Professional Documents
Culture Documents
kedalaman: lempung, pasir, batu kapur dll. Analisa lumpur yang keluar juga
membawa informasi-informasi lain seperti adanya air asin dan gas.
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta tujuan
pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/
sistim lumput yang berbeda-beda pula.seperti:
3.
4.
5.
6.
Majalah World Oil setiap beberapa sekali tahun menerbitkan edisi khusus Drilling Fluids
Products Files yang memuat nama perusahaan, nama bahan kimia lumpur yang diproduksi
serta fungsinya masing-masing dari seluruh Dunia. Dalam Edisi tahun 2000 tercatat lebih dari
100 perusahaan dengan ribuan merk dagang produk-produknya.
Di Indonesia sebagian produk-produk itu diimport dan sebagian diproduksi dalam negeri.
Pemakaian Pahat (Bit Cost), Pemakaian Pipa Serubumbung (Casing & Tubing Cost), Biaya
Semen (Cementing Cost), Logging Cost dsb.
Namun demikian lumpur dapat memberikan pengaruh sampai 60 70% terhadap jumlah
biaya tersebut. Formulasi dan penanganan lumpur yang tidak benar dapat mengakibatkan
biaya keseluruhan membengkak. Sebagai contoh, kadar padatan (solid content) yang tak
terkontrol menyebabkan kendala-kendala sbb:
1. Merangsang terjadinya stuck pipe (pipa terjepit) sehingga operasi pemboran terhenti
dan Rig Rental Cost naik ditambah biaya melepasken jepitan,
2. Berat jenis Lumpur naik melebihi yang diperlukan, kemungkinan terjadi lost
circulation yang juga akan menghentikan pemboran, menaikkan Rig Cost ditambah
biaya pengatasannya makan yang cukup besar.
3. Kecepatan pemboran rendah, biaya pemakaian pahat (bit Cost) naik
Performance Lumpur yang rendah bahkan dapat berakibat fatal, misalnya bila sampai terjadi
blow-out, atau pori-pori formasi tersumbat sehingga sumur tidak dapat diproduksi.
anjungan (platform) produksi akan dipasang untuk membor sumur-sumur lainnya dan
memproduksi migas.
Karena lumpur pemboran menjaga agar migas tetap berada di dalam batuan, cadangan
migas bawah tanah pun dapat dibor tanpa mengindikasikan adanya migas, sehingga
diperlukan evaluasi sumur dengan cara menurunkan peralatan rekam wireline. Truk alat
rekam dipanggil, menurunkan tabung berisi instrumen yang disebut sonde ke dalam lubang
sumur. ketika sonde diangkat keluar lubang, instrumen akan merekam secara elektrik, suara
dan radioaktif sifat-sifat batuan dan fluida yang dilaluinya. Pengukuran ini direkam pada
kertas panjang bergaris yang disebut well log. well log ini memberi informasi tentang
komposisi lapisan batuan, pori-pori, dan fluida yang mungkin ada di dalamnya.
Dari hasil pembacaan well log, sumur dapat saja ditutup dan ditinggalkan sebagai
sumur kering atau diselesaikan untuk diproduksikan. pemasangan pipa produksi adalah cara
awal menyelesaikan sumur. untuk memasang pipa, pipa baja panjang yang bergaris tengah
besar (disebut selubung atau casing) dimasukkan ke dalam sumur. Semen basah dipompakan
ke dalam ruang antara casing dan dinding sumur hingga mengeras untuk menjaga lubang
sumur. pada kebanyakan sumur, pemasangan casing bertahap yang disebut casing program
dilakukan sebagai berikut: bor sumur, pasang casing, bor lebih dalam, pasang casing lagi, bor
lebih dalam lagi, dan pasang casing lagi.
1)
2)
3)
4)
5)
Kecepatan slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara langsung oleh
sifat fisik lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika kecepatan lumpur di annulus dibatasi
oleh kemampuan pompa atau pembesaran lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk
mengurangi kecepatan slip serbuk bor agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan
pengangkatan juga dipengaruhi oleh luasan permukaan atau bentuk daripada partikel serbuk
bor, semakin besar luasan dari partikel, maka gaya angkat fluida meneruskan tenaga dorong
dari pompa akan semakin bagus sehingga kecepatan slip serbuk bor juga bisa dikurangi
dengan memperbaiki sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga mengoptimalkan tekanan
pemompaan. Bentuk fisik daripada partikel serbuk bor tergantung juga kepada jenis formasi
yang ditembus.
Pada aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor sangatlah kecil
sehingga efek torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang parabolik, hal ini akan
menyebabkan serbuk bor mudah jatuh lagi ke dasar lubang bor, ini akan dapat menghambat
berhasilnya pengangkatan serbuk bor. Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang
lebih bagus dengan menggunakan aliran turbulen, karena distribusi kecepatannya datar bukan
parabolik seperti pada aliran laminer.
Kekurangannya adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila formasi yang
ditembus tidak kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor yang
menyebabkan semakin mengendapnya serbuk bor dan tidak terangkatnya serbuk bor dengan
baik.
Lumpur dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite, dengan
menambahkan banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif khusus. Jadi ada
beberapa pilihan, dan penentuan pilihan tergantung dari tujuan lain yang ingin dicapai.
Bentonite adalah pilihan yang murah, tetapi jika ada masalah hilang air, maka harus ditambah
pengencer untuk mencegah flokulasi.
Hasil yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas pengangkatan
dan masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak padatan akan menaikkan
densitas, pilihan ini tidak dianjurkan jika tidak digunakan untuk tujuan mengontrol tekanan.
Penerapan flokulasi lumpur adalah pilihan yang mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh
masalah hilang air. Additif khusus mungkin merupakan pilihan yang paling tepat, tetapi hal
ini akan menaikkan biaya lumpur.
Lumpur pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki
karakteristik mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena semakin bersih
lubang bor berarti semakin bagus pula pengangkatan serbuk bornya sampai kepermukaan.
3. Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding formasi
permeabel (lulus air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida
masuk ke formasi (adanya aliran yang masuk yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan
tertinggal/tersaring). Mud Cake yang dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan
demikian lubang bor tidak dipersempit dan cairan tidak banyak yang hilang. Sifat wall
building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat
mud cake.
4. Melumasi dan Mendinginkan Pahat.
Panas yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring dengan formasi.
Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali menghilangkan panas dalam waktu
cepat, tetapi umumnya dengan adanya aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem
serta melumasi pahat. Umur pahat bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa
ditekan, karena dengan tertembusnya formasi yang cukup keras, kalau tidak terlumasi dengan
baik, bit akan cepat tumpul sehingga daya tembusnya menjadi lambat dan memperlambat
proses pemboran.
5. Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di Permukaan.
Lumpur pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan partikelpartikel padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan menahannya didalam lumpur selama
sirkulasi berhenti. Kemampuan lumpur untuk menahan serbuk bor selama sirkulasi
dihentikan terutama tergantung terhadap gel strength, dengan cairan menjadi gel tekanan
terhadap gerakan serbuk bor kebawah dapat dipertinggi. Serbuk bor dapat ditahan agar tidak
turun kebawah, karena bila ia mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi serbuk bor
dan pipa akan terjepit. Selain itu ini akan memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi
kembali. Tetapi gel yang terlalu besar akan berakibat buruk juga, karena akan menahan
permbuangan serbuk bor dipermukaan (selain pasir). Penggunaan alat seperti desander dan
shale shaker dapat membantu pengambilan serbuk bor dari lumpur dipermukaan. Patut
ditambahkan bahwa pasir harus dibuang dari lumpur karena sifatnya yang abrassive pada
pompa, sambungan-sambungan
Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran
Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubahtenaga
mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan dayahidrolis berupa tekanan
dan volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkanlumpur dari tangki melalui manifold
stand pipe masuk ke drill string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velositynya. Kemudian dengan tekananyang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan
membawa serbuk bordari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.
Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalahdengan satu kali
gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada saat piston bergerak ke
belakang terjadi langkah pengisapan sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex
bekerja cepat maka pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super chargingnya. Sedangkan pada saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan
(discharge) sehingga volume cairan yang ada di salam liner terdorong keluar menuju
discharge manifold.
1)
2)
3)
4)
5)
kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan
daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini disebut Salt Polymer System.
6) Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan
sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang
dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia
yang larut dalam air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi
desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah
lingkungan
7) Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha
olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan
Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Lumpur Pemboran (Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan salah satu sarana
pentingdalam operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk mencapai target
yangdirencaanakan. Ia berupa larutan (suspensi) berbagai bahan kimia dan mineral didalam
air atau minyak dengan komposisi tertentu, sehingga nampak seperti lumpur dan
karena itudiberi nama lumpur pemboran. Lumpur bor ini bekerja dengan jalan
disirkulasikan meng-gunakan pompa lumpur (Mud Pump) yang kuat, masuk kedasar lubang
melalui pipa bor dan naik kepermukaan melalui annulus (ruang antara pipa bor dan dinding
sumur) sambilmembawa tahi bor (cuttings). Dipermukaan terdaapat tangki-tangki pengendap
dan alat-alat
pemisah
(Solid
Control
Equipment)
untuk
memisahkan
dan
cutting, membersihkan bit, memutar mud motor dalam pemboran berarah. Disamping itu
lumpur juga memiliki potensi energiyang berasal dari bahan-bahan kimia dan mineral
yang dikandungnya (potensi fisiko-kimia) untuk menjalankan fungsi internal
seperti menigkatkan kekentalan, berat jenis(t ek a n an h yd r o s t a t i s ) , e n k ap s u l as i
(m en c e g ah d i s i n e g r as i ), g el s t r en g t h ( m en c e g ah pengendapan cutting) dsb.
6. Menahan cutting agar tidak mengendap ke dasar lubang bor ketika sirkulasi berhenti.
Pada saat sirkulasi berhenti, misalnya saat mengambil inner tube atau menyambung pipa
maka Lumpur pemboran akan menahan/menghambat pengendapan kembali kotoran/cutting
ke dasar lubang bor. Kecepatan pengendapan cutting ini tergantung dari kekentalan lumpur
pemboran, berat jenis cutting dan besar butir cutting tersebut.
aditif
sengaja
ditambahkan
kedalam
lumpur
untuk
menghasilkan
karakteristik (properties) tertentu yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Lumpur bor
harus bersifat thixotropis yaitu bersifat encer (cair) bila diaduk atau dipompa dan bila
adukan/ pompa berhenti lumpur akan membentuk sifat seperti agar-agar (gel). Sifat ini
diperlukankalau sirkulasi terhenti karena kerusakan pompa misalnya, cuttings tetap tersangga
tidak turun kedasar sumur dan meyebabkan pipa terjepit.Karakteristik utama lumpur yang
diperlukan untuk menjalankan fungsinya adalah MudWeight (berat jenis) yang akan
memberikan tekanan hydostatis kepada lumpur yang di- perlukan untuk mengimbangi
tekanan formasi agar tidak terjadi blow-out ataupun hilangsirkulasi. Untuk itulah
ditambahkan Barit sebagai bahan pemberat (weighting materials).Lumpur pemboran juga
mempunyai karakeristik filtrasi tertentu dimana bila ia kontak dengan dinding lubang bor
sebagian air dari lumpur tersebut akan tersaring menembusdinding tersebut, sedangkan
partikel partikel padatnya akan membentuk lapisan tipis(filter cake) yang menempel pada
dinding lubang dan mencegah filtrat menembus lebih jauh kedalam formasi. Ini berguna agar
dinding lubang tidak mudah gugur karena proses pembasahan.Kekentalan (viscositas ) juga
harus dimiliki ole lumpur bor agar ia mampu mengangkutcutting kepermukaan. Gel strength
juga merupakan karakteristik lumpur yang pentingyang mempengaruhi kemampuan
membersihkan lubang dan mencegah pengendapandrill cuttings kedasar lubang.Kadar
padatan (solid content) terutama yang bersifat bentonitik (clay solids) yang berasaldari
cutting yang terdispersi kedalam lumpur sangat berpengaruh terhadap kecepatan pemboran,
pemakaian pahat, serta waktu pemboran. Solid content secara keseluruhankecuali
memperlamabat kecepatan bor, juga merangsang terjadinya jepitan pipa,menaikkan berat
jenis yang tidak perlu serta menyebabkan kerusakaan pada formasi.Itulah sebabnya peralatan
pebbersih (solim control equipment) seperti shale shaker,desander, desilter harus berfungsi
maksimal agar program lumpur dapat berhasil.Dengan kata lain lumpur bor harus memiliki
sifat alir (rheologi) dan filtrasi yangdibutuhkan untuk menjalankan fungsinya.
Sistim
Lumpur
Terdispersi
untuk
sumur
yang
lebih
dalam
yang
membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur
perludidispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Ligniteserta
Tannin
3.
Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ionionCalcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
4.
Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl))
untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air.
5.
Sistim
Lumpur
Polymer
yang
mengandalkan
polymer-polymer
seperti
Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap
air,digunakan sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut.Bahanbahan kimia yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel denganminyak., berbeda
dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim Lumpur iniSistim Lumpur ini sangat handal
melindungi desintefrasi formasi, tahan suhutinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang
ramah lingkungan.
7.
Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether,
dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini
sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggapteralu mahal.
1.
polymer
2.
terlarut.
3.
4.
5.
6.
Lubricant
Majalah World Oil setiap beberapa sekali tahun menerbitkan edisi khusus DrillingFluids
Products Files yang memuat nama perusahaan, nama bahan kimia lumpur yangdiproduksi
serta fungsinya masing-masing dari seluruh Dunia. Dalam Edisi tahun 2000tercatat lebih dari
100 perusahaan dengan ribuan merk dagang produk-produknya.Di Indonesia sebagian
produk-produk itu diimport dan sebagian diproduksi dalam negeri.
e v al u a s i
p e rf o rm an c e
lumpur
p em b o r an
d i p e rl u k an
p e n g et ah u an d an k e ah l i a n tersendiri.
sejak tahun tujuh puluhan. Disamping harus merekrut dan mendidik Mud Engineers,
prusahaan lumpur juga harus memiliki laboratorium baik untuk penyiapan
program
lumpur
dilapangan
menggunakan pilot
maupun
untuk
testing,
meneliti
monitoring
kwalitas
kwalitas produk-produk
yang
lumpur
akan
dipakai.P e n g et ah u an t en t a n g l u m p u r p em b o ra n b u k an h a n ya h a ru s d i k u as ai
o l e h p e ru s a h aa n Lumpur (Service Company) tetapi juga oleh Oil Company serta Drilling
Contractor.
Perlud i k e t ah u i
b ah w a
m es k i p u n
Mud
Company
m em i l i k i
dengan
jumlah
biaya
keseluruhan
sebuah
sumur,
biaya
lumpur
hanyalah berkisar sekitar 8 10%. Biaya-biaya lain diantaranya:Sewa Menara Bor (Rig
RentalCost), Pemakaian Pahat (Bit Cost), Pemakaian Pipa Serubumbung (Casing &
TubingCost), Biaya Semen (Cementing Cost), Logging Cost dsb. Namun demikian lumpur
dapat memberikan pengaruh sampai 60 70% terhadap jumlah biaya tersebut. Formulasi dan
penanganan lumpur yang tidak benar dapat mengakibatkan biaya keseluruhan membengkak.
Sebagai contoh, kadar padatan (solid content) yang tak terkontrol menyebabkan kendalakendala sbb:
1.
Merangsang
terjadinya
stuck
pipe
(pipa
terjepit)
sehingga
operasi
pemboranterhenti dan Rig Rental Cost naik ditambah biaya melepasken jepitan,
2.
Performance Lumpur yang rendah bahkan dapat berakibat fatal, misalnya bila sampaiterjadi
blow-out, atau pori-pori formasi tersumbat sehingga sumur tidak dapat diproduksi.
PENYEMENAN
Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran (mixing) dan
pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing sehingga mengalir ke atas
melewati annulus di belakang casing sehingga casing terikat ke formasi . Pada umumnya
penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang bor, melindungi casing
dari masalah-masalah mekanis sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi dan
lain-lain), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk memisahkan
zona yang lain di belakang casing. Penyemenan merupakan faktor yang paling penting dalam
operasi pemboran sehingga dapat mereduksi kemungkinan-kemungkinan permasalahan
secara mekanis sewaktu melakukan pemboran pada trayek selanjutnya.
Menurut alasan dan tujuannya,penyemenan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Primary
cementing (penyemenan utama) dan secondary cementing (penyemenan yang kedua atau
perbaikan). Primary cementing adalah adalah proses penyemanan yang dilakukan pertama
kali setelah casing di turunkan ke dalam lubang bor. Sedangkan secondary cementing adalah
penyemenan yang dilakukan dikarenakan tidak sempurnanya penyemenan pertama (gagal).
Semen, air dan bahan aditif dicampur di permukaan dengan memakai peralatan
khusus. Sesudah menjadi bubur semen, lalu dipompakan ke dalam sumur melewati casing.
Kemudian bubur semen ini didorong dengan cara memompakan fluida lainnya, seringnya
lumpur atau air, terus sampai ke dasar sumur, keluar dari ujung casing masuk lewat annulus
untuk naik kembali ke permukaan. Diharapkan seluruh atau sebagian dari annulus ini akan
terisi oleh bubur semen. Setelah beberapa waktu dan semen sudah mengeras, pemboran
bagian sumur yang lebih dalam dapat dilanjutkan.
kedalam lubang sumur, biasanya dipakai untuk penyemenan Stove Pipe dan Conductor
Casing .Pada Stove Pipe dengan memasang Pipa Tubing pada annulus lubang yang pertama
dibor dengan Stove Pipe, sedangkan untuk Conductor Casing dengan memasukkan Pipa
Tubing kedalam Casing dan digantung dengan Cementing Head.
2. Penyemenan Dengan Stinger
Yaitu penyemenan dengan menggunakan Stinger dan Drill Pipe (DP),
sedangkan Shoe yang dipakai adalah Duplex Shoe. Biasanya dipakai untuk penyemanan
Conductor Casing karena Casing ini memiliki ukuran diameter besar sehingga dengan system
ini diperlukan volume displace sedikit ( sepanjang DP) dan waktunya lebih cepat
3
Penyemenan Perkins
Yaitu penyemenan dengan menggunakan Bottom dan Top Plug,pada ujung Casing dipasang
Float Shoe dan Float Collar, sedangkan pada puncak Casing dipasang Plug
Container/Cementing Head. Biasanya untuk penyemanan Surface,Intermediate dan
Production Casing.
4
cara bertahap/bertingkat, menggunakan peralatan khusus yaitu DSCC, Plugs khusus, dan
Float Collar khusus. Pertimbangan dilakukan penyemenan Multi Stage adalah Casing yang
disemen panjang dan atau adanya zona loss pada lubang sumur tersebut. Biasanya untuk
penyemenan Intermediate dan Production Casing.
Fungsi Semen
Penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen ke dalam casing dan naik ke
annulus yang kemudian didiamkan sampai semen tersebut mengeras hingga mempunyai sifat
melekat baik terhadap casing maupiun formasi.
Secara lebih spesifik, fungsi penyemenan dalam suatu pemboran adalah :
1. Melindungi casing / liner dari tekanan yang dating dari bagian luar casing yang dapat
menimbulkan collapse (mengkerut)
2. Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi ke formasi yang
lain.
3. Melindungi casing dari fluida yang bersifat korosif
Untuk memenuhi Fungsi-fungsi tersebut di atas, maka semen pemboran harus memenuhi
beberapa syarat :
1.
Semen setelah ditempatkan harus mempunyai kekuatan atau strength yang cukup besar
dalam waktu tertentu
2. Semen harus memberikan daya ikat casing dengan formasi yang cukup baik.
3. Semen tidak boleh terkontaminasi dengan fluida formasi ataupun dengan fluida pendorong.
4. Semen harus impermeable (permeabilitas harus nol)
Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2, memberi
pengaruh terhadap strength semen akhir. C2S menghidrasi sangat lambat sehingga tidak
berpengaruh dengan setting time semen, tetapi sangat berpengaruh dalam kekuatan semen
lanjut dan kadarnya tidak lebih dari 20%.
3. Tricalcium Aluminate (3CaO Al2 O3 )
Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan AL2O3 kadarnya 15% untuk
high early Strength dan 3% untuk terhadap kandungan sulfate, namun berpengaruh terhadap
rheologi suspense dan membantu proses pengerasan awal semen.
4.Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO AL2O3 Fe2o3)
Dinotasikan sebagai C3AF yang terbentuk dari reaksi CaO2Al2O3 dan Fe2O3. Kadarnya tidak
boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfate tinggi.
Penambahan oksida besi yang berlebihan akan menaikan kadar C4AF dan menurunkan kadar
C3A dan menurunkan panas hasil reaksi /hidrasi C2S dan C3S.
Klasifikasi Semen
API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa kelas guna mempermudah
pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan, pengklasifikasian ini berdasarkan
pada kondisi sumur, temperature, tekanan dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi.
Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6.000 ft. semen ini
terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan semen ASTM C-150 tipe I.
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia dalam jenis yang
tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate dan high sulfate resistant)
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan mempunyai sifat high-early
strength (proses pengerasannya cepat) semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high
sulfate resistant.
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000 ft, dan untuk kondisi
sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis
moderate dan high sulfate resistant
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 14.000 ft, dan untuk kondisi
sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis
moderate dan high sulfate resistant
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000 ft, dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia dalam
jenis high sulfate resistant.
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan merupakan semen dasar.
Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur