You are on page 1of 17

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Ristiandani Riana P
: B1J013173
: III
:1
: Anisa Rahmawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2015
I.

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang
Ginjal

sebagai

organ

ekskresi

utama

pada

hewan

Vertebrata berperan penting dalam beberapa proses seperti


filtrasi (sekresi), ekskresi, absorbsi dan menghasilkan hormon
untuk mengatur tekanan darah, selain itu juga berperan sebagai
pengatur air, asam-basa serta mempunyai autoregulasi (Ganong,
2003).

Ginjal manusia berbentuk seperti biji kacang merah

yang memiliki panjang sekitar 10 cm, berat kurang lebih 170


gram dan terletak di dalam rongga perut. Ginjal berjumlah 2
buah dan berwarna keunguan. Ginjal bagian kiri terletak lebih
tinggi daripada ginjal bagian kanan. Ginjal merupakan alat
pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk air seni (urin). Urin
mengandung air, urea dan garam mineral.
Ekskresi

merupakan

proses

pengeluaran

sisa-sisa

metabolisme dari dalam tubuh yang sudah tidak diperlukan lagi


oleh tubuh. Beberapa zat sisa metabolisme yang bersifat toksik
(racun) bagi tubuh antara lain limbah nitrogen. Nitrogen ini
dihasilkan ketika makanan dirombak menjadi energi. Produk
nitrogen itu adalah amonia yang bersifat sangat toksik. Beberapa
hewan mengubah amonia menjadi urea atau asam urat yang
kurang toksik terlebih dahulu sebelum dikeluarkan dari tubuh
(Dahelmi, 1991).
Sistem Urinaria terdiri dari organ yang memproduksi urin
dan mengeluarkan urin dari tubuh. Sistem ini merupakan salah
satu sistem utama untuk mempetahankan hemoistasis tubuh
(kekonstanan

lingkungan

mempertahankan

internal)

komposisi

cairan

(Baron,

1995).

Ginjal

ekstraseluler

yang

menunjang fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk

mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per


satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus, untuk zat yang
tidak

disekresi

oleh

tubulus,

pengaturan

volumenya

berhubungan dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat


yang larut dalam filtrasi glomerulus dapat direabsorpsi atau
disekresi oleh tubulus. Laju filtrasi glomerulus telah diterima
secara luas sebagai indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal.
Pengukuran LFG merupakan hal yang penting dalam pengelolaan
pasien dengan penyakit ginjal, selain untuk menilai fungsi ginjal
secara umum, banyak kegunaan penting pengukuran LFG,
seperti untuk mengetahui dosis obat yang tepat yang dapat
dibersihkan oleh ginjal (Rismawati dan Afrida, 2012).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah menganalisis senyawa yang
dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II.

MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi
Alat dan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung
reaksi, kertas filter Wathman, rak tabung, corong gelas, pipet tetes,
gelas ukur dan pemanas air.
Bahan yang digunakan adalah akuades, larutan biuret, larutan
benedict, larutan lugol, larutan protein 10%, larutan glukosa 10% dan
larutan amilum 10%.

2.2 Cara Kerja


1. Dimasukkan 1 mL larutan uji seperti protein, glukosa, amilum
dan akuades kedalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.
2. Diberi label setiap tabung reaksi sesuai dengan isi larutan uji.
3. Ditambahkan 1 mL larutan biuret kedalam tabung reaksi berisi
larutan protein. Diamati perubahan warna yang terjadi.
4. Ditambahkan 1 mL larutan benedicts kedalam tabung reaksi
berisi larutan glukosa, dididihkan selama 5 menit (100 C).
Diamati perubahan warna yang terjadi.
5. Ditambahkan 1 tetes larutan lugol kedalam tabung reaksi berisi
larutan amilum. Diamati perubahan warna yang terjadi.
6. Ditambahkan 1 mL larutan biuret kedalam tabung reaksi berisi
akuades. Diamati perubahan warna yang terjadi.
7. Dimasukkan 2 mL larutan uji seperti protein, glukosa, amilum
dan akuades kedalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.
8. Dipersiapkan kertas whatmann dan ditaruh di atas corong gelas
dan tabung erlenmeyer.

9. Keempat larutan uji lalu difilter pada keempat tabung reaksi


menggunakan corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter,
untuk larutan glukosa dididihkan selama 5 menit (100 C).
10.
Dibandingkan perubahan warna yang terjadi dengan yang
ditambahkan 1 mL larutan uji.

III.
3.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 3.1. Data Percobaan Uji Filtrasi Menggunakan Kertas


Saring
No.

Larutan

Intensitas warna

Intensitas warna

1
2

Protein + biuret
Glukosa +

sebelum filtrasi
+++
+++

setelah filtrasi
++
++

3
4

benedict
Amilum + lugol
Akuades + biuret

+++
+++

++
+++

Keterangan :
: tidak ada perubahan
+
: intensitas warna lemah
++
: intensitas warna sedang
+++
: intensitas warna kuat
Foto hasil percobaan

Gambar 3.1. Protein kontrol (kiri), Protein uji (kanan)

Gambar 3.2. Amilum Kontrol (kiri), Amilum uji (kanan)

Gambar 3.3. Glukosa kontrol (kiri), Glukosa uji (kanan)

Gambar 3.4. Akuades kontrol (kiri), Akuades uji (kanan)

3.2

Pembahasan
Berdasarkan data praktikum didapatkan hasil bahwa protein

yang

ditambahkan

dengan

biuret

sebelum

filtrasi

dengan

sesudah filtrasi terdapat perubahan warna dari ungu dengan


intensitas warna yang kuat berkurang intensitas warnanya.
Menurut pernyataan Guyton (2005), protein dapat disaring atau
difilter,

kemudian

hasil

metabolisme

protein

berupa

urea

dikeluarkan melalui urin. Glukosa yang ditambahkan dengan


larutan benedict sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi terdapat
perubahan warna dari intesnsitas warna yang kuat berkurang
intensitas warnanya. Amilum yang ditambahkan dengan lugol
mengalami perubahan warna yang intensitas warnanya kuat
menjadi berkurang. Menurut Sherwood (2006), menyatakan
bahwa glukosa tersaring dan dipertahankan keberadaannya
dalam tubuh dengan reabsorpsi glukosa yang bergantung pada
pompa Na ATP-ase, karena molekul Na tersebut berfungsi untuk
mengangkut
dengan

glukosa

menggunakan

menembus
energi.

membran

Akuades

kapiler

yang

tubulus

ditambahkan

dengan biuret sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi tidak


terdapat perubahan warna. Menurut Sherwood (2006), yang
menyatakan bahwa akuades tidak difilter, sehingga diloloskan
ketika melewati ginjal.

Organ ekskresi utama hewan vertebrata termasuk mamalia


adalah ginjal. Ginjal mamalia umumnya berjumlah sepasang.
Pada ginjal mamalia terdapat unit-unit yang disebut nefron
dengan fungsi filtrasi. Ginjal memiliki fungsi memfilter darah
mamalia agar selalu bersih dari limbah metabolisme yang terjadi
di dalam tubuh. Ginjal mamalia umumnya memfilter darah
sebanyak 25% dari output jantung. Sehingga banyak cairan
darah yang harus dibersihkan setiap harinya. Namun demikian
urin yang dihasilkan ginjal umumnya hanya 1% dari seluruh
cairan yang difilter oleh ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi
dalam vertebrata yang merupakan sebagian dari sistem urin,
berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Unit
fungsional

terkecil

dari

ginjal

adalah

nefron.

Tiap

ginjal

mengandung 1,3 juta nefron. Masing-masing nefron terbentuk


atas 2 bagian, yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler
berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus
yang

berfungsi

untuk

mengalirkan

cairan

ultrafiltrat

dari

glomerulus (Kusnandar, 2006).


Nefron ginjal yang tersusun oleh glomerulus dan tubulus
ginjal menerima pasokan darah dari arteri renal. Glomerulus
adalah

bagian

nefron

ginjal

untuk

tempat

filtrasi

darah,

sedangkan tubulus ginjal berfungsi untuk penyerapan kembali


senyawa yang masih berguna bagi tubuh. Glomerulus dalam
fungsinya

sebagai

tempat

filtrasi

memiliki

barier

yang

memungkinkan senyawa-senyawa tertentu melewatinya dan


mencegah senyawa lain melewatinya.Filtrasi mengacu kepada
aliran deras plasma menembus kapiler glomerulus masuk ke
ruang intestinum yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang
disebut sebagai ruang Bowman. Di glomerulus, sekitar 20 %
plasma secara terus-menerus disaring ke dalam ruang Bowman.
Komposisi filtrat ini sama dengan komposisi plasma, yang

berbeda adalah molekul protein biasanya tidak disaring. Filtrat


awal berdifusi menembus ruang Bowman dan menuju pangkal
bagian tubulus, yaitu kapsula Bowman, untuk selanjutnya
melanjutkan perjalanannya melewati bagian tubulus yang lain
(Kusnandar, 2006).
Percobaan filtrasi ginjal yang dilakukan merupakan miniatur
dari kerja ginjal di dalam tubuh. Larutan glukosa, protein,
amilum,

dan

akuades

yang

di

tuang

ke

tabung

reaksi

dianalogikan sebagai senyawa atau zatzat yang terdapat di


dalam tubuh dan kertas saring dianalogikan sebagai ginjal yang
melakukan filtrasi, perbedaan warna yang terjadi ketika larutan
filtrat dibandingkan dengan larutan kontrol merupakan bukti
bahwa larutan tersebut mengalami penyaringan atau filtrasi
sehingga kandungan zat yang terdapat pada larutan tersebut
berkurang pada larutan hasil filtrat, hal tersebut dapat dilihat
dari warna larutan filtrat yang lebih pudar dibandingkan larutan
kontrol. Pembentukan urin terjadi di dalam ginjal. Pembentukan
urin yang terjadi ini melalui serangkaian proses yaitu filtrasi,
reabsorbsi,

dan

augmentasi.

Proses

filtrasi

dilakukan

oleh

glomerulus untuk menyaring darah. Sel-sel darah, trombosit dan


sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut
dikeluarkan. Hasil filtrasi tersebut adalah urin primer. Urin primer
yang berada dalam keadaan normal tidak mengandung eritrosit
tetapi mengandung protein yang krang dari 0,03%, glukosa,
garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. Urin primer
tersebut

kemudian

mengalami

proses

reabsorbsi

untuk

penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh


sehingga terbentuklah urin primer yang tidak lagi mengandung
zatzat yang dibutuhkan tubuh (Biggs, 1999).
Cara kerja ginjal sebagai alat ekskresi adalah dengan
menyaring darah sehingga zat-zat sisa yang terdapat didalam
darah

dapat

dikeluarkan

dalam

bentuk

air

seni

(urine).

Penyaringan

darah

hingga

bentuk

urin

meliputi

tahap

(Syaifuddin, 1997) :
a. Penyaringan (Filtrasi)
Darah yang banyak mengandung zat sisa metabolisme
masuk dalam ginjal melalui pembuluh arteri ginjal (arteri renalis).
Cairan tubuh keluar dari pembuluh arteri dan masuk kedalam
badan malphigi. Membran glomerulus dan kapsul Bowman
bersifat permiabel terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil
sehingga dapat menyaring moleku-molekul besar. Hasil saringan
(filtrat) dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat
glomerulus atau primer. Dalam urin primer masih terdapat air,
glukosa, asam amino dan garam mineral.
b. Penyerapan kembali (Reabsorpsi)
Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal. Hampir
semua gula, vitamin, asam amino, ion dan air diserap kembali.
Zat-zat yang masih berguna tadi dimasukan kembali kedalam
pembuluh darah yang terdapat disekitar tubulus. Hasil reabsorpsi
berupa

filtrat

tubulus

atau

urin

sekunder.

Urin

sekunder

mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang


memberi warna dan bau pada urin.
c. Augmentasi
Ditubulus kontortus distal, beberapa zat sisa seperti asam
urat,

ion

hidrogen,

amonia,

kreatin

dan

beberapa

obat

ditambahkan kedalam urin sekunder sehingga tubuh terbebas


dari zat-zat berbahaya. Urin sekunder yang telah ditambahkan
dengan berbagai zat tersebut disebut urin. Kemudian, urin
disalurkan melalui tubulus kolektivus ke rongga ginjal. Dari
rongga ginjal, urin menuju ke kantung kemih melalui saluran
ginjal (ureter).Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar
terdiri atas (95%) air dan zat yang terlarut yaitu urea, asam urat,
dan amonia yang merupakan sisa-sisa perombakan protein,
bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat

warna empedu yang menyebabkan warna kuning pada urin dan


zat-zat yang berlebihan didalam darah seperti vitamin B, C, obatobatan dan hormon.
Uji Biuret merupakan salah satu uji protein, karena uji ini
dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida (Bradford, 1976).
Reagen Biuret mengandung tembaga (II) sulfat (CuSO4). Uji
Biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan
peptida

dalam

suasana

basa.

Warna

kompleks

ungu

menunjukkan adanya protein. Intensitas warna yang dihasilkan


merupakan ukuran jumlah ikatan peptida yang ada dalam
protein. Ion Cu2+ dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang
menyusun protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan
peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau
ikatan peptida. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk
membentuk kompleks warna. Reaksi pembentukan warna ini
dapat terjadi pada senyawa yang mengandung dua gugus
karbonil yang berikatan dengan nitrogen atau atom karbon
(Bradford, 1976).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan
glukosa sebagai salah satu gula pereduksi. Larutan benedict
mengandung ion-ion tembaga (II) yang dikompleks dalam larutan
basa. Untuk mengetahui adanya gula pereduksi, sampel yang
telah ditetesi reagen benedict dipanaskan dalam air selama 5
menit. Glukosa merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus

aldehid.

Pemanasan

yang

dilakukan

setelah

mencampurkan glukosa dengan reagen benedict berfungsi untuk


memicu gugus aldehid pada glukosa untuk mereduksi ion
tembaga (II) menjadi ion tembaga (I). Larutan benedict akan
berubah warna menjadi merah bata yang merupakan oksida
tembaga (I). Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan

sendirinya

teroksidasi

karboksilat

yang

menjadi

sesuai

sebuah

(Lehninger,

garam

1988).

dari

Akuades

asam
pada

percobaan ini berfungsi sebagai pembanding dengan larutan uji


yang lain setelah difiltrasi, karena akuades akan tetap lolos saat
filtrasi sehingga seharusnya tidak ada perubahan warna pada
akuades yang telah diberi reagen biuret, baik sebelum dan
sesudah difiltrasi (Thibodeau, 1999).
Selama proses filtrasi, bahan yang disaring adalah darah
dan hasilnya adalah urin primer yang masih mengandung air,
glukosa,

asam

amino,

urea,

ion

organik.

Selama

proses

reabsorpsi, bahan yang disaring kembali adalah urin primer dan


hasilnya adalah urin sekunder yang mengandung air, garam,
urea, pigmen empedu (Bradford, 1976).
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak dibelakang
dari kavum abdominalis dibelakang peritonium. Ginjal yang
merupakan salah satu bagian dari sistem eksresi sangat penting
bagi keberlangsungan kesehatan manusia. Ginjal adalah organ
penting dalam tubuh yang menjalankan fungsi penting dalam
tubuh sebagai alat filtrasi, yaitu mengeluarkan kelebihan garam,
air, dan asam (Oktaviana, 2012). Menurut Japaries (1995)
didalam ginjal inilah terjadi penyaringan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh seperti urea, kreatinin dan amonia. Air dapat
melewati saringan, sedangkan zat yang berguna bagi tubuh
seperti protein terutama dengan ukuran molekul besar tidak
dapat melewati saringan ini tetap dalam aliran darah. Fungsi
ginjal yaitu berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun. Mempertahankan suasana racun (keseimbangan
racun), mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa
dari cairan tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil
akhir dari

produksi

ureum,

kreatinin dan amoniak.

Ginjal

mempertahankan pH plasma darah dalam kisaran 7,4 melalui


pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya urine yang

dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalisis pada pH


8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses
homeostatis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan
penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi (Kartolo, 1990).
Ginjal

dapat

mengalami

gangguan

yang

dapat

menyebabkan masalah seperti gagalnya proses penyaringan


hingga ginjal tidak dapat menghasilkan urin. Berikut jenis-jenis
penyakit yang dapat menyerang ginjal (Campbell et al, 2004):
1 Albuminura
Albuminuria adalah penyakit yang terjadi akibat ginjal tidak
bisa melakukan proses penyaringan, khususnya penyaringan
protein. Karena protein (albumin) tidak disaring, maka protein
tersebut dapat keluar bersama urin. Menurut Gerstein et al,
(2001) penelitian di Baselin mengungkapkan kaitan antara
penderita

albuminuria

dan

diabetes

mellitus.

Data

yang

diperoleh adalah penderita albuminuria telah dideteksi pada


sekitar 1140 orang (32.6%) pada penderita diabetes mellitus
dan 823 (14.8%) pada bukan penderita diabetes melitus.
2 Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di
dalam rongga ginjal, saluran ginjal atau kantong kemih. Batu
ginjal ini berbentuk Kristal yang tidak dapat larut. Kandungan
batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal
kalsium oksalat.
3 Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang muncul karena
pancreas tidak mengahasilkan atau hanya menghasilkan sedikit
hormone

insulin

yang

mampu

merubah

glukosa

menjadi

glikogen sehingga mengurangi kadar gula dalam darah Diabetes


mellitus adalah penyakit metabolik ditandai dengan cacat pada
sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. Jumlah orang
diabetes meningkat karena penduduk pertumbuhan, penuaan,

urbanisasi dan meningkatnya prevalensi obesitas dan kurangnya


aktivitas fisik (Shima et al., 2011).
4 Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu keadaan
dimana ginjal secara bertahap dan progresif kehilangan fungsi
nefronnya. Penurunan fungsi ginjal ini bersifat kronis dan
irreversibel. PGK ditandai dengan adanya kerusakan ginjal, baik
struktur maupun fungsi yang berlangsung kronik, atau adanya
penurunan

laju

filtrasi

glomerulus

hingga

kurang

dari

60ml/menit/1,73m selama 3 bulan atau lebih. Penyakit ini perlu


mendapat perhatian mengingat fungsi ginjal yang sangat vital
bagi kelangsungan homeostasis tubuh. Maka untuk mengatasi
kelebihan produksi laktat, kondisi asidosis harus segera dikoreksi
dengan

beberapa

alternatif,

seperti

dengan

pemberian

bikarbonat intavena langsung maupun melalui HD.Maka dengan


HD, diharapkan akan membantu memperbaiki fungsi ginjal
meski

untuk

sementara

saja

yang

dibuktikan

dengan

meningkatnya laju filtrasi glomerulus (e-LFG) paska HD, serta


mengatasi kondisi asidosis akibat kegagalan fungsi ginjal (Tantri
et al .,2011).

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat


disimpulkan bahwa :
1 Filtrasi dikatakan sesuai dengan mekanisme dari kerja ginjal
yang sebenarnya karena larutan yang diuji mengendap di
kertas saring kecuali akuaes..
2 Senyawa yang tidak dapat melewati filter adalah glukosa,
protein dan amilum. Senyawa yang dapat melewati filter
adalah air.

DAFTAR REFERENSI

Biggs, A. 1999. Biology : The Dynamic of Life. USA: Merrill


Publishing Company.
Bradford, M.M. 1976. A rapid and sensitive method for the
quantitation of microgram quantities of protein utilizing the
principle of protein-dye binding.Analytical Biochemistry 72,
pp 248-254.

Campbell, 2004. Biologi Dasar edisi kelima jilid III. Jakarta :


Erlangga.
Dahelmi. Ms. 1991. Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.
Gerstein, H.C., Mann, Johannes F.E., Qilong Yi. Zinman, B.,
Dinnean, Sean F., Hoogwerf, B., Hall, J.P., Young, J.,
Rashkow, A., Joyce, C., Nawaz, S., Yusuf, S. 2001.
Albuminuria and Risk of Cardiovascular Events, Death, and
Heart Failure in Diabetic and Nondiabetic Individuals.
American Medical Association. Vol 286 (4).
Guyton.A.C, 2005. Textbook of Medical Physiology, Philadelpia:
Elsevier Saunders.
Japaries, Willie (1995). Penyakit Ginjal . Jakarta : Penerbit Arcan
Kartolo, W. S. 1990. Prinsi- Prisip Fisiologi Hewan. Jakarta:
Erlangga
Kusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi
Glomerulus. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik.
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia.Terjemahan Maggy
Thenawidjaya. Jakarta : Erlangga.
Oktaviana,Suci., Arifin, S. P., Surya,Ibnu. 2012. Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Ginjal Menggunakan Metode Hill
Climbing. Politeknik Caltex Riau. Volume 1.
Rismawati Y dan Afrida Maiyesi. 2012. Pemeriksaan laboratorium
cystatin C untuk uji fungsi ginjal. Jurnal kesehatan andalas
vol 1
Sherwood L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem . Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Shima T.S, Khatun A., Yeasmin F., Ferdousi S, Kirtania K.,
Sultana N. 2011. Cystatin C: A Better Predictor of Kidney
Function in Diabetic Patients. Bangladesh J Med Biochem .
vol 4(1): 16-20.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. ECG.
Tantri., Iqbal L., Djoko W., Nursamsu, 2011. Korelasi laju filtrasi
glomerulus, hemoglobin, saturasi oksigen dan komorbid

dengan kadar laktat pasien penyakit ginjal kronis stadium


terminal. J Peny Dalam, Vol: 12(3) pp 143-154.
Thibodeau, G. A. Patton, K. T. 1999. Anatomy and Physiology. St
Louis:Mosby.

You might also like