You are on page 1of 41

Presentasi

Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Tn. S
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Datang ke Poli Mata RSPAD tanggal 6 Mei 2010

II. ANAMNESA

Anamnesa

: (Allo-Anamnesis) pada tanggal 6 Mei 2010

Keluhan Utama

: Penurunan penglihatan mata kiri tanpa disertai mata merah sejak 2 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan

: Penglihatan silau dan berkabut.

Riwayat Perjalanan penyakit :


Pasien datang ke poli mata RSPAD dengan keluhan penglihatan pada mata kiri menurun perlahan
lahan, tanpa disertai mata merah sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan sedikit buram kemudian
lama kelamaan menjadi seperti tertutup kabut dan silau jika melihat cahaya. Pasien mengatakan tidak
bertambah buruk saat malam hari.
Mata kiri pasien tidak terasa sakit bila ditekan, tidak sakit kepala/pusing, tidak mual dan muntah serta
tidak suka menabrak-nabrak bila berjalan. Selain itu tidak pernah mengalami trauma atau benturan
maupun terkena bahan-bahan kimia pada matanya pasien juga menyangkal melihat pelangi atau lingkaran
disekitar sumber cahaya. Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah menggunakan kacamata -2.
Pasien tidak menderita diabetes melitus, Tekanan darah selalu normal dan tidak ada riwayat darah tinggi
sebelumnya. Pasien juga tidak dalam pengobatan penyakit TBC dan malaria.

1 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Riwayat Penyakit Dahulu

: Hipertensi : Disangkal
DM : Disangkal
Trauma Mata : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada

III PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital
T

: 130/80 mmHg

: 90 x/menit

: 24 x/menit

: Afebris

Kepala

: Mesocephal

Hidung

: Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Telinga

: Discharge (-)

Leher

: KGB tidak membesar

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen

: Cembung, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.

Extremitas

: Hangat, udema -/-, deformitas (-)

2 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Status Oftalmologi
1.Visus

KETERANGAN

OD

OS

Tajam penglihatan

20/70

1/~(Proyeksi +)

Koreksi

S+2,50 C0,00 X
020/30F1

Tidak dapat dikoreksi

Addisi

S+3

plano

Distansia Pupil

62/60 mm

62/60 mm

Kacamata lama

S-2

plano

2. Kedudukan bola mata

KETERANGAN

OD

OS

Eksoftamus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan bola mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

KETERANGAN

OD

OS

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. Supra silia

4. Palpebra superior inferior


3 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

KETERANGAN

OD

OS

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Ektropion

Tidak ada

Tidak ada

Entropion

Tidak ada

Tidak ada

Blefarospasme

Tidak ada

Tidak ada

Trikiasis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Fissura palpebra

12 mm

12 mm

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

Hordeolum

Tidak ada

Tidak ada

Kalazion

Tidak ada

Tidak ada

Pseudoptosis

Tidak ada

Tidak ada

5. Konjungtiva tarsalis superior & Inferior


KETERANGAN

OD

OS

Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Anemia

Tidak ada

Tidak ada

Kemosis

Tidak ada

Tidak ada

6. Konjungtiva bulbi

KETERANGAN

OD

OS
4 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Injeksi konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi Siliar

Tidak ada

Tidak ada

Perdarahan
subkonjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Pterigium

Tidak ada

Tidak ada

Pinguekula

Tidak ada

Tidak ada

Nevus Pigmentosus

Tidak ada

Tidak ada

Kista dermoid

Tidak ada

Tidak ada

KETERANGAN

OD

OS

Punctum Lacrimal

Terbuka

Terbuka

Tes anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

KETERANGAN

OD

OS

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak ada

Tidak ada

7. Sistim lakrimalis

8. Sklera

9. Kornea

KETERANGAN

OD

OS

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin
5 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Ukuran

12 mm

12 mm

Sensibilitas

Baik

Baik

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Ada

Ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Placido

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

KETERANGAN

OD

OS

Kedalaman

Normal

Normal

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndall

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

10. Bilik mata depan

11. Iris

KETERANGAN

OD

OS

Warna

Coklat

Coklat

Kriptae

Jelas

Jelas

6 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

KETERANGAN

OD

OS

Kejernihan

jernih

Keruh menyeluruh

Letak

Di tengah

Di tengah

Shadow Test

Negatif

Negatiff

KETERANGAN

OD

OS

Kejernihan

Jernih

Jernih

OD

OS

Bentuk

Bulat

Tidak dapat dinilai

Batas

Tegas

Tidak dapat dinilai

Warna

Kuning kemerahan

Tidak dapat dinilai

Refleks

Positif

Tidak dapat dinlai

Edema

Tidak ada

Tidak dapat dinilai

Tidak ada

Tidak dapat dinilai

12. Lensa

13. Badan kaca

14. Fundus okuli


KETERANGAN
a. Papil

b. Makula Lutea

c. Retina
Perdarahan

7 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

C/D Ratio

0,3 mm

Tidak dapat dinilai

Ratio AV

2:3

Tidak dapat dinilai

Sikatriks

Tidak ada

Tidak dapat dinilai

KETERANGAN

OD

OS

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Massa Tumor

Tidak ada

Tidak ada

Tensi Okuli

Normal / palpasi

Normal / palpasi

15. Palpasi

Tonometri Schiotz

8,5/7,5

7/7,5

16. Kampus visi

KETERANGAN

OD

OS

Tes Konfrontasi

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan
pemeriksa

IV. RESUME
Pasien pria, 65 tahun datang dengan keluhan penglihatan mata kiri menurun perlahanlahan sejak 2 bulan yang lalu tanpa disertai mata merah. Penglihatan seperti melihat
kabut dan silau jika melihat cahaya.
Mata kirinya tidak terasa sakit bila ditekan, tidak sakit kepala/pusing, tidak mual dan
muntah serta tidak suka menabrak-nabrak bila berjalan.
Pasien tidak menderita diabetes melitus. Tekanan darah selalu normal dan tidak ada
riwayat darah tinggi sebelumnya.
Pasien juga tidak dalam pengobatan penyakit TBC dan malaria.
8 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Riwayat keluarga: tidak ada pada anggota keluarga.


Pemeriksaan Fisik TD 130/80 mmHg dan status generalis dalam batas normal. Sedangkan
dari pemeriksaan oftamologi didapat :
1.

Tajam penglihatan mata kiri 1/~ = tidak dikoreksi

2.

Tajam penglihatan mata kanan 20/70 dikoreksi menjadi S+2,5020/30F1

3.

Shadow test okuli dextra (-), Shadow test okuli sinistra (-)

V. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan preoperasi:
1. Darah rutin : Hb, Ht, eritrosit, leukosit, GDS
2. Pemeriksaan EKG
3.Biometri

VI. DIAGNOSIS KERJA


OS : Katarak senilis stadium matur

VII. DIAGNOSIS BANDING

Tidak ada

VIII. PENATALAKSANAAN

OD : Memakai kacamata
OS : Operasi ekstraksi lensa ekstrakapsuler dan IOL

IX. PROGNOSIS

9 | Page

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

OD

OS

Ad vitam

:Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Ad fungsionam

: Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Ad sanationam

: Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

X. ANALISA KASUS

Berdasarkan :
- Identitas
Umur pasien 65 tahun, lebih mengarah ke katarak senilis yaitu semua kekeruhan lensa
pada usia lanjut diatas 50 tahun, biasanya dimulai pada usia 50 tahun.
-

Anamnesis
penglihatan mata kiri turun perlahan-lahan dan berkabut tanpa disertai mata merah,
Pandangan menjadi seperti merasa silau jika melihat cahaya , hal ini sesuai dengan
keluhan subyektif pada pasien katarak.

- Pemeriksaan Fisik (Status Oftalmologi)


Visus okuli sinitra 1/~, tidak dapat dikoreksi karena adanya kekeruhan pada media
refraksi yaitu lensa berupa katarak. Pada okuli dextra didapatkan visus 20/70
dikoreksi S+2,50 C0,00 X 0 20/30F1
Shadow test

OD: -

OS : -

Sudut bilik mata depan okuli dextra normal dan okuli sinistra normal
Lensa okuli sinistra keruh menyeluruh
Kesimpulan :
Okuli Sinistra : Katarak senilis stadium matur
10 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Darah Rutin Pre Operasi : Hb, Ht, Eritrosit, leukosit, Gula Darah
Sewaktu.
Pemeriksaan Elektrokardiogram, untuk mengetahui keadaan jantung pasien

karena

pasien sudah berusia lanjut.


Biometri, untuk mengetahui kekuatan lensa sehingga didapatkan ukuran lensa
pengganti

Penatalaksanaan
Dilakukan ekstraksi katarak ekstra kapsular, tindakan ini dipilih dengan pertimbangan
agar mengurangi penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca dan kapsul lensa pecah.
Selain itu ekstraksi katarak ekstra kapsular dilakukan pada pasien dengan perencanaan
implantasi lensa intra ocular.

BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Anatomi lensa1

Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.

Lensa tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan
janin dan hal ini bergantung pada aquos humor untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.

11 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
dipertahankan oleh zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang
menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.

Gambar 1. Lensa

Gambar 2. Struktur Lensa

Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.

Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya
sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat
90 mg.

Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki


berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat
yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa
memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin
menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel

12 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau
miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.

Struktur lensa terdiri dari:


o Kapsula

Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang


transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh
sel-sel epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat
mengkerut selama perubahan akomodatif.

Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula.

Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial


dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki
ketipisan sekitar 2-4 mKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul
posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.

Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula.

o Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis
anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan
melintang dari cincin zonula
o Epitel Lensa

Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa

terdiri dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel


sehingga Sel-sel ini secara metabolik ia aktif dan dapat melakukan
semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein
dan lipid . sehingga dapat

menghasilkan ATP untuk memenuhi

kebutuhan energi dari lensa.


13 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel


epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai
dengan peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel
kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan
ribosom.

Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya


dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel
ini.

Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun akan


hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan
oleh proses glikolisis.

Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator

Gambar 3. Pembagian Lensa


o Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan,
sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk
dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari
ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan
embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat
adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.
II.2 Fisiologi Lensa1
o Lensa sebagai media refraksi
14 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal


sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari
aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak
berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D
seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan
refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.
o Akomodasi lensa
Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh lkelenturan
lensa , kontraksi otot otot siliaris dan ketegangan zonula zinn.

Gambar 4. Akomodasi Lensa


II.3 Metabolisme lensa1
o Transparansi lensa

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation


( Na, K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .

Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior


sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.

Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan


ion Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar
melalui pompa aktif Na- K ATPase

15 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa


dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh
pompa natrium.

Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur


keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk
menjaga kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung
pada komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi
lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit


sering terjadi pada

katarak kortikal, dimana kadar air meningkat

secara bermakna

Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein
dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya
usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.

Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara seratserat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa
dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.

o Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif

Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.

Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida


(Cl) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.

Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil


dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari
pompa (Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari
epitelium lensa dan setiap serat lensa.

Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium


keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase.
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik
ATPase ouabain.

16 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Inhibisi

dari

Na+,

K+-ATPase

akan

menyebabkan

hilangnya

keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.

pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan


bahwa terjadi penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang
lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain
telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring
dengan perkembangan katarak

o Peranan Kalsium

Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap


kalsium.

Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme


lensa.

Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan


meliputi ;
tertekannya metabolisme glukosa,
pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan
aktivasi protease yang destruktif
Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi
terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem
transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa
melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti
asam askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme
transport yang khusus pada lensa.

o Metabolisme Karbohidrat pada Lensa

Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.

Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.

Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk


terfosforilasi (Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini
adalah 70-1000 kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat
dalam proses glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.

Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:


17 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

1. Jalur glikolisis anaerob ( 95%)


2. HMP shunt ( 5 %)
Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
Kadar tekanan oksigen dalam lensa sangat rendah , tetapi walaupun
tanpa oksigen , lensa mampu mengahasilkan energi paling banyak
melalui jalur glikolisis dari pada jalur HMP shunt.

Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen


tetapi

dipengaruhi

didemonstrasikan

oleh
dengan

kadar

glukosa

kemampuannya

hal

ini

untuk

telah

menjaga

metabolisme normal dalam lingkungan nitrogen. Dengan diberikan


sejumlah glukosa, lensa in vitro yang anoksik tetap jernih dan utuh,
memiliki kadar normal dari ATP serta mempertahankan aktivitas
pompa asam amino dan ion. Bagaimana pun, ketika glukosa
menurun atau kekurangan, lensa tidak dapat mempertahankan
fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada beberapa jam sekalipun
terdapat oksigen

HMP shunt
Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah
heksosa monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan
istilah jalur pentosa monofosfat.
Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini
sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan
jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa
ditetapkan.
Jalur HMP shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk
aktifitas glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.

Enzim ini telah ditemukan memainkan peranan yang


penting dalam pembentukan katarak gula.
18 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

ketika kadar glukosa meningkat dalam lensa sebagaimana


terjadi pada keadaan hiperglikemia, jalur sorbitol teraktifasi
lebih daripada glikolisis dan terjadi akumulasi dari sorbitol.

Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol


dehidrogenase.

Sayangnya enzim polyol dehidrogenase memiliki affinitas


yang rendah yang berarti sorbitol akan terakumulasi
sebelum mengalami metabolisme labih lanjut.

Karakteristik

ini,

dikombinasikan

dengan

kurangnya

permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir dengan


retensi sorbitol dalam lensa.

Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan


kadar

tinggi

glukosa.

Bersamaan,

kedua

gula

tersebut

meningkatkan tekanan osmotik di dalam lensa dan menarik air.


Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu
mengkompensasi, tetapi akhirnya kemampuan tersebut terlewati.
Hasilnya

adalah

pembengkakan

serat,

rusaknya

arsitektur

sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa.

II.4 Katarak
II.4 .a. Definisi
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan
obyek dengan jelas di retina.3
II.4 .b. Insiden
Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak
setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 400.000 ekstraksi mata tiap
tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.2
Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1, 2% dari jumlah penduduk Indonesia . dari
angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
19 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

- Katarak

0,70 %

- Kelainan kornea

0,13 %

- Penyakit glaukoma

0,10 %

- Kelainan refraksi

0,06 %

- Kelainan retina

0,03 %

- Kelainan nutrisi

0,02 %

Sedangkan menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia
65 74 tahun dan 45 % pada usia 75 84 tahun. Beberapa derajat katarak diduga
terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun. Sehingga 95 % penyebab katarak adalah
katarak senilis.
II.4 .c Etiologi , patofisiologi dan klasifikasi 4
Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi :
1. Berdasarkan usia :
a. Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )

II.4.c.1.a Katarak kongenital6


Adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan dapat
menyebabkan kebutaaan pada bayi yang tidak ditangani dengan tepat.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1. Katarak kapsulolentikular
katarak yang mengenai kapsul dan kortek
2. Katarak lentikular
Katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja, tanpa disertai kekeruhan kapsul.

20 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Tabel 1. Klasifikasi Katarak

II.4.c.1.a Katarak kongenital6


Adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan dapat
menyebabkan kebutaaan pada bayi yang tidak ditangani dengan tepat.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1. Katarak kapsulolentikular
katarak yang mengenai kapsul dan kortek
2. Katarak lentikular
Katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja, tanpa disertai kekeruhan
kapsul.

21 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Untuk mengetahui penyebab katarak konginental diperlukan pemeriksaan


riwayat prenatal infeksi ibu seperti :
- Rubella ( pada trimester pertama)
- Mumps
- Hepatitis
- Toxoplasma
Bentuk katarak konginental :
- Katarak zonularis atau lamelar
- Katarak pungtata
- Katarak polaris anterior
- Katarak polaris posterior

Gambar 5. Katarak Zonularis atau Lamelar


Pada pupil bayi yang terkena katarak konginental akan terlihat bercak putih
(leukokoria ).
Penyulit pada katarak konginital total adalah tidak kuatnya rangsangan pada
makula lutea , sehingga makula tidak berkembang sempurna , dan sering
menyebabkan ambliopia ex anopsia . selain itu katarak konginetal dapat
menyebabkan terjadinya nistagmus atau strabismus .
Pengobatan katarak konginental bergantung kepada :

22 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

1. Katarak total bilateral , dimana sebaiknya dilakukan pembedahan


secepatnya/ segera setelah katarak terlihat
2. Katarak total unilateral
dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadi
juling
3. Katarak bilateral parsial
dapat dicoba dengan kacamata dan midriatikum terlebih dahulu , bila
terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan tanda juling dan
ambliopia maka dilakukan pembedahan .
II.4.c.1.b Katarak juvenile6
o Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun .
Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
o Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti:
1. Katarak metabolic
a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c.) Katarak defisiensi gizi
d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e.) Penyakit Wilson
f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
3. Katarak traumatic
4. Katarak komplikata
a.

Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,


mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia
iridis)

b. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),


seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c. Katarak anoksik

23 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,


dinitrofenol,

triparanol

(MER-29),

antikholinesterase,

klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)


e. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan
kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis
inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan
kromosom.
II.4.c.1.c Katarak senile6
Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis
katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:
- Distorsi

penglihatan

yang

semakin

kabur

pada

stadium

insipiens

pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.


- Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kaca mata (second sight).
- Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada
stadium insipient
Tanda dan Gejala:
1. Penglihatan kabur dan berkabut
2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada
film didepan mata
3. Seperti ada titik gelap di depan mata
4. Sukar melihat benda yang menyilaukan
5. Halo, warna disekitar sumber sinar
6. Warna manik mata berubah atau putih
7. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
8. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
9. Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
10. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
11. Sering berganti kaca mata
12. Penglihatan menguning
13. Untuk sementara jelas melihat dekat
24 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Konsep penuaan:

Imunologis
Dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel

Teori a free radical 6


o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E

Teori a cross-link6
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul
protein sehingga mengganggu fungsi.

Gambar 6. Perubahan Penglihatan pada Pasien Katarak


Perubahan lensa pada usia lanjut :

Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk

lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular


Epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan
vakuolisasi mitokondria yang nyata
25 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Serat lensa
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic
nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks tidak
berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Klasifikasi katarak senilis berdasarkan : 4


1. Perubahan Morfologi.
2. Maturitas
Klasifikasi berdasarkan morfologi dikenal 3 bentuk katarak senile, yaitu :
Ket :
-

NC

ACC : Katarak Kortikal Anterior

PCC

: Katarak Nuklear
: Katarak Kortikal Posterior

Gambar 7. Morfologi Katarak

a.

Katarak Nuklear5
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak
BRUNESEN atau NIGRA.

26 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Gambar 8. Katarak Nuklear


Jenis katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi .
dimana tajam pengelihatan lebih baik dari sebelumnya , dan biasanya pada usia lebih
dari 65 tahun
b. Katarak Kortikal5
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat
perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir
pada malam hari.

Gambar 9. Katarak kortikal Anterior


c. Katarak Kupuliform5
Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan
terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
Tabel 2. Perubahan Morfologi Katarak Senilis

27 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Klasifikasi berdasarkan maturitas katarak senil dibagi menjadi :4


-

Katarak insipient :4
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
- Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).
- Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
- Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient.
- Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
- Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak Imatur :4
- Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
-

Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa


menjadi bertambah cembung.
28 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

- Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi


dimana mata akan menjadi mioptik.
- Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

Gambar 10. Katarak Imatur

Katarak Matur:4
- Bila

proses

degenerasiberjalan

terus

maka

akan

terjadi

pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul.


- Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
- Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali.
- Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
- Bila

dilakukan

uji

bayangan

iris

akan

terlihat

negatif.

29 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Gambar 11. Katarak Matur

Katarak Hipermatur :4
-

Katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga


masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.

Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah


bawah (jam 6)(katarak morgagni).

Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar


kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik

30 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Gambar 12. Katarak Hipermatur

Tabel 3. Perbedaan Stadium Katarak


Kekeruhan

Insipien
Ringan

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah
(air masuk)

Normal

Berkurang
(air keluar)

Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test

Normal
Normal
Normal
-

Terdorong
Dangkal
Sempit
+

Normal
Normal
Normal
-

Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudops

Penyulit

Glaukoma

Uveitis +
gloukoma

31 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

II.4. d Diagnosis 2
II.4. d .1 Anamnesa
-

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama


katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:


1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar
sangat menyilaukan mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu
5. Sering meminta ganti resep kaca mata
6. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

II.4. d .2 Pemeriksaan fisik mata2


1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak
matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita
harus meluhat keadaan fundus .
Hal hal yang perlu perhatian khusus:
-

Tajam pengelihatan kadang

sering masih sangat baik pada

katarak brunesen, walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada


nucleusnya.
-

Pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun


katarak yang terlihat belum berarti . hal ini mungkin disebabkan
kelainan makula lutea.
32 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

II.4. e Terapi 4
-

Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.

Medika mentosa hanya diberikan dengan tujuan untuk mengatasi gejala


yang ditimbulkan oleh penyulit :
o Jika silau pasien dapat memakai kaca mata
o Unutuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik


dengan
Jika

katarak

tidak

mengganggu

biasanya

tidak

perlu

dilakukan

pembedahan.
-dapat dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A, C,
dan E, serta selenium dan anti oksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat
membantu memperlambat progresifitas katarak
-

Indikasi operasi :

Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan


dalam melakukan rutinitas pekerjaan

Indikasi medis:
Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun
prognosis penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat
pada perbaikan penglihatannya :
- Katarak hipermatur
- Lens induced glaucoma
- Lens induced uveitis
- Dislokasi / subluksasi lensa
- Korpus alienum intralentikular
- Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser
- Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana
diagnosis atau tata laksananya akan terganggu dengan adanya
opasitas lensa

Indikasi optik, jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

33 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Persiapan bedah katarak:


Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
-

Gula darah

Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

Tekanan darah

Elektrokardiografi

Riwayat alergi obat

Tekanan bola mata

Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina,


khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri

Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur


kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri

Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama


ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan
ditanam.

Teknik anestesi yang digunakan:6


1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi lokal. Sebelum diberi suntikan anastesi terlebih dahulu mata
ditetes anastesi local pada permukaan kornea. Suntikan dimasukan ke
dalam rongga orbita yang akan melumpuhkan otot penggerak mata.
Suntikan ini dapat diberikan ke daerah kerucut otot penggerak mata
(peribulbar).
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan
anak.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya
dengan lensa buatan.
1.

Pengangkatan lensa 6
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat
lensa:
a) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.

Untuk

memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa


34 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

melalui

sayatan

yang

kecil,

digunakan

gelombang

suara

berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan


ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama

keratoplasti,

implantasi

lensa

intra

okular,

kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan


presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
B) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Dapat dilakukan pada Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi
dan mudah diputus. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan.

Gambar 15. Ekstraksi Lensa dan Pemasangan IOL

35 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Tabel 4. Perbandingan antara ECCE dengan ICCE6

Pengeluaran lensa

ECCE

ICCE

Nukleus dikeluarkan dari

Lensa dikeluarkan secara in

kapsul, korteks disuction

toto

Kapsula posterior & zonula

Intak

dikeluarkan

zinii
Incisi

Lebih kecil (8 mm)

Lebih besar (10 mm)


Dilakukan untuk menghindari

Iridektomi perifer

Tidak dilakukan

glaukoma karena blokade


pupil

Instrumen (rumit)

Diperlukan

Tidak diperlukan

Waktu

Lebih lama

Lebih singkat

Implantasi IOL

Posterior chamber

Teknik

Lebih sulit

Lebih mudah

Biaya

Lebih banyak

Lebih sedikit

Anterior chamber (Pseudophakic Bullous Keratopathy)

1. Prolaps & degenerasi


vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis

Komplikasi yang meningkat

After-Cataract

4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular
Glaucoma in
Proliferative Diabetic

Komplikasi yang berkurang

Seluruh komplikasi yang

Retinopathy
After-Cataract
36 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

disebutkan pada ICCE


1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced
Uveitis
Prosedur rutin untuk semua
Indikasi

jenis katarak (kecuali bila


merupakan komplikasi)

4. Katarak hipermatur
dengan kapsula
anterior yang tebal
5. korpus alienum intralentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior
lensa.

1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa
Kontraindikasi

(>1/3 bagian zonula


rusak)

2.

Pasien berusia < 35 tahun


dimana terjadi perlengketan
erat antara lensa dan vitreus
(Ligament of Weigert)

Penanaman lensa baru6


Sesudah ekstraksi katarak, mata tidak mempunyai lensa lagi,
yang disebut afakia, dengan tanda-tanda coa dalam, iris tremulans,
pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis (+) 10
dioptri, supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3 bulan
setelah operasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksinya masih
berubah-rubah. Untuk penglihatan dekatnya harus ditambah lagi
dengan S+3D.
Penanaman lensa buatan intraokuler ( pseudofakia ) yang
dilakukan segera setelah lensa yang keruh dikeluarkan, sebelum luka
kornea ditutup. Dengan cara yang baru ini, maka penderita segera
37 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

dapat melihat jauh dengan baik, stelah dioperasi. Untuk penglihatan


dekat masih harus duberikan kacamata S+3 dioptri. Lensa buatan ini
merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya
lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.

Pseudofakia

Afakia

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan


jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan
gangguan penglihatan yang serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata
atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan
kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan
benar-benar sembuh.
38 | P a g e

Presentasi
Kasus
1.

2.

ILMU PENYAKIT MATA

Perawatan Pasca Bedah4


Ganti perban dan plester tiap pagi
Selama satu minggu mata tetap ditutup, sesudah minggu ke 2 tidak perlu

ditutup tetapi memakai kacamata hitam/pelindung


Selama 2-4 minggu mata perlu dilidungi sewaktu tidur untuk mencegah

kecelakaan pada mata tanpa disadari


Selama 2 minggu sebaiknya mata jangan terkena air
Bersihkan pinggiran mata dari kotoran mata
Kontrol secara teratur ke poli mata
Penyembuhan sempurna akan didapatkan setelah 4-5 minggu
Pembuatan kacamata 2 bulan sesudah operasi

Prognosis4
Pembedahan katarak pada orang dewasa meningkatkan ketajaman penglihatan
pada 95% kasus dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas hidup,
meskipun harapan harus lebih realistis. Pada 5% lainnya, ada kerusakan retina yang
muncul atau komplikasi operasi atau pasca operasi.

3.

Komplikasi4
Komplikasi yang mungkin setelah operasi katarak termasuk kekeruhan kapsul
posterior, oedem kornea, endhoptalmitis, dan ablasi retina.

4.

Pencegahan4
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak
dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui
adanya katarak. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak
dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal

bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah


Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Lindungi mata dari sinar matahari

39 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas S, Mailangkay HHB, Saman RR, et al. Ilmu Penyakit Mata: Ilmu Urai-Faal MataEmbriologi dan Imunologi Mata. Jakarta. Sagung Seto. 2002;

2.

Ilyas, S. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-2.
Cetakan ke-2. 2003. Halaman 207-218

3.

Suhardjo, B. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata II. Laboratorium Ilmu Penyakit Mata
FK-UGM. Yogyakarta. 1991. Halaman 1-17

4.

Wijana, N. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-3.1983. Halaman 192-210.

5.

Vaughan, D, et al. Gangguan Mata yang Menyertai Penyakit Sistemik dalam


Oftalmologi Umum. Widya Medika. Cetakan I. 2000. Halaman 328-329.

6.

Kanski jj. Clinical Ophtalmology. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1999.


Halaman 657-9.

40 | P a g e

Presentasi
Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

41 | P a g e

You might also like