Professional Documents
Culture Documents
Abstract.
Fresh water is important role in supporting the earths ecosystem life. An Input source of
fresh water in watershed in the tropical region come from rainfall into which infiltrate into
subsurface, flow overland and evaporate partly from earth surface. Derivate and analysis of
evapotranspiration is important to carry out in determining the water budget and dry area
detection in the watershed. Data come from Worldclim and CGIAR-CSI which are processed
by Hargreaves method using GIS (Geographic Information System) to understand spatial
variation in Cisangkuy watershed Bandung Regency. The results show the average monthly
evapotranspiration with minima of 89 mm/month in July and 114 mm/month in January at
usptream (2030 m msl) and maxima of 143 mm/month in October and 104 mm/month in July
at downstream (650 m msl) of Cisangkuy watershed in 1950-2000 periods. The temporal
pattern of evapotranspiration follows the rainfall and insolation. The usptream show an
evapotranspiration higher than at downstream in the wet season but an evapotranspiration
decrase gradually till reaching the peak in October. It shows the contribution of vegetation
and soil type to resist the rate of evapotranspiration so, at the upstream drier
(evapotranspiration less because vegetation and soil moisture less) than the downstream
which still more vegetation and soil moisture but show the less evapotranspiration in wet
season.
Keywords: Evapotranspiration, Cisangkuy Watershed, GIS, Spatial, Temporal
Abstrak
Air tawar (Fresh Water) sangat penting dalam mendukung kehidupan ekosistem Bumi.
Sumber imbuhan air bersih pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) di daerah tropis berasal
dari curah hujan yang turun ke permukaan Bumi, sebagian meresap ke dalam tanah, mengalir
di permukaan tanah dan sebagian menguap. Penurunan dan analisis penguapan yang berasal
dari tanah dan tumbuhan (evapotranspirasi) penting dilakukan untuk penentuan neraca air dan
pendeteksian area kekeringan dalam suatu DAS. Data diperoleh dari WorldClim dan CGIARCSI dan diolah dengan metode Hargreaves menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografi)
untuk mengetahui variasi spasial di DAS Cisangkuy, kabupaten Bandung. Hasil yang
diperoleh menunjukkan evapotranspirasi bulanan rata-rata periode 1950-2000 dengan nilai
minimal 89 mm/bulan terjadi pada bulan Juni dan 114 mm/bulan pada bulan Januari di
daerah hulu (2030 m dpl) dan maksimal 143 mm terjadi pada bulan Oktober dan 104
mm/bulan pada bulan Juli di daerah hilir (650 m dpl) DAS Cisangkuy. Pola temporal
evapotranspirasi mengikuti pola variasi curah hujan dan radiasi Matahari. Pada saat musim
basah daerah hilir mempunyai evapotranspirasi yang lebih tinggi dibandingkan daerah hulu,
tetapi pada musim kering di daerah hilir evapotranspirasi berangsur turun sampai puncaknya
pada bulan Oktober. Hal ini menunjukkan fungsi vegetasi dan sifat tanah yang berkontribusi
dalam menjaga laju evapotranspirasi sehingga daerah hilir akan cepat mengalami kekeringan
(evapotranspirasi kecil karena vegetasi dan kelembaban tanah berkurang) dibandingkan
dengan daerah hulu yang masih bervegetasi lebat dan kelembaban tanah tinggi tetapi
menunjukkan evapotranspirasi relatif kecil walaupun musim basah.
Kata Kunci : Evapotranpirasi, DAS Cisangkuy, SIG, Spasial, Temporal
1. PENDAHULUAN
Air mempunyai karakteristik kunci sebagai sumber daya yang bersirkulasi. Berbeda
dengan sumberdaya bahan bakar fosil, air tidak lenyap atau bereaksi menjadi unsur lain
ketika menusia menggunakannya. Meskipun jumlah ketersediaan sumberdaya air terbatas
selama perioda tertentu, akan tetapi manusia dapat menggunakannya tanpa mengganggu
sistem pemanfaatannya. Hanya saja sirkulasi air tidak merata di dalam ruang dan waktu
(Hori, 2004). Ada sejumlah besar kemungkinan pemanfaatan air yang lepas rata-rata dari
permukaan tanah, terutama untuk prakiraan banjir, penentuan indek iklim, penilaian potensi
pertanian di daerah yang akan dikembangkan dan permasalahan di pertanian yang terkait
dengan air (Eagleman, 1967).
Evapotranspirasi aktual adalah komponen utama di dalam kesetimbangan air dari
suatu daerah tangkapan air, reservoir, danau, daerah aliran sungai, irigasi dan beberapa sistem
air tanah (McMahon et al., 2013). Salah satu tujuan yang sangat penting dalam
hidrometeorologi adalah studi tentang siklus air dan hubungannya dengan kondisi
meteorologi. Ketika curah hujan jatuh mencapai vegetasi atau sampai ke permukaan tanah,
sebagian menguap (berevaporasi) dan sisanya meresap ke dalam tanah. Bagian yang
menguap berasal dari tanah disebut evaporasi dan bagian yang berasal dari vegetasi disebut
transpirasi, sehingga kedua proses tersebut disebut evapotranspirasi (Baguis et al., 2010).
Evapotranspirasi secara singkat dapat dinyatakan sebagai proses penguapan atau hilangnya
air dari tanah dan badan-badan air dan proses keluarnya air dari tanaman akibat proses
respirasi dan fotosistesis. Curah hujan biasanya diukur dengan jaringan penakar curah hujan,
kadang-kadang didukung dengan radar cuaca. Penentuan evapotranspirasi lebih sulit sehingga
pengukuran secara langsung tidak memungkinkan dan pendekatan secara tak langsung harus
digunakan.
Kelembaban tanah yang terbatas sering menurunkan jumlah air yang hilang dari
permukaan tanah. Estimasi jumlah penurunan potensial evapotranspirasi yang diperlukan
untuk penurunan laju hilangnya air yang sebenarnya dapat diperoleh dari data hasil panen.
Model evaporasi telah dikembangkan oleh Penman, Penman-Monteith, Priestly-Taylor,
evapotranspirasi penenan rujukan, PenPan, Morton dan model adveksi-ariditas memerlukan
data meteorologi dan data lain sebagai masukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menghitung evapotranspirasi aktual dengan menggunakan sistem informasi geografi (SIG) di
daerah aliran sungai (DAS) Cisangkuy Kabupaten Bandung.
(1)
t adalah rentang temperatur udara bulanan (oC), A adalah radiasi ekstrateristrial bulanan
(W/m2) dan T adalah temperatur udara rata-rata bulanan.
persamaan tersebut dan pengujian dalam literatur ilmiah menunjukkan bahwa persamaan
tersebut adalah salah satu yang paling baik, jika bukan yang terbaik dari persamaan
evapotranspirasi berbasis temperatur (Xu
dan
Singh, 2001; Xu
dan
Singh,
2002;
Chuanyan et al., 2004). Kinerja terbaik dari model tersebut untuk daerah kering (arid) dan
semi-kering (semi-arid), walaupun terbukti estimasi yang rendah bila dipakai di daerah
lembab (humid) dan sub-lembab (sub-humid) (Xu dan Singh, 2002).
untuk menentukan ke daerah mana laju evapotranspirasi bergeser dalam satu arah
atau sebaliknya. Distribusi ini juga akan membantu perencanaan untuk risiko lingkungan
seperti kekeringan dan kebakaran, sehingga peta-peta tersebut dapat membantu untuk strategi
pengelolaan risiko daerah kajian. Sistem informasi geografi (SIG) adalah piranti yang sangat
ampuh untuk mengolah evapotranspirasi secara spasial dan mengintegrasikan dengan
variabel-variabel (curah hujan, kelembaban tanah) lingkungan lainnya.
150
140
Min
mm
130
Max
120
110
100
90
80
1
6
7
Bulan
10
11
12
kecil karena vegetasi dan kelembaban tanah berkurang) dibandingkan dengan daerah hulu
yang masih bervegetasi lebat dan kelembaban tanah tinggi tetapi menunjukkan
evapotranspirasi relatif kecil, walapun musim basah.
4. KESIMPULAN
Pemahaman evapotranspirasi menjadi semakin penting dalam beberapa dekade
terakhir dikarenakan peningkatan pengunaan irigasi di daerah pertanian. Estimasi nilai
evapotranspirasi yang sebenarnya pada suatu wilayah adalah sangat sulit karena banyaknya
parameter yang harus diperhitungkan. Beberapa model empiris telah dikembangkan, namun
sangat tidak akurat. Penurunan dan analisis penguapan yang berasal dari tanah dan tumbuhan
(evapotranspirasi)
Xu, C.-Y., and Singh, V. Evaluation and generalization of temperature-based methods for
calculating evaporation. Hydrological Processes, 15: 305-319. 2001.
Xu, C.-Y., and Singh, V. P. Cross Comparison of Empirical Equations for Calculating
Potential Evapotranspiration with Data from Switzerland. Water Resources Management,
16: 197-219. 2002