kurang nafsu makan, terasa
kenyang, makanan disajikan kadang
membuat pasien mual, kurang menyukai
makanannya, terkadang keluarga pasien
membeli dari luar.

Dari hasil observasi pada 9 Maret 2015,


tidak tedapat tanggal pemasangan pada
selang NGT.

Di Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning


Lantai 5 terdapat protap pemasangan
NGT dan pemberian makan melalui NGT.

Pada pasien dengan NGT, pemberian

makan dilakukan oleh keluarga pasien


yang sebelumnya sudah diberitahu oleh
perawat cara pemberian makan melalui

Cairan

NGT dan hasil observasi kepada keluarga

dan

yang melakukan pemberian makanan via

elektrolit

NGT sudah benar.

Menurut salah satu perawat pelaksana


mengatakan bahwa penggantian NGT
dilakukan setiap 7 hari. Berdasarkan
hasil observasi ditemukan pasien yang
menggunakan NGT lebih dari 7 hari.

Berdasarkan observasi tanggal 7-9 Maret


2015, pasien yang mendapat terapi
cairan berjumlah 30 pasien dari 50
pasien di Ruang Rawat Bedah Kelas 2
Kemuning Lantai 5.

Terdapat keterangan obat pada plabot


yang sudah diberi terapi seperti
Tramadol/ketorolac.

Eliminasi
BAB dan
BAK

Dari 30 pasien yang terpasang infus,


hanya 4 pasien yang tercantum tanggal
pemasangan infus.

Dari 30 pasien yang terpasang infus,


hanya 6 pasien yang terdapat label infus
yang berisi tentang keterangan waktu
penggantian plabot, kecepatan tetesan
cairan yang diberikan, dan keterangan
plabot keberapa yang telah diberikan
kepada pasien.

Berdasarkan observasi, ketika cairan

infus habis, keluarga memberi tahu


perawat atau mahasiswa untuk diganti
dengan yang baru.

Istirahat/
tidur

Tanggal 7-9 Maret 2015, terdapat 9


pasien yang terpasang kateter dan urine
bag tampak tergantung

Dari observasi tanggal 7-9 Maret 2015,


didapatkan belum tercantum tanggal
pemasangan pada kateter yang

Aktivitas

digunakan pasien

Untuk pasien yang mampu mobilisasi,


pemenuhan eliminasi BAB dan BAK
langsung dilakukan di kamar mandi
pasien. Sedangkan pasien yang tirah
baring menggunakan pispot atau diapers

Pencegah
an Infeksi

dibantu oleh keluarga.

Pembuangan limbah pasien (urine)


dilakukan oleh keluarga pasien dan
perawat dinas malam.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 79 Maret 2015 kepada keluarga pasien,


terdapat 4 pasien yang mengalami
gangguan istirahat dan tidur, 1
diantaranya mengatakan susah tidur
karena cemas, 2 pasien mengatakan
susah tidur dikarenakan nyeri yang
dirasakan, 1 pasien mengatakan susah
tidur karena terganggu dengan suara
mesin

Menurut hasil observasi dari tanggal 7-9


Maret 2015, perawat memberikan posisi
yang nyaman bagi pasien pada saat
bedmaking dan setelah ganti balutan.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 79 Maret 2015, dengan beberapa pasien


post operasi, pasien mengatakan
perawat telah menjelaskan tentang
pentingnya perawatan luka dan menjaga
kebersihan di area luka dan pasien
mengatakan bahwa perawat melakukan
perawatan luka setiap hari atau sesuai
dengan indikasi

Pada saat melakukan tindakan ganti


verban dan pemasangan infus perawat
tidak mempertahankan aseptik dan
antiseptik (prinsip kesterilan sangat

Personal
Hygiene

diutamakan).

Terdapat tempat yang memakai label:


sampah medis (memakai label kuning),
non medis (memakai label hitam),
sitotoxic (memakai label ungu) dan
tempat sampah benda tajam yang tidak
mudah tembus (derigen).

Sampah medis dan non-medis dan


sitotoxic dibuang setiap hari oleh
pekarya ruangan.

Perawat membuang spuit dan benda


tajam ke tempat pembuangan khusus

spuit dan benda tajam (derigen)

Penggantian linen dilakukan setiap hari


apabila linen kotor dan tercemar oleh

Pengelola
an Nyeri

cairan tubuh. Pada saat ada pasien baru


linen diganti dengan yang baru.

Pengelolaan linen kotor masih belum


tertata, kadang masih tercampur antara
linen yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien dengan linen yang tidak
terkontaminasi cairan tubuh pasien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala ruangan, teguran terhadap
pekarya sudah dilakukan, tapi sampai
saat ini masih ada linen yang tercampur
dan kebersihan troli alat tenun kurang
terjaga.

Terdapat 9 fasilitas cuci tangan kering. Di


antara setiap kamar pasien terdapat
masing-masing 1 unit hands rub dan di
troly tindakan 1 unit hands rub. Wastafel,
sabun cair dan tissue ada 3 buah yang
terdiri dari 2 buah di koridor kanan dan
kiri dan i buah di ruang tindakan.

Hasil wawancara dengan 17 orang


pasien, 15 orang menyatakan belum
mendapat informasi mengenai cuci
tangan 6 langkah dengan hand washing
dan hand rub, sedangkan 2 orang
mengetahui informasi cuci tangan pada
saat pendidikan kesehatan di Kemuning

Lt.1.

Berdasarkan wawancara pada pasien, 12


orang tidak mendapatkan informasi dan
edukasi dari perawat tentang pentingnya
menjaga personal hygiene terutama
pasien dengan post operasi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap


pasien bahwa pernah ditanyakan oleh
perawat mengenai skala nyeri yang
dirasakan dan dari 3 orang pasien yang
mengeluh nyeri mengatakan belum

pernah diajarkan manajemen nyeri.


3. Aplikasi Asuhan Keperawatan
a. Dokumentasi Asuhan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 7-9 Maret
2015 terhadap 25 buku status (medical record) klien ruang Bedah
Kelas 2 Kemuning lantai 5 didapatkan data sebagai berikut:
-

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan sejak saat pasien


masuk ke Ruang Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5.

12 dari 25 status yang di kaji memuat dokumentasi proses


keperawatan lengkap (pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, evaluasi)

b. Pengkajian
-

19 dari 25status memuat catatan data demografi pasien


(identitas pasien)

19 dari 25 status memuat data riwayat pasien

20 dari 25 memuat catatan data tentang fisik dan pengkajian


secara umum

16 dari 25 status memuat catatan data tentang psiko-sosiospiritual

22 dari 25 status memuat data penunjang

24 dari 25 status memuat pengelompokkan data objektif &


data subjektif

c. Diagnosa Keperawatan
13 dari 25 status merumuskan diagnosa keperawatan dengan
pendekatan P-E/P-E-S.
d. Perencanaan
-

13 dari 25 status memuat perencanaan keperawatan dengan


menetapkan tujuan yang SMART

13 dari 25 status memuat kriteria hasil.

13 dari 25 membuat perencanaan diawali dengan kalimat


perintah

13 dari 25 status memuat perencanaan dengan menggunakan


instruksi jelas

e. Implementasi
22 dari 25 status setiap tindakan keperawatan dicatat
menggunakan kata kerja.
f. Evaluasi dan Catatan Perkembangan
25 dari 25 evaluasi keperawatan ditulis dengan pendekatan
SOAP/SOAPIER.
g. Metode Penulisan
-

24 dari 25 pencatatan dilakukan dengan menggunakan tinta,


jelas,dan mudah dibaca

24 dari 25 pencatatan dilakukan dengan mencantumkan


waktu, tanggal dan paraf perawat dan mencantumkan nama
perawat

h. Pendokumentasian Tindakan
-

25 dari 25 status dilengkapi dengan pencatatan infus

5 dari 5 status pasien yang terpasang NGT dilengkapi dengan


pencatatan NGT, sedangkan sisanya klien tidak terpasang
NGT.

9 dari 9 status pasien yang terpasang Dower Catheter (DC)


dilengkapi dengan pencatatan Dower Catheter, sedangkan

sisanya tidak terpasang DC.


-

10 dari 25 status dilengkapi dengan pencatatan perawatan


luka (Ganti Balutan), sedangkan sisanya klien tidak terdapat
luka balutan.

3 dari 25 klien yang teridentifikasi nyeri dilakukan


pendokumentasian manajemen nyeri oleh perawat.

4. Pelaksanaan International Patient Safety Goal (IPSG)


a. IPSG 1: Identifikasi Pasien Secara Benar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8 Maret
2015 mengenai identifikasi pasien, didapatkan:
-

Dari 50 pasien, 1 pasien tidak menggunakan gelang identitas


dikarenakan pasien alergi.

17 pasien label identitas pada gelang terhapus/hilang.

4 pasien menggunakan gelang berwarna kuning (risiko jatuh)


tetapi 2 pasien tidak dipasang tanda/gambar resiko jatuh,
setelah dikonfirmasi 2 dari 4 pasien dan keluarga belum
mengetahui fungsi dari gelang tersebut.

Perawat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan


pemberian obat, memberikan tranfusi, sebelum mengambil
sample darah/pemeriksaan laboratorium dan sebelum
melakukan tindakan keperawatan lainnya.

Identifikasi pasien yang dilakukan perawat yaitu dengan


menanyakan nama dan mencocokkan dengan gelang pasien.

Perawat tidak memperkenalkan diri pada pasien sebelum


melakukan tindakan keperawatan

b. IPSG 2: Meningkatkan Komunikasi Secara Efektif


Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8-9 Maret 2015
didapatkan :
-

Perawat melakukan teknik komunikasi SBAR (Situation,


Background, Assesment, Recommendation) pada saat
melaporkan keadaan pasien, hasil kritis, dan serah terima
pasien.

Perawat menggunakan teknik TBAK (Tulis/Baca Kembali)


saat menerima instruksi verbal.

c. IPSG 3: Meningkatkan Keamanan Pemakaian Obat Yang


Memerlukan Kewaspadaan Tinggi
Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8-9 Maret 2015
didapatkan :
-

Obat hight alert/obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi


tidak disediakan diruang rawat kecuali ada resep dari dokter.

Penyimpanan obat hight alert/obat yang memerlukan


kewaspadaan tinggi disimpan pada tempat tempat obat pasien
tidak ditempat yang terpisah dengan obat yang lain.

Tidak ada daftar obat-obat hight alert/obat yang memerlukan


kewaspadaan tinggi di nurse station.

Pada saat pemberian obat perawat melakukan tindakan 6


benar; benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu,
benar pasien dan benar dokumentasi.

d. IPSG 4: Memastikan Kebenaran Prosedur, Lokasi Operasi Dan


Pasien Yang Akan Dibedah
Berdasarkan kajian situasi dari tanggal 9 Maret 2015 didapatkan
5 pasien rencana operasi (preop) didapatkan data sebagai berikut :
-

Perawat memastikan dokter memberikan informasi kepada


pasien dan keluarga mengenai prosedur tindakan operasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di ruangan


untuk tindakan penandaan area operasi tergantung dari
dokternya, perawat biasanya hanya mengingatkan dokter
untuk memberikan tindakan penandaan area operasi.

Prosedur tindakan persiapan operasi terhadap pasien telah


dilakukan oleh perawat.

e. IPSG 5: Pengurangan Resiko Infeksi Rumah Sakit


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 7-9 Maret
2015 didapatkan hasil :

Perawat sudah melakukan kebersihan tangan 6 langkah dari


WHO

Pada pelaksanaan 5 moment cuci tangan didapatkan hasil :

Perawat melakukan cuci tangan sebelum dan setelah


melakukan tindakan keperawatan pada pasien.

Cuci tangan dengan air yang mengalir dilakukan pada


tindakan yang kontak dengan cairan tubuh pasien

Perawat menggunakan APD sesuai dengan situasi

Perawat membuang sampah sesuai tempat sampah dengan


label yang disediakan.

Penunggu pasien masih ada yang membuang sampah non


medis ke sampah medis. Dan didapatkan data pada tanggal 8
Maret 2015 sebanyak 17 pasien yang di wawancara
mengatakan belum pernah mendapatkan penkes tentang cuci
tangan, pemilahan sampah, dan fungsi gelang identitas.

IV catheter, DC, NGT tidak di beri tanggal pemasangan pada


pasien, keterangan pemasangan dilakukan pada form terpisah
terdapat diruang perawat.

Data infeksi bulan Februari tidak ada yang terkena infeksi,


hanya ada 3 orang yang terkena dekubitus dan plebitis, tetapi
pasien yang mengalami dekubitus sudah mengalami
dekubitus sebelum dirawat di ruangan.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 8 Maret 2015 pada


saat GV pasien, satu set GV dipakai untuk 6 orang.

f. IPSG 6: Resiko Jatuh


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7-9 Maret 2015
didapatkan hasil :
-

4 pasien menggunakan gelang berwarna kuning, 2 dari 4


keluarga dan pasien belum mengetahui fungsi dari gelang
berwarna kuning.

Pada pasien dengan resiko jatuh tidak dipasang tanda/gambar


pada tempat tidur pasien.

Semua bed rail dipasang pada pasien yang mempunyai risiko


jatuh.

Pasien dan keluarga tidak diberikan edukasi ataupun leaflet


tentang risiko jatuh dan tidak ada pencatatan pada lembar
edukasi.

5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai
pengelolaan linen kotor setelah bed making, didapatkan bahwa
petugas pekarya sudah memisahkan antara linen infeksius dengan
linen non infeksius. Pekarya menyatakan biasanya untuk linen non
infeksius disimpan di kantong kresek berwarna hitam, dan linen yang
infeksius disimpan di kantong kresek warna kuning.Akan tetapi ketika
kantong kresek warna kuningnya habis, pekarya memakai 2 kantong
kresek warna hitam, dan sebelum diberikan ke binatu sudah
dipisahkan antaraa linen yang non infeksius dan infeksius.
2.2.2.2 Manajemen Unit
1. Kekuatan Kerja/ Sumber Daya
a. Manusia
1) Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan berjumlah 28 orang yang terdiri
dari 1 orang kepala ruangan, 1 orang wakil kepala ruangan
yang juga sedang menjabat di komite mutu, 4 orang kepala
tim, dan 22orang perawat pelaksana dengan salah satunya
adalah clinical instructure (CI). Saat ini terdapat 1 orang yang
sedang cuti melahirkan.
(a) Pendidikan
Latar belakang pendidikan perawat terdiri dari Sarjana
sebanyak 11 orang dan Diploma sebanyak 17 orang.
(b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin perawat terdiri dari perempuan sebanyak
21 orang dan laki-laki sebanyak 7 orang.

(c) Status Kepegawaian


Status kepegawaian perawat terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 20 orang dan non PNS sebanyak 8
orang.
2) Tenaga Non Keperawatan
a) Petugas gizi

: 5 orang

b) Penata jasa

: 1 orang

c) Penata usaha

: 1 orang

d) Pekarya

: 4 orang

e) Cleaning service

: 8 orang

f) Satpam

: 4 orang

3) Tenaga Medis
Dokter yang memberikan pelayanan medis pada klien
adalah residen dan konsulen. Dokter jaga 24 jam terbagi atas
masing-masing sub bagian, diantaranya bedah digestif,
vaskuler, thorax, onkologi, dan plastik ditangani oleh tim
bedah umum, sedangkan yang memiliki tim jaga sendiri
antara lain bedah mulut, orthopedi, saraf, THT, urologi, dan
anak.
4) Mahasiswa Praktikan
Selama kajian situasi terdapat mahasiswa Program
Profesi Ners angkatan XXVIII UNPAD yang sedang praktik
stase manajemen keperawatan sebanyak 11 orang yang
terbagi menjadi 3 shift, yaitu pagi (2-6 orang), siang (2-5
orang), dan malam (2-3 orang).
5) Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Rumus
Jumlah pasien rata-rata perhari dari tanggal 7-9 maret 2015
didapatkan jumlah pasien :
Tanggal
7 Maret

Jumlah pasien
47

8 Maret

50

9 Maret
Rata rata

50
49

g) Jumlah tenaga perawat berdasarkan Rumus


Perhitungan jumlah perawat menggunakan rumus
Gillies
Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365
(365 jumlah hari libur)x jam kerja/hari

Asuhan Langsung
((6X 1 jam) + (39X 3 jam) + (5X 6 jam)) = 153
jam/49 =2,86 jam/hari
Asuhan Tidak langsung
49 X 1 jam =49 jam
Pendidikan Kesehatan
49 X 0,25 jam =12,25 jam
Total rata-rata jam asuhan =214,25/49 = 4,37
jam/hari
Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365
(365 jumlah hari libur)x jam kerja / hari

4,37 X49X 365/(365-78) X 7jam =78.157,45/2009 =


38,9 = 39orang
Jadi kebutuhan tenaga perawat sebanyak 39 orang
Jumlah tenaga perawat yang ada saat ini sebanyak
28orang (termasukKepaladanWakil termasuk yang
sedang cuti melahirkan 1 orang)
Kekurangan tenaga perawat sebanyak11orang
b. Non Manusia
1) Money
Pendanaan Ruang Rawat Bedah Kelas 2 berasal dari
pusat atau sentral RSHS dan pemerintah daerah. Dalam
penyediaan barang kebutuhan bagi kelangsungan pelayanan
didrop dari pusat (dari bidang keperawatan ke bidang
pengadaan). Untuk barang yang tidak disediakan, pihak

ruangan mengajukan proposal pengadaan barang ke bidang


keperawatan. Anggaran biaya pengembangan dan biaya
pemeliharaan berasal langsung dari operasional RSHS.
Tunjangan yang didapatkan perawat terdiri gaji, ULP dan dari
intensif berdasarkan sistem remunerasi. Ruangan memiliki
dana khusus yang berasal dari iuran rutin perawat sebesar Rp
10.000/bulan. Dana tersebut digunakan apabila terdapat
perawat yang sakit, melahirkan, dan lain-lain.
2) Method
Kebijakan RSHS memberikan kebebasan kepada
setiap ruangan untuk menentukan metode keperawatan yang
akan digunakan dan memberikan kewenangan untuk
mengatur jadwal dinas atau shift-nya. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2015,
metode keperawatan yang digunakan oleh ruangan adalah
metode tim. Perawat dibagi menjadi 4 tim, yaitu tim 1 yang
menangani pasien di kamar 1 dan 2, tim 2 menangani pasien
di kamar 3 dan 4, tim 3 menangani pasien di kamar 6, 7, dan
8 (bed 1, 2, dan 3), dan tim 4 yang menangani pasien di
kamar 8 (bed 4, 5, dan 6), 9 dan 10.
Penjadwalan shift dibuat secara mingguan oleh satu
orang perawat yang ditunjuk kepala ruangan sebagai
penanggungjawab untuk membuat jadwal. Dalam setiap
shift-nya terdapat 5-7 perawat yang bertugas. Pada saat shift
pagi, pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala ruangan,
wakil kepala ruangan, maupun kepala timnya masing-masing.
Sedangkan saat shift sore dan malam pengambilan keputusan
yang bersifat urgent dilakukan oleh leader yang telah
ditentukan dan ditandai dalam jadwal dinas.
Berdasarkan hasil wawancara, metode keperawatan
yang digunakan oleh ruangan adalah metode tim.Menurut
teori, dalam pelaksaanaan metode tim, sekelompok perawat

yang bertugas di suatu tim akan tetap bertugas di tim tersebut


meskipun berbeda shift. Namun, dalam pelaksanaannya
perawat mengaku bahwa meskipun sudah terbagi secara tim,
terdapat beberapa tindakan yang mereka kerjakan secara
fungsional dimana setiap perawat bertugas sesuai dengan
fungsinya, yaitu seperti injeksi dan ganti verban. Perawat
mengaku metode tim belum bisa dilakukan secara optimal
karena keterbatasan tenaga perawat yang tidak sesuai dengan
jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika terdapat
operan maupun tindakan untuk pasien diluar pegangan
timnya, ia tetap memberikan pelayanan dengan
sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien tersebut.
Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5
belum memiliki struktur organisasi terbaru sehubungan
dengan masih dalam proses penyusunan. Ruangan SOP,
protap, dan standar asuhan keperawatan terintegrasi dengan
SPO dari rumah sakit. Pendokumentasian asuhan dilakukan
sepenuhnya oleh perawat. Selain pendokumentasian di buku
status, ruangan juga memiliki buku komunikasi yang diisi
oleh ketua tim maupun perawat pelaksana, berisi tentang
keadaan umum pasien, alat kesehatan yang terpasang,
tindakan yang telah dilakukan, dan rencana tindakan yang
akan dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
komunikasi antar perawat di ruangan.
Ruang Rawat Bedah Kelas 2 juga memiliki buku
jadwal dinas pegawai baik perawat maupun non keperawatan.
Selain itu, ruangan pun memiliki buku catatan rapat ruangan
yang diisi oleh kepala atau wakil kepala ruangan berisi
tentang hasil rapat, pembagian tugas baru perawat, masalah
iuran bulanan ruangan, dan lain-lain.
3) Material

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 terletak di gedung


kemuning lantai 5, terdiri dari 1 ruang pantry/dapur, 1 ruang
tindakan, 1 ruang nurse station, 1 ruang ganti perawat, ruang
mushola, 1 ruang spoelhoeck, 1 ruang informed consent yang
menyatu dengan tata usaha, 10 kamar perawatan dengan
kapasitas 3-6 bed yang dibatasi oleh sampiran dan terdapat
fasilitas 1 toilet untuk pasien dan wastafel. Setiap kamar
memiliki pencahayaan yang cukup dari 10 lampu neon besar
dan terdapat 2 kipas angin. Namun, untuk kamar 5 untuk
sementara tidak digunakan sebagai ruang perawatan karena
belum tersedianya bed dan sumber daya/ tenaga perawat yang
memadai.
Terdapat wastafel tempat cuci tangan dengan air
mengalir 3 buah di ruang persiapan alat, depan kamar 4 dan 7
dengan sabun antiseptik. Terdapat 8 fasilitas cuci tangan
kering yang diisi campuran cairan chlorine hexidine dan
alkohol 70% di sepanjang koridor dan 2 fasilitas cuci tangan
kering disetiap kamar pasien. Pengisian cairan tersebut
dilakukan oleh pekarya.
Terdapat papan jadwal operasi di tim 1 dan 2 yang
berisi tentang jadwal dan jenis tindakan yang akan diberikan.
Ruangan memiliki buku komunikasi perawat yang diisi oleh
perawat dan berisi tentang keadaan umum pasien, pemenuhan
KDM, terapi, tindakan yang sudah dilakukan, dan yang akan
dilakukan pada shift selanjutnya. Sudah terdapat uraian tugas
mengenai tugas kepala ruangan, wakil kepala ruangan, ketua
dan anggota tim dalam metode penugasan tim. Ruangan
sudah memiliki SOP, protap, dan SAK.
4) Marketing
Secara khusus, Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak
memiliki kewenangan dalam mengatur marketing. Kegiatan

marketing terpusat dilakukan oleh manajemen RS melalui


humas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

2. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
1) Keadaan Ruangan
Secara umum, keadaan ruangan Rawat Bedah Kelas 2
Kemuning Lantai 5 adalah sebagai berikut:
-

Lantai
Lantai berupa keramik di semua ruangan, permanen,
kondisi lantai tidak licin, dan dibersihkan setiap pagi hari
atau sesuai kebutuhan oleh cleaning service.

Dinding
Dinding berupa tembok permanen di semua ruangan,
tembok kokoh,tidak mengelupas, tidak berjamur, tidak
terdapat sarang laba-laba namun terkadang terdapat
serangga berupa anak kecoak, dinding rutin dibersihkan
oleh cleaning service.

Pencahayaan
Cahaya sinar matahari dapat masuk dengan cukup
baik,lampu dinyalakan hanya saat akan dilakukan
tindakan. Untuk pencahayaan pada malam hari
digunakan lampu neon yang tersebar di ruangan
sebanyak 10 lampu neon dan pencahayaan dirasa cukup
ketika perawat melaksanakan tindakan terutama pada
malam hari karena setiap bed dilengkapi 1 lampu.

Ventilasi
Jumlah jendela dan lubang ventilasi yang ada sesuai
dengan besar ruangan, yaitu masing-masing kamar
mempunyai jendela permanen sebanyak 2, jendela yang

dapat dibuka sebanyak 9, dan terdapat 1 pintu keluar


balkon sehingga tidak terkesan pengap.
-

Langit-Langit
Langit-langit terbuat dari gypsum berwarna krem, bersih
dan tidak ditemukan sarang laba-laba.

2) Ruang Tunggu Keluarga Pasien


Ruang tunggu keluarga menyatu dengan kamar perawatan
tepatnya bersebelahan dengan bed pasien difasilitasi dengan 1
kursi.Kebijakan ruangan hanya memperkenankan 1 penunggu
pasien yang berada di kamar perawatan. Keluarga pasien
tidur malam biasanya disamping bed pasien. Setiap ruangan
disekat dengan sampiran berwarna krem. Adapun balkon
depan digunakan sebagai ruang tunggu keluarga pasien
dengan pencahayaan yang cukup karena langsung
berhubungan dengan lingkungan luar dilengkapi juga dengan
12 lampu yang dinyalakan pada malam hari. Dilengkapi
dengan tempat sampah nonmedis setiap ruang tunggu
keluarga.
3) Koridor
Terdapat 2 koridor memanjang dari pintu masuk utama
hingga pintu balkon bagian belakang. Ruangan Rawat Bedah
Kelas 2 Kemuning Lantai 5 terdiri dari 2 wing yaitu, wing
kiri dan kanan ditentukan dari pintu masuk utama.
Pencahayaan cukup memadai dari depan hingga belakang
dilengkapi dengan 6 lampu neon pada setiap koridor.
Disepanjang koridor cukup untuk memobilisasi keluar dan
masuk pasien. Terdapat botol hand rub antiseptik sebanyak 4
buah yang tersebar disepanjang koridor dan terdapat 1
wastafel dengan air yang mengalir lancar dan dilengkapi
dengan sabun antiseptik. Terdapat 1 buah papan tulis untuk
jadwal kegiatan harian pasien yang berisi; jadwal operasi,

pemeriksaan diagnostik, konsul ke bagian lain, resiko tinggi


jatuh-nyeri, dekubitus, dan status belum lengkap.
4) Ruang Perawatan Pasien
-

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5


memiliki10 ruang perawatan pasien yang terdiri dari 6
bed setiap kamarnya. Kamar perawatan yang difungsikan
hanya 9 kamar dari 10 kamar yang tersedia karena
keterbatasan SDM dan bed yang belum dilengkapi kasur.

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5 terdiri


dari 8 ruang perawatan untuk pasien dewasa dan 1 ruang
perawatan untuk pasien anak yaitu kamar 4.

Tiap bed dilengkapi 1 lemari kecil, 1 meja, 1 kursi untuk


penunggu. Tiap bed terpasang nomor bed namun belum
sesuai dengan nomor bed pasien.

Antarbed memiliki sekat yaitu oleh sampiran untuk


menjaga privacy pasien. Tempat tidur dilengkapi kasur,
bantal, linen, sarung bantal, dan selimut. Di tembok tiap
bed terpasang nomor bed dan di tembok pasien terdapat
2 buah colokan listrik, 1 bel perawat, dan oksigen
sentral.

Tempat tidur pasien dilengkapi dengan bed plang di


bagian sisinya untuk mencegah pasien terjatuh dari
tempat tidur. Tempat tidur pasien dapat ditinggikan di
bagian kepala dan kakinya..

Pencahayaan dari sinar matahari cukup terang karena


terdapat 13 buah jendela yang bisa dibuka 11 buah
sedangkan yang permanen 2 buah dan 1 buah pintu
terbuka di setiap kamar sehingga memungkinkan udara
mengalir keluar masuk. Jendela diberi sampiran dan
pelapis gorden. Langit-langit dan lantai dalam kondisi
baik.

Tersedia tempat sampah non medis 1 buah, 1 sampah


medis dan 1 fasilitas cuci tangan kering di setiap kamar.

5) Kamar Mandi Pasien


Setiap wing dilengkapi kamar mandi pasien sebanyak 16
kamar mandi yang terbagi menjadi dua, yaitu diujung balkon
sebelah kanan dan kiri. Kamar mandi yang dapat dipakai dari
total keseluruhan kamar mandi pasien sebanyak 7 pada wing
kiri dan 13 pada wing kanan.
6) Nurse Station
-

2 Meja front office memanjang dan 11 buah kursi yang


digunakan oleh tenaga kesehatan dalam
pendokumentasian dan perencanaan tindakan pasien.
Selain itu digunakan juga untuk tempat diskusi antara
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

Terdapat 1 buah rak kayu yang digunakan sebagai tempat


penyimpanan formulir konsul, formulir catatan
keperawatan dan instruksi dokter, formulir pemeriksaan
laboratorium, format izin operasi, dan dokumen penting
lainnya

2 buah lemari kaca untuk pojok informasi berisi SPO,


SAK, dan informasi lainnya.

Di dinding terdapat tempelan Visi, Misi, Moto dan Nilainilai RSHS.

Pencahayaan menggunakan 4 buah lampu neon.

2 lemari kayu yang difungsikan sebagai lemari


penyimpanan status pasien yang telah tersusun rapi
sesuai dengan bed-nya masing-masing.

Terdapat alat-alat untuk pemeriksaan pasien diantaranya,


1 troli emergency, 2 spygmomanometer mobile, 4
spygmomanometer air raksa, 1 lampu radiologi (light
case).

Alat komunikasi yang tersedia diantaranya 1 komputer


yang digunakan untuk melihat hasil pemeriksaan
diagnostik terbaru, 1 printer, 2 telepon dan 1 pojok
leaflet.

7) Ruang Ganti Perawat


Ruangan ganti perawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5
memiliki penerangan lampu neon 4 buah. Di dalam ruangan
terdapat loker untuk menyimpan barang-barang perawat,
meja, karpet, dan TV. Terdapat lemari untuk menggantung
pakaian. Adapun fungsi ruangan ini sebagai ruangan makan,
tempat shalat, dan istirahat.
8) Ruang Informed Consent
Ruang informed consent belum tersedia. Adapun proses
informed consent dilakukan di nurse station dengan cara
memanggil perwakilan keluarga pasien.
9) Ruang Tindakan
Ruang tindakan terdapat 1 meja yang berisi alat-alat medis
habis pakai dan tidak habis pakai. Empat lemari untuk
menyimpan linen bersih dipisahkan dengan tulisan fist in dan
first out. Terdapat 1 lemari kaca untuk menyimpan set balutan
dan kasa steril, 2 trolli untuk balutan/injeksi, 1 lemari alat
seperti alkohol swab, spuit dan lainnya, 1 wastafel dengan
kran air yang macet namun tersedia 1 botol sabun antiseptik,
1 trolli alat tenun, 2 tempat sampah non medis dan sampah
medis.
10) Ruang Dispensing/ Persiapan Obat
Pada ruangan ini terdapat loker penyimpanan obat serta
cairan infus pasien yang telah disusun berdasarkan nomor
bed dan diberi label nama. Terdapat 1 buah AC yang
berfungsi mengatur suhu ruangan agar tetap normal untuk
penyimpanan obat dan pencahayaan ruangan dengan 1 lampu
neon. Selain itu, terdapat 2 safety box sebagai tempat

pembuangan limbah tajam seperti jarum suntik, 2 trolli obat,


1 kulkas untuk penyimpanan obat sisa dengan label BUD
pada setiap obat yang tersisa, dan 1 monitor suhu ruangan.
11) Ruang Administrasi
Ruangan administrasi terletak diantara ruang tindakan dan
ruang penyimpanan obat. Pada ruangan ini terdapat 3 meja, 2
printer, 2 lembari berkas, 3 komputer, 1 wastafel, 1 dispenser,
dan 1 aeroform yang berfungsi mengirimkan bahan
pemeriksaan ke labolatorium digunakan hanya saat keadaan
cito/darurat.
12) Ruang Pendidikan
Belum terdapat ruang pendidikan khusus, tetapi kamar 5
digunakan sebagai ruang pendidikan sementara karena kamar
tersebut belum difungsikan sebagai ruangan perawatan.
13) Pantry
Pantry berada di koridor wing sebelah kiri pintu masuk
ruangan dan memiliki kebersihan yang cukup baik. Di dalam
pantry terdapat 2 wastafel besar, 1 meja persiapan makanan,
dan 1 lemari.
b. Lingkungan Non Fisik
1) Hubungan Perawat dengan Pasien
Hubungan perawat dengan klien baik, saat perawat
melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien, apabila
akan melakukan tindakan, perawat selalu menjelaskan
terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan kepada pasien,
perawat selalu mempertahankan kontak mata, memberikan
salam, mengikutsertakan keluarga. Namun perawat hanya
sebagian yang mengenalkan diri kepada pasien.
2) Hubungan Perawat dengan Perawat
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik,
operan dilakukan baik secara lisan maupun tulisan dalam

bentuk buku laporan pasien tiap shift. Namun operan yang


dilakukan tidak berkunjung ke pasien jadi operan hanya
sebatas perawat dengan perawat.
3) Hubungan Perawat dengan Profesi Lain
a) Hubungan Perawat dengan Dokter
Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam
melakukan perawatan pasien dan selalu
mengkomunikasikan bila terdapat perubahan terapi atau
instruksi lain yang menyangkut kebutuhan pasien.
Sebagai contoh apabila ada visite dokter konsulen
perawat selalu ikut serta dan menjelaskan tentang
keadaan pasien.
b) Hubungan Perawat dengan Tim Gizi
Hubungan perawat dengan pegawai gizi
berhubungan langsung, yaitu apabila ada perubahan jenis
diet pasien perawat langsung menghubungi pihak gizi
dengan langsung menuliskannya di status pasien.
c) Hubungan Perawat dengan Petugas Laboratorium
Perawat berhubungan langsung dengan pihak
laboratorium apabila ada hasil laboratorium yang akan
diambil, begitu juga dengan pihak laboratorium apabila
ada kekurangan data pasien yang menyangkut
pemeriksaan pasien.
d) Hubungan Perawat dengan Petugas Radiologi
Hubungan perawat dengan radiologi jarang,
namun apabila pekarya sedang tidak ada maka perawat
yang akan berhubungan langsung dengan radiologi, tapi
apabila perawat jarang melalukan hubungan langsung
dengan pihak radiologi perawat tetap memberikan surat
pengantar untuk dilakukan pemeriksaan.
e) Hubungan Perawat dengan Farmasi

Hubungan perawat dengan farmasi berhubungan


langsung, petugas farmasi selalu memasukan langsung
obat ke dalam lemari pasien tetapi apabila ada hal yang
tidak dimengerti petugas farmasi maka petugas farmasi
menanyakan ke perawat dan apabila ada obat atau alat
yang dibutuhkan secara mendadak dan cepat maka
perawat langsung menghubungi pihak farmasi.
f) Hubungan Perawat dengan Bagian Tata Usaha
Interaksi perawat dengan pegawai administrasi
secara langsung, apabila hari libur perawat selalu
merangkap sebagai pegawai administrasi karena pegawai
administrasi yang libur, tetapi dengan catatan perawat
yang telah mengerti alur dari pasien pulang itu sendiri.
g) Hubungan Perawat dengan Pekarya
Hubungan perawat dengan pekarya baik terutama
dalam pengurusan pasien tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan pasien, mengantar pasien ke ruang operasi dan
lain-lain.
h) Hubungan Perawat dengan Cleaning Service (CS)
Hubungan perawat dengan CS baik terutama
dalam masalah kebersihan, menurut perawat CS yang
ada diruangan cukup mengerti dengan kondisi
lingkungan yang ada diruangan.
i) Hubungan perawat dengan Mahasiswa
Interaksi perawat dengan mahasiswa baik,
perawat mengatakan dengan adanya mahasiswa yang ada
di ruangan perawat menjadi terbantu untuk tindakan
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
2.2.4

Kajian Indikator Mutu Ruangan

2.2.4.1

Bed of Rate (BOR)

Tabel 2.4 Bed of Rate (BOR) Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning
Lantai 5 RSHS Bandung Tanggal 7-9 Maret 2015
Tanggal
BOR (%)
7
98
8
100
9
100
Rata-rata BOR
99,33
Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5
2.2.5

Pendidikan

2.2.5.1

Pendidikan pada Perawat

Saat kajian situasi, tidak terdapat perawat yang sedang mengikuti


pendidikan formal.
2.2.5.2

Pendidikan pada Keluarga Pasien

Pendidikan untuk keluarga pasien dilakukan secara berkala melalui


penyuluhan secara gabungan di gedung Kemuning Lantai 1.
2.2.5.3

Pendidikan pada Calon Praktisi Keperawatan dan Profesi

Lain
Selama dilakukan kajian situasi pada tanggal 7 Maret 2015 mahasiswa
yang mengikuti pembelajaran klinik di Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning
Lantai 5 adalah mahasiswa Program Profesi Ners dari Universitas Padjadjaran.
Sebelum memulai pembelajaran praktik, mahasiswa diorientasikan terlebih dahulu
oleh CI ruangan mengenai sarana dan fasilitas serta kegiatan yang ada diruangan.
Pada saat melakukan tindakan, mahasiswa biasanya didampingi oleh perawat.
2.2.6

Pelatihan

Terdapat 6 perawat yang telah mengikuti pelatihan dasar yang meliputi


patient safety, pengendalian infeksi rumah sakit, bantuan hidup dasar (BHD), dan
penanggulangan bencana. Pelatihan lain yang telah diikuti oleh beberapa perawat
adalah wound care, palliative care, PPGD basic II, pelatihan ICU, pelatihan CI,
perawatan luka bakar, unit rehabilitasi medik, hemodialisa, specimen collection
lab, manajemen askep, keterampilan komunikasi, dan manajemen bangsal.

BAB III
ANALISA DATA
3.1

ANALISA DATA MANAJEMEN ASUHAN AGLONEMA RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

NO
ITEM
1
2
1.
Dokumenta
si asuhan

ACTUAL
3
Berdasarkan hasil studi dokumentasi
pada tanggal 7-8 Maret 2015 terhadap

keperawata 25 buku status (medical record) klien


n
(pengkajian

ruang Bedah Kelas II Kemuning lantai 5


didapatkan data sebagai berikut:

IDEAL
4
a. Pendokumentasian asuhan

PROBLEM
5
Dokumentasi

keperawatan dilakukan 100%

asuhan

secara lengkap sesuai

keperawatan

dengan SOP yang

(pengkajian,

dikeluarkan RSUP Dr. Hasan

diagnosa dan

, diagnosa

Dokumentasi asuhan keperawatan

Sadikin Bandung dengan

perencanaan)

dan

dilakukan sejak saat pasien masuk

nomor : HS.1.B.02.04.0002
(Assesment Awal

belum optimal

perencanaa ke Ruang Bedah Kelas II Kemuning


n)

lantai 5.
12dari 25 status yang di kaji

Keperawatan Dewasa)
Prosedur :
1. Assesment di rawat inap

memuat dokumentasi proses

terdiri dari assessment

keperawatan lengkap (pengkajian,

awal dan assessment

diagnosa keperawatan,

lanjutan

perencanaan, implementasi,
evaluasi)
a) Pengkajian
Pendokumentasian hasil
pengkajian dari 25 status yang
terisi lengkap sebanyak 20
status.
b) Diagnosa Keperawatan
Pendokumentasian diagnosa
keperawatan dari 25 status yang
terisi lengkap sebanyak 13
status.
c) Perencanaan
Pendokumentasian perencanaan
dari 25 status yang terisi
lengkap sebanyak 13 status.
d) Implementasi dan Evaluasi yang
tercatat dalam lembar catatan
integrasi 25 status terisi
seluruhnya.

2. Assesment awal dilakukan


maksimal 12 jam setelah
pasien masuk ruang
rawat inap
3. Assesment lanjutan
dilakukan 20apabila
terjadi perubahan kondisi
pasien
4. Cuci tangan terlebih
dahulu sebelum ke pasien
5. Ucapkan salam kepada
pasien
6. Perkenalkan diri
7. Lakukan assessment awal
8. Untuk pasien dengan
kasus khusus,
pemeriksaan dilengkapi
dengan pemeriksaan
khusus
9. Buat diagnosa
keperawatan berdasarkan

10.

prioritas
Buat rencana

keperawatan untuk
masing-masing diagnosa
keperawatan
11.
Cantumkan nama
dan tandatangan perawat
yang melakukan
assesment
b. Perawat yang bertugas
melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat
dan mendokumentasikan
dengan pendekatan
2.

Pelaksanaa

Pelaksanaan International Patient

Safety Goal (IPSG)


International Patient Safety Goal

identifikasi
pasien dan

(IPSG) 1: Identifikasi Pasien Secara

SOAPIER sebanyak 100%.


a. Panduan Identifikasi Pasien

Pelaksanaan

2014 yang dikeluarkan oleh

identifikasi

RSUP Dr. Hasan Sadikin

pasien dan

Bandung dengan Nomor : HS

pengendalian

pengendali
an infeksi
rumah
sakit (poin
1 dan 5

Benar
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara pada tanggal 7-9 Maret
2015 mengenai identifikasi pasien,
didapatkan :
Dari 50 pasien, 1 pasien tidak

dalam

menggunakan gelang identitas

IPSG)

karena pasien alergi.


17 pasien label identitas pada

gelang terhapus/hilang.
4 pasien menggunakan gelang
berwarna kuning (risiko jatuh),

1 BO2010003
Prosedur :
1. Ucapkan salam dan
perkenalkan diri petugas
2. Petugas admission
menyiapkan buku rekam
medis beresta gelang
identitas ( warna
pink/merah muda untuk
pasien wanita, warna biru
untuk pasien laki laki)
3. Data identitas pasien pada

setelah dikonfirmasi didapatkan

gelang berisi : nama

hasil 2 dari 4 pasien dan

lengkap, tanggal lahir dan

keluarga belum mengetahui

no rekam medis.
Bila terdapat pasien

fungsi dari gelang tersebut.


Perawat melakukan identifikasi

dengan riwayat alergi

pasien sebelum melakukan

obat obatan dan resiko

pemberian obat, memberikan

jatuh maka kepala

tranfusi, sebelum mengambil

ruagan menyiapkan

infeksi rumah
sakit (poin 1 dan
5 dalam IPSG)
belum optimal

sample darah/pemeriksaan

gelang tambahan yaitu

laboratorium dan sebelum

warna merah untuk

melakukan tindakan

pasien alergi, warna

keperawatan lainnya.
Identifikasi pasien yang

kuning untuk pasein

dilakukan perawat yaitu dengan

resiko jatuh
4. Identifikasi pasien jiwa

menanyakan nama dan

dilakukan dengan

mencocokkan dengan gelang

menggunakan poto pasien

identitas pasien.
Perawat tidak memperkenalkan

yang dtempelkan

diri pada pasien sebelum


melakukkan tindakan
keperawatan
International Patient Safety Goal
(IPSG) 5: Pengurangan Resiko
Infeksi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan tanggal 7-9 Maret 2015
didapatkan hasil :
- Perawat sudah melakukan

dibelakang sampul rekam


medis
5. Identifikasi pasien yang
tidak diketahui
identitasnya dilakukan
dengan cara sebagai
berikut :
- Pasien pria tidak dikenal
ditulis Y tanggal
kedatangan di rumah
sakit nomor urut pasien

kebersihan tangan 6 langkah

pria yang tidak dikenal.

dari WHO
Pada pelaksanaan 5 moment

Sebagai contoh no urut

cuci tangan didapatkan hasil :


- Perawat sudah melakukan

pasien pria tidak dikenal


-

cuci tangan sebelum dan

dikenal ditulis Xtanggal

setelah melakukan tindakan


-

kedatangan di rumah

keperawatan pada pasien.


Cuci tangan dengan air yang

sakit nomor urut pasien


wanita yang tidak dikenal.

mengalir dilakukan pada

Sebagai contoh no urut

tindakan yang kontak


-

pasien pria tidak dikenal

dengan cairan tubuh pasien


Perawat menggunakan APD
sesuai dengan situasi
Perawat membuang sampah

saat itu Y 140214 01


Pasien wanita tidak

saat itu X 140214 01


Saat pasien sudah dapat
diidentifikasi berikan

sesuai tempat sampah dengan

gelang pengenal baru

label yang disediakan.


IV catheter, DC, NGT tidak di

dengan identitas yang

beri tanggal pemasangan pada

benar.
6. Jika diperlukan melepas

pasien, keterangan

gelang pengenal selama

pemasangan dilakukan pada

dilakukan operasi, perawat

form terpisah terdapat diruang

sirkuler di kamar operasi

perawat.
Penunggu pasien masih ada

bertanggung jawab

yang membuang sampah non


medis ke sampah medis.
Didapatkan data pada tanggal
8 Maret 2015 sebanyak 17
pasien yang di wawancara
mengatakan belum pernah
mendapatkan penkes tentang
cuci tangan, pemilahan
sampah, dan fungsi gelang
-

identitas.
Data infeksi bulan Februari
tidak ada yang terkena infeksi,
hanya ada 3 orang yang
terkena dekubitus dan flebitis,
tetapi pasien yang mengalami
dekubitus sudah mengalami

melepas dan memasang


kembali gelang pengenal
pasien. Tempelkan gelang
pengenal yang dilepas
disampul rekam medis
pasien
7. Periksa ulang data
digelang sebelum
dipasangan dipasien.
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur indetifikasi
kepada pasien dan
keluarga
9. Penderita yang tidak
menjawab nama dan
tanggal lahir karena
sesuatu sebab maka
identitas pasien ditanyakan

dekubitus sebelum dirawat di

pada keluarga terdekat dan

ruangan.

dicocokan dengan data


identitas di rekam medis.
10. Informasikan kepada klien
atau keluarga agar tidak
melepas gelang selama
menjalani perawatan /
prosedur. Cocokkan
identitas diri pasien setiap
akan melakukan
pemberian obat obatan,
prosedur radiologi,
intervensi pembedahan
dan prosedur invasive
lainnya, transfusi darah,
pengambilan sampel tranfs
darah dan transfer pasien
11. Jangan melakukan
prosedur apapun jika

pasien tidak memakai


gelang identitas, atau
identitas pasien belum
dikonfirmasi.
12. Cek gelang pasien tiap
pergantian jaga perawat.
b. Panduan pemakaian gelang
identitas pasien di rumah
sakit 2014 dikeluarkan oleh
RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan Nomor :
HS.1. B.02.01.0018
3.2

ANALISA DATA MANAJEMEN UNIT RUANG BEDAH AGLONEMA RSUP Dr. HASAN SADIKIN

BANDUNG
NO ASPEK
AKTUAL
1
2
3
1
Sumber Data hasil pengkajian pada
daya
tanggal 7 9 Maret 2015 dari 28
manusi
a
perawat yang ada, perawat yang

IDEAL
4
Perhitungan jumlah perawat menggunakan
rumus Gillies
Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365
(365 jumlah hari libur)x jam kerja/hari

PROBLEM
5
Kurang
sesuainya
beban kerja
yang harus

aktif dinas sebanyak 27 perawat


(1 orang cuti melahirkan)
Asuhan Langsung
((6X 1 jam) + (39X 3 jam) + (5X 6 jam)) = 153
jam/49 =2,86 jam/hari
Asuhan Tidak langsung
49 X 1 jam =49 jam
Pendidikan Kesehatan
49 X 0,25 jam =12,25 jam
Total rata-rata jam asuhan =214,25/49 = 4,37
jam/hari
Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365
(365 jumlah hari libur)x jam kerja/hari

4,37 X49X 365/(365-78) X 7jam


=78.157,45/2009 = 38,9 = 39orang
Jadi kebutuhan tenaga perawat sebanyak 39
orang
Jumlah tenaga perawat yang ada saat ini
sebanyak 28orang (termasukKepaladanWakil
termasuk yang sedang cuti melahirkan 1 orang)

dilaksanaka
n oleh
perawat
ruangan
dengan
jumlah
perawat
dinas
dalam satu
shift.

Kekurangan tenaga perawat sebanyak11orang

You might also like