Professional Documents
Culture Documents
Kasus
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Tn. S
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Datang ke Poli Mata RSPAD tanggal 6 Mei 2010
II. ANAMNESA
Anamnesa
Keluhan Utama
: Penurunan penglihatan mata kiri tanpa disertai mata merah sejak 2 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
1 | Page
Presentasi
Kasus
: Hipertensi : Disangkal
DM : Disangkal
Trauma Mata : Disangkal
: Tidak ada
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
T
: 130/80 mmHg
: 90 x/menit
: 24 x/menit
: Afebris
Kepala
: Mesocephal
Hidung
Telinga
: Discharge (-)
Leher
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Extremitas
2 | Page
Presentasi
Kasus
Status Oftalmologi
1.Visus
KETERANGAN
OD
OS
Tajam penglihatan
20/70
1/~(Proyeksi +)
Koreksi
S+2,50 C0,00 X
020/30F1
Addisi
S+3
plano
Distansia Pupil
62/60 mm
62/60 mm
Kacamata lama
S-2
plano
KETERANGAN
OD
OS
Eksoftamus
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
3. Supra silia
Presentasi
Kasus
KETERANGAN
OD
OS
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Fissura palpebra
12 mm
12 mm
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Pseudoptosis
Tidak ada
Tidak ada
OD
OS
Hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
6. Konjungtiva bulbi
KETERANGAN
OD
OS
4 | Page
Presentasi
Kasus
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi Siliar
Tidak ada
Tidak ada
Perdarahan
subkonjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nevus Pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
Kista dermoid
Tidak ada
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Punctum Lacrimal
Terbuka
Terbuka
Tes anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Putih
Putih
Ikterik
Tidak ada
Tidak ada
7. Sistim lakrimalis
8. Sklera
9. Kornea
KETERANGAN
OD
OS
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
5 | Page
Presentasi
Kasus
Ukuran
12 mm
12 mm
Sensibilitas
Baik
Baik
Infiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Ada
Ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Placido
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
KETERANGAN
OD
OS
Kedalaman
Normal
Normal
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
11. Iris
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Coklat
Coklat
Kriptae
Jelas
Jelas
6 | Page
Presentasi
Kasus
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Kejernihan
jernih
Keruh menyeluruh
Letak
Di tengah
Di tengah
Shadow Test
Negatif
Negatiff
KETERANGAN
OD
OS
Kejernihan
Jernih
Jernih
OD
OS
Bentuk
Bulat
Batas
Tegas
Warna
Kuning kemerahan
Refleks
Positif
Edema
Tidak ada
Tidak ada
12. Lensa
b. Makula Lutea
c. Retina
Perdarahan
7 | Page
Presentasi
Kasus
C/D Ratio
0,3 mm
Ratio AV
2:3
Sikatriks
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Massa Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Tensi Okuli
Normal / palpasi
Normal / palpasi
15. Palpasi
Tonometri Schiotz
8,5/7,5
7/7,5
KETERANGAN
OD
OS
Tes Konfrontasi
Sama dengan
pemeriksa
IV. RESUME
Pasien pria, 65 tahun datang dengan keluhan penglihatan mata kiri menurun perlahanlahan sejak 2 bulan yang lalu tanpa disertai mata merah. Penglihatan seperti melihat
kabut dan silau jika melihat cahaya.
Mata kirinya tidak terasa sakit bila ditekan, tidak sakit kepala/pusing, tidak mual dan
muntah serta tidak suka menabrak-nabrak bila berjalan.
Pasien tidak menderita diabetes melitus. Tekanan darah selalu normal dan tidak ada
riwayat darah tinggi sebelumnya.
Pasien juga tidak dalam pengobatan penyakit TBC dan malaria.
8 | Page
Presentasi
Kasus
2.
3.
Shadow test okuli dextra (-), Shadow test okuli sinistra (-)
V. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan preoperasi:
1. Darah rutin : Hb, Ht, eritrosit, leukosit, GDS
2. Pemeriksaan EKG
3.Biometri
Tidak ada
VIII. PENATALAKSANAAN
OD : Memakai kacamata
OS : Operasi ekstraksi lensa ekstrakapsuler dan IOL
IX. PROGNOSIS
9 | Page
Presentasi
Kasus
OD
OS
Ad vitam
:Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
X. ANALISA KASUS
Berdasarkan :
- Identitas
Umur pasien 65 tahun, lebih mengarah ke katarak senilis yaitu semua kekeruhan lensa
pada usia lanjut diatas 50 tahun, biasanya dimulai pada usia 50 tahun.
-
Anamnesis
penglihatan mata kiri turun perlahan-lahan dan berkabut tanpa disertai mata merah,
Pandangan menjadi seperti merasa silau jika melihat cahaya , hal ini sesuai dengan
keluhan subyektif pada pasien katarak.
OD: -
OS : -
Sudut bilik mata depan okuli dextra normal dan okuli sinistra normal
Lensa okuli sinistra keruh menyeluruh
Kesimpulan :
Okuli Sinistra : Katarak senilis stadium matur
10 | P a g e
Presentasi
Kasus
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Darah Rutin Pre Operasi : Hb, Ht, Eritrosit, leukosit, Gula Darah
Sewaktu.
Pemeriksaan Elektrokardiogram, untuk mengetahui keadaan jantung pasien
karena
Penatalaksanaan
Dilakukan ekstraksi katarak ekstra kapsular, tindakan ini dipilih dengan pertimbangan
agar mengurangi penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca dan kapsul lensa pecah.
Selain itu ekstraksi katarak ekstra kapsular dilakukan pada pasien dengan perencanaan
implantasi lensa intra ocular.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Anatomi lensa1
Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
Lensa tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan
janin dan hal ini bergantung pada aquos humor untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.
11 | P a g e
Presentasi
Kasus
Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
dipertahankan oleh zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang
menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.
Gambar 1. Lensa
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya
sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat
90 mg.
12 | P a g e
Presentasi
Kasus
protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau
miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula.
Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula.
o Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis
anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan
melintang dari cincin zonula
o Epitel Lensa
Presentasi
Kasus
Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator
Presentasi
Kasus
15 | P a g e
Presentasi
Kasus
secara bermakna
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein
dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya
usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara seratserat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa
dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
16 | P a g e
Presentasi
Kasus
Inhibisi
dari
Na+,
K+-ATPase
akan
menyebabkan
hilangnya
o Peranan Kalsium
Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.
Presentasi
Kasus
dipengaruhi
didemonstrasikan
oleh
dengan
kadar
glukosa
kemampuannya
hal
ini
untuk
telah
menjaga
HMP shunt
Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah
heksosa monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan
istilah jalur pentosa monofosfat.
Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini
sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan
jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa
ditetapkan.
Jalur HMP shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk
aktifitas glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
Presentasi
Kasus
Karakteristik
ini,
dikombinasikan
dengan
kurangnya
tinggi
glukosa.
Bersamaan,
kedua
gula
tersebut
adalah
pembengkakan
serat,
rusaknya
arsitektur
II.4 Katarak
II.4 .a. Definisi
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan
obyek dengan jelas di retina.3
II.4 .b. Insiden
Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak
setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 400.000 ekstraksi mata tiap
tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.2
Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1, 2% dari jumlah penduduk Indonesia . dari
angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
19 | P a g e
Presentasi
Kasus
- Katarak
0,70 %
- Kelainan kornea
0,13 %
- Penyakit glaukoma
0,10 %
- Kelainan refraksi
0,06 %
- Kelainan retina
0,03 %
- Kelainan nutrisi
0,02 %
Sedangkan menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia
65 74 tahun dan 45 % pada usia 75 84 tahun. Beberapa derajat katarak diduga
terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun. Sehingga 95 % penyebab katarak adalah
katarak senilis.
II.4 .c Etiologi , patofisiologi dan klasifikasi 4
Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi :
1. Berdasarkan usia :
a. Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
20 | P a g e
Presentasi
Kasus
21 | P a g e
Presentasi
Kasus
22 | P a g e
Presentasi
Kasus
23 | P a g e
Presentasi
Kasus
triparanol
(MER-29),
antikholinesterase,
penglihatan
yang
semakin
kabur
pada
stadium
insipiens
Presentasi
Kasus
Konsep penuaan:
Imunologis
Dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel
Teori a cross-link6
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul
protein sehingga mengganggu fungsi.
Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
Presentasi
Kasus
Serat lensa
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic
nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks tidak
berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
NC
PCC
: Katarak Nuklear
: Katarak Kortikal Posterior
a.
Katarak Nuklear5
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak
BRUNESEN atau NIGRA.
26 | P a g e
Presentasi
Kasus
27 | P a g e
Presentasi
Kasus
Katarak insipient :4
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
- Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).
- Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
- Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient.
- Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
- Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Imatur :4
- Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
-
Presentasi
Kasus
Katarak Matur:4
- Bila
proses
degenerasiberjalan
terus
maka
akan
terjadi
dilakukan
uji
bayangan
iris
akan
terlihat
negatif.
29 | P a g e
Presentasi
Kasus
Katarak Hipermatur :4
-
30 | P a g e
Presentasi
Kasus
Insipien
Ringan
Imatur
Sebagian
Matur
Seluruh
Hipermatur
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
(air masuk)
Normal
Berkurang
(air keluar)
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Normal
Normal
Normal
-
Terdorong
Dangkal
Sempit
+
Normal
Normal
Normal
-
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudops
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
gloukoma
31 | P a g e
Presentasi
Kasus
II.4. d Diagnosis 2
II.4. d .1 Anamnesa
-
Presentasi
Kasus
II.4. e Terapi 4
-
katarak
tidak
mengganggu
biasanya
tidak
perlu
dilakukan
pembedahan.
-dapat dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A, C,
dan E, serta selenium dan anti oksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat
membantu memperlambat progresifitas katarak
-
Indikasi operasi :
Indikasi medis:
Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun
prognosis penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat
pada perbaikan penglihatannya :
- Katarak hipermatur
- Lens induced glaucoma
- Lens induced uveitis
- Dislokasi / subluksasi lensa
- Korpus alienum intralentikular
- Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser
- Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana
diagnosis atau tata laksananya akan terganggu dengan adanya
opasitas lensa
Indikasi optik, jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
33 | P a g e
Presentasi
Kasus
Gula darah
Tekanan darah
Elektrokardiografi
Pengangkatan lensa 6
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat
lensa:
a) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk
Presentasi
Kasus
melalui
sayatan
yang
kecil,
digunakan
gelombang
suara
keratoplasti,
implantasi
lensa
intra
okular,
35 | P a g e
Presentasi
Kasus
Pengeluaran lensa
ECCE
ICCE
toto
Intak
dikeluarkan
zinii
Incisi
Iridektomi perifer
Tidak dilakukan
Instrumen (rumit)
Diperlukan
Tidak diperlukan
Waktu
Lebih lama
Lebih singkat
Implantasi IOL
Posterior chamber
Teknik
Lebih sulit
Lebih mudah
Biaya
Lebih banyak
Lebih sedikit
After-Cataract
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular
Glaucoma in
Proliferative Diabetic
Retinopathy
After-Cataract
36 | P a g e
Presentasi
Kasus
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula
anterior yang tebal
5. korpus alienum intralentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior
lensa.
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa
Kontraindikasi
2.
Presentasi
Kasus
Pseudofakia
Afakia
Presentasi
Kasus
1.
2.
Prognosis4
Pembedahan katarak pada orang dewasa meningkatkan ketajaman penglihatan
pada 95% kasus dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas hidup,
meskipun harapan harus lebih realistis. Pada 5% lainnya, ada kerusakan retina yang
muncul atau komplikasi operasi atau pasca operasi.
3.
Komplikasi4
Komplikasi yang mungkin setelah operasi katarak termasuk kekeruhan kapsul
posterior, oedem kornea, endhoptalmitis, dan ablasi retina.
4.
Pencegahan4
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak
dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui
adanya katarak. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak
dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
39 | P a g e
Presentasi
Kasus
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Saman RR, et al. Ilmu Penyakit Mata: Ilmu Urai-Faal MataEmbriologi dan Imunologi Mata. Jakarta. Sagung Seto. 2002;
2.
Ilyas, S. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-2.
Cetakan ke-2. 2003. Halaman 207-218
3.
Suhardjo, B. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata II. Laboratorium Ilmu Penyakit Mata
FK-UGM. Yogyakarta. 1991. Halaman 1-17
4.
Wijana, N. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-3.1983. Halaman 192-210.
5.
6.
40 | P a g e
Presentasi
Kasus
41 | P a g e