Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
Disetujui oleh :
Dosen pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
NAMA
: EFNIRA SAMOSIR
NPM
:12.21.009
PRODI
Pembimbing
...........................................................
(Ns. Selamat Ginting S. Kep, M. Kes)
NPP. 19740410.199608.1.002
Penguji
............................................ Penguji I
(Ns. Selamat Ginting S. Kep, M. Kes)
NPP. 19740410.199608.1.002
............................................... Penguji II
(Ns. Nurmala Sari, SST, S. Kep, M. Kes)
NPP. 19761226.200008.2.002
Lampiran
I.
Identitas Pribadi
Nama
: EFNIRA SAMOSIR
Tempat/Tgl. Lahir
Jenis Kelamin
: Wanita
Agama
: Islam
Anak ke
Nama Ayah
: Zuhari Samosir
Nama Ibu
: Nuraini
Alamat
II.
Riwayat Pendidikan
Tahun 1997 2003
Tahun 2012-1014
ABSTRAK
Artritis rheumatoid adalah inflamasi dengan nyeri, panas,
pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi.
Mengompres dengan air hangat berarti memberikan rasa hangat
pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang
memerlukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri artritis
rheumatoid pada lansia Di Desa Banjaran Dusun V Wilayah kerja
Puskesmas Biru-Biru Kec. Biru-Biru Tahun 2014. Jenis penelitian
ini adalah Causal dengan desain Pre Eksperimen One Group PrePost Test Design. Populasi adalah seluruh lansia yang mengalami
artritis rheumatoid berada di dusun V Desa Banjaran, Kec. BiruBiru yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Total Sampling. Data diperoleh dengan
memberikan format observasi pre dan post intervensi dan data
dianalisis dengan menggunkan uji T-test dengan nilai 0.05.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p value (0.000) < (0.05), ada
pengaruh yang signifikan antara kompres hangat terhadap penurunan nyeri artritis
rheumatoid pada lansia Di Desa Banjaran Dusun V Wilayah kerja
Puskesmas Biru-Biru Kec. Biru-Biru
Tahun 2014. Disarankan
kepada masyarakat khususnya yang menderita artritis rheumatoid dapat
meningkatkan pengetahuan tentang terapi nonfarmakologi seperti kompres dan
manfaatnya terhadap penurunan nyeri artritis rheumatoid sehingga dapat
melakukan kompres hangat untuk terapi sebelum mengkonsumsi obat-obat anti
nyeri yang mempunyai efek samping dan kepada pelayanan Keperawatan dapat
dilakukan dipelayanan keperawatan oleh perawat dalam memberikan terapi
penurunan nyeri selain dari terapi farmakologis.
Kata Kunci
Kompres
Rheumatoid
Referensi : 9 (2001-2013)
Hangat,
Nyeri
Artritis
ABSTRACT
Arthritis is an inflammatory arthritis with pain , heat , swelling , stiffness , and
redness in the joints . Compress with warm water means giving a sense of warmth
to the client by using a liquid or a tool that creates a feeling of warm on certain
body parts that need it . This study aims to determine the effect of warm
compresses to decrease rheumatoid arthritis pain in the elderly in the village of
Banjaran Hamlet V Region Puskesmas Biru - Biru district. Biru - Biru Year 2014.
Kind of research is the design of the Pre Causal Experiment One Group Pre - Post
Test Design . The entire elderly population is experiencing rheumatoid arthritis is
in the hamlet village of Banjaran V , district Biru - Biru is about 20 people . The
sampling technique used is Total sampling . Data obtained by providing pre and
post- observation format interventions and test data were analyzed by using t-test
with value of 0:05 . Based on the results, the p value ( 0.000 ) < ( 0:05 ) , no
significant influence of warm compresses to decrease rheumatoid arthritis pain in
the elderly in the village of Banjaran Hamlet V Region Puskesmas Biru - Biru
district Biru Biru Year 2014. Suggested to the people especially those suffering
from rheumatoid arthritis can increase the knowledge of non-pharmacological
therapies such as compress and benefits to rheumatoid arthritis pain relief so it can
do a warm compress for therapy before taking pain medications that have side
effects and to service nursing can be done by nurses in nursing care provide pain
relief treatment other than pharmacological therapy .
Keywords
Reference
: 9 (2001-2013)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayat- Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Biru-Biru Kec. Biru-Biru Tahun 2014. Penelitian ini
dibuat untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Di
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan DELI HUSADA Delitua.
Dalam penyusunan Skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dalam isi maupun penulisannya. Untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan di masa yang akan datang. Peneliti
dalam melakukan penyusunan Skripsi banyak mendapat bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Terulin S. Meliala, AMKeb, SKM, selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit
Umum SEMBIRING Delitua.
2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, selaku Ketua STIKes DELI HUSADA
Delitua.
3. Selamat Ginting, S.Kep, Ns, M. Kes selaku Wakil Ketua STIKes DELI
HUSADA Delitua dan selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk membimbing
peneliti dalam penyelaesaian skripsi ini.
peneliti selama
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia- Nya kepeda mereka
semua, Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk semuanya.
Efnira Samosir
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI
i-iii
........................................................................................... iv-vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
ix
BAB. I
PENDAHULUAN ...................................................................
1.4.1
1.4.2
1.4.3
BAB. II
10
10
11
2.2.2.1Nosisepsi ......................................................
11
13
14
14
15
15
2.2.4
16
2.2.5
16
2.2.6
2.2.7
16
2.2.5.1.1
16
2.2.5.1.2
16
2.2.5.1.3
17
18
2.2.5.2.1
18
2.2.5.2.2
18
19
20
20
20
21
21
21
22
2.3
Scale .............................................................
23
23
2.3.1
Definisi ........................................................................
23
2.3.2
Epidemiologi ...............................................................
24
2.3.3
Etiologi ........................................................................
25
2.3.4
Patogenesis ..................................................................
26
2.3.5
29
2.3.6
2.3.7
BAB. III
35
35
36
2.3.7.2.1
38
2.3.7.2.2
39
2.3.7.2.3
Siku ................................................
40
2.3.7.2.4
Tangan ...........................................
40
2.3.7.2.5
Panggul ..........................................
41
2.3.7.2.6
Lutut ..............................................
41
2.3.7.2.7
42
2.3.8
Komplikasi ..................................................................
42
2.3.9
43
44
50
50
BAB IV
BAB V
BAB VI
51
52
53
53
53
53
54
54
54
56
57
57
57
59
60
PENUTUP .................................................
64
64
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
LEMBAR OBSERVASI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Nyeri Artritis
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Distribusi
Frekuensi
Tingkat
Nyeri
Rematik
Sesudah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran II
Lampiran III : Balasan Surat Izin Penelitian Dari Kepala Puskesmas Biru-Biru.
Lampiran IV : Surat Persetujuan Menjadi Responden.
Lampiran V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
umumnya
menetap
dan
progresif.
Mula-mula
yang
menyadari
bahwa
sesungguhnya
penyakit
rematik
Universitas
Brawijaya,
Malang,
mengungkapkan
mempunyai
artritis
rheumatoid
yang
dibandingkan
sirkulasi
darah,
mengurangi
rasa
sakit,
Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan berdasarkan latar belakang diatas
adalah
Apakah
Pengaruh
Kompres
Hangat
Terhadap
nyeri artritis
artritis rheumatoid.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
tentang manfaat kompres hangat terhadap penurunan nyeri artritis
rheumatoidsehingga masyarakat dapat melakukan kompres hangat
untuk terapi sebelum mengkonsumsi obat-obat anti nyeri yang
mempunyai efek samping.
dipelayanan
bahan
informasi
bagi
peneliti-peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompres Hangat
2.1.1 Definisi Kompres Hangat
Mengompres dengan air hangat berarti memberikan rasa hangat pada
klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat
pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya (Poltekkes Kemenkes
Maluku, 2010).
2.1.2 Tujuan
Menurut Poltekkes, 2010 tujuan dari kompres hangat adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b. Prosedur kerja
1. Berikan penjelasan kepada klien tentang prosedur
yang akan dilakukan.
2. Bawa alat kedekat klien.
3. Jaga privasi klien.
4. Posisikan klien dengan nyaman.
5. Bebaskan area kompres.
6. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
7. Pasang pengalas atau perlak di bawah area yang
diberikan kompres.
8. Buka balutan perban (jika diperban) dan buang bekas
balutan kedalam bengkok kososng.
9. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari baki
steril dan masukkan kedalam kom berisi cairan hangat
untuk mengompres.
10. Ambil dengan pinset lainnya untuk memegang atau
memeras kasa kompres hangat dan kom kompres
hangat
lembab.
dan
bersihkan
alat-alat
dipergunakan kembali.
17. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
18. Dokumentasikan tindakan.
untu
dapat
perifer yang bebas dan tidak bermielin atau hanya memiliki sedikit
mielin. Reseptor ini tersebar di kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantung empedu. Reseptor
nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis, termal, listrik,
atau kimiawi (misalnya histamin, bradikinin, dan prostaglandin).
Proses fisiologis yang terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses ini
terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1.
Transduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan pemicu pelepasan
mediator biokomia (misalnya hi histamin, bradikinin, prostaglandin
dan substansi P). Mediator ini kemudian mensensitisasi nosiseptor.
2.
Transmisi
Tahap transmisi terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Stimulasi yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berupa
impuls nyeri dari serabut saraf perifer ke medula spinalis.
Jenis nosiseptor yang terlibat dalam transmisi ini ada dua
jenis, yaitu serabut C dan serabut A-delta. Serabut C
mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, sedangkan
serabut A-delta mentransmisikan nyeri yang tajam dan
terlokalisasi.
b. Nyeri ditransmisikan dari medua spinalis ke batang otak dan
talamus melalui jalur spinotalamikus (spinothalamic tract atau
Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi
nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan
timbulnya berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi
komponen sensorik dan afektif nyeri.
4.
dorsalis
memungkinkan
atau
menghalangi
penghantaran
rangsangan nyeri.
2.2.3.4 Teori Transmisi Dan Inhibisi
Stimulus
yang
mengenai
nosiseptor
memulai
transmisi
Nyeri perifer
Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Nyeri superfisial : rasa nyeri muncul akibat rangsangan pada
kulit dan mukosa.
2. Nyeri viseral : rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada
reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, dan toraks.
3. Nyeri alih : rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
2.2.5.1.2
Nyeri sentral
Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat
rangsangan pada medula spinalis, batang otak, dan
talamus.
2.2.5.1.3
Nyeri Psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya
jenis-jenis
nyeri
yang
telah
disebutkan
Nyeri somati
Nyeri yang berasal dari tendon, tulang, saraf, dan pembuluh
darah.
2.
Nyeri menjalar
Nyeri yang terasa di bagian tubuh yang lain, umumnya di
sebabkan oleh kerusakan atau cedera pada organ viseral.
3.
Nyeri neurologis
Bentuk nyeri tajam yang disebabkan oleh spasme di
sepanjang atau di beberapa jalur saraf.
4.
Nyeri phantom
Nyeri yang di rasakan pada bagiann tubuh yang hilang,
misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya sudah di
amputasi.
Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang. Umunya nyeri ini
yang berlangsung tidak lebih dari enam bulan.
Penyebab dan lokasi nyeri biasanya sudah diketahui.
Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot
dan kecemasan.
2.2.5.2.2
Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung dan
berkepanjangan, berulang atau menetap selama lebih
dari enam bulan. Sumber nyeri dapat diketahui atau
tidak. Umumnya nyeri ini tidak dapat disembuhkan.
Nyeri kronis dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
antara lain nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan
nyeri psikosomatis.
Nyeri akut
Suatu kejadian
Sumber
Faktor
eksternal
Serangan
Nyeri kronis
Suatu situasi,
status
eksistensi nyeri
atau Tidak diketahui
Bisa mendadak atau
bertahap, tersembunyi
Durasi
Sampai 6 bulan
Pernyataan nyeri
Daerah
nyeri
Enam
bulan
lebih
sampai bertahun-tahun
umunya Daerah nyeri sulit
dibedakan
intensitasnya
daerah
nyeri
dengan
yang
tidak
sehingga
sulit
dievaluasi.
Pola respons yang khas Pola respons bervariasi
Gejala klinis
Perjalanan
gejala Gejala
berkurang
beberapa waktu
prognosis
Baik
dan
hilangkan
berlangsung
mudah
yang
tetap
atau
bervariasi
di Penyembuhan
total
= tidak nyeri
(dari
0-5)
yang
menurutnya
paling
menggambarkan
= tidak nyeri
= nyeri ringan
= nyeri sedang
= nyeri hebat
2.3.3 Etiologi
Penyebab artritis rheumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
dengan
esterogen
eksternal
tidak
pernah
menghasilkan
perbaikan
bahwa patogenesis
artritis
yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD + bersama dengan
determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut
membentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan
bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofag
poliferasi sel tersebut. Poliferasi sel CD + ini akan berlangsung terus selama
telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gammainterferon, tumor necrosis factor
(TNF-
), interleukin-3 (IL-3),
interleukin-4 (IL-4), granulocyte macrophage colony stimulating factor (GMCSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk
meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang poliferasi dan aktivasi
sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu
oleh IL-1, IL-2, IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan
akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas kedalam
ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem
5a
komplemen
yanga
kan
membebaskan
komponen-komplemen
5a
Komponen-komplemen C
dan
pembebasan
radikal
oksigen
bebas,
leukotrien,
menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat
menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Prostaglandin E
adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada
70-90% pasien AR. Faktor rheumatoid akan berikatan dengan kompelemen
atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut
terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi
mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai
enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen
yang paling destruktif dalam patogenesis artritis rheumatoid. Pannus
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang dan ini
dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada pada penderita.
Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau
disepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodulanodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodulanodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikulat : arhtritis rheumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
Jantung
Paru-paru
jantung.
Pleuritis dengan atau tanpa efusi
Mata
Sistem saraf
Peradangan paru-paru
Skleritis
Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom
terowongan karpal, neuropati saraf ulnaris,
paralysis peronealis, dan abnormalitas vertebra
Sistemik
servikal.
Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom felty
Sindrom sjogren (keratokonjungtivis sika)
Amiloidosis (jarang)
Definisi
Kekakuan pada pagi hari pada persendian
dan sekitarnya, sekurangnya selama 1
persendian
pertmbuhan
atau
lebih
tulang)
efusi
pada
(bukan
sekurang-
3. Arhtritis
persendian tangan
4. Arhtritis simetris
terjadi
5. Nodul rheumatoid
6. Faktor
seorang dokter.
rheumatoid Terdapatnya titer
serum
abnormal
faktor
7. Perubahan gambaran
diperiksa.
Perubahan gambaran radiologis yang
radiologis khas bagi arhtritis rheumatoid
pada
periksaan
sinar
tangan
dekalsifikasi
tulang
yang
timbul yang berlangsung antara 3 sampai 5 hari dan diselingi dengan masa
remisi sempurna sebelum bermanifestasi sebagai artritis rheumatoid yang
khas. Dalam keadaan ini artritis rheumatoid juga dapat bermanifestasi sebagai
paurciarticular rheumatism, yaitu gejala poliartritis yang melibatkan 4
persendian atau kurang. Kedua gambaran klinis sepertin ini seringkali
menyebabkan kesukaran dalam menegakkan diagnosis artritis rheumatoid
dalam masa dini (Nugroho, 2012).
2.3.7.1 Manivestasi Neurologis
Manivestasi neurologis sering terjadi pada penderita arhtritis
rheumatoid kronis dengan faktor rheimatoid positif. Sering terjadi
neuropati.
Neuropati
kompresi
atau
jepitan
terjadi
akibat
anastesi
umum.
Artritis
rheumatoid
juga
dapat
lebih lama, yang pada umumnya lebih lama, yang pada umumnya lebih
dari 1 jam.
Lamanya kaku pagi hari pada artritis rheumatoid agaknya
berhubungan dengan lamanya imobilisasi pada saat pasien sedang tidur
serta beratnya inflamasi. Gejala kaku pagi hari akan menghilang jika
remisi dapat tercapai. Faktor lain penyebab kaku pagi hari adalah
inflamasi akibat sinovitis. Inflamasi akan menyebabkan terjadinya
imobilisasi persendian yang jika berlangsung lama akan mengurang
pergerakan sendi baik secara aktif maupun secara pasif.
Otot dan tendon yang berdekatan dengan persendian yang
mengalami peradangan cenderung untuk mengalami spasme dan
pemendekan.. fenomena ini terutama jelas terlihat pada otot instrinsik
tangan yang berjalan sepanjang persendian metacarpophalangeal,
(MCP) dan otot poroneus anterior yang berjalan sepanjang persendian
talonavikularis pada arkus pedis.
Deformitas persendian pada artritis rheumatoid dapat tejadi
akibat beberapa mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya
sinovitis dan pembentukan pannus. Sinovitis akan menyebabkan
kerusakan rawan sendi dan erosi tulang periartikular sehingga
menyebabkan terbentuknya permukaan sendi yang tidak rata. Jika
kerusakan rawan sendi terjadi pada daerah yang luas dan imobilisasi
berlangsung lama, akan terjadi fusi tulang-tulang yang membentuk
persendian. Lebih jauh pannus yang menginvasi jaringan kolagen serta
Vertebra Servikalis
Walaupun ar jarang melibatkan segmen vertebralis
sendi
secara
menyeluruh.
Tenosinovitis
ligamen
transversum C
ondontoid C
stabilitas C
Gelang Bahu
Peradangan pada gelang bahu akan mengurangi
lingkup gerak sendi gelang bahu. Karena dalam aktivitas seharihari gerakan bahu tidak memerlukan lingkup gerak yang luas,
umumnya pada keadaan dini pasien tidak merasa terganggu
dengan keterbatasan tersebut. Walaupun demikian, tanpa latihan
pencegahan akan mudah terjadi kekakuan gelang bahu yang
berat yang disebut sebagai frozen shoulder syndrome (Nugroho,
2012).
2.3.7.2.3
Siku
Karena terletak superfisial, sinovitis artikulasio kubiti
penekanan
menimbulkan
gejala
pada
neuropati
nervus
ulnaris
tekanan.
sehingga
Gejala
ini
Tangan
Berlainan dengan persendian distal interphalangeal
akibat
penekanan
nervus
medianus
yang
menyebabkan
gejala
carpal
tunnel
syndrome.
Artritis
rheumatoid
dapat
pula
menyebabkan
Panggul
Karena sendi panggul terletak jauh didalam pelvis,
panggul
mungkin
hanya
dapat
terlihat
sebagai
Lutut
Penebalan sinovial dan efusi lutut pada umumnya
2.3.7.2.7
Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama pengguanaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifiying antirheumatoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis
rheumatoid (Nugroho, 2012).
2.3.9
Pemerikasaan Penunjang
dihentikan
secara
bertahap.
Dapat
diberikan
suntikan
merupakan
tindakan
untuk
mengembalikan
tingkat
salah
satu
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dalam
alasan yang
cukup kuat,
dapat dilakukan
pengobatan
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam penelitian adalah penyusunan
kerangka konseptual. Konsep adalah abstraksi dari suatu realita
agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori
yang
Variabel
dependen
Kompres Hangat
Penurunan Nyeri
Pada Artritis
Rheumatoid
Skema
diatas
menggambarkan
bahwa
penelitian
Variabel
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Format
0=Sebelu
Nomina
Independen : teknik
observas
Kompres
penurunan
dilakukan
Hangat
nyeri pada
kompres
artritis
1=Sesuda
rheumatoi
dilakukan
Merupakan Skala
kompres
0 :Tidak
.
1.
Definisi
Operasion
Variabel
Variabel
Dependen
al
Suatu
: suatu
intensita
Rheumatoid
autoimun
Numerik
sistemik
0-10
menahun
yang
proses
patologi
utamanya
nyeri
nyeri 10 : nyeri
barat
Rasio
terjadi
dicairan
sinovial.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka desain yang digunakan
adalah pre eksperimen one group pre-post test design yaitu
kelompok subjek yang diobservasi sebelum dilakukan intervensi,
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008).
Bentuk rancangan ini adalah :
Pretest
01 posttest
perlakuan
X
02
4.3 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat,
2007). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Total Sampling. Teknik penentuan sampel
dengan cara mengambil semua anggota populasi menjadi
sampel yaitu lansia di dusun V Desa Banjaran Kec. Biru-Biru
berjumlah 20 orang yang mengalami Artritis Rheumatoid (AR).
4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun V Desa Banjaran Kec.
Biru-Biru pada bulan Januari 2014.
4.5 Pertimbangan Etik
Kemudian
pneliti
melakukan
penelitian
dengan
consent,
saat
pengambilan
sampel
terlebih
persiapan
responden
sebagai
subjek
4. Melakukan
kompres
mengobservasi
secara
hangat
secara
langsung
langsung
kompres
dan
hangat
terhadap responden.
5. Memberikan format observasi pengkajian skala nyeri
numerik sesudah kompres hangat.
4.8 Analisa Data
Pengolahan data sampel dalam pnelitian ini dilakukan dengan
menggunkan
uji
T-test.
Dan
pengolahan
statistiknya
menggunakan Komputrisasi.
Analisa data dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
kompres
air
hangat
terhadap
penurunan
nyeri
artritis
BAB V
HASIL PENELITIAN
1
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Januari 17 Januari 2014 Di Desa
Frekuensi
17
3
20
Persentase (%)
85%
15%
100%
Umur
60-70 tahun
71-80 tahun
Jumlah
Frekuensi
14
6
20
Persentase (%)
70%
30%
100%
Tingkat nyeri
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Frekuensi
1
5
7
5
2
20
Persentase (%)
5%
25%
35%
25%
10%
100%
2 Analisis Bivariat
1
Mean
SD
Nyeri
Sebelum
5.10
1.071
Hasil Ukur
Skala Nyeri
3-7
95% CI
4.60-5.60
SD
Sesudah
kompres
1.146
3.05
Tingkat Nyeri
Rematik
Sebelum dilakukan
kompres hangat
Sesudah dilakukan
kompres hangat
Mean
SD
SE
5.10
1.071
.240
3.05
1.146
Sig
(2-tailed)
0.000
20
.256
sesudah dilakukan kompres hangat didapat nilai rata-rata lebih rendah yaitu 0.20,
dengan standar deviasi 0.410. Berdasarkan uji statistik T test dependen didapatkan
nilai signifikan 0.000 dengan taraf kepercayaan ( < 0.05). Berdasarkan hasil
penelitian (Mery Fanada, Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala
Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna
Werdha Teratai Palembang Tahun 2012, diakses tanggal 08 agustus 2013).
Hal ini juga didukung oleh teori yaitu keefektifan agen termal untuk
mengatasi nyeri sendi artritis rheumatoid pada lansia yang telah dibuktikan oleh
Barr 1993.
Tindakan nonfarmakologis untuk penderita nyeri artritis rheumatoid
diantaranya adalah kompres, baik itu kompres dingin dankompres hangat.
Kompres dingin dan kompres hangat dapat menghilangkan nyeri. ( Potter, 2005)
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan
pasien artritis rheumatoid dengan cara mengurangi rasa nyeri, mencegah
terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi, mencegah terjadinya atrofi dan
kelemahan otot, mencegah terjadinya deformitas, meningkatkan rasa nyaman dan
kepercayaan diri, mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung
kepada orang lain. Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan
modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa
nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan artritis
rheumatoid telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang
tidak terpisahkan dalam penatalaksanaan artritis rheumatoid (Nugroho, 2012).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian kompres air hangat terhadap penurunan nyeri artritis
rheumatoid pada lansia Di Desa Banjaran Dusun V Wilayah kerja Puskesmas
Biru-Biru Kec. Biru-Biru pada tahun 2014 yang dilakukan pada 20 orang
responden penelitian ini didapatkan t-tabel > t-hitung dengan nilai taraf
kepercayaan 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini
diterima.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat disampaikan
yaitu :
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat khususnya yang menderita artritis rheumatoid
dapat meningkatkan pengetahuan tentang terapi nonfarmakologi seperti kompres
dan manfaatnya terhadap penurunan nyeri artritis rheumatoid sehingga dapat
melakukan kompres hangat untuk terapi sebelum mengkonsumsi obat-obat anti
nyeri yang mempunyai efek samping.
2. Pelayanan Keperawatan
\
informasi yang jelas kepada masyarakat tentang kompres hangat dan manfaatnya,
DAFTAR PUSTAKA
M.
Sopiyudin.
2010.
Besar
Sampel
Dan
Cara
Barbara,
Dkk.
2010.
Buku
Ajar
Fundamental
2008.
Konsep
Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta
Salemba
Medika.
Riyanto,
Agus.
2010.
Pengolahan
Dan
Analisis
Data
penelitian
tentang
Pengaruh
Kompres
Hangat
ini
merupakan
salah
satu
kegiatan
untuk
tersebut
diharapkan
dapat
berpartisipasi
daam
lembar
persetujuan
ini.
Partisipasi
para
Delitua,
Januari
2014
Peneliti
Responden
(Efnira Samosir)
diharapkan
bersedia
:
:
:
mengisi
jawaban
dari
B. Data
Observasi
Kompres
Hangat
Untuk
Meneliti
Terhadap
Pengaruh
Penurunan
Nyeri
C. Data
Observasi
Kompres
Hangat
Untuk
Meneliti
Terhadap
Pengaruh
Penurunan
Nyeri
LEMBAR OBSERVASI
No
Nama
Umur
respond respond respond
en
en
en
Jenis
kelam
in
Skala
nyeri
sebelu
m
dikompr
es
Skala
nyeri
sesudah
dikompr
es
keteran
gan
Nama
: Efnira Samosir
NPM
Pembimbing
Judul
No
1.
Saran
Revisi
3.
08 Oktober
Pengajuan judul
ACC
4.
31 Oktober
2013
Revisi
5.
21 November
2013
ACC/Revisi
6.
03 Desember
2013
Revisi
7.
04 Desember
2013
ACC
8.
08 Januari
2014
Sidang Proposal
08 Februari
2014
10. 19 Februari
2014
ACC Penelitian
11. 22 Februari
2014
ACC/Sidang
skripsi
2.
9.
Revisi
Revisi
Paraf
12. 25 Februari
2014
Sidang Skripsi
Revisi V, VI
13.
14.
15.
Delitua,
/2014
Pembimbing