You are on page 1of 13

Volume 1, Desember 2010

12

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS


KEARIFAN LOKAL OLEH PEMUDA DALAM
RANGKA MENJAWAB TANTANGAN EKONOMI
GLOBAL
Puspa Rini & Siti Czafrani

Puspa Rini adalah seorang mahasiswi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Lahir pada tanggal 5 Oktober 1990 di kota Pandeglang. Ia memulai studinya pada tahun
2008. Untuk berkorespodensi dengan penulis, dapat melalui alamat email pusparini90@
yahoo.com
Siti Czafrani adalah seorang mahasiswi dari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Lahir pada tanggal 10 Oktober 1991 di kota Banda Aceh. Ia
memulai studinya pada tahun 2008. Untuk berkorespodensi dengan penulis, dapat
melalui alamat email siticzafrani@gmail.com

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL


OLEH PEMUDA DALAM RANGKA MENJAWAB TANTANGAN
EKONOMI GLOBAL
Puspa Rini & Siti Czafrani
Abstract

Globalization now can not be prevented anymore. Many challenges must be faced that led
to concern whether a developing country like Indonesia can compete with developed countries.
Economic problems are the toughest challenge of globalization. For that, we need high creativity
for a country to survive in the era of free markets. Much evidence says globalization has eroded
the values of local wisdom so that the diversity of the nations is increasingly forgotten especially
by the younger generation. Therefore, we need to build a spirit of creativity that is based on local
wisdom to support the countrys economy with the youth as agents of change as culprit
Globalization has two faces. If it can be managed properly, globalization can certainly give
sufficient benefit to the country. However, if a country can not adapt and determine what strategies
needed to be applied in order to face the globalization, the country surely will become the victims
of globalization. We can see in Indonesia, although it was given the abundant resources, both
human and natural resources, this country is still unable to utilize those potential, so the developed
countries take the profit from our country. One opportunity that we have so we can compete with
other developed countries in this era of globalization is through the empowerment of the youth
to manage their local indigenous through creative economics. Thus, in this globalization era like
today, Indonesian local culture can be everlasting and the autonomy of this country in managing
its economics can be manifested.

Keywords: Ekonomi kreatif (creative economics); globalisasi (globalization); kearifan


lokal (local indigenous).

13

Volume 1, Desember 2010

14

PENDAHULUAN
Berikan sepuluh pemuda untukku,
akan kuguncangkan dunia ini, demikian
kata Bung Karno (sang proklamator
Republik Indonesia) di dalam sebuah
pidatonya. Makna dari sempalan pidato
tersebut adalah bahwa pemuda menjadi
modal sosial utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan serta perkembangan
sebuah bangsa. Apalah jadinya jika
bangsa ini tanpa pemuda? Mungkin
tidak akan pernah ada Indonesia di
peta dunia. Sejarah terbentuknya suatu
bangsa diawali dengan pergerakan
kaum muda. Pergerakan ini menjadi
embrio dan tonggak awal kelahiran
Indonesia sebagai sebuah bangsa yang
utuh. Pemuda selalu identik dengan
perubahan sosial di Indonesia sejak
zaman kolonial hingga sekarang. Peran
kesejarahan dan keterlibatan yang amat
panjang telah menempatkan pemuda
sebagai kelompok strategis yang
memiliki daya dorong transformasi sosial
yang signifikan (Adhyaksa, 2008: 7).
Setiap
zaman
memiliki
tantangan tersendiri. Jika pada zaman
penjajahan pemuda ditantang untuk
merebut kemerdekaan, pada zaman
sekarang seiring dengan globalisasi
dan modernisasi perlu ada sebuah
rekonstruksi peran pemuda sebagai
tulang punggung kelangsungan bangsa
ini. Globalisasi
dan
modernisasi
melahirkan imitasi budaya di kalangan
pemuda, lewat asumsi mereka lebih
bangga dengan identitas semu atau kultur
imitasi yang mereka sandang dalam
kesehariannya. Pada akhirnya, identitas
kelokalan menjadi hilang dan terancam
kehilangan karakter transformatifnya
dalam
kehidupan
bangsa.
Virus
globalisasi yang disemaikan oleh

semangat era keterbukaan globalisasi


dan modernisasi dunia, bagaimanapun
telah melahirkan situasi yang borderless
(tanpa
batas).
Artinya,
identitas
kenasionalan dan kepeloporan karakter
pemuda diuji kembali.
Sudah seharusnya globalisasi
dijadikan sumber inspirasi untuk bisa
melakukan perubahan-perubahan ke
depan. Melirik dari sejarah bangsa, di
tangan pemudalah perubahan itu dapat
terwujud. Pemuda merupakan sumber
daya potensial yang banyak diharapkan
untuk mengisi berbagai posisi di
masyarakat. Pemuda memiliki semangat
yang besar alam hidupnya. Mereka tidak
hanya memikirkan kehidupan saat ini,
tetapi juga berpikir tentang masa depan.
Masalahnya saat ini adalah belum ada
iklim yang kondusif dan mendukung
kekuatan potensial pemuda ini, sehingga
potensi pemuda yang begitu besar
menjadi tidak riil dan efektif.
Masalah perekonomian dan pasar
bebas menjadi tantangan terberat dalam
globalisasi. Dalam hal ini, ada kesan
globalisasi menyebabkan ketidakadilan
ekonomi antara negara maju dengan
negara berkembang. Seperti yang
kita lihat sekarang, globalisasi justru
menyuburkan negara maju dengan
kemampuan
mereka
mengambil
hasil bumi dari negara berkembang
dan kekuatan mereka memberikan
pengaruh ekonomi, sosial dan budaya
ke negara-negara berkembang. Kritik
terhadap globalisasi terus mengalir
seiring bertambahnya jumlah penduduk
miskin di dunia. Pertumbuhan ekonomi
cepat yang diharapkan dari adanya
globalisasi masih kalah cepat dengan
laju pertumbuhan penduduk. Akibatnya,
pengangguran semakin meningkat,

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

terlebih ditambah faktor pasar bebas


yang memaksa para angkatan kerja
bersaing dengan orang asing. Disinilah
competitive advantage dari para pemuda
sangat diperlukan. Sebuah competition
yang bisa membawa citra baik Indonesia
di mata dunia.
Globalisasi juga telah membawa
negaranegara berkembang kepada
situasi
yang penuh dengan risiko.
Pemerintah negara-negara berkembang
tidak mampu menyediakan asuransi
sosial kepada rakyatnya. Berbeda halnya
dengan negara-negara maju, dana yang
dimiliki oleh negara berkembang lebih
sering dialokasikan untuk membiayai
pembiayaan dasar seperti pendidikan,
kesehatan,
dan
pembangunan
infrastruktur, sehingga masyarakat di
negara berkembang harus berjuang
sendiri apabila suatu saat nanti mereka
kehilangan pekerjaan atau mendapat
kecelakaan.
Begitu pula yang terjadi pada
Indonesia dengan status adalah negara
berkembang.
Indonesia
menjadi
korban globalisasi yang terus berkutat
dengan
permasalahan
tingginya
jumlah
pengangguran,
rendahnya
tingkat pendidikan, tingginya tingkat
kemiskinan, dan rendahnya pendapatan.
Globalisasi telah menuntut negeri ini
untuk membuka pasar seluas-luasnya
terhadap modal asing. Pengusaha asing
dengan leluasa mendirikan usahanya
disini, menggunakan tenaga dalam
negeri, mengeksploitasi kekayaan alam
dalam negeri, tetapi hanya memberikan
sedikit sekali bagi negeri ini. Tenaga
kerja dalam negeri diberi upah yang
rendah, sehingga apabila pemerintah
berani menaikkan standar UMR,
maka perusahaan asing tersebut akan

pindah ke negara berkembang lainnya


yang memiliki standar UMR yang lebih
rendah, yang kemudian ditakutkan
negeri ini ditinggalkan dengan banyak
pengangguran dan pemasukan negara
yang
berkurang.
Indonesia
juga
memiliki jumlah sumber daya alam yang
melimpah, tetapi produktivitas negara ini
sangatlah buruk. Betapa banyak negara
yang miskin sumber daya alam, tetapi
karena penduduknya memiliki kreativitas
dan kerja keras negara tersebut menjadi
negara maju.
Salah satu hal yang ditakutkan
dengan munculnya globalisasi adalah
meningkatnya
pengangguran
di
negara berkembang seperti Indonesia.
Peningkatan jumlah lapangan kerja yang
tidak sebanding dengan jumlah angkatan
kerja menyebabkan pengangguran tetap
saja banyak. Meskipun dari data Badan
Pusat Statistik terjadi penurunan angka
pengangguran dari tahun ketahun,
penurunan ini tidak signifikan terlihat
pada tabel berikut ini .

Tabel 1.1
Data Pengangguran Terdidik Tahun 20042009

Pasar Bebas sebagai implikasi


dari globalisasi memberikan kemudahan
akses bagi bangsa asing untuk
melakukan kegiatan perekonomian di
Indonesia. Pemuda Indonesia dituntut
untuk siap menghadapi tantangan

15

Volume 1, Desember 2010

16

tersebut. Oleh karena itu, pemuda


Indonesia sebagai potential capital harus
bisa meningkatkan kemapuan bersaing
mereka dengan tetap menjaga nilai-nilai
asli bangsa Indonesia yang kita kenal
dengan kearifan lokal.
Nasionalisme adalah faktor utama
maju atau mundurnya suatu negara.
Dengan adanya semangat nasionalisme
yang tinggi, maka warga negara tersebut
akan melakukan upaya terbaik untuk
memajukan negaranya. Peluang negeri
ini menjadi negara maju di tengah era
globalisasi sebenarnya sangat terbuka
lebar. Kita dapat berkaca kepada
keberhasilan negara-negara di Asia
Timur, dimana dengan adanya globalisasi,
jumlah penduduk miskin mereka justru
semakin berkurang. Globalisasi sejatinya
dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa ini.
Tinggal bagaimana kita mengembangkan
semangat nasionalisme dalam diri
pemuda Indonesia, sehingga mereka
dapat menjadi agen perubahan,
mengubah kondisi negeri ini yang sudah
demikian bobrok menjadi sebuah negeri
yang terpandang dan disegani dunia.
Salah satu cara mengembalikan
nasionalisme dalam rangka menghadapi
tantangan pasar bebas di era globalisasi
saat ini adalah dengan mengembangkan
ekonomi
kreatif
yang
berbasis
kearifan lokal, yakni mengembangkan
perekonomian kreatif yang menjual
keanekaragaman budaya Indonesia
dengan Pemuda sebagai aktor utamanya.
Melalui hal tersebut, diharapkan para
pemuda bisa menghadapi tantangan
globalisasi dengan tidak menghilangkan
identitas sebagai pemuda Indonesia
serta sukses di pasar bebas.
Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat

Indonesia!
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk mengikuti lomba
penulisan Jurnal Ilmiah Mahasiswa UI
Untuk Bangsa. Selain itu melalui tulisan
ini, diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai tantangan yang
dihadapi pemuda Indonesia dalam
menghadapi globalisasi, serta solusi
yang tepat yang bisa dilakukan pemuda
untuk bertahan bahkan bersaing dalam
era globalisasi terutama dibidang
perekonomian (pasar bebas).
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan
adalah metode penulisan yang bersifat
kualitatif. Metode kualitatif pada intinya
merupakan suatu metode yang holistik,
yaitu metode yang memadukan analisis
data dengan aspek-aspek yang terkait.
Pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam
penulisan ini adalah studi kepustakaan
(library research), yaitu pengumpulan
data yang dilakukan melalui data tertulis,
yang banyak didapat dari buku-buku dan
internet.
1.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah data kualitatif yang
diperoleh dari data sekunder yang
berasal dari buku-buku, surat kabar,
dan internet serta data lainnya yang
mendukung penulisan ini.
2.
Sifat dan Bentuk Laporan. Sifat
dan bentuk laporan yang akan disajikan
adalah bersifat deskriptif, analitis, dan
informatif.

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

KAJIAN TEORI
Globalisasi
Runtuhnya tembok Berlin pada
tanggal 9 Nopember 1989, dianggap
menjadi
permulaan
munculnya
globalisasi (Friedman, 2005). Peristiwa
ini tidak hanya menandakan bersatunya
Jerman Barat dan Jerman Timur, tetapi
juga peristiwa ini menjadi tonggak
permulaan munculnya demokratisasi,
terbukanya hubungan satu negara dan
negara lainnya dan juga munculnya
kreativitas.
Hal ini segera terbukti
enam bulan setelah peristiwa runtuhnya
tembok Berlin itu, Bill Gates berhasil
meluncurkan versi Microsoft 3.0 yang jauh
lebih mudah digunakan. Selanjutnya, hal
ini memicu Netscafe untuk meluncurkan
world wide web (www) yang selanjutnya
menjadi jendela untuk berkomunikasi
tanpa batas dengan seluruh orang
di seluruh dunia. Dua tahun setelah
peristiwa runtuhnya tembok Berlin itu,
tepatnya tahun 1991, Menteri Keuangan
India mengambil inisiatif untuk mulai
membuka pintu ekonomi India, sehingga
aliran modal meningkat ke negara
tersebut. Kejadian ini tidak hanya terjadi
di India, tetapi hampir seluruh negaranegara berkembang juga kelimpahan
arus modal yang semakin meningkat.
Pada saat awal kemunculannya
pada tahun 1990, globalisasi disambut
penduduk dunia dengan euforia.
Globalisasi tidak hanya mengakibatkan
integrasi perekonomian
di
dunia
sehingga terjadi aliran besar barang,
jasa, dan modal kedalam suatu negara,
tetapi juga mengakibatkan bebasnya
aliran gagasan dan pengetahuan secara
internasional, pemahaman budaya,
munculnya kelompok masyarakat dunia,
dan pergerakan masalah lingkungan.

Pada
awal
kemunculannya,
globalisasi memberikan harapan besar
bagi penduduk dunia untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan jalan pembukaan
akses bagi negara-negara berkembang
terhadap pasar di luar negeri, sehingga
mereka dapat dengan mudah menjual
barang-barangnya. Investasi asing pun
dapat dengan mudah masuk ke negaranegara berkembang tersebut. Namun,
pada
implementasinya
globalisasi
sering menuai kritik karena globalisasi
tidak dikelola dengan baik. Politik
telah membentuk aturan tersendiri
untuk globalisasi, sehingga globalisasi
diarahkan untuk kepentingan negaranegara maju.
Globalisasi menurut Abdurrahman
Wahid adalah Dominasi usaha-usaha
besar dan raksasa atas tata niaga dan
sistem keuangan international yang
kita ikuti. Ia juga dipahami sebagai
pembentukan selera warga masyarakat
secara global/mendunia., seperti fast
food dan sebagainya. Selera kita
ditentukan pasar, bukannya menentukan
pasar. Selain itu, globalisasi adalah
dominasi komersial dan pengawasan
atas sistem finansial dalam hubungan
antar negara.
Kritik Terhadap Globalisasi
Komisi Dunia tentang Dimensi
Sosial Globalisasi, yang didirikan
pada tahun 2001 oleh ILO, membuat
kesimpulan tentang
lima masalah
penting mengenai globalisasi, yaitu :
1. Aturan main globalisasi yang tidak
adil, dirancang secara khusus untuk
menguntungkan negara industri
maju.
Kenyataannya
dewasa
ini, beberapa perubahan terjadi
dengan sangat tidak adil, sehingga

17

Volume 1, Desember 2010

18

2.

3.

4.

5.

membuat negara-negara miskin


menjadi semakin terpuruk.
Globalisasi mendahulukan nilai-nilai
kebendaan di atas nilai-nilai lain,
seperti lingkungan dan kehidupan
itu sendiri.
Cara
pengelolaan
globalisasi
telah mencabut sebagian besar
kedaulatan negara-negara berkembang, termasuk kemampuan
membuat keputusan di bidangbidang penting yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
Pendukung globalisasi mengklaim
bahwa
setiap
orang
akan
mendapatkan keuntungan secara
ekonomi. Namun, juga terdapat
banyak bukti yang menunjukkan
banyak pihak yang dirugikan.
Sistem ekonomi yang terkesan
dipaksakan untuk negara-negara
berkembang.

Definisi Pemuda
Princeton
mendefinisikan
kata pemuda (youth) dalam kamus
Webstersnya sebagai The time of life
between childhood and maturity; early
maturity; the state of being young or
immature or inexperienced; the freshness
and vitality characteristic of a young
person. Sedangkan dalam kerangka
usia, WHO menggolongkan usia 10 24
tahun sebagai young people, sedangkan
remaja atau adolescence dalam
golongan usia 10 -19 tahun. Contoh
lain: Di Canada, diterapkan bahwa after
age 24, youth are no longer eligible for
adolescent social service
Kearifan Lokal
Dalam pengertian kamus, kearifan
lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata:

kearifan (wisdom) dan lokal (local).


Dalam Kamus Inggris-Indonesia karya
John.M.Echoles dan M.Hasan Sadili,
local berarti setempat, sedangkan wisdom
(kearifan) sama dengan kebijaksanaan.
Dengan kata lain, kearifan lokal dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan,
nilai-nilai, pandangan setempat (local)
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Francis Fukuyama, memandang
kearifan lokal sebagai modal sosial
yang dipandang sebagai bumbu vital
bagi perkembangan pemberdayaan
perekonomian masyarakat. Modal sosial
yang kuat dapat memicu pertumbuhan
di berbagai sektor perekonomian karena
adanya tingkat rasa percaya yang tinggi
dan keeratan hubungan dalam jaringan
yang lebih luas yang tumbuh di kalangan
masyarakat.
Kearifan
lokal
merupakan
kekuasaan dan potensi riil yang dimiliki
suatu daerah sebagai aset daerah yang
dapat mendorong pengembangan dan
pembangunan daerah. Selanjutnya,
dalam usaha membangun daerah perlu
diberlakukan pemberdayaan budaya
lokal atau kearifan lokal yang mendukung
penyusunan strategi budaya .
PEMBAHASAN
Berdasarkan
data
informasi
Kementerian Negara dan Pemuda
(Menpora),
Indonesia
dianugerahi
dengan potensi pemuda sebesar
73.116.000 jiwa atau hampir melebihi
60 persen jumlah penduduk Indonesia.
Apabila para pemuda tersebut dapat
mengeluarkan peranan terbaiknya,
tentulah kondisi negara ini akan jauh
lebih baik. Akan tetapi, mayoritas

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

pemuda Indonesia masih bergelut


dengan berbagai macam permasalahan
(Herman, 2009). Permasalahan yang
pertama adalah masih rendahnya
pendidikan pemuda Indonesia. Menurut
data Susenas KOR, pada bulan Juli
2007, ditemukan bahwa hanya 7.10%
pemuda Indonesia yang menamatkan
kuliah dan 31.80% pemuda hanya tamat
SMA, padahal pendidikan adalah salah
satu hal yang mendukung kemajuan
sebuah bangsa. Permasalahan kedua
adalah rendahnya tingkat partisipasi
angkatan kerja pemuda. Menurut
data Sakernas, pada bulan Agustus
2007, tingkat pengangguran terbuka di
kalangan pemuda telah mencapai angka
15.30 % (Menpora, 2008). Permasalahan
yang ketiga adalah tingginya penyakit
sosial, kriminalitas, dan narkoba.
Permasalahan keempat adalah mulai
meredupnya rasa kebangsaan, nilai
budaya dan bahasa, solidaritas, dan
empati sosial di kalangan pemuda.
Serta yang kelima adalah minimnya
semangat kepeloporan, kepemimpinan,
dan kemandirian pemuda.
Membenahi Kelemahan Pemuda
Indonesia dianugerahi potensi
pemuda sebanyak lebih dari 70 juta
jiwa. Apabila pemuda-pemuda tersebut
memainkan
peranan
strategisnya
sebagai agen perubahan, tentunya
negara kita tidak akan menjadi korban
negara-negara maju di era globalisasi
ini. Kenyataan yang kita hadapi saat
ini adalah Indonesia masih sangat
akrab dengan permasalahan, seperti
pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi tetapi tidak diimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi yang setinggi
pertumbuhan penduduk itu pula.

Indonesia dianugerahi dengan limpahan


potensi sumber daya alam dan kuantitas
sumber daya manusia yang luar biasa,
tetapi sumber daya tersebut belum dapat
dikelola dengan sebaik-baiknya oleh
warga negara ini. Yang terjadi justru,
negara asing yang mengeruk keuntungan
sumber daya alam dan mengeksploitasi
sumber daya manusia negeri ini. Hal
ini terjadi karena mayoritas pemuda
Indonesia masih bergelut dengan
berbagai macam penyakit seperti
pengangguran, narkoba, nasionalisme
yang rendah, dan sebagainya. Oleh
karena itu, perlu dibentuk suatu pola
pembangunan kepemudaan, supaya
tercipta pemuda yang berakhlak
mulia, cerdas, kreatif, inovatif, dan
bertangggung jawab sehingga akhirnya
pemuda tersebut dapat mengoptimalkan
perannya
untuk
mengembangkan
potensi alam daerahnya yang nantinya
akan membawa Indonesia dapat
bersaing dengan negara-negara maju
lainnya.
Ir.E.Herman Kharoen menyatakan
bahwa setidaknya ada empat pola
pembangunan kepemudaan. Pertama
adalah, pengembangan kepemudaan
harus dilakukan secara sistemik,
komprehensif, akselaratif, sinergis,
dan integratif, sehingga hasil dari
pengembangan pemuda itu tidak hanya
dinikmati dalam jangka pendek, tapi
dapat diwariskan juga kepada pemuda
generasi berikutnya. Pola yang kedua
adalah pembangunan kepemudaan
harus meliputi ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, sehingga
nantinya pemuda tersebut dapat
memaksimalkan kontribusinya ke lima
sektor tersebut. Pola ketiga adalah
dalam pembangunan kepemudaan harus

19

Volume 1, Desember 2010

20

dilakukan secara ordinal mulai dari tahap


perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi, dan pola keempat adalah
dalam pembangunan kepemudaan
harus disediakan wahana aktualisasi diri
pemuda yang mudah diakses oleh para
pemuda.
Pembangunan
kepemudaan
Indonesia dapat dilakukan dengan
tiga cara. Cara pertama adalah
dengan memberikan pelatihan kepada
pemuda. Pelatihan yang diberikan
disini hendaknya harus sesuai dengan
potensi daerah masing-masing pemuda
tersebut. Misalnya, apabila suatu daerah
memiliki potensi di bidang pertanian,
maka pelatihan yang diberikan adalah
tentang
pemanfaatan
teknologi
pertanian. Cara kedua adalah melalui
pendampingan pihak pemerintah saat
pemuda melakukan perannya dalam
membangun daerah, dan cara yang
ketiga adalah melalui pembentukan
forum-forum kepemimpinan pemuda.
Melalui forum ini, diharapkan pemuda
dapat mengasah soft skill dan leadership
skillnya, sehingga mereka benar-benar
dapat tampil sebagai inisiator dan motor
pengembangan daerahnya.
Penciptaan Ekonomi Kreatif yang
Berbasis Kearifan Lokal
Indonesia menyimpan keunikan
budaya dalam setiap daerahnya.
Di era globalisasi ini, terjadi sebuah
kekhawatiran bahwa nilai-nilai budaya
lokal dapat tergerus oleh nilai-nilai
budaya asing yang dengan bebasnya
masuk ke negeri ini. Akan tetapi,
kekhawatiran tersebut dapat kita atasi,
bahkan era globalisasi ini justru dapat kita
jadikan peluang untuk mengembangkan
kearifan lokal daerah melalui sektor

perekonomian kreatif.
Ekonomi kreatif adalah bagian
dari sebuah anutan sistem ekonomi
kontemporer . Industri kreatif didefinisikan
sebagai [ those industries which
their origin in individual creativity, skill,
and talent, and which have a potential
for wealth and job creation through the
generation and exploitation of intellectual
property (UK Department of Culture
Media and Sport).
Jadi ekonomi kreatif membicarakan
spektrum yang sangat luas, yakni segala
aspek yang bertujuan meningkatkan
daya saing dengan menggunakan
kreatifitas individu yang dilihat dengan
kacamata ekonomi. Industri kreatif
adalah bagian dari ekonomi kreatif
dan berfokus pada industrinya masingmasing. Berdasarkan data BPS, industri
ekonomi kreatif terdiri dari 15 kategori,
namun hanya terdapat tiga kategori yang
menyumbang signifikan kepada Produk
Domestik Bruto, yakni fesyen, kerajinan,
dan periklanan.
Peluang Ekonomi Kreatif Di Tengah
Arus Globalisasi
Secara global, menurut Menteri
Perdagangan, sektor ekonomi kreatif
di dunia saat ini tumbuh dengan pesat,
seperti tercermin dari nilai ekonomi kreatif
global yang diperkirakan dengan tingkat
pertumbuhan lima persen pertahun
akan berkembang menjadi 2,2 Triliun
dolar pada Januari 2000 dan menjadi
6,1Trilliun dolar pada tahun 2020. Oleh
sebab itu, para ekonom memprediksi
sektor ekonomi kreatif berbasis budaya
akan menjadi gelombang ke empat
dalam perkembangan ekonomi global
setelah era ekonomi pertanian, ekonomi
industri dan ekonomi informasi. Oleh,

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

sebab itu, ekonomi kreatif berbasis


warisan budaya dapat menjadi
tulang
punggung
perekonomian
Indonesia yang mampu memberikan
kontribusi besar pada kehidupan

rakyat seperti diukur dari sumbangan


terhadap PDB, penciptaan lapangan
kerja, pengurangan kemiskinan, dan
pemberdayaan UKM, dan Pemuda
sebagai Pelakunya.

Tabel 1.2
Profil Statistik Ekonomi Industri Kreatif di Indonesia

Alur Pemberdayaan Stratejik Pemuda Berbasis Perekonomian


Kreatif

Gambar 1.3
Alur Pemberdayaan Stratejik Pemuda Berbasis Perekonomian Kreatif

21

Volume 1, Desember 2010

22

1.

Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
program apa yang paling tepat untuk
mengembangkan kearifan lokal sebuah
daerah dan sumber daya pemuda
seperti apa yang paling dibutuhkan untuk
menjalankan program tersebut. Pada
tahap ini pula perlu di susun sebuah
tujuan dari pengembangan program
usaha kreatif tersebut.
2.

Pelatihan
Pada tahap ini pejabat pemerintah
khususnya dari bagian kepemudaan,
memberikan forum pelatihan kepada
para pemuda supaya mereka memiliki
keterampilan
untuk
melakukan
pengembangan kearifan lokal daerahnya
melalui kegiatan ekonomi kreatif.
3.

Permodalan
Pada tahap ini pemuda diberikan
modal oleh pemerintah untuk membentuk
sebuah unit usaha kreatif berbasis
kearifan lokal di daerahnya.
4.

Pendampingan
Dalam menjalankan usahanya,
pemerintah
tetap
melakukan
pendampingan kepada para pemuda
agar usahanya dapat mencapai tujuan
yaitu berkembangnya kearifan lokal
daerahnya.
5.

Evaluasi
Proses ini dilakukan untuk
memastikan
apakah
tujuan
dari
dibentuknya unit usaha perekonomian
kreatif yang dijalankan oleh kelompok
pemuda tersebut telah mencapai sasaran
yang telah ditetapkan atau tidak.

KESIMPULAN
Globalisasi sudah menjadi sebuah
ketentuan di dunia yang harus kita hadapi.
Berbagai permasalahan yang mengiringi
perkembangan globalisasi menjadi
tantangan yang besar bagi bangsa yang
masih berkembang termasuk Indonesia.
Negara berkembang perlu persiapan
yang matang untuk berkompetisi agar
tidak tergerus oleh dominasi negara
maju dalam segala bidang terutama
perekonomian.
Kesiapan
sumber
daya manusia menjadi modal utama
menghadapi globalisasi. Disinilah para
pemuda sebagai agent of change
berperan. Untuk itu, permasalahanpermasalahan yang membelit pemuda
perlu diatasi terlebih dahulu agar
pemuda Indonesia khususnya bisa
berkompetisi di pasar global. Globalisasi
yang mempengaruhi segala aspek
kehidupan sebuah negara dapat menjadi
ancaman bagi budaya dan nilai-nilai
murni negara tersebut. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pelestarian budaya lokal
dan memperkenalkan budaya lokal ke
pasar bebas.
Khusus
untuk
mengatasi
permasalahan ekonomi, pengembangan
ekonomi kreatif sangat diperlukan yakni
perekonomian kreatif yang menjual
keanekaragaman budaya Indonesia,
dengan pemuda sebagai aktor utamanya.
Melalui hal tersebut, diharapkan para
pemuda bisa menghadapi tantangan
globalisasi dengan tidak menghilangkan
identitas sebagai pemuda Indonesia
serta sukses di pasar bebas.
Saran
Untuk
menjadikan
pemuda
sebagai aktor terdepan bagi Indonesia
di dalam menghadapi tantangan

Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora

globalisasi, diperlukan pembenahan dari


dalam diri pemuda Indonesia terlebih
dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jiwa
nasionalisme kembali tertanam di
benak pemuda Indonesia yang semakin
tergerus globalisasi. Permasalahan
dan peluang-peluang ekonomi sebagai
implikasi dari globalisasi harus dihadapi
dengan semangat kemandirian dari para
generasi muda. Untuk menghadapinya,
pengembangan ekonomi kreatif menjadi
salah satu alternatif terbaik untuk
meningkatkan daya saing bangsa
menghadapi globalisasi (pasar bebas),
terlebih jika ekonomi kreatif tersebut
berlandaskan kearifan lokal sehingga
kelestariannya akan terjaga serta dikenal
secara global. Inilah yang dinamakan
Nasionalisme.

23

Volume 1, Desember 2010

24

DAFTAR ACUAN
Dewanata, Pandu. Chavchay Syaifullah. 2008. Rekonstruksi Pemuda. Jakarta: Kementrian
Pemuda dan Olahraga.
E. Stiglitz, Joseph. 2006. Making Globalization Work: Menyiasati Globalisasi Menuju Dunia yang
lebih Adil.

Anonim.http://putihap08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peranan-kearifan-lokal-dalampembangunan-ekonomi-jangka-panjang/ (29 Agustus 2010 pukul 21.53 WIB).


Anonim.http://www.bps.go.id/download_file/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf (29 Agustus
2010 pukul 23.09 WIB).
Anonim.http://www.kemenpora.go.id/pdf/PENYAJIAN%20DATA%20INFORMASI%20

KEMENTERIAN%20PEMUDA%20DAN%20OLAHRAGA%20TAHUN%202008.
pdf (31 Agustus 2010 pukul 11.38 WIB).
Anonim.http://www.depdagri.go.id/goog_governance_artikel (29 Agustus 2010 pukul
22.02 WIB).
Khaeron, E.Herman.http://www.slideshare.net/faizin89/dialog-strategis-peran-pemudaseminar-kepemudaan-hmi (29 Agustus 2010 pukul 00.32 WIB).
Sartini.http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/45/41 (29 Agustus 2010
pukul 23.54 WIB).
Suryadi, Dede.http://swa.co.id/2010/02/berawal-dari-kearifan-lokal/

(29 Agustus 2010, pukul 20.30 WIB).


------------ . 2008. Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga.

You might also like