You are on page 1of 13

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design

PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Analisis hidrologi merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam perencanaan suatu
PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro) yang merupakan salah satu pendukung dalam
menilai kehandalan suatu PLTM. Analisis hidrologi untuk PLTM biasanya berupa analisis
ketersediaan air yang ada pada suatu sungai yang akan disadap sebagai parameter penting
dalam unsur pembangkitan. Adapun lingkup kajian adalah analisis ketersediaan air dan
analisis debit banjir.
1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan laporan ini ialah untuk mengkaji kondisi hidrologi DAS Cibuni dalam
menunjang kegiatan Perencanaan PLTM Girimukti I dan Girimukti II.
Tujuan dari studi ini adalah untuk menginformasikan tentang ketersediaan air dan kondisi
debit banjir yang ada pada DAS Cibuni bagi keperluan Perencanaan PLTM Girimukti 1 dan
Girimukti 2.

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

BAB 2

KONDISI HIDROMETEOROLOGI
Sejalan dengan meningginya elevasi, umumnya curah hujan bertambah, diikuti dengan
menurunnya lama penyinaran matahari dan temperatur udara.
Berhubung Stasiun
Klimatologi yang berdekatan dengan daerah lokasi tidak ada, maka data dimabil dari Badan
Meteorologi dan Geofisika Bandung yang berada pada koordinat 0605500 Lintang selatan,
10703600 Bujur Timur dan berada pada elevasi 791 meter. Ketersediaan data meteorologi
yang digunakan adalah dari tahun 1996 samapi dengan tahun 2005.
2.1

TEMPERATUR

Temperatur udara bulanan rata-rata yang terjadi, umumnya berkisar antara 22.8 C 23.7
C. Temperatur bulanan minimum terjadi di bulan Juli sedangkan temperatur bulanan
maksimum terjadi di bulan Mei. Temperatur udara pada musim hujan dan kemarau tidak
menunjukkan variasi yang menonjol. Variasi temperatur udara musiman menunjukkan kaitan
yang erat dengan variasi curah hujan bulanan.

Gambar 1 Grafik Kondisi Temperatur Udara

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

2.2

LAPORAN HIDROLOGI

KECEPATAN ANGIN

Kecepatan angin bulanan rata-rata yang terjadi, umumnya berkisar antara 51.0 km/hr hingga
78.6 km/hr. Kecepatan angin bulanan terbesar terjadi di bulan Januari dan terendah terjadi di
bulan Mei.

Gambar 2 Grafik Kondisi Kecepatan Angin


2.3

LAMA PENYINARAN MATAHARI

Penyinaran matahari bulanan rata-rata yang terjadi, umumnya berkisar antara 47.4 %
hingga 77.2 %. Penyinaran matahari bulanan terbesar terjadi di bulan Agustus sedangkan
yang terendah terjadi di bulan Januari.

Gambar 3 Grafik Kondisi Lama Penyinaran Matahari

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

2.4

LAPORAN HIDROLOGI

KELEMBABAN RELATIF

Kelembaban relatif bulanan rata-rata yang terjadi, berkisar antara 70.6 % hingga 81.2 %.
Kelembaban bulanan rata-rata yang rendah terjadi pada bulan Agustus sedangkan tertinggi
pada bulan April.

Gambar 4 Grafik Kondisi Kelembaban Relatif

2.5

CURAH HUJAN

Data curah hujan, dari hasil pengumpulan data diperoleh 5 (lima) stasiun terdekat dengan
lokasi studi. Kelima stasiun curah hujan tersebut adalah Stasiun Rancabali, Stasiun
Rancasuni, Stasiun Cibuni, Stasiun Citambur dan Stasiun Sinumbra.
Pengaruh monson terlihat dengan adanya pola curah hujan musiman, dimana musim
kemarau yang terjadi pada DAS Cibuni berlangsung pada bulan Juni sampai dengan
Oktober dan musim penghujan pada periode November hingga Mei. Peta lokasi stasiun
curah hujan yang digunakan dalam analisa hidrologi ditampilkan pada Gambar 5.
Tabel 1 Stasiun curah hujan yang digunakan dalam analisis

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

Gambar 5 Grafik Kondisi Curah Hujan

2.6

DAEAH ALIRAN SUNGAI

PLTM Girimukti I dan II berada pada Daerah Aliran Sungai Cibuni dengan sungai utama
(main river) adalah Sungai Cibuni. Adapun anak-anak sungai (tributary) yang masuk pada
sungai utama pada masing masing lokasi ditabulasikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sungai utama dan anak sungai pada lokasi kajian

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

BAB 3

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR


3.1

ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI

Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari data curah hujan
dan klimatologi. Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar
untuk terjadinya debit dari suatu daerah pengaliran sungai. Evapotranspirasi diartikan
sebagai kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah pengaliran sungai
akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi.
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air
yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial
adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan
dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang
ditranspirasikan akan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah
keperluan. Adapun hasil perhitungan evapotranspirasi potensial ditabulasikan pada Tabel
3 dan Gambar 6.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Evaporasi Potential PLTM Girimukti

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

Gambar 6 Kondisi Evapotranspirasi Potensial PLTM Girimukti


3.2

ANALISIS KETERSEIDAAN AIR

Analisis perilaku hidroklimatologi dilakukan berdasarkan statistik data historis, antara lain
rata-rata, simpangan baku, minimum, maksimum, dan koefisien variasi. Angka koefisien
variasi menyatakan seberapa besar variabilitas debit. Semakin besar variabilitas debit aliran
sungai berarti sungai tersebut memerlukan perhatian khusus, yaitu misalnya pembangunan
tampungan air (waduk).

Analisis ketersediaan air, atau analisis potensi air dilakukan dengan menggunakan
berbagai alternatif data dasar sebagai berikut:
a
b

Berdasarkan data runtut-waktu (time-series) dari data yang ada (historis), bilamana data
tersebut tersedia.
Jika tidak tersedia data debit, atau jika ternyata data debit yang ada hanya mencakup
kurang dari lima tahun, maka perkiraan potensi sumber daya air dilakukan berdasarkan
data curah hujan, iklim dan kondisi DPS dengan menggunakan model hujan-aliran
(rainfall-runoff model).

Dari kedua cara tersebut diatas, maka akan diperoleh data debit aliran bulanan yang cukup
panjang sehingga dapat dilakukan analisis dengan tahapan sebagai berikut :

Konversi satuan debit aliran sungai dari satuan meter-kubik/detik menjadi satuan
milimeter/hari, sehingga dapat diterapkan pada sembarang titik di DPS, misalnya di muara
sungai, batas kabupaten, dan lokasi bendung atau pengambilan air.
Analisis statistik dari data debit tersebut, juga analisis durasi dan analisis frekuensi sehingga
akan diperoleh debit aliran dengan :

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

tingkat keandalan Q80%, atau boleh gagal sekali dalam lima tahun, untuk memasok irigasi;
dan
tingkat keandalan Q90%, atau boleh gagal sekali dalam 10 tahun, untuk memasok air
bersih rumah-tangga, perkotaan dan industri.
Analisis Ketersediaan Air
Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya terdiri atas tiga jenis,
yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Air hujan pada umumnya hanya
berkontribusi untuk mengurangi kebutuhan air irigasi yaitu dalam bentuk hujan efektif,
meskipun pada beberapa daerah air hujan yang ditampung dengan baik juga menjadi
sumber air yang cukup berarti untuk keperluan rumah tangga.

Sumber air yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan
dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya. Penggunaan air
tanah yang kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun
air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan harus dijaga agar
pengambilannya tetap berada di bawah debit aman (safe yield).

Ketersediaan air dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Dalam hal lokasi
ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga
air, bendung tempat pengambilan air irigasi, dan sebagainya dimana satuan yang kerap
digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam meter kubik atau liter perdetik.
Banyaknya air yang tersedia dapat juga dinyatakan berlaku dalam suatu areal tertentu,
misalnya pada suatu wilayah sungai, daerah pengaliran sungai, daerah irigasi, dan
sebagainya, dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa banyaknya air yang
tersedia pada satu satuan waktu misalnya juta meter kubik per tahun atau milimeter per
hari.
Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air di suatu wilayah
sungai atau suatu sistem tata air, secara spasial maupun dalam waktu. Analisis ini pada
dasarnya terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1) analisis data debit aliran;
2) analisis data hujan dan iklim;
3) pengisian data debit yang kosong serta memperpanjang data debit runtut waktu;
dan
4) analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah.
Metode yang digunakan pada analisis ketersediaan air adalah Metode Mock. Adapun
rekapitulasi hasil analisis ditabulasikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


LAPORAN HIDROLOGI

PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

Tabel 4

Rekapitulasi hasil perhitungan ketersediaan air PLTM Girimukti I (A =


161.75 km2)

Q80 = 5.20 m3/s

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


LAPORAN HIDROLOGI

PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

Gambar 8

Tabel 5

Compare hidrograf ketersediaan


pengamatan PLTM Girimukti I

air

antara

hasil

analisis

dan

Rekapitulasi hasil perhitungan ketersediaan air PLTM Girimukti II


(A = 189.75 km2)

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

10

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


LAPORAN HIDROLOGI

PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

Q80 = 6.11 m3/s

Gambar 10 Compare hidrograf ketersediaan


pengamatan PLTM Girimukti II

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

air

antara

hasil

analisis

dan

11

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

BAB 4

ANALISIS DEBIT BANJIR


Analisis debit banjir menggunakan data debit hasil konversi luas DAS berdasarkan data
pengamatan debit di AWLR Tanggeng. Adapun hasil analisis debit banjir rencana
ditabulasikan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Sedangkan hasil selengkapnyta ditabulasikan
pada Lampiran.
Tabel 6 Tabulasi perhitungan debit Banjir Rancangan Girimukti - I

Tabel 7 Tabulasi perhitungan debit Banjir Rancangan Girimukti II

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

12

Studi Kelayakan & Penyusunan Basic Design


PLTM GIRIMUKTI 1 (2x4,2MW) dan GIRIMUKTI 2 (2x1.5MW)

LAPORAN HIDROLOGI

Tabel 8. Hasil Perpanjangan Data Aliran S Cibuni


Di Stasiun AWLR TANGGEUNG

KWARSA HEXAGON
C . O . N . S . U . L . T . A. N . T

13

You might also like