You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Ergonomi dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk
menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya
terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan linkungan
sehinggamanusia dapat hidup dan berkerja secara sehat, aman, nyaman, dan
efisien. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik mauoun
mental sehingga kualitas hidup secara keselurhan menjadi lebih baik (Tarwaka,
2004).
Ergonomi bukan hanya sekedar suatu label kenyamanan untuk suatu produk.
Tetapi lebih jauh merupakan sebuah kajian komprehensif yang menuntut sebuah
studi dan pendekatan keilmuan yang lebih holistik sifatnya. Untuk dapat
menerapkan ergonomi secara lebih detail. Dalam penerapan ergonomi diperlukan
suatu seni, agar apa yang akan diterapan dapat diterima oleh pemakainya dan
memberikan manfaat yan besar kepadanya. Setiap komponen masyarakat baik
masyarakat pekerja maupun masyarakat sosial diharapkan dapat menerapakan
ergonomi dikehidupan kesehariannya dalam upaya menciptakan tidak hanya
sebatas kenyaman , tetapi tujuannya juga untuk meningkatkan kesehatan,
keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.
Dalam rekam medis ergonomi sangat berperan penting dalam membantu
sistem kerja tenaga rekam medis dalam setiap pekerjaan yang dilakukan selama
bekerja terutama dalam mendesain tempat kerja baik tempat kerja lama maupun
tempat kerja baru dirancang seefisien mungkin dengan keterbatasan faktor finansial
maupun teknologi seperti keleluasan modifikas, ketersedian ruangan, lingkungan,
ukuran frekuensi alat yang digunakan, kesinambungan pekerjaan dan populasi
yang ingin ditarget.
B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya


ketidaksesuaian antara pekerja dengan lingkungan kerja secara menyeluruh
termasuk peralatan kerja yang digunakan. Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan
pada

upaya

memperbaiki

performance

kerja

dan

mampu

memperbaiki

pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau peralatan yang


disebabkan oleh kesalahan manusia.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mengetahui peran penting ergonomi dalam kerja Rekam Medis.
2. Tujuan Kusus:
a. Mengetahui tujuan dan ruang lingkup ergonomi
b. Mengetahui konsep keseimbangan dalam ergonomi
c. Faktor-faktor keberhasilan pencapaian tujuan ergonomi.
d. Mengetahui desain tempat kerja

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi


Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis
akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
1. Tujuan
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban
kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja.
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kontak

sesama

pekerja,

pengorganisasian

yang

lebih

baik

dan

menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.


3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
2. Manfaat
Adapun Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2) Menurunnya kecelakaan kerja.
3) Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4) Stress akibat kerja berkurang.
5) Produktivitas membaik.
6) Alur kerja bertambah baik.
7) Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8) Kepuasan kerja meningkat.

3. Ruang Lingkup Ergonomi


Dimana ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1) Tehnik
2) Fisik
3) Pengalaman psikis
4) Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
3

5) Anthropometri
6) Sosiologi
7) Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take, pols, dan aktivitas otot.
8) Desain, dll.
B. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi
Secara umum definisi-definisi ergonomi yang ada membicarakan masalahmasalah hubungan antara manusia pekerja dengan tugas dan pekerjaannya serta
desain dari objek yang digunakanya.
Ergonomi dapat diterapkan di mana saja, baik lingkungan rumah, di
perjalanan, di lingkungan sosial maupun dalam saat bekerja, istirahat mauoun
dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukannya dengan sehat, aman dan
nyaman. Ergonomi juga berkaitan dengan kualitas hidup manusia. Organisasi
perburuhan internasional (ILO) menetapkan, bahwa yang dimaksud dengan kualitas
hidup manusia pekerja adalah sebagai pencapaian kualitas hidup manusia secara
optimal, baik di tempat kerja, di lingkungan social maupun di lingkungan keluarga,
hal ini pula yang menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi. Berikut konsep
keseimbagan kerja antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas, antara lain :
1. Kemampuan Kerja
Kemampuan kerja seseorang sangat ditentukan oleh :
a. Personal capacy (karakteristik pribadi) : meliputi factor usia, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, status sosia, agama dan kepercayaan, status
kesehatan, kesegarantubuh dan sebagainya.
b. Physiological capacity (kemampuan fisiologis) : meliputi kemampuan dan
daya tahan cardiovascular, syaraf otot, panca indra dan sebagainya.
c. Physiological (kemampuan psikologis) : berhubungan dengan kemampuan
mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas,emosi dan sebagainya.
d. Biomechanical (kemampuan Bio-mekanik) berkaitan dengan kemampuan
dan daya tahan sendi dan persendian, tendon, dan jalian tulang.
2. Tuntutan Tugas
Tuntuntan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada :
a. Task dan material characteristics (karakteristik tugas dan material) di
tentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan, dan irama
dan sebagainya.

b. Organization characteristics (karakteristik organisasi) berhubungan dengan


jam kerja dan jam istirahat,kerja malam dan giliran, cuti dan libur,
manajemen dan sebagainya.
c. Environmental characteristics, berkaitan dengan manusian teman setugas,
suhu dan kelembaban, bising dan getaran, penerangan, sosial-budaya, tabu,
norma, adat dan kebiasaan, bahan-bhan pencemar dan sebagainya.
3. Performasi
Performasi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio dari
besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan.
a. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar dari pada kemampuan seseorang atau
kapasitas

kerjanya,

ketidaknyamanan,

maka

akan

kelelahan,

terjadi

kecelakaan,

penampilan
cedera,

kahir

rasa

berupa:

sakit

dan

sebagainya.
b. Sebaliknya bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan seseorang
dan kapasitas

kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa :

kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.


c. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan
dinamis antara tuntutan tugas kerja dengan kemampuan yang dimiliki
sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman.
4. Metodologi Ergonomi
1. Wawancara
Metode wawancara merupakan suatu rangkaian kesatuan dari beberapa
pertanyaan. Wawancara berbeda pertanyaan seperti pada kuesioner.
Wawancara bertujuan untuk mengurangi kelakuan dalam sebuah pertanyaan
untuk mendapatkan jawaban yang lebih diterima. Seorang pewawancara
harus lebih bijaksana dan fleksibel dalam mengajukan pertanyaan untuk
mengali informasi(Wilson and corlet, 1990).
2. Metode Observasi
Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada
suatu sistem kerja dan datanya sangat diperlukan sebelum dilakuan
intervensi atau analisis lebih lanjut. Tujuan pengamatan langsung adalah
untuk mendapatkan data sebagai dasar untuk menentukan perbaikan yang
sesuai dalam menyelesaikan masalah.
3. Metode Cheklist

Cheklist berisikan daftar beberapa item yang diisikan sesuai dengan


situasi yang ada, atau mencatat suatu kejadian dalam ssstem kerja.
4. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
5. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai.Membeli furniture sesuai dengan
demensi fisik pekerja.
6. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan, sakit kepala dan lain-lain.Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lainlain.
7. Penerapan Ergonomi
a. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja.Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
Proses Kerja
Waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian


akibat gerakan yang berlebihan.
e. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO
sbb:
1) Laki-laki dewasa 40 kg
2) Wanita dewasa 15-20 kg
3) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
4) Wanita (16-18 th) 12-15 kg
f. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
1) Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
2) Frekuensi pergerakan diminimalisasi
3) Jarak mengangkat beban dikurangi
4) Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
5) Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
g. Mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik
dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua
prinsip :
1) Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
2) Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.
Metode ini termasuk 5 faktor dasar :
Posisi kaki yang benar
Punggung kuat dan kekar
Posisi lengan dekat dengan tubuh
Mengangkat dengan benar
C. Faktor-faktor Keberhasilan Pencapaian Tujuan Ergonomi
Faktor Internal, yaitu lingkungan internal organisasi yang terdiri dari kekkuatan
dan kelemahan yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Faktor internal meliputi
sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan koordinasi antar unit. Dan faktor
Eksternal, yaitu lingkungan luar yang melengkapi operasi organisasi yang dari
padanya muncul peluang dan ancaman. Faktor eksternal mencakup pengguna
jasa, kelengkapan administrasi dan koordinasi dengan instasi lain.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja. Faktorfaktor tersebut antara lain :
7

1. Faktor diri, Faktor ini datang dari dalam diri si pekerja dan sudah ada sebelum
ia memulai bekerja. Faktor diri tersebut antara lain : attitude, sikap, karakteristik
fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan system
nilai.
2. Faktor situasional, faktor ini dating dari luar si pekerja dan hampir sepenuhnya
dapat diatur dan diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga disebut juga
factor-faktor manajemen yang antara lain :
1) Faktor sosial dan keorganisasian seperti

karakteristik

perusahaan,

pendidikan dan patihan, pengawasan, pengupahan, dan lingkungan social.


2) Faktor fisik antara lain : mesin, peralatan, material, lingkungan kerja, dan
metode kerja.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kerja bukan
hanya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap facor tersebut, tetapi
merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadang-kadang
mengikuti mekanisme yang sangat kompleks. Dengan demikian pimpinan
perusahaan harus dapat mengatur semua faktor-faktor dari pekerja intuk
menciptakan keberhasilan yang maksimal.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanyabaik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yamg bertujuan untuk :
1) Memelihara dan meningkatakan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan

bagi

pekerja

di

dalam

pekerjaannya dan memungkinkan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai

dengan

kemampuan

fisik

an

psikis

(http://www.departemenkesehatan.go.id/index.php, 2008).
4. Risiko karena Kesalahan Ergonomi

pekerjanya.

Sering kita jumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja.


Kecelakaan kerja tersebut disebabkan olek factor dari pekerja sendiri atau dari
pihak manajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak
pekerja sendir antara lain karena pekerja tidak hari-hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja

yang telah dibuat oleh pihak manajemen.

Sedangkan faktor penyebab timbulnya dari pihak manajemen, biasanya tidak


adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh
pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya.
5. Penerapan Ergonomi Dalam Kesehatan
Kata ergonomi di tingkat nasional mulai diperkenalkan sejak tahun 1969
melalui suatu pertemuan ilmiah dengan tema Kesehatan dan Produktivitas
dalam suatu judul makalah Approach Ergonomi Dalam rangka Meningkatakan
Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan (manuaba, 1987).
Dari tahun 1977, dalam ergonomic telah diperkenalkan konsep teknologi
tetap guna dalam memilih dan alih teknologi. Dalam perjalanan waktu konsep
tersebut dalam penerapannya mendapatakan hambatan-hambtan, sehingga
masih terdapat kecelakaan, penyakit akibat pekerjaan yang dilaksanakan.
Selanjutnya konsep teknologi tetap guna tersebut dalam penerapannya harus
dikaji lagi dengan systemic, Holistic, Interdisciplinary dan Participatory (SHIP).
Konsep tambahan ini telah diperkenalkan sejak tahun 1999, yang dikenal
dengan istilah SHIP. (Artayasa,2010). Pengabingan kedua konsep ini oleh
konseptor yaitu Prof. Adnyna Manuaba, kemudian disebutkan dengan istilah.
6. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1) Pemeriksaan sebelum bekerja, bertujuan untuk menyesuaikan dengan
beban kerjanya.
2) Pemeriksaan berkala, bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3) Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda dan yang sudah berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi


kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis
kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
1) Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2) Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya
muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3) Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang
mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi
harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi

sejumlah

pekerja

dalam

peningkatan

semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja remaja
Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alcohol dan zat stimulant
atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

10

Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes
pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan
mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan
sebagainya.
7. Permasalahan Ergonomi
Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat
dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan
posisi kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan contoh masalah ergonomi yang
dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya.
8. Faktor - faktor Penyebab Masalah
Beberapa faktor - faktor yang menyebabkan terjadi masalah adalah:
a. Banyaknya properti dan perlengkapan kerja yang tidak diperlukan.
b. Banyaknya perangkat kerja yang tidak ergonomis, seperti kursi, meja, rak.
c. Kurangnya pengetahuan dan inovasi terhadap perancangan ruang kerja
yang ergonomis.
d. Minimnya dana untuk sarana prasarana.
e. Sempitnya ruang kerja

9. Akibat Permasalahan
Adapun beberapa akibat yang ditimbulkan dari masalah adalah:
a. Ketidaknyamanan dalam bekerja akan terasa.
b. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan beisiko tinggi.
c. Menurunnya efisiensi dan daya kerja.
d. Meningkatkan kelelahan dan rasa nyeri dalam bekerja.
10. Pemecahan/ Solusi Masalah
Beberapa pemecahan/ solusi masalah adalah:
a. Merancang tempat kerja yang ergonomis dengan mengaplikasi data
anthropometri dan disesuaikan dengan ruang kerja.
b. Merancang ulang perangkat kerja yang ergonomis seperti kursi, meja, rak,
pintu, jendela, dan lain-lain.
c. Memperluas tempat kerja sesuai dengan kebutuhan.
d. Mengatur pencahayaan yang cukup.
D. Desain dan Ergonomi
Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain dan
teknologi yang digagaskan, dibuat, diperlukan (melalui transaksi jual-beli) dan
fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object)
manusia yang diwujudkan untuk memenuhui kebutuhan manusia yang memerlukan
11

perencanaan, perancangan maupu pengembangandesain, yaitu melalui tahap


menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep
perancangan, system dan detail, pembuatan propertipe dan proses produksi,
evaluasi,

dan

terakhir

dengan

tahap

pendistribusian

ide

dan

gagasan,

penggembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar.


Dalam proses pembuatan produk tidak semata mengejar fungsi akan tetapi
harus mempertimbangkan juga dari segi keamanan dalam pemakaian, nyaman
ketika digunakan, efisien dalam penggunaan bahan, dan bentuk menarik untuk
dipandang.
Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan dengan
sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel, desain alatalat lingkungan, desain alat transportasi, desain tekstil, desain grafis, dan lain-lain.
Salah satu fasilitas penunjang kegiatan manusia adalah kursi. Pada saat duduk
tulang menyangga anggota tubuh bagian atas melalui poros tulang belakang. Tulang
duduk bersentuhan langsung dengan alas duduk. Hal ini mengakibatkan terjadinya
tekanan pada sekitar pembuluh darah akibat berat tubuh bagian atas. Pada situasi
ini, otot akan terasa merasa lelah karena adanya penimbunan asam laktat.
Bentuk kursi sangat dipengaruhi otonomi tubuh dan kebutuhan akan
komponen-komponen penyangga organ tubuh. Kursi yang baik bisa menompang
punggung dan pantat, ini bertujuan agar beban dapat terdistribusi secara merata ke
bidang sandaran dan alas duduk. Kursi ergonomis mampu meningkatkan efisiensi
dan efektivitas kerja manusia. Pada saat duduk manusia memerlukan lebih sedikit
energy daripada berdiri karena duduk mengurangi beban otot statis pada kaki.
Posisi duduk memberikan kesempatan istirahat dan secara potensial, posisi
duduk lebih produktif. Kemampuan bekerja dapat ditingkatkan dan daya tahan
menjadi lebih lama. Akan tetapi sikap duduk yang salah dapat menyebabkan masalh
pada organ tubuh bagian belakang terutama daerah sekitar punggung. Tulang
belakang melakukan pemekaran ke bawah sehingga terjadi ketegangan otot dan
kekakuan pada daerah sekitar belakang pinggang.
Tujuan dari fasilitas kursi adalah menyangga tubuh manusia sehingga
kestabilan postur tubuh dapat terjaga dengan baik. Dengan demikian, didapatkan
rasa nyaman untuk beberapa waktu dan secara pratis merasakan kepuasan

12

(Pheasant, 1986) memberikan acuan sebagai titik tolak dalam mendesain sebuah
kursi sebagai berikut :
1. Tinggi alas Duduk (Seat Height)
Tinggi alas duduk adalah jarak yang didapat dari lantai ke arah
permukaan alas duduk.
2. Kedalaman Alas Duduk (Seat Depth)
Jarak ini di ukur dari ujung alas duduk sampai ke belakang menyentuh
sandaran punggung. Jika terlalu panjang, ujung alas duduk akan menekan
daerah lutut bagian dalam. Semakin dalam ukuran alas akan mempersulit
pungguna kursi duduk dan berdiri.
3. Sandaran Punggung (Backrest)
Pada prinsipnya, sandaran punggung berfungsi untuk menahan beban
anggota tubuh bagian atas (torso). Secara ideal posisi sandaran duduk tidak
tugak lurus terhadap alas duduk, melainkan agak condong ke belakang.
4. Lebar Alas Duduk (Seat Width)
Pada prinsipnya, sejauh tulang duduk dapat tersangga dengan baik oleh
alas duduk, dapat dikatakan kita telah duduk dengan baik. Akan tetapi, dari
perhitungan kenyamanan, hak tersebut belum dapat dikatakan sepenuhnya
nyaman karena ada bagian pantat yang harus disangga. Dengan sendirinya
jarak minimal antar tulang duduk (Ischial Tuberosities) harus diperlebar.
5. Sudut Sandaran
Sudut sandaran sebaiknya berkisar antara 105-115 derajat. Jika
pengukuran sudut rebah lebih besar dari yang direkomendasikan, akan terjadi
kemungkinan kesulitan untuk berdiri karena badan ditarik ke depan terlebih
dahulu.
6. Sandaran Lengan
Diperlikan adanya sandaran lengan sebagai alas istirahat tangan dan
tumpuan pada saat pengguna berdiri. Lebih disarankan ujung sandaran tidak
terlalu tajam.

13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Ergonomi dapat diterapkan
di mana saja, baik lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun
dalam saat bekerja, istirahat mauoun dalam berinteraksi sosial kita dapat
melakukannya dengan sehat, aman dan nyaman.
Faktor-faktor keberhasilan pencapaian tujuan ergonomi yaitu faktor Internal,
yaitu lingkungan internal organisasi yang terdiri dari kekkuatan dan kelemahan yang
ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek
dari manajemen puncak. Faktor internal meliputi sarana dan prasarana, sumber
daya manusia dan koordinasi antar unit. Dan faktor eksternal, yaitu lingkungan luar
yang melengkapi operasi organisasi yang dari padanya muncul peluang dan
ancaman.
Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object) manusia yang
diwujudkan untuk memenuhui kebutuhan manusia yang memerlukan perencanaan,
perancangan maupu pengembangan desain, yaitu melalui tahap menggali ide atau
gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem
dan detail, pembuatan propertipe dan proses produksi, evaluasi, dan terakhir
dengan tahap pendistribusian ide dan gagasan, penggembangan teknik, proses
produksi serta peningkatan pasar.
Bentuk kursi sangat dipengaruhi otonomi tubuh dan kebutuhan akan
komponen-komponen penyangga organ tubuh. Kursi yang baik bisa menompang
punggung dan pantat, ini bertujuan agar beban dapat terdistribusi secara merata ke
bidang sandaran dan alas duduk. Kursi ergonomis mampu meningkatkan efisiensi
dan efektivitas kerja manusia. Pada saat duduk manusia memerlukan lebih sedikit
energy daripada berdiri karena duduk mengurangi beban otot statis pada kaki. Titik
tolak dalam mendesain sebuah kursi sebagai berikut : Tinggi alas Duduk (Seat
Height), Kedalaman Alas Duduk (Seat Depth), Sandaran Punggung (Backrest),
Lebar Alas Duduk (Seat Width), Sudut Sandaran, Sandaran Lengan.

14

B. Saran
Sebaiknya setiap pekerja yang bekerja menerapkan gaya hidup yang
ergonomis agar tingkat penyakit pada setiap pekerja menurun dan gaya hidup
sehan dan nyaman pun tercapai.

15

DAFTAR PUSTAKA
Gede Arimbawa, I Made. Asfek Metodologi Dalam Peneltian Ergonomi.Institut Seni
Indonesia Denpasar, 2011.
Wardani, Laksmi Kusuma. Evaluasi Ergonomi Dalam Perancangan Desain. Jurnal
Demensi Interior 2003; 1(1): 61-73
Wiranata, Edy. Redesain Kersi Kuliah Ergonomis Dengan Pendekatan Anthirometri.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Aulia, Feby Riska. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Makasar. Skripsi. Universitas Hasanuddin, 2012.
Setyawan, Febri Endra Budi. Penerapan Ergonomi Dalam Konsep Kesehatan.
2011; 7(14): 39-50

16

You might also like