You are on page 1of 12

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN UPAH NOMINAL DAN

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP LABOR COST


SERTA KELAYAKAN HIDUP BURUH INDONESIA

Disusun Oleh:
Lita Rudoturahman

H14110003

Widya Paramawidhita

H14110012

R. Ayu Anindhia

H14110020

Cahyaning Rosy Adhiba

H14110023

Dosen: Tanti Novianti, SP, MSi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis
yang berjudul Analisis Dampak Perubahan Upah Nominal dan Produktivitas
Tenaga Kerja Terhadap Labor Cost Serta Kelayakan Hidup Buruh Indonesia.
Judul tersebut merupakan gagasan/ide dari penulis untuk memberikan informasi
mengenai analisis dampak dari perubahan upah nominal terhadap produktivitas
tenaga kerja.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Tanti Novianti, SP, MSi yang telah
memberikan tugas akhir mata kuliah Ekonomi Ketenagakerjaan, sehingga penulis
dapat menambah wawasan tentang pengupahan terkini yang sedang terjadi pada
perekonomian di Indonesia. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata
pepatah, Tak ada gading yang tak retak maka penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca yang meluangkan waktunya untuk
menyimak isi dari makalah ini.

Bogor, Desember 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................................
1.2 RumusanMasalah...........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................


BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perubahan Produktivitas dan Upah Nominal Buruh Tahun 2010-2012
3.2 Pengaruh Perubahan Labor Cost Terhadap Inflasi Serta Sebaliknya
3.3 Penyesuaian Perubahan Upah dan Produktivitas Buruh Terhadap Labor
Cost Serta Kelayakan Hidup Buruh...............................................................
3.4 Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Kelayakan Hidup Buruh
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iv

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.........................................................................................................................11
Tabel 2.........................................................................................................................16
Tabel 3..................18

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Indonesia sebagai Negara berkembang yang berusaha mengembangkan
sayapnya di sektor perekonomian khususnya industri, saat ini tengah menghadapi
masalah internal ketenagakerjaan khususnya buruh. Menurut data The World
Factbook yang dikeluarkan oleh Central Intelligence Agency (CIA), Indonesia masuk
jajaran negara yang memiliki kekuatan buruh terbesar. Jika dikalkulasi pada tahun
2012 jumlah buruh di Indonesia mencapai 118,1 juta dan menduduki peringkat ke-5
di dunia. Jumlah buruh yang sangat besar tersebut tentu baik untuk peningkatan
produktivitas setiap industri. Sayangnya tidak semua perusahaan industry besar dan
sedang yang memperhatikan kesjahteraan para buruhnya. Hal ini membuat tingginya
intensitas buruh untuk berkonflik tidak hanya dengan perusaahannya tetapi juga
pemerintah.
Pemeritah Indonesia pun mencanangkan akan membatasi kenaikan upah para
buruh pada tahun 2014. Masalah yang kemudian terjadi adalah para buruh tersebut
tidak akan pernah menikmati kenaikan upah karena inflasi tinggi. Harga barang yang
mahal membuat penerimaan riil selalu menyusut. Kelayakan hidup mereka pun
menjadi stagnan di level rendah karena kenaikan upah yang mereka terima kurang
mampu meningkatkan kelayakan hidup mereka. Banyak pihak yang mempertanyakan
produktivitas para buruh apakah sesuai dengan upah yang mereka terima.
Apalagi inflasi Indonesia di tahun 2013 telah mencapai level yang tinggi per
tanggal 15 November 2013 yaitu 4.80 persen. Kenaikan UMP pun harus
memperhitungkan produktivitas tenagakerja, kondisi ekonomi domestik saat ini, dan
kondisi perusahaan. Perusahaan tentu harus memperhitungkan dengan baik labor cost
yang dikeluarkan dan meningkatkan produktivitas sehingga kadangkala harus
mengorbankan para pekerjanya. Maka dari itu, kami mengangkat topic tersebut untuk
mengetahui lebih dalam bagaimanakah kondisi pengupahan dan produktivitas buruh

terhadap labor cost yang dikeluarkan perusahaan terkait dengan kelayakan hidup para
buruh di Indonesia.
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimanakah perubahan produktivitas dan upah nominal buruh tahun 20102012?
2. Bagaimanakah pengaruh perubahan labor cost terhadap inflasi ataupun
sebaliknya?
3. Bagaimanakah kesesuaian perubahan upah dan produktivitas buruh terhadap
labor cost dan kelayakan hidup mereka?
4. Apakah yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
kelayakan hidup buruh?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis perubahan produktivitas dan upah nominal buruh tahun 20102012.
2. Menganalisis pengaruh perubahan labor cost terhadap inflasi ataupun
sebaliknya.
3. Menganlaisis kesesuaian perubahan upah dan produktivitas buruh terhadap
labor cost dan kelayakan hidup mereka.
4. Mengetahui apa yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi
permasalahan kelayakan hidup buruh.

BAB II

vi

TINJAUAN PUSTAKA
Produktivitas Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang adalah suatu nilai yang
menunjukkan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan barang produksi yang
diukur dengan membagi nilai tambah produksi terhadap jumlah tenaga kerja yang
dibayar. Nilai tambah adalah besarnya output dikurangi besarnya nilai input (biaya
antara).

Kegunaannya untuk mengukur tingkat kemampuan tenaga kerja Industri


Besar dan Sedang dalam menghasilkan barang produksi. Membantu perencanaan dan
mengevaluasi kebijakan upah dan harga. Secara umum menurut Sinungan (2000: 23)
pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga
jenis yang sangat berbeda, yaitu :
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang
serta tingkatannya.
2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian secara
relatif.
3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang
terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan
untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja (Labor Cost) adalah harga yang
vii

dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Dapat juga diartikan
semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan , elemen
biaya tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah biaya tenaga kerja untuk
karyawan di pabrik.
Biaya Tenaga Kerja dibagi ke dalam 3 golongan besar, yaitu :

Gaji dan Upah

Premi Lembur

Biaya-Biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor related costs)

Upah merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena jumlah
upah atau balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya akan
mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap jalannya perusahaan.
Jenis-jenis Upah
1.

Upah Nominal
Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada
pekerja/buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau
pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
kerja.

2.

Upah Nyata (Riil Wages)


Upah nyata adalah uang nyata, yang benar-benar harus diterima seorang
pekerja/buruh yang berhak.

BAB III

viii

PEMBAHASAN
3.1 Perubahan Produktivitas dan Upah Nominal Buruh Tahun 2010-2012
3.3 Penyesuaian Perubahan Upah dan Produktivitas Buruh Terhadap
Labor Cost Serta Kelayakan Hidup Buruh
Nasib buruh kita masih memprihatinkan. Dari 112,8 juta orang yang bekerja
(per Februari 2012), baru 42,1 juta orang bekerja di sektor formal dan 70,7 juta orang
masih di sektor informal yang minim perlindungan sosial dengan upah rendah.
Setiap tangal 1 Mei, buruh sedunia termasuk di Indonesia, memperingati hari
buruh disertai tuntutan kesejahteraan dan perubahan kebijakan perburuhan melalui
aksi demonstrasi. Ini menandakan pemerintah masih kurang memperhatikan nasib
buruh. Isu aktual yang selalu didengungkan adalah upah buruh, karena upah adalah
pangkal menuju kesejahteraan. Namun tampaknya upah minimum buruh di Indonesia
tidak memungkinkan untuk sejahtera. Dalam menetapkan UMP/K, belum semua
daerah menyesuaikan dengan kebutuhan hidup layak (KHL). Meski UMP/K telah
ditetapkan, namun praktiknya belum semua perusahaan mematuhi.
Upaya penegakan hukum adalah tugas pemerintah sebagai pihak yang
memiliki kekuasaan memaksa, sementara buruh hanya bisa menekan melalui aksiaksinya. Hidup berkecukupan tanpa menghawatirkan masa depan tampaknya masih
sebatas anganangan bagi sebagian besar buruh di Indonesia. Bagi mereka yang
bekerja selama 8 jam hanya mendapat upah sesuai UMP, dan jika ingin lebih harus
bekerja lembur. Bagi pekerja kontrak, pemutusan kontrak kerja selalu menghantui.
Bagi yang sudah berumahtangga, harus bergelut dengan kebutuhan anak istri, biaya
sekolah, kesehatan, dan sebagainya.
Faktanya belum semua perusahaan yang benar-benar memperhatikan
kesejahteraan buruh. Mensejahterakan buruh bukanlah perkara mudah ditengah
persoalan yang menghimpit perusahaan. Pengusaha harus bersiasat menekan biaya
demi menjaga daya saing. Tidak kurang dari 55,5 juta pekerja kita hanya
berpendidikan SD atau lebih rendah, hal yang mengakibatkan produktivitas buruh di
Indonesia dinilai rendah. Pemerintah harus serius mengatasi masalah ini agar
ix

kompetensi pekerja dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja dan memperoleh upah
layak. Disamping persoalan produktivitas, lemahnya daya saing perusahaan di
Indonesia juga disebabkan oleh insefisiensi dan biaya logistik, pungutan ilegal,
birokrasi lambat, dan lainnya.
Pemerintah harus serius menuntaskan pekerjaan rumahnya, seperti penyediaan
infrastruktur, pungutan liar, birokrasi lamban, kepastian hukum, dan jaminan pasokan
energi, yang merupakan kendala utama peningkatan daya saing. Jika masalah ini
teratasi, tentu daya saing produk Indonesia meningkat sehingga pengusaha bisa
membayar remunerasi buruh jauh lebih baik dari sekarang. Saat buruh hidup lebih
sejahtera, konsumsi

akan meningkat,

dan perusahaan

akan meningkatkan

produksinya, dan penerimaan negara dari pajak akan meingkat untuk membiayai
pembangunan.
3.4 Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Kelayakan Hidup Buruh
Di tengah kondisi perekonomian yang masih sulit, saat ini, angka-angka hidup
layak untuk seorang pekerja adalah beban besar bagi dunia usaha. Situasi seperti ini
tidak hanya dihadapi dunia usaha di Indonesia, tapi juga di negara-negara yang sudah
menerapkan teknologi tinggi dalam industrinya.
Selain persoalan upah buruh, standar keamanan dalam bekerja juga kerap
membuat pengusaha harus mengernyitkan dahi. Belum lagi masalah humanisasi
pekerja, di mana pengusaha pemilik industri wajib menyediakan tempat tinggal,
makanan, kesehatan, dan lain-lainnya bagi semua pekerjanya.
Di sisi lain, pengusaha harus terus menjalankan prinsip bisnisnya, yakni
mencari keuntungan. Bagi pengusaha, cara paling mungkin adalah mengurangi biaya
fixed cost produksinya. Cara termudah adalah mengurangi jumlah pekerja dengan
menambah mesin-mesin otomatis dalam lini produksinya. Dengan alasan kualitas dan
efisiensi kerja, ini sebuah tindakan benar.
Hanya saja, teknologi adalah sebuah keping uang logam, yang bersamanya
terbawa sisi negatif dan positif. Dari sisi pengusaha, pemanfaatan teknologi akan
membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efisien dan lebih menguntungkan. Mereka
x

tidak lagi terbebani dengan keharusan memberikan upah bagi para pekerjanya setiap
akhir bulan.
Tapi, sisi segi negatifnya, si buruh yang hanya punya kepintaran terbatas pasti
tergeser dan bergabung dalam kelompok penganguran lagi. Akhirnya, bertambahlah
barisan pengangguran di Indonesia yang kini sudah mencapai 32 juta orang.
Karena itu, perlu ada solusi kreatif untuk mengatasi persoalan ini. Salah
satunya adalah, mereka yang terdepak dari arena pekerjaan bisa diajari untuk beralih
profesi menjadi pengusaha. Dengan uang pesangon yang dimilikinya -- kalau perlu
didukung dana bantuan yang disediakan pemerintah -- para eks-pekerja ini bisa
diarahkan untuk menjadi manusia-manusia kreatif dan berdaya guna.
Begitu luas ladang usaha kecil dan menengah (UKM) yang bisa digarap oleh
mereka yang tersingkir dari pekerjaannya. Selain pengangguran akan terkurangi,
perekonomian nasional akan ikut menggeliat dengan bertambahnya pengusaha
berstatus small is beautiful (kecil tapi indah) ini.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

xi

Anonim. 2013. [terhubung berkala]. http:// bps.go.id/ (20 Desember 2013).


Anonim.

2013.

[terhubung

berkala].

http://id.tradingeconomics.com/indonesia/inflation-cpi (20 Desember 2013).


Anonim.

2013.

[terhubung

berkala].

http://sirusa.bps.go.id/index.php?

r=indikator/view&id=103 (20 Desember 2013).


Purnomo, Herdaru. 2013. Ini Negara dengan Kekuatan Buruh Terbesar di Dunia, RI
Peringkat

Berapa?.

[terhubung

berkala].

http://finance.detik.com/read/2013/11/15/151627/2414299/4/6/ini-negaradengan-kekuatan-buruh-terbesar-di-dunia-ri-peringkat-berapa#bigpic (20
Desember 2013).
Riadi,

Muchlisin.

2012.

Produktivitas

Kerja.

[terhubung

berkala]

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/produktivitas-kerja.html (20 Desember


2013).

xii

You might also like