Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya
adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergesaran paradigma dan
sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut
masih belum memadai.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Pembagian Partus Berdasarkan Cara Persalinan :
Partus biasa (Normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK
dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Partus Luar Biasa (Abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Kala I Persalinan
Tanda dan gejala inpartu
10 menit)
Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
2
2
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1cm
hingga 2 cm (multipara)
Pada fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
o Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
o Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
o Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm
atau lengkap
Menentukan Presentasi
Periksa Dalam
Kala II Persalinan
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya :
Penurunan Kepala Bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan (pemeriksaan luar) dan
pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat
Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium
atau darah)
4
Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
Massase fundus
Kala IV Persalinan
Pemantauan Pada Kala IV
Massase uterus
Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan
pusat sebagai patokan.
Dengan cara melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500ml dapat menampung semua darah itu. Bisa juga dengan cara tidak
langsung dengan cara melalui penampakan gejala dan tekanan darah
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut :3
seksio sesarea.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan pada ibu
dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan
dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pasca
penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan
suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atu bayinya.
Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mempu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, sekitar 10-15% di
antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui
lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetric
dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahan
- Transfusi darah
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps
- Antibiotik
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi baru lahir.
II.
III.
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11. Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu Ibu
8
berbaring terlentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
8
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman.
Jika Ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
menera pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.
bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat , mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkna kedua tangan di masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu memeran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu arterior muncul di
9
bawha arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat punggung dari kaki lahir.
10
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri, jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
Menilai kandung kemih dan mengkataterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam 39 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban tidak robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forspes disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah kedua plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
VIII.
Menilai Pendarahan
11
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami pendarahan aktif.
IX.
persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
12
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
DISTOSIA
A. DEFINISI
Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai
adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 24 jam tanpa menimbulkan
kerusakan yang berlebih pada ibu dan anak.
B. KLASIFIKASI
Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu :
1. Distosia karena kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu :
a. Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia.
b. Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti
luka parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis;
atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan
ibu.
13
2.
Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, misalnya
presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, anak
3.
14
Menurut WHO, his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat
sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masingmasing lamanya >40 detik. His yang terjadi tanpa masa istirahat disebut
tetania uteri
c. Besarnya caput succedaneum.
Inersia Uteri
Adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala
pembukaan. Inersia uteri dapat disebabkan oleh penggunaan analgetik terlalu
cepat, korioamnionitis, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi,
regangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), dan perasaan takut dari
ibu. Inersia uteri dapat meningkatkan kematian perinatal.
2.
Tingkat Persalinan
Nyeri
Foetal distress
Reaksi
terhadap
Hipotonus
Hipertonus
Fase aktif
Tidak nyeri
Lambat terjadi
Fase laten
Sangat nyeri
Cepat
Baik
Sedikit
Tidak baik
Besar
oxytocin
Pengaruh sedative
Sebab-sebab
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan
posisi, regangan dinding rahim (hidramnon, gemelli, perasaan takut ibu).
Penyulit
1. Kematian atau kesakitan
2. Infeksi, yang juga meninggikan kematian anak
3. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi: tanda-tandanya pols naik, suhu meninggi,
asetonuria, nafas cepat, meterorismus dan turgor berkurang.
Persalinan tidak boleh berlangsung lebih lama dari 24 jam.
Terapi
1. Inersia uteri hipotonis
a.
b.
c.
b.
c.
2. Partus Presipitatus
Adalah persalinan yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang-kadang pada
multipara dan jarang sekali pada primigravida terjadi persalinan yang terlalu
cepat sebagai akibat his yang kuat dan kurangnya tahanan dari jalan lahir.
Bahaya bagi anak karena oksigenasi berkurang.
Terapi
Kurangi his dengan sedative.
3.
18
19
Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki
seperti:
- Struma congenitalis
- Kelainan tulang lehr
- Lilitan tali pusat yang banyak
- Meningokel
- anencephal
Letak muka sekunder, dapat diperbaiki, anak normal
- Panggul picak
- Anak besar
- Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan
- Bagian-bagian yang menumbung
- Hidramnion
Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karea tonus otot-otot ekstensor anak
lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.
Mekanisme persalinan
pada permulaan defleksi ringan saja, tetapi dengan turunnya kepala defleksi
bertambah, hingga dagu menjadi bagian yang terendah. Ini disebabkan karena jarak
dari foramen magnum ke dagu.
Distantia submentobragmatica bagian yang terendah dagulah yang paling dulu
mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul hingga memutar ke depan ke arah
simfisis. Putaran paksi ini baru terjadi pada dasar panggul. Dalam vulva terdahulu
nampak mulut. Kepala lahir dengan gerakan fleksi dan tulang lidah menjadi
hipomuchlion: berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya tulang belakang kepala.
Vulva diregang oleh diameter submento-occipitalis (11 ), caput succedaneum
terbentuk di daerah mulut hingga muka anak muncung.
Prognosa
Letak muka dapat lahir spontan. Pada umumnya partus lebih lama, yang
meninggikan angka kematian janin. Kemungkinan ruptur perineum lebih besar.
Terapi
Kalau menemukan letak muka diperiksa tidak adakah kelainan panggul. Dalam
kehamilan dapat dicoba perasat Schatz untuk memperbaiki letak defleksi:
20
a) Kepala anak dimobilisasi dan diletakkan pada fossa iliaca pada pihak punggung
anak.
b) Penolong berdiri pada pihak perut anak, satu tangan menarik bokong sedangka
satunya dikepalkan dan menarik dada anak.
c) Setelah lordose berkurang maka tangan yang tadinya menolak dada memegang
daerah belakang kepala dan mendekatkannya dengan bokong.
Dalam persalinan asal tidak ada kelaina panggul, terapi bersifat konservatif
mengingat bahwa letak muka dapat lahir spontan. Juga jika dagu terdapat sebelah
belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar ke depan dan persalinan
berlangsung spontan. Jika ada indiksi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps
hanya dipergunakan kalau:
-
muka atau letak belakang kepala. Letak dahi yang menetap agak jarang terjadi.
Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan sebab-sebab letak muka.
Diagnosa
- Tonjolan kepala teraba pada pihak punggung anak (bertentangan dengan bagianbagian kecil)
- Kalau bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sepihak
- Didiagnosa waktu persalinan kalau pembukaan sudah cukup besar, teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung.
Mekanisme persalinan
Pada letak dahi ukuran terbesar keapla ialah diameter mento-occipitalis (13
cm) melalui jalan lahir yang lebih besar dari semua ukuran pintu atas panggul. Maka
pada anak yang cukup besar kepala tidak dapat masuk ke dalam pintu atas panggul.
Letak dahi merupakan presentasi yang paling buruk di antara letak kepala.
Pada anak yang agak kecil kepala dapat masuk dengan moulage yang kuat,
kemudian putaran paksi sehingga dahi memutar ke depan ke arah simfisis. Dahi
paling dulu nampakpada vulva dan tulang rahang atas menajdi hypomochlion.
Dengan fleksi lehirlah ubun-ubun besar dan belakang kepala dan setelah
belakang kepala lahir, dengan gerakan defleksi berturut-turut lahirlah mulut dan
dagu. Vulva diregang oleh diameter maxilo occipitalis. Caput succedaneum terjadi
pada dahi.
Prognosa
Pada letak dahi yang bersifat sementara anak dapat lahir spontan sebagai letak
belakang kepala atau letak muka. Kalau letak dahi menetap maka prognosa buruk,
kecuali kalau anak kecil.
Terapi
Dalam kehamilan dapat dicoba perasat Schatz. Kalau pada persalinan tersapat letak
dahi dilakukan SC, megingat bahaya-bahaya untuk ibu dan anak.
4. Letak Sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yag terendah
(presentasi bokong). Kejadian sekitar 3%. Letak sungsang dibagi:
a. Letak bokong murni (Frank Breech)
22
Etiologi
a. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika
menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga
tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada
satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
b. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan
beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin
berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
c. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga
ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di
bagian bawah rahim.
d. Hidramnion
(kembar
air). Volume
air
ketuban
yang
melebihi
normal
23
f. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas
ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas
yakni di bagian atas rahim.
g. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya
menjadi sungsang.
h. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya,
maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.
Diagnosa
Mekanisme
Bokong akan masuk rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang /
miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di
24
pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteposterior dan
tronchater depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan
janin sehingga tronchater belakang melewati perineum dan lahirlah bokong serta
kaki. Setelah itu terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu
melintang / miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu sehingga bahu depan ada
dibawah simfisis melewati perineum. Kepala masuk ke dalam rongga panggul
dengan sutura sagitalis melintang. Dalam rongga panggul terjadi putaran paksi
dalam. Kepala serta muka berputar ke posterior dan oksiput ke simfisis. Dagu, mulut,
hidung, dahi, dan kepala lahir berturut turut lewat perineum.
Prognosis
Mortalitas pada sungsang lebih besar dibandingkan dengan letak normal.
Penyebab kematian perinatal yaitu prematuritas & penanganan persalinan yang
kurang sempurna dengan akibat perdarahan tengkorak, terjepitnya tali pusat antara
kepala dan panggul pada waktu masuk rongga panggul. Asfiksia terjadi bila janin
bernapas sebelum mulut dan hidung lahir, sedangkan perdarahan tengkorak terjadi
akibat kompresi dan dekompresi yang cepat tanpa ada penyesuain sebelumnya.
Penanganan dalam Kehamilan
Karena berbahaya, sebaiknya persalinan pada sungsang di hindari. Kalau
pada waktu ante natal sudah mengetahui posisi sungsang diusahakan versi luar jadi
presentasi kepala. Sebaiknya melakukan versi luar antara 34 38. Kalau < 34 minggu
belum perlu dilakukan versi luar karena masih ada kemungkinan berputar sendiri
janinnya. Sedangkan kalau > 38 minggu sudah sulit karena janin bertambah besar dan
air ketuban mulai berkurang.
25
Versi luar : diagnosis letak janin pasti, denyut jantung janin baik. Kalau bokong
sudah masuk pintu atas panggul harus dikeluarkan dahulu. Pakai jari jari tangan
untuk mengangkat bokong. Setelah itu bokong di tahan memakai 1 tangan, tangan
yang lainnya membuat fleksi terus menerus. Kedua tangan harus bekerja sama
sehingga presentasi menjadi kepala. Dorong kepala masuk pintu atas panggul,
kemudian cek denyut jantung janin. Dianjurkan untuk versi luar memakai kekuatan
ringan bukan paksaan.
26
27
teregang dan tidak terjepit antara kepala dan panggul. Kriteria untuk menentukan
persalinan :
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan
Zahtuni Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah :
28
29
30
punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fossa kubiti. 2 jari tangan tersebut
ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan
bimbingan jari jari tersebut. Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung
janin dipengang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar unutk mengubah lengan
depan supaya berada di belakang dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga
punggung janin melewati simfisis, kemudian lengan yang sudah berada dibelakang
tersebut dilahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik terutama dilakukan bila
lengan depan menjungkit ke atas / berada di belakang leher janin. Karena memutar
tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara
klasik dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetep dilahirkan
sebagai lengan depan. Kedua kaki dipengang dengan tangan yang bertentangan
dengan lengan depan untuk menarik tuuh janin ke bawah sehingga punggung janin
mengarah ke bokong.
b) PERASAT MUELLER
Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke
bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan
dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan
di depan, sesudah itu baru lengan belakang di lahirkan.
32
Gambar kiri : Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan.
Gambar kanan : Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan
telunjuk jari tangan kiri penolong).
c) PERASAT LOVSET
Dasarnya adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada
bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang di putar ke
depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin
terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh
janin ditarik kebawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah
simfisis, kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung
oleh kedua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah
simfisis, dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu
yang lain yang sekarang jadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali
tubuh janin kearah berlawanan, sehingga bahu belakang jadi bahu depan dan
lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
Prinsip
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah
jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula
dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul)
Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang, sehingga setiap saat
bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi bahu
anterior.
33
Dilakukan
pemutaran
diputar
1800 kearah
yang
berlawanan
Tehnik sederhana.
2)
3)
34
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maxilla untuk mempertahankan kepala agar tetap flexi. Tangan kanan
memegang
bahu
jari
tengah
di sebelah
ditarik
ke
dengan
lain
memegang
35
pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada
bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan
larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.
36
Komplikasi
-
Komplikasi ibu
1) Perdarahan
2) Trauma jalan lahir
3) Infeksi
Komplikasi anak
Aspirasi. Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan
rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan
anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir
sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
Asfiksia. Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat
pada fase cepat
Panggul sempit
Fraktura humerus
Fraktura klavikula
Fraktura femur
37
Dislokasi bahu
pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga
akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
5. Letak Lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak
lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian
terendah, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jika
punggung terdapat di sebelah depan disebut dorsoanterior dan jika di belakang
disebut dorsoposterior.
Penyebab yang terpenting ialah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diagnosa
Inspeksi: nampak perut melebar ke samping dan fundus uteri rendah dari
biasa, hanya beberapa jari di atas pusat pada kehamilan cukup bulan.
Palpasi: fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, bagian besar
Jalannya Persalinan
Ada kalanya anak yang pada permulaan dalam letak lintang, berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, hanya
mungkin jika ketuban masih utuh. Yang paling dulu nampak dalam vulva ialah
38
daerah dada di bawah bahu; kepala dan thorax melalui rongga panggul
bersamaan.
Cara lain kelahiran spontan dalam letak lintang adalah evalutio spontanea,
walaupun jarang terjadi. Ada 2 variasi yaitu mekanisme dari Douglas dan dari
Denman.
Prognosa
Tergantung pada saat pecahnya ketuban. Supaya ketuban selama mugkin utuh,
sebaiknya:
Terapi
a. Diusahakan versi luar dalam kehamilan atau minimal menjadi versi
sungsang pada saat diagnose ditegakan
b. Versi luar dapat dilakukan saat partus bermula dan pembukaan kurang
3cm dan ketuban utuh
d. Jika usaha tidak berhasil dilakukan Seksio sesarea
6. Letak Majemuk
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping bagian
terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak
39
disebut letak majemuk, begitu pula adanya kaki di samping bokong pada letak
sungsang tidak termasuk letak majemuk.
Pada letak kepala dapat terjadi :
a) Tangan yang menumbung.
b) Lengan yang menumbung
c) Kaki yang menumbung.
Pada tangan menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan samping
kepala, tidak teraba pergelangan tangan. Jika juga pergelangan tangan
ataubagian lebih proksimal teraba, disebut lengan menumbung. Tangan
menumbung prognosisnya lebih baik dari pada lengan yang menumbung
karena tangan yang ceper bentuknya tidak banyak mengambil tempat dibanding
dengan lengan. Tangan yang menumbung pada letak kepala tidak menghalangi
turunya kepala, hanya mungkin menggangu putaran paksi. Sebaliknya, lengan
menumbung dapat menghalangi turunya kepala.
Kaki yang menumbung di samping kepala jarang terjadi pada anak hidup
yang cukup besar, kemungkinan anak yang sudah mengalami maserasi. Pada
montrum dan anak kecil, juga dapat terjadi pada kehamilan kembar yang di
samping kepala anak I menumbunng kaki anak ke II dalam letak sungsang.
Pada letak sungsang jarang tangan teraba di samping bokong dan keadaan ini
tidak menimbulkan kesukaran.
Pada letak majemuk sering juga tali pusat menumbung dan hal ini
mempengaruhi prognosis. Keadaan ini tidak selalu terdiagnosis dengan
pemeriksaan dalam, terutama tali pusat disamping kepala (occult prolapse),
pemantauan persalinan dengan CTG kompresi pada tali pusat akan memberikan
gambaran deselerasi variabel yang berarti adanya gawat janin.
Penyebab
Letak majemuk terjadi jika pintu atas panggul tidak tertutup dengan baik oleh
bagian depan anak, seperti pada:
40
1)
2)
3)
4)
Terapi
a) Jika tanagn menunbung tidak menghalang, prsalinan spontan di laksanakan
b) Ekstarksi forsipal jika ada ganguan putaran paksi
c) Jika lengan menumbung direposisi bila pembukaan lengkap. Jika kepala
sudah masuk jauh ke bawah reposisi menjadi mustahil dan dilakukan
ekstraksi forceps.
d) Jika reposisi dan forceps gagal dilakukan seksio sesarea
e) Jika kaki menumbung dilakukan reposisi
7. Tali Pusat Menumbung (Prolapsus Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan,
sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung. Jika
hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka.
Penyebab
Segala keadaan yang menyebabkan pintu atas panggul kurang tertutup oleh
bagian depan dapat menimbulkan prolapsus foeniculi, seperti pada sisproporsi
sefalopelvik, letak kaki, kehamilan ganda, letak majemuk, dan hidroamnion.
Kejadian ini sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasentarendah
letaknya. Tali pusat menumbung lebih sering terjadi pada multipara dari pada
primipara. Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi ibu tetapi keadaan anak
karena tali pusat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang
akhirnya timbul asfiksia.
Diagnosis
Jika pada pemeriksaan dalam teraba benda seperti tali yang berdenyut atau jika
tali pusat tampak keluar dari vagina, namun adakalanya hal ini tidak teraba pada
pemeriksaan dalam yang disebut occult prolaps.
Terapi
41
a) Lakukan pemantauan CTG dan jika ada deselerasi variebal maka terjadi
penumbungan
b) Jika pembukaan belum lengkap dilakukan sectio caesariae, resusotasi
intrauterine bila perlu dan ibu dalam posisi trendelenburg
c) Jika pembukaan lengkap lakukan ekstarksi forceps dan vakum jika ada
indikasi dan seksio sesarea jika kepala masih tinggi.
8. Janin yang Besar
Yang dikatakan anak besar ialah anak yang lebih berat dari 4000 g.
Menurut kepustakaan barat, anak yang besar baru dapat menimbulka distosia
jika beratnya melebihi 4500 g.
Penyebab anak besar, yaitu:
1) Diabetes mellitus
2) Keturunan
3) Multipara
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu.
Terapi
Pada ibu dengan panggul normal diusahakan persalinan per vaginum
9. Distosia Bahu
Merupakan penyulit yang berat karena sering kali baru diketahui saat
kepala sudah lahir dan tali pusat sudah terjepit antara panggul dan badan anak.
Etiologi
Umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandainya
ukuran badan bayi yang lebih besar dari ukuran kepalanya dan bukan sematamata berat badan bayi >4000 grm. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan
bila dalam kehamilan penyulit-penyulit obesitas, diabetes melitus, atau
42
kehamilan lewat waktu, tau bila dalam persalinan terdapat perpanjangan kala
II.
Pendugaan dan Pencegahan Distosia Bahu
Elliot dan kawan-kawan menggemukakan bahwa adanya distosia bahu dapat
diduga bila pada pemeriksaan USG didapatkan diameter transtorakal pada bayi
dari ibu yang diabetes mellitus 1,4 cm lebih besar dari diameter biparetal.
Lebih jauh lagi mengemukakan diameter torak- diameter kepala 1,6cm dan
atau selisih diameter bahu-diameter kepala 4,8cm kemungkinan besar terjadi
distosia bahu. Mengigat prognosis janin sangat buruk bila terjadi distosia bahu ,
mereka menganjurkan untuk melakukan secsio sesaria bila ditemukan hal
diatas.
Prognosis
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang cukup tinggi dapat terjadi
pada fraktura humeri, klavikula, dan juga Erb,s palsy, serta kematian janin.
Bagi ibu penyulit paling sering adalah perdarahan pascapersalinan sebagai
akibat atonia uteri walaupun dapat sebagai akibat robekan vagina atau serviks.
10. Hydrocephalus
Pada hidrosefalus terdapat kebanyakan cairan otak di dalam ventrikel
otak sehingga kepala (tengkorak) membesar. Hidrosefalus sering disertai
dengan cacat bawaan lain, seperti spina bifida. Hidrosefalus sering pula
menimbulkan distosia bahkan ruptur utri dan anak lahir letak sungsang karena
kepala terlalu besar untuk masuk kedalam panggul.
Diagnosis
Tulang tengkorak tipis sehingga bila ditekan terasa seperti menekan bola
pingpong. Bunyi jantung anak terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari
biasa. Pada foto rontgen tampak kepala yang besar dan garis batas tengkorak
sangat tipis dan kurang jelas. Pada letak sungsang, diagnosis jauh lebih sulit
43
dan sering baru diketahui jika badan anak sudah lahir serta kepala tidak dapat
dilahirkan.
Kemungkinan hidrosefalus jika :
a) Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat dalam persalinan
b) Kepala tetap dapat digoyangkan dan sutura sangat lebar pada perabaan
akhir kehamilan primipara.
c) Tampak ada spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang
d) Pada
USG
tampak
gambaran
ventrikulomegali
atau
perubahan
pleksuskoroidales
Penyebab
Belum jelas, tetapi salah satu diantaranya toksoplasmosis
Prognosis
Bahaya yang terbesar adalah ruptur uteri.
Terapi
Pada anak hidup dilakukan pungsi setelah pembukaan cukup besar (pembukaan
2 jari) untuk memperkecil volume kepala dengan menggunakan jarum yang
panjang dan besar. Pada anak mati dilakukan perforsi dan setelah lahir lakukan
eksplorasi kavum uteri.
E. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
Distosia karena panggul sempit
Yang penting dalam obstetri bukan panggul sempit secara anatomis tetapi
panggul sempit secara fungsional, yang artinya perbandingan antara kepala dan panggul
yang tidak serasi.
Kesempatan panggul dibagi menjadi :
1. Kesempitan pintu atas panggul
44
a.
b.
c.
d.
e.
f.
c.
d.
e.
f.
g.
Prognosis
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor
dan bisa ditarik kesimpulan prognosis lebih baik jika konjugata vera antara
8,5cm-10cm dan prognosis buruk jika kurang dari 8,5cm
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bentuk panggul
Ukuran panggul
Kemungkinan pergerakan sendi-sendi panggul
Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
Presentasi dan posisi kepala
His
Terapi
Dilakukan partus percobaan bila memungkinkan dan seksio sesarea sebagai
alternative akhir
2. Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan
spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5. Ukuran yang penting adalah :
a. Diameter transversa iaitu antara kedua spina-10,5cm
b. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas
sacral ke-4 dan ke-5-11,5cm
c. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
pertemuan sacral ke-4 dan ke-5-5cm
Bidang panggul tengah sempit jika
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fokus utama dari persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Pror. Dr. dr. Sarwono, Sp.OG. Ilmu Kebidanan Ed. 4, Cet. 1. PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. hal.334-347.
2. Sinopsis Obstetri, Jilid I Edisi 2. Jakarta : ECG, 1998.
3. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi. Jakarta. Oktober 2002.
50