Professional Documents
Culture Documents
KESEHATAN
ANAK
Nama : An. I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
ANAMNESIS
NO RM : 3
Ruang : Melati
Kelas : III-16
: An. I
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 3 tahun
Nama Ayah
: Tn. N
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan ayah
: Pedagang
Pendidikan ayah
: SMK
Nama ibu
: Ny. I
Umur
: 22 tahun
Pekerjaan ibu
Pendidikan ibu
: SD
Alamat
Masuk RS tanggal
: 18 Juli 2014
Umur : 3 tahun
Nama lengkap
Jam : 10.00
: Kejang
KELUHAN TAMBAHAN
:-
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
: diakuiANAK
(sejak anak belajar berjalan sampai sekaran)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Kesan : Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit pada keluarga
Riwayat kejang tanpa demam
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Kesan : Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit lingkungan
Riwayat kejang
: disangkal
Kesan : Tidak terdapat riwayat penyakit lingkungan yang berhubungan dengan penyakit
sekarang
5. Pohon keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Ayah pasien dengan riwayat kejang
RIWAYAT PRIBADI
2
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
Motorik Halus
Memegang
Bahasa
Menoleh ke
benda (3 bulan)
sumber suara
Personal Sosial
Tersenyum
(3 bulan)
ILMU
KESEHATAN
(5 bulan)
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Duduk sendiri
(6 bulan)
Makan sendiri
Berbicara baik
(2 tahun)
(1 tahun)
NO RM : 3
Berpartisipasi dalam
permainan (ikut tepuk
tangan)
(9 bulan)
Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia.
4) Vaksinasi
Jenis
HEPATITIS B
BCG
DPT
I
0 bulan
1 bulan
2 bulan
II
2 bulan
4 bulan
III
4 bulan
6 bulan
IV
6 bulan
-
V
-
VI
-
POLIO
CAMPAK
1 bulan
9 bulan
2 bulan
-
4 bulan
-
6 bulan
-
6) Anamnesis sistem :
Cerebrospinal
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
4
Integumentum
ILMU
KESEHATAN
: bintik merah (-), ikterik (-) ANAK
Otonom
: demam (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
PEMERIKSAAN
Nama : An. I
JASMANI
Umur : 3 tahun
Ruang : Melati
Kelas : III-16
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1
PEMERIKSAAN OLEH : Bentarisukma, S.Ked ANAK
Tanggal 18 Juli 2014
Jam 12.00
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Compos Mentis
TANDA VITAL :
Nadi : 120 x/menit
RR
: 28 x/menit
Suhu : 37,1C
Status Gizi : Baik
BB
: 15 kg
TB
: 85 cm
Kel.limfe
Otot
Tulang
Sendi
: Gerakan bebas
Kesan : Kulit, kel limfe, Otot, Tulang dan Sendi dalam batas normal
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Ubun-ubun besar
Mata
sudah menutup.
cahaya (+/+),
Hidung
Mulut
Faring
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
ILMU
KESEHATAN
: ictus cordis tidak kuat
angkat
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Palpasi
NO RM : 3
Perkusi :
batas kanan atas
Auskultasi
Pulmo :
Kanan
Simetris(+), retraksi (-)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDV normal, Rh (-), Wh (-)
Kanan
Simetris (+)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDVnormal, Rh (-), Wh (-)
Kesan : Thorax dalam batas normal
DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Simetris (+),retraksi (-)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDV normal, Rh (-), Wh (-)
Kiri
Simetris (+)
Ketinggalan
gerak
(-),
fremitus (+)
Sonor
SDVnormal, Rh (-), Wh (-)
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
: Peristaltik
Perkusi
Palpasi
Hepar
Lien
Anogenital
Ekstremitas
Pemeriksaan
Sianosis
Oedema
Ekstremitas superior
7
Ekstremitas inferior
-
ILMU
KESEHATAN
- ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Akral dingin
Capiler refill
< 2 detik
Reflek fisiologis
normal
Reflek patologis
Tonus
normal
Klonus
Kesan : status neurologi dalam batas normal
NO RM : 3
< 2 detik
Normal
Normal
-
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Hemoglobin
10,1
14-18
g/DL
Hematokrit
33,2
40-43
Leukosit
20,9
5-10
x103 ul
Trombosit
508
150-300
x103 ul
Eritrosit
4,11
4,5-5,5
x106 ul
MPV
12,5
6,5-12
Fl
PDW
18,2
9-17
MCV
80,8
82-92
fl
MCH
24,6
27-31
pg
MCHC
30,4
32-37
g/DL
Limfosit %
37
25-40
Monosit %
3-9
Granulosit %
59
50-70
HEMATOLOGI
INDEX
HITUNG JENIS
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien dibawa ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan kejang (+), mata terpaku (bersifat
LABORATORIUM
Hasil laboratorium terdapat peningkatan angka leukosit.
DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
AKTIF
Kejang
INAKTIF
9
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
DIAGNOSA KERJA
Obs. Kejang
DIAGNOSA BANDING
Epilepsi
Ensefalitis
Mengitis
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Obsevasi keadaan umum dan vital sign
Observasi kejang
Pemeliharaan hidrasi dan nutrisi
Bed rest
Rencana Terapi
Inf. KAEN 3A 12 tpm
Inj. Cefotaxime 400 mg/12 jam
Inj. Piracetam 80 mg/12 jam
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam
Folac 1x1
Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.
-
Menjelaskan kepada orang tua jika terjadi kejang sewaktu-waktu untuk menyediakan sendok
untuk mencegah lidah tidak tergigit saat kejang.
PROGNOSIS
10
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad malam
Tgl
NO RM : 3
18 Juli
2014
Obs Kejang
dd Epilepsi,
Ensefalitis,
Meningitis
O2 3-4 liter
Infus KAEN 3A
Inj. Cefotaxime
Inj. Piracetam 8
Inj. Dexametaso
Folac 1x1
19 Juli
2014
Obs Kejang
dd Epilepsi,
Ensefalitis,
Mengitis
Infus KAEN 3A
Inj. Cefotaxime
Inj. Piracetam 8
Inj. Dexametaso
Folac 1x1
11
ILMU
KESEHATAN
BABANAK
II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG
1. Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di
neuron. Kejang dapat disertai oleh gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik dan atau otonom.
2. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai macam termasuk tumor otak , trauma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, gejala putus alkohol dan
gangguan metabolik, sebagian kejang merupakan idiopatik.
a. Intrakranial
Asfiksia
: Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan)
: Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi
: Bakteri, virus, dan parasit
b. Ekstrakranial
Gangguan metabolik
:Hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia,
gangguan elektrolit, gagal ginjal
Toksik
: Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
c. Idiopatik
3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
1.
12
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2.
dari sekitarnya.
3.
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik.
Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
padakejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada
daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang
13
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1
yang berlangsung
ANAKlama dapat menyebabkan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
kelainan
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik.
5. Manifestasi Klinis
14
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
15
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
B. EPILEPSI
1. Definisi
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol
yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for
Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang
ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik,
perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi
sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa
disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang.
2. Etiologi
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita
epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada
16
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
usia > 3 tahun. Dengan berkembangnyaANAK
ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
ILMU
KESEHATAN
disebut glutamate,
ANAKaspartat,
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA)
dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls
atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik
tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi
membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu
fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari
ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran
dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik
demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan
epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar
sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan
neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
5. Tanda dan Gejala Klinis
1. Kejang parsial simplek
Serangan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa:
-
tertentu.
- Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
- Halusinasi
2. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih
lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan
mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:
-
18
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Merupakan tipe kejang yang palingANAK
sering, di mana terdapat dua tahap: tahap tonik
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat
hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh
aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa: merasa
sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat:
kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang,
berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase
klonik: terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau
buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin
akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.
6. Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil
pemeriksaan EEG dan radiologis.
a. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis
menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis,
ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan
tertentu. Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:
- Pola / bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekuensi serangan
- Faktor pencetus
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti
trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik
fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan
dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak
pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan
otak unilateral.
c. Pemeriksaan penunjang
1.) Elektro ensefalografi (EEG)
19
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 1 2 3
Pemeriksaan EEG harus dilakukan
pada semua pasien epilepsi dan merupakan
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
20
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
21
NO RM : 3
ILMU
KESEHATAN
BAB ANAK
III
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
PEMBAHASAN
An. I, laki-laki berusia 3 tahun mulai rawat inap tanggal 18 Juli 2014 di Bangsal Melati
RSUD Karanganyar dengan kejang setelah bangun tidur selama 30 menit, kemudian dibawa k bidan
namun tidak membaik dan terjadi penurunan kesadaran. Pasien kejang dengan mata tatapan terpaku
dan kaku pada ekstremitas inferior. Hasil laboratorium menunjukan peningkatan angka leukosit.
Setelah pasien sadar, dilakukan pemeriksaan fisik berupa reflek patologis dan reflek meningeal
dengan hasil negatif.
Berdasarkan dari hasil aloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
curiga mengalami epilepsi. Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu
kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang
epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai
pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang. Tipe kejang parsial (fokal) komplek
tanpa otomatisme, yaitu kejang yang terjadi dengan penurunan kesadaran dengan tatapan terpaku.
Pada ensefalitis terjadi penurunan kesadaran, sedangkan pada meningitis tidak terjadi penurunan
kesadaran. Dari hasil laboratorium menunjukkan angka leukosit yang meningkat, sehingga perlu
dicurigai ensefalitis dan meningitis, akan tetapi hal tersebut dapat disingkirkan dengan hasil
pemeriksaan fisik reflek patologis & reflek meningeal yang negatif.
22
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
23
NO RM : 3
ILMU
KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM : 3
24