Professional Documents
Culture Documents
1.
tentunya dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk
senantiasa berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan.
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama
pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber pertama dan sandaran utama dalam
mengartikulasikan nilai-nilai moral agama yang dijabarkan dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan
membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai agama yang
diberikan mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.
Di dalam keluarga anak pertama kali mengikuti irama pergaulan sosial.
Suasana seperti ini disebut dengan situasi domestik, tempat lingkungan pergaulan
anak hanya terbatas dengan sejumlah orang yang terdapat di dalam keluarga
tersebut, seperti ibu, ayah, kakak, adik atau nenek/kakek.
Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam interaksi edukatif.
Anak belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan lainlain. Keluarga bertugas meneruskan dan mewariskan sejumlah nilai baik berkaitan
dengan kultural, sosial maupun moral kepada anak-anak yang baru tumbuh di
dalam rumah tangga. Di sini pula anak diajar mengenal siapa dirinya dan
lingkungannya.
Di dalam keluarga, kebutuhan pribadi anak seperti yang disampaikan oleh
Abraham Maslow juga berlangsung. Pada tahap awal, anak memerlukan kebutuhan
dasar seperti makan dan minum, kemudian meningkat kepada kebutuhan akan
kasih sayang dan penghargaan, lalu meningkat lagi menjadi kebutuhan terhadap
keamanan dan kesehatan serta pada waktunya anak memerlukan self actualization
(mencari pemaknaan terhadap siapa dirinya).
Keluarga juga berperan menjadi benteng pertahanan dari sejumlah
pengaruh yang datang dari luar. Tidak jarang anak menanyakan sesuatu problem
yang datang dari luar yang dia sendiri canggung untuk menjawab atau
mengatasinya. Karena itu, rujukan utama anak adalah keluarga. Di sinilah
diperlukan hadirnya sosok orang tua yang bijaksana dan memiliki wawasan yang
cukup untuk menerangkan kepada anak tentang apa yang dihadapinya. Dengan
demikian, anak tidak mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat
menyesatkan dirinya.
Di samping menjadi institusi domestik, keluarga juga dapat menjadi institusi
sosialisasi sekunder. Maksudnya adalah bahwa keluarga berperan menghantarkan
anak-anak untuk memasuki wilayah sosial yang lebih besar, seperti lingkungan
sosial. Dalam konteks ini, keluarga menjadi pengatur dan designer anak untuk
memilih lingkungan mana yang tepat dan baik dalam menumbuhkan kepribadian.
Keluarga bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki
lingkungan sosial yang baik agar anak terhindari dari pengaruh lingkungan yang
tidak sehat.
2.
a.
e.
b.
c.
d.
Tujuan Perkawinan
a. Untuk meneruskan wujudnya keturunan manusia.
b. Pemeliharaan terhadap keturunan
c. Menjaga masyarakat dari sifat yang tidak bermoral
d. Menjaga ketenteraman jiwa
e. Memberi perlindungan kepada anak yang dilahirkan
Proses Lahirnya Cinta
a.
e. Pada hakikatnya, hidup adalah untuk beribadah kepada Allah swt semata
sebagaimana firman Allah swt yang artinya: dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. QS. Adz
Dzariyaat:56
3.
a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur bangun tidur
yang lihat hanya pasangan)
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri pakaian
untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling
mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi
masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi
pujian
h.Adanya keseimbangan
kebutuhan
ekonomi
dalam
mencari
nafkah
untuk
memenuhi
Jika istri berbuat Nusyuz, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini
secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul dengan
(4). pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa: 34) Nusyuz adalah:
Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
g.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
h.
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
i.
j.
m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami
wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara
paksa. (AIGhazali)
Jadilah kau raja di rumahmu. Cintailah isterimu dengan tulus dan jadikanlah ia
sebagai ratumu. Buat ia bangga menjadi permaisuri di kerajaanmu dengan
berlandaskan cinta kasih dan ketaatan kepada Allah SWT. Berikanlah dirinya
makanan yang cukup dan persembahkan untuknya beragam jenis pakaian. Belikan
untuknya minyak wangi karena wanita menyukai minyak wangi. Buatlah dirinya
bahagia selama kau hidup dan berilah nafkah yang baik dan halal untuk isteri dan
anak anakmu.
Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan menjadi bukti akan
apa yang diusahakannya dalam mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan.
Engkau adalah laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kecantikan diri
dan pribadinya serta menutupi setiap kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam
rumah tanggamu karena isteri diciptakan dari tulang rusukmu, bagian dari dirimu.
Tulang rusuk berada di tempat yang terlindung sehingga isterimu pun ada untuk
kau lindungi. Sebagaimana tulang rusuk yang bengkok, berwasiatlah yang baik
terhadap isterimu karena jika engkau keras dalam meluruskan maka ia akan patah
dan jika engkau biarkan maka selamanya ia akan bengkok.
Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam
Hak Bersama Suami Istri
mawaddah dan
a.
b.
Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai
dengan ajaran Islam
c.
d.
Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam
menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah
pemimpin kaum wanita. (An-Nisa: 34)
f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri.
(Al-Baqarah: 228)
g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa: 39)
h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan
ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami
dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali).
4, Akhlak Orang Tua Kepada Anak
kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua
mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
1.
2.
3.
4.
seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya.
Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya
mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang
tua.
b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak
Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan
ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat
lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan
orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya sehingga orang tua itu
meridhainya. Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman : 14
Artinya:Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu (QS.Luqman:14)
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya
kepada anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya
adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan
penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si
orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua.
c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap
sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan
kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau
ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan
mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya.
Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah orang yang
terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah
lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari
oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban
anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemahlembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
Sebagai pedoman dalam memberikan perlakuan yang baik kepada kedua
orang tua, ingatlah Firman Allah dalam surah Al Isra ayat 23 dan 24 sebagai
berikut :
44|44%44 44/4 44& (#44444444 444) 4444) 4444444!44444444/44 444|4444) 4 444) 4`444=444 *
444444 44444444# !444444444& 44& 4444444. 444 44)44 !44444; 4444& 444 444444444]44
44%44 4444444 44444% 444444 4444 444444#44 4444444 4444444 444%!4# 4`44 444444444# 44
%44 44> 4444444444# 4444. 4444/4 #4444|4 4444
Artinya :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah
tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi
Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya:
:Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya
kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah
keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada
kedua orang tuaku. Rasulullah SAW bersabda: Ya, ada empat hal :mendoakan
dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji
keduanya,
memuliakan
teman-teman
kedua
orang
tua,
dan
bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali
karena kedua orang tua.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah
kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:
1)
Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT
dari segala dosa orang tua kita.
2)
Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji
kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji
tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya,
maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
3)
Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah
mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya
dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita
yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu
semasa ia masih hidup.
4)
Bagaimana
diperhatikan;
a.
b.
Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan (sediakan waktu
untuk
berdua-duaan)
saling
bercerita,
ungkapkan
perasaan
menyenangkan/kemesraan ketika baru menikah
c.
Power and intimacy (Kekuatan/kekuasaan dan keintiman). Perasaan memiliki hak yng
sama untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan
Homesty and freedom of expression (Kejujuran dan kebebasan berpendapat), tradisi
diskusi atau dialog dalam keluarga
Warmth, joy and humor (Kehangatan, kegembiraan dan humor), adanya saling
percaya dan keceriaan diantara keluarga
Organization and negotiating Skill, ( Ketrampilan organisasi dan negosiasi),
kemampuan untuk melakukan negosiasi, kepala keluarga sebagai
pimpinan
organisasi, bukan sebagai komandan yang hanya bisa memerintah, membina
komunikasi yang baik
Values system (Sistem nilai), keluarga memiliki pegangan bersama, misalnya nilai
moral keagamaan merupakan acuan pokok dalam melihat realitas kehidupan yang
harus diperhatikan sebagai rambu-rambu ketika mengambil keputusan
Power and intimacy (Kekuatan/kekuasaan dan keintiman). Perasaan memiliki hak yng
sama untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan
Homesty and freedom of expression (Kejujuran dan kebebasan berpendapat), tradisi
diskusi atau dialog dalam keluarga
Warmth, joy and humor (Kehangatan, kegembiraan dan humor), adanya saling
percaya dan keceriaan diantara keluarga
Organization and negotiating Skill, ( Ketrampilan organisasi dan negosiasi),
kemampuan untuk melakukan negosiasi, kepala keluarga sebagai
pimpinan
organisasi, bukan sebagai komandan yang hanya bisa memerintah, membina
komunikasi yang baik
Values system (Sistem nilai), keluarga memiliki pegangan bersama, misalnya nilai
moral keagamaan merupakan acuan pokok dalam melihat realitas kehidupan yang
harus diperhatikan sebagai rambu-rambu ketika mengambil keputusan
Cinta yang selalu Bersemi
Saling memberi hadiah walaupun itu hanya simbolis