You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Pengilhatan kabur merupakan salah satu keluhan pada mata yang sering
kita temukan sehari-hari. Keluhan penglihatan kabur ini dapat bervariasi, dapat
dibagi menjadi beberapa jenis menurut beberapa kategori seperti onset, keluhan
penyerta, penyebab, dan sebagainya. iritasi biasa akibat paparan angin dan debu,
hingga penyakit mata lain yang lebih serius. Masalah penglihatan kabur yang
cukup sering ditemukan yaitu katarak.
Semua kekeruhan yang terjadi pada lensa atau kehilangan kejernihan dari
lensa yang menyebabkan adanya gangguan penglihatan disebut katarak. Katarak
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya diabetes mellitus,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang atau riwayat operasi intraocular
terdahulu. Gambaran klinis yang terlihat pada katarak sangat bervariasi tergantung
pada individu, dapat berupa penurunan tajam penglihatan yang signifikan, adanya
kilauan cahaya, dapat terjadi perbaikan presbiopia dimana mereka akan
merasakan penglihatan yang baik pada penglihatan jarak dekatnya.
Katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi di seluruh dunia dan
masih menjadi masalah serius sebagai penyebab penurunan tajam penglihatan dan
kebutaan di Amerika Serikat. Katarak juga menjadi kasus kebutaan yang memiliki
tingkat penyembuhan tertinggi di populasi Amerika dan Afrika.
Pasien dengan katarak mengeluh gangguan penglihatan yang dapat berupa
merasa silau, mata terasa seperti berkabut/berasap, sukar melihat di malam hari
atau penerangan redup, melihat ganda melihat warna terganggu, sinar, dan
penglihatan menurun.
Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan
lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.
Katarak juga menyebabkan disabilitas aktivitas sehari-hari pada seorang
individu, operasi pengangkatan lensa dengan implantasi intraocular lens menjadi
pilihan untuk mengatasi masalah ini. Diagnosis awal katarak dapat dikerjakan di
berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu sebagai dokter yang bekerja
di pelayanan kesehatan primer ada baiknya jika kita mengetahui tentang katarak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak berasal dari kata yunani Katarrhakie yaitu air terjun. Dalam
bahasa indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keaddan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti.
2.2 Epideomilogy dan Faktor Resiko
Epideomiologic models memperkirakan kira-kira terdapat 30 juta orang
buta pada seluruh dunia, 50 persen diantaranya disebabkan oleh katarak, Insiden
dari penyakit kebutaan berbeda pada tiap negara tergantung dari tingkat status
nutrisi dan penyebab infeksius dari kebutaan yang dapat dieridikasi, dan
kemampuan negara untuk melakukan terapi pada penyakit mata yang dapat
diobati seperti katarak.
The Eye Diseases Prevalalence Research Group (EDPRG) memperkirakan
penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan pada amerika dengan melakukan
penelitian population-based di amerika utara, eropa barat, dan australia antara
tahun 1990 dan 2001. EDPRG memperkirakan 0,78 persen dari seseorang yang
berumur 40 tahun di amerika akan mengalami kebutaan, 1,98 persen mengalami
penurunan tajam penglihatan, dan hanya dapat dikoreksi sampai visus mencapai
20/40 dan 20/200. Katarak diperkirakan berhubungan kira-kira 50% dari kasus
penurunan tajam penglihatan.
Menurut Beaver Dam Eye Study, seseorang dengan umur 43-53 tahun
mempunyai resiko 1,5% menderita katarak dan dapat meningkat hingga 57% pada
umur 75 tahun.
Paparan sinar ultraviolet berasosiasi dengan katarak, walaupun belum ada
bukti yang jelas karena beberapa studi tidak memeriksa hal ini secara individual.

Penelitian Chesapeake Bay Waterman mengkalkulasikan jumlah paparan sinar


UV-B pada 838 subjek, dan menemukan hasil bahwa orang yang terkekspos sinar
ultraviolet 2x lebih banyak meningkatkan resiko katarak sebanyak 60%.
Penelitian dari London City Eye menunjukkan seorang yang merokok
dengan jumlah 25 batang perhari memiliki resiko 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok. Penelitian yang dilakukan Framingham Eye
menunjukkan bahwa Diabetes Melitus meningkatkan resiko katarak pada
seseorang.
Penelitian case-control Oxfordshire menunjukan bahwa seseorang yang
mengkonsumsi alkohol sebanyak 4 unit sehari meningkatkan resiko menderita
katarak sebesar 2 kali lipat.
2.3 Gejala Klinis
Gejala umum katarak adalah adanya penurunan penglihatan disertai
dengan keluhan pandangan yang silau. Perubahan pada kemampuan refraksi juga
mungkin terjadi. Katarak yang ringan harus diawasi dengan ketat gejala-gejala
yang dialaminya seperti penurunan tajam penglihatan, sensitivitas kontras maupun
melihat banyak bayangan yang secara konstan maupun yang timbul pada saat
tertentu saja. Pasien harus diberitahukan bahwa adanya kekeruhan lensa tidak
menjamin keharusan untuk dilakukannya operasi.
Banyak pasien yang tidak terdiagnosis katarak datang pertama kali dengan
keluhan penurunan tajam penglihatan yang mengganggu kegiatan sehari-hari.
Pasien yang demikian harus melakukan pemeriksaan mata secara komprehensif.
Elemen penting dari pemeriksaan antara lain :
Anamnesis
Data demografis(umur, jenis kelamin dan ras) harus dikumpulkan saat
pertama kali pasien datang. Keluhan dari pasien harus dapat menjelaskan apakah
gangguan penglihatan yang dialaminya terjadi secara akut atau perlahan-lahan.
Pada katarak biasanya gangguan penglihatan terjadi perlahan-lahan. Tetapi
terkadang katarak dapat berlangsung selama beberapa tahun namun baru diketahui
saat mata yang sehat mengalami gangguan. Pasien harus ditanyakan tentang
gangguan penglihatan pada kondisi tertentu seperti saat gelap dan silau.
Riwayat gangguan refraksi, penyakit mata terdahulu, amblyopia, operasi
mata dan trauma pada pasien harus didapatkan dalam anamnesis pasien. Pasien

juga harus ditanyakan tentang gangguan dalam melakukan aktivitas yang


melibatkan mata seperti berjalan dan mengemudi, membaca pada tempat yang
terang maupun gelap, membaca tulisan yang kecil.
Pasien juga biasanya mengeluhkan gejala-gejala lain pada katarak seperti
penglihatan yang silau, adanya myopic shift, monocular diplopia.
2.4 Manifestasi Klinis
Temuan yang didapatkan pada pemeriksaan mata didasari oleh penyebab dan
parahnya katarak serta mengkaji penyakit lain yang mungkin menyebabkan gejala
maupun membatasi penglihatan yang baik setelah dilakukannya operasi katarak.
Bagian dari pemeriksaan mata antara lain:
Pemeriksaan visus pada lingkungan yang gelap maupun terang
Pemeriksaan funduskopi dengan pemberian obat midriatikum
Pemeriksaan gerakan bola mata
Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan tekanan intra okular
Pada

Katarak imatur

ditemukan sebagian lensa keruh, cairan lensa

bertambah, iris terdorong, bilik mata depan dangkal, dan shadow test positif.
Kekeruhan lensa dapat terjadi karena penumpukan matriks-matriks serta protein
pada lensa. Cairan lensa yang bertambah dapat terjadi dikarenakan . Bilik mata
depan dangkal bisa disebabkan karena overhidrasi pada lensa yang menyebabkan
penekanan lensa pada iris dan membuat bilik mata depan menjadi lebih dangkal.
Hal ini dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Pada katarak imatur dapat
ditemukan adanya iris shadow. Iris shadow merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan senter dan di arahkan ke arah mata pasien dari arah temporal
sebesar 45o, iris shadow dikatakan positif bila ditemukan adanya gambaran terang
seperti bulan sabit pada lensa. Iris shadow pada katarak imatur masih positif,
sedangkan iris shadow akan menunjukan hasil negatif pada katarak matur atau
hipermatur.
Diagnosis Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah
(slit- lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada
pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum.
2.5 Terapi

Perawatan

pada

pasien

katarak

memerlukan

konsultasi

kepada

opthalmologis. Secara umum pilihan pengobatan untuk pasien katarak tergantung


daripada seberapa parah gejala yang dialaminya. Secara garis besar pengobatan
untuk katarak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Untuk penatalaksanaan non-bedah,

diberikan Pirenoxin Sodium

Eye Drop 0,005% dengan dosis 4 kali sehari. Pirenoxin sodium bekerja
menginhibisi selenite atau calcium ion yang merupakan faktor-faktor yang
membentuk

katarak. Terapi pembedahan merupakan terapi definitif untuk

mengobati gangguan penglihatan pada katarak.


Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.
Pada pasien post operasi dapat diberikan terapi antibiotic, steroid atau
NSAID (direkomendasikan oleh Grade A.)

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita

: Wayan Seranti

Umur

: 50 tahun

Alamat

: Banjar Batunya, Baturiti, Tabanan

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Hindu

Suku/Bangsa

: Bali/Indonesia

3.2 ANAMNESA
Keluhan Utama : Pandangan kabur
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan pandangan kabur pada kedua matanya sejak 2 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan penglihatan kabur terjadi secara bersamaan
pada kedua mata. Penglihatan kabur dikatakan semakin memberat dari hari ke
hari. Awalnya pasien hanya merasakan adanya pandangan kabur pada mata
kanan dan kirinya, semakin hari dikatakan keluhan pandangan kaburnya ini
juga disertai juga dengan pandangan yang silau. Pandangan kabur ini
dialaminya sepanjang hari sehingga sangat mengganggu pekerjaan seharihari. Pasien juga mengatakan sudah 6 bulan belakangan ini ia tidak lagi
bekerja karena pandangannya sangat kabur. Untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari di rumah pasien masih bisa melakukan, tetapi terganggu karena
pasien tidak bisa melihat dengan jelas. Tidak jarang juga pasien
membutuhkan bantuan keluarganya untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Rasa perih dirasakan lebih berat pada mata sebelah kiri.
Keluhan lain seperti nyeri pada mata, perih, gatal,pusing, demam,
pilek,nyeri tenggorokan, dan pandangan seperti melihat pelangi disangkal
oleh pasien.

Riwayat Pengobatan:
Pasien mengatakan ia tidak pernahke dokter untuk mengatasi keluhan mata
kaburnya, pasien juga tidak pernah menggunakan tetes mata untuk mengatasi
keluhan mata kaburnya ini. Pasien pernah mengalami operasi katarak pada
mata kanannya yaitu tanggal 7 Juli 2014.

Riwayat penyakit terdahulu:


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
Pasien juga mengatakan ia memiliki riwayat kencing manis sejak 2 tahun
yang lalu. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi maupun asma
disangkal. Riwayat alergi disangkal oleh pasien. Riwayat demam,batukdan
pilek sebelumnya juga disangkal.
Riwayat Sosial:
Pasien dulunya bekerja sebagai petani. Tetapi semenjak pandangannya
mulai kabur, pasien sudah tidak bekerja lagi. Kegiatan sehari-hari di rumah
juga sudah tidak dilakukan, kegiatan sehari-hari di rumah dilakukan oleh
suami pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan ibunya juga memiliki penyakit kencing manis, tetapi
tidak ada riwayat gangguan penglihatan seperti yang dialaminya. Riwayat
penyakit sistemik lain pada keluarga seperti hipertensi dan asma disangkal
oleh pasien.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 kali / menit

Temperatur aksila

: 36 C

Staus Lokalis
Okuli Dekstra
(OD)
6/12
6/7,5

Visus
Refraksi/Pin Hole
Supra cilia

Okuli Sinistra
(OS)
1/60
1/60

Madarosis
Sikatriks
Palpebra superior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan
Palpebra inferior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan
Pungtum lakrimalis
Pungsi
Benjolan
Konjungtiva tarsal superior
Hiperemi
Folikel
Sikatriks
Benjolan
Sekret
Papil
Konjungtiva tarsal inferior
Hiperemi
Folikel
Sikatriks
Benjolan
Konjungtiva bulbi
Kemosis
Hiperemi
- Konjungtiva
- Silier
Perdarahan subkonjungtiva
Pterigium
Pingueculae
Sklera
Warna
Pigmentasi
Limbus
8

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak dilakukan
Tidak ada

Tidak dilakukan
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada

Putih
Tidak ada

Arkus senilis
Kornea
Odem
Infiltrat
Ulkus
Sikatriks
Keratik presipitat
Kamera okuli anterior
Kejernihan
Kedalaman
Iris
Warna
Koloboma
Sinekia anterior
Sinekia posterior
Iris Shadow
Pupil
Bentuk
Regularitas
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya konsensual
Lensa
Kejernihan
Dislokasi/subluksasi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Jernih
Normal

Jernih
Normal

Coklat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Coklat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Bulat
Reguler
Ada
Ada

Bulat
Reguler
Ada
Ada

Jernih
Tidak ada

Keruh
Tidak ada

3.4 RESUME
Pasien perempuan, 50 tahun, mengeluh mata kanan dan kiri kabur sejak 2
tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan pandangan yang silau dan mata
merah pada kedua mata beberapa minggu setelah keluhan mata kaburnya.
Keluhan dikatakan muncul perlahan-lahan dan memberat dari hari ke hari.
Riwayat pengobatan menggunakan obat tetes mata disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit sama sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit sistemik
disangkal.
Pemeriksaan lokal mata
OD
6/12 pH 6/7,5
Normal

Pemeriksaan
Visus
Palpebra

OS
1/60
Normal

Normal

Konjungtiva

Jernih
Dalam
Bulat, regular
Sentral, bulat, isokor,
RP (+)
IOL (+)
Positif

Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
Refleks
Fundus

3.5 DIAGNOSIS BANDING


OS katarak senilis immatur
OD Pseudophakia
ODS Glaukoma Kronis
3.6 DIAGNOSIS KERJA

OS katarak senilis immatur

OD Pseudophakia

3.7 USULAN PEMERIKSAAN


Snellen Chart.
Slit-lamp test.
Biometri.
Tonometry Schiotz.
Retinometri
3.8 TERAPI
Rencana ECCE phacoemulsifikasi OS
Koreksi Kacamata
Ciprofloxacin 2x500mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg (k/p)
Xitrol Eye Drop 6 x 1 tts OD
KIE

10

Normal
Jernih
Dalam
Bulat, regular
Sentral, bulat, isokor,
RP (+)
Keruh
Positif

BAB IV
PEMBAHASAN
1.
2.

A
Faktor Resiko seseorang menderita katarak diantaranya paparan sinar UV

yang berlebih, adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat merokok dan
mengonsumsi alcohol. Pada pasien ini ditemukan faktor resiko meningkatnya

11

paparan sinar UV B karena pasien dahulu bekerja sebagai petani, pasien juga
mengatakan ia menderita DM yang baru terdiagnosis 2 tahun yang lalu. Sehingga
pasien tergolong seseorang yang memiliki resiko menderita katarak.
Pada Katarak imatur ditemukan sebagian lensa keruh, cairan lensa
bertambah, iris terdorong, bilik mata depan dangkal, dan shadow test positif. Pada
pemeriksaan pada pasien ditemukan adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kiri, dan didapatkan iris shadow positif. Bilik mata depan yang dangkal bias
terjadi jika telah terjadi overhidrasi dari isi lensa yang menekan iris dan membuat
bilik mata depan semakin dangkal sehingga sesuai dengan gejala yang ditemukan
pada penderita katarak immature.
Terapi pembedahan merupakan terapi definitif untuk mengobati
gangguan penglihatan pada katarak. Dengan teknik bedah yang mutakhir,
komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik
dapat mencapai 95%.Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi.
Keberhasilan

tanpa

komplikasi

pada

pembedahan

dengan

ECCE

atau

fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat


hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart. Pada pasien
post

operasi

dapat

diberikan

terapi

antibiotic,

steroid

atau

NSAID

(direkomendasikan oleh Grade A.) Sehingga pada pasien ini direncanakan untuk
operasi ECCE phacoemulsifikasi, dipilih tehnik ini karena stadium pasien
tergolong immature dan Ciprofloxacin 2 x 500 mg digunakan untuk mencagah
infeksi sekunder . Asam Mefenamat 3 x 500 mg dan Xitrol Eye (Deksametason
0,1%, neomycin, mopolimycin) Drop 6 x 1 tetes merupakan NSAID yang
berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri

12

DAFTAR PUSTAKA
Cynthia AM, David LS, Ian LB et all, Optometric Clinical Practice Guideline
Care of the Adult Patient with Cataract, American Optometric Association, 2004.
Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2011.
Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000.

13

You might also like