You are on page 1of 18

Artinya : Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka


yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At
Tahrim 66:6)

Sebab Turunnya surat Attahrim (Asbabun Nuzul) :

Ibnu katsir setelah menulis ayat At-Tahrim beliau juga


menukil pendapat yang mengatakan bahwa sebab
turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan
atas dirinya Maria Al-Qibtiah (lih. Tafsir Ibnu Katsir
juz.8 hal.158) tapi kemudian beliau menguatkan
pendapat yang mengatakan bahwa sebab turunnya
ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas
dirinya madu.
Kemudian Syaikh Utsaimin menguatkan pendapat
yang mengatakan sebab turunnya ayat ini adalah
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengharamkan atas
dirinya madu. (Lih. Asy-Syarh Al-Mumti ala Zad Al
Mustaqni oleh syaikh Utsaimin juz.13 hal.217).
Penjelasan Ayat :

Segala puji bagi Allah Taala, sholawat dan salam kita


tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat,
Tabiin dan Tabiut Tabiin serta kepada siapa saja
yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat.
Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan amal
harian kita, sebagai suatu bukti ibadah kita kepada
Allah SWT. Sehingga hidup kita mendapat ridha dariNya. Yaitu dengan cara menjaga diri dan keluarga,
istri, anak, orang tua, dan sanak kerabat kita dari
adzab api neraka.

Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api


neraka
1. Umar bin Khottob berkata : saat turun ayat ini,
bertanya kepada Rasul. Kami akan jaga diri kami, lalu
bagaimana dengan keluarga kami ? Jawab Rasul :
Kau larang mereka apa yang Allah telah larang dariNya, kamu perintah mereka dengan apa yang Allah
telah perintah dari-Nya, jika itu kau lakukan, akan
menyelamatkan mereka dari neraka.
2. Al-Qurtubi berkata : Di dalamnya hanya ada satu
masalah : yaitu penjagaan seseorang terhadap diri
dan keluarganya dari siksa neraka.

3. Ali bin Abi Tolhah berkata dari Ibnu Abbas : Jaga


diri dan keluargamu, suruhlah mereka dzikir dan doa
kepada Allah, sehingga Allah menyelamatkan kamu
dan mereka dari neraka.
Sebagian Ulama berkata : kalau dikatakan Qu
anfusakum : mencakup arti anak-anak, karena anak
adalah bagian dari mereka. Maka hendaklah orang
tua mengajarkan tentang halal dan haram dan
menjauhkannya dari kemaksiatan dan dosa, juga
mengajarkan hukum-hukum lain selain hal tersebut.
4. Ali bin Abi Tholib berkata : Didiklah dan talimlah
( ajarlah ) mereka ( dirimu & keluargamu.)
5. Ibnu Abbas berkata : Taatlah kamu kepada Allah.
Janganlah bermaksiat kepada-Nya, Suruhlah
keluargamu untuk dzikir mengingat Allah, niscaya
Allah akan selamatkannya dari neraka.
6. Mujahid berkata : Takwalah kepada Allah dan
suruhlah keluargamu untuk takwa kepada-Nya.
7. Qotadah berkata : Kau suruh keluargamu untuk
taat kepada Allah, kau cegah mereka supaya tidak
maksiat. Jika kamu lihat maksiat di antara
keluargamu, maka ingatkan mereka dan tinggalkan
kemaksiatannya.
8. Adh-Dhohak berkata : Hak seorang muslim adalah
supaya mengajari keluarga dan sanak kerabatnya

tentang kewajiban mereka kepada Allah dan


memberitahu larangan-larangan-Nya.
9. Ulama Fiqih berkata : Demikian juga seperti
mengajarkan masalah-masalah shoum, agar keluarga
membiasakan ibadah, agar mereka terus-menerus
dalam kondisi selalu ibadah, taat kepada Allah,
menjauhi larangan dan meninggalkan kemungkaran.
10. Al-Maroghi berkata : Hai orang-orang yang
membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah di
antara kamu memberitahukan satu dengan yang lain,
yaitu apa-apa yang menyelamatkan kamu dari
neraka, selamatkanlah diri kalian darinya, yaitu
dengan taat kepada Allah melaksanakan perintahNya, beritahulah keluargamu, tentang ketaatan
kepada Allah, karena dengan itu akan
menyelamatkan jiwa mereka dari neraka, berilah
mereka nasehat dan pendidikan. Hendaklah seorang
lelaki itu membenahi dirinya dengan ketaatan kepada
Allah, juga membenahi keluarganya sebagai rasa
tanggungjawabnya sebagai pemimpin dan yang
dipimpinnya.
11. Al Qurthubi mengingatkan lagi : Hak anak
terhadap orang tua, hendaklah orang tua memberikan
nama yang baik, mengajarkannya tulis menulis dan
menikahkan bila telah baligh. Tidak ada pemberian
orang tua terhadap anak yang lebih baik daripada
mendidiknya dengan didikan yang baik. Perintahlah
anak-anakmu sholat jika sudah berumur 7 tahun, dan

pukullah jika umur 10 th, jika meninggalkan


sholatnya, pisahkan tempat tidur mereka.
12. Lalu dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan Mengenai
firman Allah subhanahu wa taala,

Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka,
Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid
mengatakan, Apabila datang kepadamu suatu
tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu)
mengatakan : Bertaqwalah kepada Allah dan
berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa
kepada Allah.
Sedangkan Qatadah mengemukakan : Yakni,
hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat
kepada Allah dan mencegah mereka durhaka
kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan
perintah Allah kepada mereka dan perintahkan
mereka untuk menjalankannya, serta membantu
mereka dalam menjalankannya. Jika engkau melihat
mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan
dan cegahlah mereka.
Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh

Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka


mengatakan : Setiap muslim berkewajiban mengajari
keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya,
berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang
diwajibkan Allah Taala kepada mereka dan apa yang
dilarang-Nya.
13. Tafsir dari Depag mengenai ayat ini :

Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orangorang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasulNya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga
dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri
dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh
melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan
kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api
neraka. Di antara cara menyelamatkan diri dari api
neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar,
sebagaimana firman Allah SWT.
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
salat dan bersabarlah kamu mengerjakannya (Q.S
Taha: 132).
dan dijelaskan pula dengan firman-Nya:
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
yang terdekat. (Q.S Asy Syuara: 214).

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar


berkata: Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri
kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?
Rasulullah SAW. menjawab: Larang mereka
mengerjakan apa yang kamu dilarang
mengerjakannya dan perintahkanlah mereka
melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu
melakukannya. Begitulah caranya meluputkan
mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh
malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat, mereka
dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam
neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.
Pelajaran Dari Ayat :

Pertama, Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan


berdakwah
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orangorang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasulNya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga
dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri
dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh
melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan
kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api

neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir /


pendurhaka yang tidak mau taat kepada Allah dan
yang selalu berbuat maksiat. Neraka adalah balasan
setimpal bagi para pembuat kemungkaran,
kemusyrikan dan kekacauan. Bahan bakar api neraka
seperti dijelaskan dalam ayat diatas adalah manusia,
sungguh mengerikan tidak dapat kita bayangkan
manusia menjadi bahan bakar dan juga bahan
bakarnya adalah batu, dalam tafsir ibnu katsir
dijelaskan bahwa batu yang dimaksud adalah batu
yang sering dijadikan sesembahan oleh para
musyrikin atau berhala.
Oleh karena itu kita diwajibkan oleh Allah untuk taat
kepada-Nya supaya selamat daripada siksa-Nya.
Caranya membina diri kita terlebih dahulu dalam
mendalami akidah dan adab islam kemudian setelah
kita mampu melaksanakan maka kita wajib
mendakwahkan kepada yang lain yaitu orang-orang
terdekat kita / keluarga yaitu orang tua, istri, anak,
adik, kakak dan karib kerabat, diijelaskan dengan
firman-Nya:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu


yang terdekat. (Q.S Asy Syu'ara': 214)
Kemudian jika sudah mapan kita berdakwah dengan
mereka, maka kita dituntut untuk menyebarkan

kepada pihak masyarakat setelah berhasil maka


masyarakat itu dituntut menyebarkan dakwah seluasluasnya keluar daerahnya. Dengan hal inilah kita
akan menyebarkan sebagian dari rahmat-Nya (kasih
sayang Allah) yaitu ajaran islam yang penuh dengan
keselamatan dan kedamaian.
Kemudian juga ayat ini terkait juga tentang perintah
Allah yang tercantum dalam surat al-Ashr tentang
kerugian manusia kecuali yang beramal shalih dan
saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rugi yang dimaksud adalah hakikat rugi yang
sesungguhnya yaitu kerugian waktu karena banyak
disia-siakan dan kerugian kehidupan diakhirat yang
kekal. Sedangkan manusia kebanyakan hanya tahu
kalau yang dimaksud rugi dikaitkan dengan untung
ruginya harta benda. Padahal menurut Allah bisa jadi
sebaliknya kelihatannya harta benda itu kurang tapi
hakikatnya bertambah yaitu harta yang kita
sedekahkan dijalan ALLAH SWT kelihatannya
berkurang padahal hakikatnya bertambah berkahnya
dan Allah SWT juga akan membalasnya berlipat-lipat
baik didunia maupun akhirat.

Kedua, Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga


dari api neraka

Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan


seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api

neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq


baik, saling tolong menolong dalam kebaikan dan
sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari
api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar,
sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan salat dan bersabarlah kamu
mengerjakannya (Q.S Taha: 132).

Ketiga, Pentingnya pendidikan islam sejak dini

Memang sudah menjadi fitrah dari setiap manusia


yang sudah berkeluarga senantiasa mendambakan
seorang anak. Anak yang lahir akan disambut dengan
sukacita; sang istri bahagia merasa dinobatkan
menjadi ibu, suatu predikat yang sangat mulia; sang
suami merasa seakan sempurna akan dipanggil
ayah.
Kebahagiaan ini akan senantiasa bertambah jika
tumbuh kembang sang anak sehat dan si anak
menunjukkan prestasi yang sesuai dengan harapan
ayah dan ibunya. Anak adalah aset bagi orang tua
dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan
menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh dan
berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda

begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun


mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum
menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil
terjadi perkembangan potensi yang kelak akan
berharga sebagai sumber daya manusia. Banyak
orang tua salah asuh kepada anak sehingga
perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini
tidak diiringi dengan perkembangan mental dan
spiritual yang benar kepada anak sehingga banyak
prilaku kenakalan-kenalakan oleh para Remaja.
Dalam lima tahun pertama seorang anak mempunyai
potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada
usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk.
Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak
seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat
keemasan ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai
orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan
benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan
sang buah hati, amanah Allah. Rasulullah juga
memeberitahu betapa pentingnya / Urgensi mendidik
anak sejak dini , dalam hadits Rasulullah SAW :
Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka hanya kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikannya seorang yahudi atau seorang
nasrani atau seorang majusi. (HR.Bukhari)
Dari hadits di atas jelaslah bahwa setiap bani adam
yang terlahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah
(dalam keadaan islam), karena sesungguhnya setiap

bani adam sebelum ia terlahirkan ke dunia (masih


dalam kandungan), ia sudah berikrar dengan kalimat
syahadat yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah Subhanallahu wa
Taala dan Muhammad adalah hamba dan utusan
Allah Subhanallahu wa Taala. Sedangkan yang
menjadikan anak itu menjadi seorang yahudi, nasrani,
dan majusi melainkan itu semua karena peranan dari
kedua orang tuanya.
Anak pada usia 0 sampai 6 tahun bagian otak yang
berfungsi hanyalah otak bagian kiri yang berperan
menangkap apa-apa yang ada di sekitarnya (masamasa membeo), sedangkan otak yang berperan
sebagai penyaring (otak bagian kanan) belum
berfungsi, ketika anak berusia 7-8 tahun otak bagian
kanan baru mulai berfungsi, dan baru mampu
membedakan mana yang boleh dan tidak, mana yang
baik dan buruk. Maka sebagai orang tua yang ingin
anaknya menjadi anak saleh maka tidak akan
menyia-nyiakan masa ini (umur 5-9 tahun) untuk
mengajari anak disiplin, tata pergaulan, rajin sholat
dan mengaji, mengajari adab dan sopan santun,
mengajari ilmu-ilmu terapan dsb. Karena bagi anak
hal itu akan lebih mudah diserap daripada mengajari
anak jika telah menginjak usia remaja hal itu tentu
akan lebih sulit tak bahkan jarang orang tua akan
menemukan pembangkangan dari anak, karena
seperti pepatah belajar diwaktu kecil seperti
mengukir diatas batu dan masuknya ilmu semudah
masuknya sesuatu kedalam air, belajar diwaktu

dewasa seperti mengukir diatas air dan masuknya


ilmu sesulit mengukir diatas batu.
Inilah Pendidikan Islam sejak dini yang sering
diremehkan oleh kebanyakan orang tua jaman
sekarang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing sehingga lupa tanggung jawab yang
besar yaitu pendidikan mengenal Tuhannya atau
pendidikan Islam yang merupakan faktor utama
kemajuan sebuah bangsa. Sebuah bangsa akan maju
jika umat manusia patuh kepada perintah Allah SWT,
karena kemajuan sebuah bangsa tidak akan tercapai
tanpa ridha dari Allah SWT. Seperti zaman keemasan
pada saat Rasulullah SAW masih hidup kemudian
diteruskan oleh para sahabatnya/khulafaurrasyidin.
Dan untuk lebih menambah pengetahuan kita, saya
akan mengutip pernyataan ilmuwan pendidikan
Dorothy Law Nolte yang pernah menyatakan bahwa
anak belajar dari kehidupan lingkungannya.
Lengkapnya adalah sebagai berikut :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar
memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia
belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar
rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia
belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar

menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar
menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik
perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar
menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar
menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.

Kelima, Keimanan kepada para malaikat

Ayat diatas mengandung pelajaran keimanan kita


kepada sifat para malaikat yang suci dari dosa dan
tidak pernah membangkang apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT. Berbeda dengan manusia dan jin
yang kadang taat kadang pula melanggar bahkan ada
juga yang tidak pernah taat sama sekali atau selalu
berbuat maksiat.

Dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa dalam neraka ada


sembilan belas malaikat yang ditugasi menjaga
neraka dan pemimpinnya adalah malaikat Malik.
Sebagaimana firman Allah tentang Neraka Saqar :

Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak


meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor)
adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada
sembilan belas (malaikat Zabaniah). Dan tiada
Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan
malaikat. (Al-Muddassir [74]:27-30)
Malikat Malik 'Alaihissalam mematuhi segala perintah
Allah seperti dalam firman-Nya tentang permintaan
penghuni Neraka kepada Malaikat Malik Mereka
berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh
kami saja". Dia menjawab, "kamu akan tetap
tinggal (di neraka ini)." (Az-Zukhruf [43]:77)
Malaikat Malik mempunya tangan dan kaki yang
bilangannya sama dengan jumlah ahli neraka. Setiap
kaki dan tangan itu bisa berdiri dan duduk, serta
dapat membelenggu dan merantai setiap orang yang
dikehendakinya. Menurut kisah, karena Malik memiliki
wujudnya yang sangat menyeramkan, ketika Malik
melihat kearah Neraka maka sebagian api memakan
api yang lain karena rasa takutnya kepada Malik.
Dikatakan pula bahwa ketika Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam naik ke Sidrat alMuntaha, ia bertemu dengan Malik yang kemudian
menunjukkan pandangan sekilas tentang penderitaan
di Neraka. Sejak saat itu pula Malaikat Malik tidak

pernah tersenyum. Memiliki tubuh yang sangat besar,


wajahnya menampakkan kemarahan, terlihat amat
menakutkan, sangat kejam, tidak kenal kompromi, di
antara kedua matanya terdapat pusat syaraf yang
seandainya ia menatap bumi pasti orang-orang yang
ada didalamnya mati tiada tersisa.
begitulah mengenai wujud malaikat penjaga neraka
yang berwajah bengis, kasar dan keras. Jika kita
pernah mendengar tentang kebengisan seorang raja
fir'aun yang selalu menyiksa rakyatnya dalam kisah
para nabi maka hal itu belum ada apa-apanya bila
dibandingkan dengan kebengisan dan kekasaran
para malaikat penjaga neraka (disebut malaikat
zabaniyah). Karena tidak mungkin penjaga neraka
adalah seorang malaikat yang lemah lembut,
bagaimana mungkin para pendosa akan disambut
dengan ramah tamah dineraka karena kita melihat
aparat keamanan saja didunia kepada para tahanan
kriminal kasarnya minta ampun. Apalagi para penjaga
neraka tentu saja jauh lebih bengis dan kasar. supaya
para penghuni neraka merasakan azab dan
penderitaan yang luar biasa sebagai akibat dari
pembangkangan mereka kepada Allah Tuhan Yang
Menciptakan mereka. Tuhan yang telah memberi
banyak karunia kepada mereka namun dibalas
dengan kekufuran dan kemaksiatan.

Semoga penjelasan yang sedikit ini menambah


ketakutan kita kepada azab Allah dan menambah
ketaatan kita kepada-Nya. Supaya kita dan keluarga
kita dan kaum muslimin semuanya selamat dari
neraka dan dimasukan kedalam surga yang penuh
dengan kesenangan yang kekal, amiien

Wallahu Alam
Referensi : Berbagai sumber

You might also like