You are on page 1of 24

ILMU

KESEHATAN
ANAK
Nama : An. I

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ANAMNESIS

NO RM : 3

Jenis Kelamin : Laki-laki

Ruang : Melati
Kelas : III-16

: An. I

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir

: Karanganyar, 14 Mei 2011

Umur

: 3 tahun

Nama Ayah

: Tn. N

Umur

: 28 tahun

Pekerjaan ayah

: Pedagang

Pendidikan ayah

: SMK

Nama ibu

: Ny. I

Umur

: 22 tahun

Pekerjaan ibu

: Ibu rumah tangga

Pendidikan ibu

: SD

Alamat

: Gondang 1/3 Kedung jeruk Mojogedang

Masuk RS tanggal

: 18 Juli 2014

Dokter yang merawat : dr.Elief Rohana, Sp.A, M.Kes

Umur : 3 tahun

Nama lengkap

Jam : 10.00

Diagnosis masuk : Obs. Kejang


Ko Asisten : Bentarisukma, S.Ked

Tanggal : 18 Juli 2014 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati


KELUHAN UTAMA

: Kejang

KELUHAN TAMBAHAN

:-

1. Riwayat penyakit sekarang


1 jam SMRS Pasien mengalami kejang kira-kira 30 menit. Pasien kejang saat bangun tidur.
Kejang tidak disertai demam. Saat kejang mata pasien terpaku dan mengalami penurunan
kesadaran, (bersifat fokal). Batuk (-), pilek (-), lemas (+), nafsu makan berkurang (+), minum
sedikit (+), nyeri tenggorokan (-), nyeri telinga (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), bintik merah pada kulit (-), sesek (-), BAB /BAK baik. Pasien sempat di bawa ke
bidan namun keadaan umum pasien tidak membaik dan pasien mengalami penurunan kesadaran,
sehingga bidan merujuk ke RSUD Karanganyar.
HMRS Pasien di bawa ke IGD RSUD Karanganyar dengan masih kejang dan kondisi belum
sadar, batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), BAB/ BAK baik.
2. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat kejang disertai demam
Riwayat trauma kepala

: diakui (umur 4 bulan)


: diakui (6 bulan-2 tahun)

Riwayat kejang tanpa demam : disangkal


1

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
: diakuiANAK
(sejak anak belajar berjalan sampai sekaran)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Riwayat sering terjatuh

Kesan : Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit pada keluarga
Riwayat kejang tanpa demam

: diakui (Ayah saat balita)

Riwayat kejang dengan demam

: disangkal

Riwayat trauma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Kesan : Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit lingkungan
Riwayat kejang

: disangkal

Kesan : Tidak terdapat riwayat penyakit lingkungan yang berhubungan dengan penyakit
sekarang
5. Pohon keluarga

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Ayah pasien dengan riwayat kejang
RIWAYAT PRIBADI
2

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

1) Riwayat kehamilan dan persalinan

NO RM : 3

a. Riwayat kehamilan ibu pasien


Ibu G1P0A0 Hamil saat usia 20 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan. Ibu
tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat
hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Ibu hanya minum
obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu dinyatakan normal. Berat
badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan.
Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan normal,
presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3000 gram dan panjang 49 cm,
tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 3000 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI tidak langsung keluar, bayi dilatih menetek
pada hari ke 3.
Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.
2) Riwayat makanan
0-4 bulan
: ASI
4-12 bulan
: Susu formula, roti, buah-buahan, diselingi nasi tim kuah sayur.
1-2 tahun
: Susu formula, diselingi nasi dan kuah sayur.
3 tahun
: Teh
Kesan : Pasien tidak mendapat ASI eksklusif.

3) Perkembangan dan kepandaian :


Perkembangan dan kepandaian pasien:
Motorik Kasar
Tengkurap
(4 bulan)

Motorik Halus
Memegang

Bahasa
Menoleh ke

benda (3 bulan)

sumber suara

Personal Sosial
Tersenyum
(3 bulan)

ILMU
KESEHATAN
(5 bulan)
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Duduk sendiri
(6 bulan)

Makan sendiri

Berbicara baik
(2 tahun)

(1 tahun)

NO RM : 3

Berpartisipasi dalam
permainan (ikut tepuk

tangan)
(9 bulan)
Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia.
4) Vaksinasi
Jenis
HEPATITIS B
BCG
DPT

I
0 bulan
1 bulan
2 bulan

II
2 bulan
4 bulan

III
4 bulan
6 bulan

IV
6 bulan
-

V
-

VI
-

POLIO
CAMPAK

1 bulan
9 bulan

2 bulan
-

4 bulan
-

6 bulan
-

Kesan : Imunisasi dasar lengkap


5) Sosial, ekonomi, dan lingkungan:
Sosial dan ekonomi
Ayah (28 tahun, pedagang) dan ibu (22 tahun, ibu rumah tangga), penghasilan keluarga tidak
menentu sekitar Rp750.000,00 Rp 1.500.000.,- /bulan keluarga merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya. Rumah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga,
dapur, kamar mandi dan 3 kamar tidur. WC menyatu dengan kamar mandi. Sumber air berasal
dari air sumur. Rumah berlantai keramik.
Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup.

6) Anamnesis sistem :
Cerebrospinal

: kejang (+), delirium (+), sakil kepala (-)

Kardiovaskuler : sianosis (-), biru (-)


Respiratorius

: batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak (-)

Gastrointestinal : muntah (-), BAB (+) dbn


Urogenital

: BAK (+) dbn, nyeri berkemih (-)

Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
4

Integumentum

ILMU
KESEHATAN
: bintik merah (-), ikterik (-) ANAK

Otonom

: demam (-)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

Kesan : terdapat masalah di sistem cerebrospinal.

PEMERIKSAAN

Nama : An. I

JASMANI

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 3 tahun
Ruang : Melati
Kelas : III-16

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1
PEMERIKSAAN OLEH : Bentarisukma, S.Ked ANAK
Tanggal 18 Juli 2014
Jam 12.00
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Compos Mentis
TANDA VITAL :
Nadi : 120 x/menit
RR

: 28 x/menit

Suhu : 37,1C
Status Gizi : Baik
BB

: 15 kg

TB

: 85 cm

Kesimpulan status gizi : baik menurut WHO


Kulit

: Sawo matang, pucat (-), sianosis (-), petekie (-).

Kel.limfe

: Tidak terdapat pembesaran limfonodi.

Otot

: Kelemahan (-),atrofi (-),nyeri otot (-).

Tulang

: Tidak ada deformitas tulang

Sendi

: Gerakan bebas

Kesan : Kulit, kel limfe, Otot, Tulang dan Sendi dalam batas normal
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala

: Normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup.

Ubun-ubun besar
Mata

sudah menutup.

: Mata cowong (-/-), air mata (+/+), CA (-/-), SI (-/-), reflek

cahaya (+/+),

edema palpebra (-/-)

Hidung

: Sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Mulut

: Mukosa bibir dan lidah kering (-), sianosis (-)

Faring

: Hiperemis (-), tonsil membesar (-)

Leher

: Pembesaran limfonodi (-)

Kesan : terdapat gangguan di bagian hidung

Thorax

: Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)

Cor
Inspeksi

: ictus cordis tampak


6

ILMU
KESEHATAN
: ictus cordis tidak kuat
angkat
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Palpasi

NO RM : 3

Perkusi :
batas kanan atas

: SIC II linea parasternalis dextra

batas kanan bawah

: SIC IV linea parasternalis dextra

batas kiri atas

: SIC II linea parasternalis sinistra

batas kiri bawah

: SIC IV linea midclavicula sinistra

Auskultasi

: BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-)

Pulmo :
Kanan
Simetris(+), retraksi (-)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDV normal, Rh (-), Wh (-)
Kanan
Simetris (+)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDVnormal, Rh (-), Wh (-)
Kesan : Thorax dalam batas normal

DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Kiri
Simetris (+),retraksi (-)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDV normal, Rh (-), Wh (-)
Kiri
Simetris (+)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDVnormal, Rh (-), Wh (-)

Abdomen :
Inspeksi

: Distended (-), sikatrik (-)

Auskultasi

: Peristaltik

Perkusi

: Timpani (+), pekak beralih (-)

Palpasi

: Turgor kulit normal, nyeri tekan (-),

Hepar

: Tidak teraba membesar

Lien

: Tidak teraba membesar

Anogenital

: Tidak ada kelainan

Kesan : Abdomen dalam batas normal

Ekstremitas

Pemeriksaan
Sianosis
Oedema

Ekstremitas superior
7

Ekstremitas inferior
-

ILMU
KESEHATAN
- ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Akral dingin
Capiler refill
< 2 detik
Reflek fisiologis
normal
Reflek patologis
Tonus
normal
Klonus
Kesan : status neurologi dalam batas normal

NO RM : 3

< 2 detik
Normal
Normal
-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN


(18 Juli 2014)
Darah Rutin
Pemeriksaan

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Hemoglobin

10,1

14-18

g/DL

Hematokrit

33,2

40-43

Leukosit

20,9

5-10

x103 ul

Trombosit

508

150-300

x103 ul

Eritrosit

4,11

4,5-5,5

x106 ul

MPV

12,5

6,5-12

Fl

PDW

18,2

9-17

MCV

80,8

82-92

fl

MCH

24,6

27-31

pg

MCHC

30,4

32-37

g/DL

Limfosit %

37

25-40

Monosit %

3-9

Granulosit %

59

50-70

HEMATOLOGI

INDEX

HITUNG JENIS

Kesan : Hasil laboratorium terdapat peningkatan angka leukosit.


8

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien dibawa ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan kejang (+), mata terpaku (bersifat

fokal), lama kejang kurang lebih 30 menit


Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang
Tidak terdapat riwayat penyakit pada lingkungan yang ditularkan pada pasien.
Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik.
Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Imunisasi dasar lengkap.
Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia.
Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup.

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK


KU: CM
Vital sign HR : 120 x/menit ; RR : 28 x/menit ; Suhu : 37,1C
Status gizi baik menurut WHO.
Kepala: CA -/-, SI -/ Mata: cekung (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Mulut : mukosa dan lidah kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : dalam batas normal
Abdomen: peristaltic dan turgor kulit dalam batas normal
Extremitas: dalam batas normal

LABORATORIUM
Hasil laboratorium terdapat peningkatan angka leukosit.
DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
AKTIF
Kejang
INAKTIF
9

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

DIAGNOSA KERJA
Obs. Kejang
DIAGNOSA BANDING
Epilepsi
Ensefalitis
Mengitis
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Obsevasi keadaan umum dan vital sign
Observasi kejang
Pemeliharaan hidrasi dan nutrisi
Bed rest
Rencana Terapi
Inf. KAEN 3A 12 tpm
Inj. Cefotaxime 400 mg/12 jam
Inj. Piracetam 80 mg/12 jam
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam
Folac 1x1

Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.
-

Menjelaskan kepada orang tua jika terjadi kejang sewaktu-waktu untuk menyediakan sendok
untuk mencegah lidah tidak tergigit saat kejang.

Hindari faktor pencetus.


- Mengatur pola makan.

PROGNOSIS

10

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanam

: dubia ad malam

Tgl

NO RM : 3

18 Juli
2014

Pasien datang dari IGD dengan Keadaan Umum : Somnolen


kejang tanpa demam, kejang TANDA VITAL :
bersifat fokal, muntah (-)
Nadi : 120x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 37,1C
BB : 15 kg
TB : 85 cm
Status gizi : baik
K/L : ca(-/-), si(-/-), pkgb (-)
Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-),
wh (-/-), BJ I/II murni reguler
Abdomen: distensi (-), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat

Obs Kejang
dd Epilepsi,
Ensefalitis,
Meningitis

O2 3-4 liter
Infus KAEN 3A
Inj. Cefotaxime
Inj. Piracetam 8
Inj. Dexametaso
Folac 1x1

19 Juli
2014

Panas (-), batuk (-), pilek (-), Keadaan Umum : CM


mual (-), muntah (-), makan TANDA VITAL :
sedikit (+), BAB & BAK dbn
Nadi : 110x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 35,3C
BB : 15kg
TB : 85 CM
Status gizi : baik
K/L : ca(-/-), si(-/-), pkgb (-)
Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-),
wh (-/-), BJ I/II murni reguler
Abdomen: distensi (-), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat

Obs Kejang
dd Epilepsi,
Ensefalitis,
Mengitis

Infus KAEN 3A
Inj. Cefotaxime
Inj. Piracetam 8
Inj. Dexametaso
Folac 1x1

11

ILMU
KESEHATAN
BABANAK
II

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEJANG
1. Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di
neuron. Kejang dapat disertai oleh gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik dan atau otonom.
2. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai macam termasuk tumor otak , trauma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, gejala putus alkohol dan
gangguan metabolik, sebagian kejang merupakan idiopatik.
a. Intrakranial
Asfiksia
: Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan)
: Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi
: Bakteri, virus, dan parasit
b. Ekstrakranial
Gangguan metabolik
:Hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, gagal ginjal
Toksik
: Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
c. Idiopatik
3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
1.

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

12

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

2.

dari sekitarnya.
3.

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.


Pada keadaan demam kenaikan suhu 100C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik.
Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
padakejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada
daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang

13

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1
yang berlangsung
ANAKlama dapat menyebabkan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

spontan. Jadi kejang demam

kelainan

anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.


4. Klasifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan
tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan
kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal
berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau
kernikterus.
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal
dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung
1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya
tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri
akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.

c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik.
5. Manifestasi Klinis
14

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

a. Kejang parsial ( fokal, lokal )


1. Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
a.) Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tanda atau
gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
b.) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan
jatuh dari udara, parestesia.
c.) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
d.) Kejang tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
2. Parsial kompleks
a.) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
b.) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada tangan dan
gerakan tangan lainnya.
c.) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku.
b. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
1. Kejang absens
a.) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
b.) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik
c.) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
2. Kejang mioklonik
a.) Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
b.) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c.) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
d.) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
3. Kejang tonik klonik
a.) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
b.) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
c.) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
d.) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
4. Kejang atonik
a.) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
b.) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
6. Penatalaksanaan

15

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

B. EPILEPSI
1. Definisi
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol
yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for
Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang
ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik,
perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi
sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa
disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang.
2. Etiologi
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita
epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada

16

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
usia > 3 tahun. Dengan berkembangnyaANAK
ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil.


Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat.
Misalnya: post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik,
malformasi otak kongenital, asfiksia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran
darah otak, toksik (alkohol,obat), kelainan neurodegeneratif.
Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui,
termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against
Epilepsy (ILAE) 1981:
A. Kejang Parsial (fokal)
a. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
1.) Dengan gejala motorik
2.) Dengan gejala sensorik
3.) Dengan gejala otonomik
4.) Dengan gejala psikik
b. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)
1.) Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
a.) Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
b.) Dengan automatisme
2.) Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejang
a.) Dengan gangguan kesadaran saja
b.) Dengan automatisme
c. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik
atau klonik)
1.) Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
2.) Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
3.) Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan
berkembang menjadi kejang umum
B. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)
a. Lena/ absens
b. Mioklonik
c. Tonik
d. Atonik
e. Klonik
f. Tonik-klonik
C. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
4. Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada
sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan
depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap
penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga
sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter17

ILMU
KESEHATAN
disebut glutamate,
ANAKaspartat,

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

neurotransmitter eksitasi dapat

NO RM : 3

norepinefrin dan asetilkolin

sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA)
dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls
atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik
tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi
membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu
fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari
ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran
dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik
demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan
epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar
sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan
neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
5. Tanda dan Gejala Klinis
1. Kejang parsial simplek
Serangan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa:
-

deja vu : perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya.


Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih

tertentu.
- Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
- Halusinasi
2. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih
lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan
mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:
-

Gerakan seperti mencucur atau mengunyah


Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan pakaiannya
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling dalam keadaan

seperti sedang bingung


- Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
- Berbicara tidak jelas seperti menggumam.
3. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).

18

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Merupakan tipe kejang yang palingANAK
sering, di mana terdapat dua tahap: tahap tonik

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat
hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh
aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa: merasa
sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat:
kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang,
berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase
klonik: terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau
buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin
akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.
6. Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil
pemeriksaan EEG dan radiologis.
a. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis
menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis,
ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan
tertentu. Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:
- Pola / bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekuensi serangan
- Faktor pencetus
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti
trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik
fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan
dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak
pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan
otak unilateral.
c. Pemeriksaan penunjang
1.) Elektro ensefalografi (EEG)
19

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Pemeriksaan EEG harus dilakukan
pada semua pasien epilepsi dan merupakan
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis


epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis. Hasil EEG
dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya
kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau
metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.
a.) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua
hemisfer otak.
b.) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya misal gelombang delta.
c.) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal.
2.) Rekaman video EEG
Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita yang sedang
mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber
serangan. Rekaman video EEG memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis
dan EEG, serta memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis
yang ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus
epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan prosedur ini sangat
diperlukan pada persiapan operasi.
3.) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk melihat
struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka
MRl lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat
untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu terapi
pembedahan.
7. Penatalaksanaan
Status epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan pengobatan
yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian .
Definisi dari status epileptikus yaitu serangan

lebih dari 30 menit, akan tetapi untuk

penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10 menit

20

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

21

NO RM : 3

ILMU
KESEHATAN
BAB ANAK
III

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

PEMBAHASAN

An. I, laki-laki berusia 3 tahun mulai rawat inap tanggal 18 Juli 2014 di Bangsal Melati
RSUD Karanganyar dengan kejang setelah bangun tidur selama 30 menit, kemudian dibawa k bidan
namun tidak membaik dan terjadi penurunan kesadaran. Pasien kejang dengan mata tatapan terpaku
dan kaku pada ekstremitas inferior. Hasil laboratorium menunjukan peningkatan angka leukosit.
Setelah pasien sadar, dilakukan pemeriksaan fisik berupa reflek patologis dan reflek meningeal
dengan hasil negatif.
Berdasarkan dari hasil aloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
curiga mengalami epilepsi. Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu
kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang
epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai
pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang. Tipe kejang parsial (fokal) komplek
tanpa otomatisme, yaitu kejang yang terjadi dengan penurunan kesadaran dengan tatapan terpaku.
Pada ensefalitis terjadi penurunan kesadaran, sedangkan pada meningitis tidak terjadi penurunan
kesadaran. Dari hasil laboratorium menunjukkan angka leukosit yang meningkat, sehingga perlu
dicurigai ensefalitis dan meningitis, akan tetapi hal tersebut dapat disingkirkan dengan hasil
pemeriksaan fisik reflek patologis & reflek meningeal yang negatif.

22

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

23

NO RM : 3

ILMU
KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM : 3

Kliegman. Treatment of Epilepsy Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saundres


Elsevier. 2008. 593(6)
Setyabudhy, Mangunatmaja I., 2013. Buku Ajar Pediatrik Gawat Darurat : Kejang. Jakarta :
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
http://www.epilepsy.ca/eng/content/sheet.html diakses tanggal 20 Juli 2014
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15816939 diakses tanggal 20 Juli 2014
http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/epilepsi-dan-anak/pahami-gejala-epilepsi-pada-anak-2
diakses tanggal 20 Juli 2014

http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Whatisepilepsy/Causesofepilepsy diakses tanggal


20 Juli 2014

24

You might also like