Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bumi merupakan satu-satunya planet yang mempunyai kehidupan di
dalamnya yang di tandai dengan hidupnya berbagai macam makhluk hidup
yang menempati bumi. Di bumi, tersebar kekayaan alam yang melimpah
ruah, kekayaan alam tersebut dapat dinikmati dengan panca indra kita dan di
manfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari makhluk hidup.
Contohnya Indonesia yang merupakan bangsa yang sangat kaya akan
Sumber Daya Alam, Suku Bangsa dan Budaya. Beraneka ragam Sumber
Daya Alam, Suku Bangsa dan Budaya itu sendiri tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Sumber Daya Alam banyak difungsikan guna memenuhi
kebutuhan hidup makhluk hidup maupun untuk kepuasan mata.
Alam di bumi ini sangat indah untuk dirasakan dengan indra mata.
Dimulai dari pegunungan, baik pegunungan hijau maupun pegunungan
berapi yang menyediakan pemandangan yang eksotis di atasnya,
pemandangan lembah yang tidak kalah indahnya, pantai dan sungai yang
begitu menakjubkan dengan keindahan airnya.
Dari gambaran keindahan alam yang menakjubkan di atas, terdapat
hasil bumi yang melimpah, sebagian besar hasil bumi itu adalah berbagai
macam mineral serta tambang batu bara yang tersebar di wilayah Indonesia.
Dimana mineral dan batu bara tersebut digunakan dalam kehidupan seharihari. Oleh karena mineral dan batu bara tersebut menguasi hajat hidup orang
banyak maka dibuatlah undang-undang yang mengatur tentang mineral dan
batu bara tersebut yang sangat berkaitan dengan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3,
yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 2009.
Dari uraian latar belakang diatas, judul makalah yang dapat diambil
yaitu Hubungan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 dengan UU No. 4 Tahun
2009.
1.2
1.3
Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
Tujuan
Dapat mengatahui hubungan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 dengan UU
No. 4 Tahun 2009
1.4
Manfaat
1)
2)
dapat mengimplikasikannya.
Bagi Dosen dan Tenaga Pengajar :
Sebagai bahan informasi tambahan terhadap mata kuliah yang
bersangkutan dan materi yang diajarkan khususnya Undang-Undang
Tambang, Lingkungan dan Perburuhan.
1.5
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Landasan Teori
Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan
yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang
banyak, serta memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian
nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Kegiatan usaha penambangan mineral dan batubara yang mengandung nilai
ekonomi dimulai sejak adanya usaha untuk mengetahui posisi, area, jumlah
cadangan, dan letak geografi dari lahan yang mengandung mineral dan
batubara. Setelah ditemukan adanya cadangan maka proses eksploitasi
(produksi), angkutan, dan industri penunjang lainnya akan memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi sehingga akan terbuka persaingan usaha di
dalam rangkaian industri tersebut.
Sebagai kegiatan usaha, industri pertambangan mineral dan batubara
merupakan industri yang padat modal (high capital), padat resiko (high
risk), dan padat teknologi (high technology). Selain itu, usaha pertambangan
juga tergantung pada faktor alam yang akan mempengaruhi lokasi dimana
cadangan bahan galian. Dengan karakteristik kegiatan usaha pertambangan
mineral dan batubara tersebut maka diperlukan kepastian berusaha dan
kepastian hukum di dunia pertambangan mineral dan batubara. Tahun 2009
merupakan babak baru bagi pertambangan mineral dan batubara di
Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).
Perubahan mendasar yang terjadi adalah perubahan dari sistem kontrak
karya dan perjanjian menjadi sistem perijinan, sehingga Pemerintah tidak
lagi berada dalam posisi yang sejajar dengan pelaku usaha dan menjadi
pihak yang memberi ijin kepada pelaku usaha di industri pertambangan
mineral dan batubara. Kehadiran UU Minerba tersebut menuai pro dan
kontra. Ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa beberapa
kebijakan dalam UU Minerba tersebut tidak memberikan kepastian hukum
terkait dengan kegiatan usaha di bidang pertambangan mineral dan batubara
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
3.2
disusun
sebagai
usaha
bersama
4. Perekonomian
atas
nasional
demokrasi
diselenggarakan
ekonomi
dengan
berdasar
prinsip
keseimbangan
kemajuan
dan
kesatuan
ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal
ini
diatur
Membangun
dalam
perekonomian
undang-undang.
nasional
berarti
BUMN
yang
mantap
secara
2.
pertambangan
mineral
dan
batubara
dilaksanakan
5.
serta
mendorong
tumbuhnya
industri
penunjang
pertambangan.
6.
harus
dilaksanakan
dengan
memperhatikan
rangka
mendukung
pembangunan
nasional
yang
2.
3.
4.
5.
menciptakan
lapangan
kerja
untuk
sebesar-besarnya
(provinsi,
2.
3.
4.
5.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
1. Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan
penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai
tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha
mencapai kemakmuran dzn kesejahteraan rakyat secara berkeadilan
2. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan
kegiatan usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas
bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam memberikan
nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembangunan daerah secara berkelanjutan
3. Kayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Mengingat
mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam
bumi
merupakan
pengelolaannya
transparan,
sumber
perlu
daya
dilakukan
berkelanjutan
dan
alam
yang
seoptimal
berwawasan
tak
terbarukan,
mungkin,
efisien,
lingkungan,
serta
lanjut, undang-undang
tersebut
tantangan
lingkungan
strategis
dan
menjawab
sejumlah permasalahan tersebut, perlu disusun peraturan perundangundangan baru di bidang pertambangan mineral dan batubara yang
dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan
dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan
pertambangan mineral dan batubara.
4.2
Saran