Professional Documents
Culture Documents
posisi.pada satu posisi,ia memandang self dan other bersifat cair. Posisi the other
memerlukan pengukuhan seorang others agar self dapat terbentuk.ironisnya,
dengan menjelaskan dua oposisi biner, Hall munculkan kembali pemisahan dan
bergerak menjauh dari upayanya mengkaji yang ada di antara.menyingkap
batas-batas kabur antara,seperti yang dipahami oleh Jackie,merupakan tugas
penting bagi para peneliti.
Jackie mencampurbaurkan autobiografinya dengan batas-batas
bersekat kami tentamng dirinya (self) dan interpretasi-interpretasilegal, bergender,
dan berciri ras tentang ke-lain-annya (other) yang mengelilingi dirinya.
Biddy Mrtin dan Chandra Talpade Mohanty(1986) memperluas percakapn ini
ketika keduanya memunculkan analisis tentang Rumah sebagai tempat untuk
membentuk self dan membuang opthers. Kedunya menulis ketegangan antara
hasrat akan rumah, keselarasan, kesamaan dengan kesadaran akan represi dan
kekerasan yang menjadikan rumah, keselarasan, dan kesamaan dapat dibayangkan
dan sekaligus memperkuatnya,tampak jelas dalam gerakan kisah tuturan akibat
gerakan-gerakn balik yang sangat cermat dan efektif yang tidak menghapuskan
keinginan positif menuju keutuhan dan kesatuan, namun menguncang dan
menumbangkannya.
Hubungan antara hilangnya komunitas dengan hiklangnya diri amatlah
penting. Hingga kadar runtuhnya identyitas berjalan seiring dengan runtuhnya
rumah dan komunitas serta didasarkan pada keseragaman dan kenyamanan, pada
kulit, darah, dan hati, maka pelepasan rumah secara otomatis mengandung arti
pelepasan diri (self) dan sebaliknya .
Kedua penulis ini mengakui bahwa diri (self) dan the other berada disisi-sisi
yang berlawanan dari pintuyang sama. Rumah dan dunia nyata berhasil dipisah.
Rumah menjanjikan kenyamanan, sedangkan dunia nyatamemunculkan bahaya. Pelain-an (othering) membantu kita menyangkal bahaya yang mengintai di dalam
rumah-rumah kita. Pe-lain-an menghalangi kita melihat kenyamanan yang berada di
luar.
Self dan Other merajut secara erat.Hubungan ini, seperti yang dialami para
peneliti dengan subjek yang ditelitinya, pada lazimnya kabur dalam teks-teks ilmu
social, yang melindungi hak istimewa, menjaga jarak, dan melestarikan
kontradiksi.Meskipun menghadapi aneka penolakan, para peneliti kualitatifselalu
tejebak pada tanda penghubung.
Yang saya maksudkan dengan menggarap tanda penghubung adalah bahwa
para peneliti perlu menjajagi dan mencari tahu bagaimana kita terhubung dengan
aneka konteks dan subjek yang kita teliti, dengan memahami jumlah kita banyak
dalam hubungan-hubungan tersebut.