You are on page 1of 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PKMRS
MARET 2014

MUMPS

DISUSUN OLEH: Siti Sarah Binti Azlan


C111 10 843
PEMBIMBING : dr. Safiuddin Rachman
SUPERVISOR: dr. Hj. Martira Maddepunggeng, Sp.A (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

DAFTAR ISI

Sampul.i
Halaman Pengesahan......ii
Daftar Isi....iii
Bab I. Pendahuluan.........3
Bab II. Tinjauan Pustaka
Definisi...........................................................................................4
Etiologi...................................................................................4
Epidemiologi......................................................................................4
Patofisiologi...................................................................................5
Gejala Klinis..................................................................................6
Diagnosis.......................................................................................8
Penatalaksanaan........................................................................... 9
Komplikasi....................................................................................10
Pencegahan...11
Bab III. Kesimpulan.........13
Daftar Pustaka......14

BAB 1
PENDAHULUAN
Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus akut yang menular yang
menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur
terutama kelenjar parotis disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus.Virus ini
ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena
bersentuhan langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita. Parotitis
merupakan penyakit sistemik pada anak yang sampai saat ini masih sering dijumpai. Umumnya
penderita mumps adalah anak-anak usia 5 sampai 15 tahun.
Mumps merupakan salah satu virus penyebab parotitis yang tersering. Menurut sejarah,
mumps adalah penyebab sakit tersering pada anak kecil, terutama pada musim dingin dan musim
bunga. Deteksi secara dini penyakit ini sangat penting supaya dapat direncanakan suatu
pendekatan untuk mencegah penyebaran transmisi mumps dalam komuniti.
. Gejala yang paling umum apabila seseorang terinfeksi mumps virus adalah
pembengkakan pada kelenjar parotid, panas tinggi, dan sakit pada saat menelan. Perawatan dapat
dilakukan dengan cara memberi Paracetamol atau Acetaminophen pada anak yang menderita
gejala demam. Penyakit beguk atau mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Nama
imunisasi untuk mencegah infeksi mumps virus adalah MMR (Measles, Mumps, dan Rubella).
Sejak vaksinasi mumps dikeluarkan pada tahun 1967 dan imunisasi rutin direkomendasikan pada
1977, insidens mumps telah berkurang dengan sangat rendah di U.S. Walaupun vaksinasi adalah
strategi terbaik dalam membendung penularan infeksi mumps, vaksin itu sendiri tidaklah terlalu
efektif. Pernah terjadi outbreak dalam kasus mumps walaupun telah diberikan vaksin mumps.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

DEFINISI
Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus akut yang menular
yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada
kelenjar liur terutama kelenjar parotis disertai nyeri.

2.2

ETIOLOGI
Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Mumps virus adalah ssRNA virus yang
termasuk dalam genus Rubulavirus. Virus ini merupakan virus yang memiliki amplop dan
pada sepanjang permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai pakupaku yang besar. Mumps virus diklasifikasikan dengan Group : V (-) ssRNA, Ordo :
Mononegavirales, Famili : Paramyxoviridae, Genus : Rubulavirus dan Spesies : Mumps
Virus. Virus Mumps merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/
kapsid. Kapsid ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000
nm. Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku
yang besar. Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18 nm.

2.3

EPIDEMIOLOGI
Insidens penyakit parotitis telah jauh menurun dibandingkan denganperiode
sebelum tahun 1967. Di Amerika Serikat data yang dilaporkan oleh CDC (Centre of
Disease Control) yang terakhir, hanya menyebutkan 1692 kasus pada tahun 1993. Di RS.
4

Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita parotitis yang berobat di unit rawat jalan
sejak tahun 1994 - 1998 adalah sebanyak 61 kasus, sedangkan data Survai Rumah Tangga
1966 tidak menyertakan parotitis sebagai penyakit yang diteliti. Virus ini mudah menular
melalui kontak langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring. Populasi
padat, sekolah, asrama. Pada populasi endemik 85% kasus terjadi pada anak < 15 tahun,
biasanya 5 10 thn. Dikirakan sampai 40% kasus subklinis maka sulit mencari kasus
sumber/indeks. Dengan imunisasi yang baik, mumps sekarang adalah sangat jarang
ditemukan terutama di negara-negara berkembang.

2.4

PATOLOGI
Penularan penyakit ini melalui kontak lansung dengan penderita seperti
bersentuhan dengan air seni atau cairan ludah penderita atau melalui udara apabila
penderita bersin ataupun batuk. Virus masuk ke tubuh melalui hidung/ mulut; proliferasi
terjadi di parotitis atau epitel traktus repiratorius hingga menyebabkan viremi.
Selanjutnya, virus berdiam di jaringan kelenjar/ saraf, yang paling sering terkena ialah
kelenjar parotis. Pada kelenjar parotis terutama pada saluran ludah terdapat kelainan
berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Bila testis terkena
infeksi maka terdapat pendarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada
pancreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.pada fase akut, virus
mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor.

2.5 GEJALA KLINIS


Masa tunas adalah 14-24 hari. Dimulai dengan stadium prodormal, lamanya 1-2
hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh
biasanya mulai naik sampai 38.5 39.5 C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar
parotis

yang

mula-mula

unilateral

tetapi

kemudian

dapat

menjadi

bilateral.

Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan lebih-lebih lagi
bila penderita makan dan minum sesuatu yang asam. Di daerah parotis, kulit tampak
berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, kadang disertai trismus dan disfagia.
Gejala dan tanda:

Nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur, disertai bengkak
Demam ringan, nyeri pada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala
Nafsu makan berkurang, merasa tidak enak badan
6

Puncak bengkak pada 1-3 hari, dan berakhir pada 3-7 hari
Sudut mandibula tidak jelas
Posisi daun telinga meningkat
Makanan dengan rasa asam menyebabkan rasa nyeri pada kelenjar liur

Gejala lain yang mungkin ditemukan:

nyeri testis
benjolan di testis
pembengkakan skrotum (kantung zakar).

Gambar 1: virus mumps sering menyerang kelenjar liur

Gambar 2: pembengkakan pada leher sama ada unilateral maupun bilateral

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis mumps dapat ditegakkan berdasarkan riwayat terpapar dengan penderita
infeksi mumps, masa inkubasi, dan pemeriksaan fisis yang ditemukan;
a)

Anamnesis
Dari keterangan klinis, didapatkan adanya kontak dengan penderita mumps 2-3
minggu sebelumnya (masa inkubasi 12-25 hari). Didapatkan keluhan utama yaitu
demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan
nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa
nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atau
minum sesuatu yang asam.
b)

Pemeriksaan fisis
Temuan utama yang klasik khas menunjukkan adanya pembengkakan di daerah
temporomandibuler (antara telinga dan rahang), panas ringan sampai tinggi (38,5
39,5)C, nyeri tekan di daerah parotis unilateral maupun bilateral disertai
pembesaran, keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit berat.

c)

Laboratorium
Kadar amilase dalam serum mencapai puncaknya dalam 1 minggu dan kemudian
menjadi normal kembali dalam 2 minggu, leukopenia dengan limfositosis relative,
isolasi virus (kultur sel virus) dari sekret traktus respiratorius bagian atas, CSF,
dan urin, deteksi antigen virus dengan pemeriksaan imunofluoresens, identifikasi
asam nukleat virus dengan PCR. Pada pemeriksaan serologis, didapatkan kadar
IgM yang meningkat pada fase dimana infeksi baru terjadi dan peningkatan IgG
diantara fase akut dan konvalesen. Deteksi virus atau antibodi terhadap virus
8

parotitis diperoleh melalui sediaan air seni, saliva, atau cairan serebrospinal.
Metode terbaru dengan pemeriksaan antibodi fluoresen tidak Iangsung (indirect
fluorescent antibody) dapat mengukur IgM.

2.7 PENGOBATAN DAN TATALAKSANA


Istirahatkan penderita selama masih demam dan pembengkakan kelenjar parotis
masih ada. Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan makanan
lunak dan hindari minuman asam karena dapat menimbulkan nyeri. Daerah pipi/ leher
bisa juga dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin. Obat pereda nyeri
(misalnya asetaminofen dan ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala dan
tidak enak badan.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya
sindroma Reye. Kortikosteroid diberikan selama 2-4 hari dan globulin gama dipikirkan
apabila terdapat orkitis. Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani
tirah baring. Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu. Jika terjadi mual
dan muntah akibat pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.
2.8

KOMPLIKASI
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,
tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Komplikasi bisa
terjadi pada organ selain kelenjar liur, terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Komplikasi bisa terjadi sebelum, selama maupun sesudah kelenjar liur membengkak;
atau terjadi tanpa disertai pembengkakan kelenjar liur.

a) Orkitis: peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
sehingga terjadi kemandulan.
b) Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
c) Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa
sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang.
d) 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1
diantara 400- 6000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami
kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot
wajah.
e) Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
f) Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental
g)

dalam jumlah yang banyak.


Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

2.9 PENCEGAHAN MUMPS


Pencegahan terhadap mumps dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
Cara ini merupakan pendekatan terbaik untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas akibat gondong.
a) Pasif : antibodi yang didapatkan dari ibu melalui plasenta dapat melindungi bayi dari
parotitis epidemika. Maka dari itu, jarang ditemukan gondong pada bayi kurang dari 6
bulan.

10

b) Aktif : dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis hidup yang
dilemahkan (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak
berumur 15 bulan.Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain serta tidak
mengekskresi virus dan tidak menular terhadap kelompok yang rentan. Jarang
ditemukan parotis yang dapat berkembang selama 7-10 hari sesudah vaksinasi.

Vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Vaksin gondongan biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella
(MMR), yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas. Imunisasi dapat melindungi
diri dari kemungkinan terjangkit parotitis. American Academy of Pediatric menganjurkan
pemberian vaksinasi sesudah berumur 12 bulan, pada saat kemungkinan antibodi maternal sudah
habis dan efek samping vaksinasi lebih ringan. Namun diketahui bahwa anak yang belum
terimunisasi dapat tidak terjangkit karena telah memiliki kekebalan alamiah karena virus ini
sangat menular.
Vaksinasi telah menjadi satu dari cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi
mumps. Rekomendasi terkini untuk vaksinasi rutin bagi anak adalah pada dosis pertama MMR
diberikan pada umur 12-15 bulan dan dosis kedua semasa di sekolah yaitu umur 4-6 tahun. 2
dosis vaksin MMR juga direkomendasikan untuk orang dewasa dengan faktor resiko tinggi
seperti mahasiswa, pengunjung asing ataupun pekerja kesehatan yang dilahirkan setelah tahun
1957.

Vaksin MMR melindungi anak dari semua tiga penyakit dan diberikan pada umur
12 bulan. Dosis kedua menggunakan vaksin MMRV diberikan pada umur 18 bulan juga
untuk melindungi anak dari cacar air. MMR diberikan pada umur empat tahun kepada
anak yang tidak menerima vaksin MMR kedua pada umur 18 bulan. Dosis MMR untuk
11

umur empat tahun berakhir dalam bulan Desember 2015. Semua orang yang lahir dalam
atau sesudah 1966 supaya mengecek status imunisasi mereka untuk memastikan mereka
sudah menerima dua dosis vaksin yang mengandung campak. Jika orang dalam golongan
umur ini tidak memiliki dokumentasi (baik tertulis atau secara tes darah yang
menunjukkan imunitas) dua vaksin yang mengandung campak, mereka supaya
divaksinasi. Wanita usia subur, terutama mereka yang mempertimbangkan kehamilan,
supaya mengunjungi dokter mereka dan mendapatkan tes darah untuk rubella. Tes darah
ini akan menunjukkan apakah imunisasi MMR satu lagi diperlukan, tes darah lebih lanjut
perlu dilakukan sesudah imunisasi untuk memastikan bahwa vaksin tadi telah
memberikan perlindungan.
BAB III
KESIMPULAN
Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus akut yang menular
yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar
liur terutama kelenjar parotis disertai nyeri dan demam. Diagnosis mumps ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapati
keluhan nyeri saat menelan. Pada pemeriksaan fisis didapati nyeri tekan pada daerah parotis,
pembengkakan kelenjar parotis. Pada pemeriksaan laboratorium didapati kadar amilase yang
meningkat, leukopenia dengan limfositosis relatif, dan lain-lain. Parotitis merupakan penyakit
yang bersifat self-limited disease berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus mumps. Oleh karena itu, pengobatan parotitis bersifat simptomatis dan
suportif. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan secara aktif dengan pemberian vaksin MMR
atau secara pasif dengan penyuntikan zat kekebalan yaitu gama globulin. Komplikasi bisa terjadi

12

satu minggu setelah gejala penyakit ini muncul. Meningitis, orchitis, pankreasitis, oophoritis, dan
keguguran merupakan komplikasi dari mumps.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Galazka AM, Robertson SE, Kraigher A. Mumps and mumps vaccine: a global review.
World Health Organization. 1999;11:1-12
2. Quinlisk P. Mumps Control Today. The Journal of Infectious Diseases. 2010:667-74.
3. RI Depkes. Mumps (Parotitis Epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta.2007:158
4. National Immmunisation Advisory Committee. Measles, Mumps and Rubella: Frequently
Asked Questions.2002:1-6
5. Immunization Handbook 2011. Mumps. 2011:225-229
6. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Fakultas Kedokteran Indonesia. 1985: 629-632.
7. Kliegman.R.M., Behrman.R.E., Jenson.H.B.& Stanton.B.F. Nelson Textbook of
Pediatrics, 18th ed. Saunders. 2007.

14

You might also like