You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya
adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergesaran paradigma dan
sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut
masih belum memadai.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

BAB II
PEMBAHASAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Pembagian Partus Berdasarkan Cara Persalinan :

Partus biasa (Normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK
dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Partus Luar Biasa (Abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

Kala I Persalinan
Tanda dan gejala inpartu

Penipisan dan pembukaan serviks


Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam

10 menit)
Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina

Fase-Fase pada Kala I Persalinan

Fase Laten pada Kala Satu Persalinan


Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap

Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

2
2

Fase Aktif pada Kala Satu Persalinan

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1cm
hingga 2 cm (multipara)

Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Pada fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
o Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
o Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
o Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm
atau lengkap

Manajemen Aktif kala I

Memantau Kontraksi Uterus


Untuk memantau kontraksi uterus dengan cara letakan tangan penolong diatas uterus dan
palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit, gunakan jarum detik
pada jam. Memantau tiap jam sekali pada fase aktif.

Menentukan Tinggi fundus Uteri


Lakukan pengukuran pada saat uterus tidak berkontraksi menggunkan pita pengukur atau
meteran pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi
melebar) mulai dari tepi atas simpisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti
aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus. Jarak tepi atas
simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.

Memantau Denyut Jantung Janin


3
3

Menentukan Presentasi

Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin

Periksa Dalam

Partograf pada kala 1 fase aktif (untuk menilai kemajuan persalinan)

Kontrol tanda-tanda vital ibu tiap 4 jam

Pemberian obat bila ada indikasi dan bila diperlukan

Kala II Persalinan

Gejala dan tanda pada kala II persalinan adalah :


1.
2.
3.
4.
5.

Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi


Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vagina
Perineum menonjol
Vulva vagina dan sfingter ani membuka
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya :

Pembukaan serviks telah lengkap, atau


Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Pemantauan Selama Kala II

Nadi Ibu setiap 30 menit

Frek dan lama kontraksi setiap 30 menit

DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit sekali

Penurunan Kepala Bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan (pemeriksaan luar) dan
pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat

Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium
atau darah)
4

Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka

Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir

Kala III Persalinan


Kala III merupakan waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri, dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Tanda-tanda terlepasnya plasenta

Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Semburan darah yang mendadak dan singkat

Tali pusat memanjang

Manajemen aktif kala III

Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Massase fundus

Kala IV Persalinan
Pemantauan Pada Kala IV

Massase uterus

Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan
pusat sebagai patokan.

Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

Dengan cara melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500ml dapat menampung semua darah itu. Bisa juga dengan cara tidak
langsung dengan cara melalui penampakan gejala dan tekanan darah

Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi).

Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut :3

Membuat Keputusan Klinik


Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses
sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja,
membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan
dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu

dan/atau bayi baru lahir.


Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan saying ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan saying ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa
aman dan keluaran lebih baik. Antara lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat
mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan, seperti ekstravasasi vakum, forceps, dan

seksio sesarea.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan pada ibu
dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan
dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pasca

persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.


Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak
dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang dimaksud. Pencatatan
adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan
6

penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan

suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atu bayinya.
Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mempu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, sekitar 10-15% di
antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui
lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetric
dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahan
- Transfusi darah
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps
- Antibiotik
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi baru lahir.

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


I.

II.

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan7menempatkan tabung suntik steril sekali pakai
di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntuk (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
7

III.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi, #langkah 9)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100 180 kali/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11. Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu Ibu
8

berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.


Menunggu hingga Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan kepada keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu

berbaring terlentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
8

Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman.
Jika Ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
menera pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


14. Jika bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di
atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI.

Menolong Kelahiran Bayi


9
Lahirnya Kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pad akepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala
lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola
karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala

bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat , mengklemnya di dua tempat dan

memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkna kedua tangan di masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu memeran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu arterior muncul di
9

bawha arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat punggung dari kaki lahir.
10
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII.

Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayil, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan oada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM
di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengasparasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
10
11

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri, jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
Menilai kandung kemih dan mengkataterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam 39 menit sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban tidak robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forspes disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah kedua plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
VIII.

Menilai Pendarahan
11

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami pendarahan aktif.
IX.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
pendarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati
yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
13
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaiama melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca

persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

12

Kebersihan dan Keamanan


53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontamniasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontamniasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

DISTOSIA
A. DEFINISI
Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai
adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 24 jam tanpa menimbulkan
kerusakan yang berlebih pada ibu dan anak.
B. KLASIFIKASI
Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu :
1. Distosia karena kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu :
a. Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia.
b. Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti
luka parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis;
atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan
ibu.
13

2.

Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, misalnya
presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, anak

3.

besar, hidrosefal, dan monstrum.


Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang),
seperti adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian
yang lunak seperti adanya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun
pada visera lain di daerah panggul yang menghalangi jalan lahir.

C. DISTOSIA KARENA KEKUATAN YANG MENDORONG ANAK KE LUAR


TIDAK MEMADAI
1. Distosia Karena Kelainan His
Baik tidaknya his dapat dinilai dari :
a. Kemajuan persalinan.
Dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian
terendah janin, dan bila janin sudah sampai di bidang hodge III atau
lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam.
b. Sifat-sifat his : frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his
dinilai dengan cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi
(Acme).
Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni
menilai seecara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan CTG
(Cardio tocography).
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His
dikatakan kurang kuat jika :
1) Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.
2) Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi.
3) Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his.

14

Menurut WHO, his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat
sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masingmasing lamanya >40 detik. His yang terjadi tanpa masa istirahat disebut
tetania uteri
c. Besarnya caput succedaneum.
Inersia Uteri
Adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala
pembukaan. Inersia uteri dapat disebabkan oleh penggunaan analgetik terlalu
cepat, korioamnionitis, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi,
regangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), dan perasaan takut dari
ibu. Inersia uteri dapat meningkatkan kematian perinatal.

Inersia uteri dibagi menjadi :


1.

Inersia uteri hipotonis


Kontraksi terkoordinasi, tetapi lemah (pada CTG terlihat tekanan kurang
dari 15 mmHg). His dikatakan baik bila tekanan intrauterin 50-60 mmHg.
Dengan palpasi, his jarang dan puncak komntraksi dinding rahim masih
dapat ditekan ke dalam. Biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II. Oleh
karena itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder. Asfiksia anak jarang
terjadi dan reaksi terhadap pitosin baik sekali.

2.

Inersia Uteri hipertonis


Kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat
dari segmen atas. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh
karena itu boleh dinamakan inersia primer. Pasien biasanya sangat
kesakitan. Tanda-tanda gawat janin cepat terjadi.
Jadi perbedaan secara ikhtisar antara inertia hipotonis dengan hipertonis
adalah:
15

Tingkat Persalinan

Nyeri

Foetal distress

Reaksi

terhadap

Hipotonus

Hipertonus

Fase aktif
Tidak nyeri
Lambat terjadi

Fase laten
Sangat nyeri
Cepat

Baik
Sedikit

Tidak baik
Besar

oxytocin

Pengaruh sedative

Sebab-sebab
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan
posisi, regangan dinding rahim (hidramnon, gemelli, perasaan takut ibu).

Penyulit
1. Kematian atau kesakitan
2. Infeksi, yang juga meninggikan kematian anak
3. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi: tanda-tandanya pols naik, suhu meninggi,
asetonuria, nafas cepat, meterorismus dan turgor berkurang.
Persalinan tidak boleh berlangsung lebih lama dari 24 jam.
Terapi
1. Inersia uteri hipotonis
a.

Dilakukan pemecahan ketuban jika masih positif (untuk keadaan yang

b.

penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau kelainan janin)


Beri pitosin drip. Upayakan observasi ketat karena adanya risiko ruptur
uteri. 2 IU oksitosin dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5% dengan 10 tpm.
Tetesan dapat dinaikan 10 tpm tiap 30 menit sampai didapatkan his yang

c.

adekuat.aximum kecepatan tetesan 60 tpm.


Seksio sesarea
16

2. Inersia uteri hipertonis


a.

Petidin 50 mg atau tokolitik untuk meninbulakan relaksasi dengan

b.
c.

harapan pasien bangun apabila his normal.


Oksitosin dalam larutan yang lemah
Seksio sesarea

2. Partus Presipitatus
Adalah persalinan yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang-kadang pada
multipara dan jarang sekali pada primigravida terjadi persalinan yang terlalu
cepat sebagai akibat his yang kuat dan kurangnya tahanan dari jalan lahir.
Bahaya bagi anak karena oksigenasi berkurang.
Terapi
Kurangi his dengan sedative.
3.

Lingkaran Retraksi dan Lingkaran Konstriksi


a. Lingkaran Retraksi Patologis
Jika retraksi rahim berlebihan waktu persalinan, misalnya karena
adanya rintangan pada jalan lahir maka terjadilah lingkaran retraksi
patologis, juga terkenal dengan nama lingkaran Bandl.
Adanya lingkaran Bandl merupakan gejala ancaman robekan rahim.
Lingkaran Bandl ini terjadi jika ketuban sudah pecah, pembukaan sudah
lengkap dan bagian depan tidak dapat maju. Kejadian ini dapat terjadi
pada :
1) Kesempitan panggul
2) Hidrosefalus
3) Kelainan presentasi atau posisi letak lintang dan letak dahi.
Gejala-gejala ancaman robekan rahim, yaitu :
1) Lingkaran retraksi naik sampai sedikit di bawah pusat atau lebih
tinggi.
2) His kuat sampai tetania uteri.
17

3) Ligamentum rotundum tegang juga di luar his sehingga dapat teraba


dari luar.
4) Nyeri spontan dan nyeri tekan di atas simfisis karena regangan segmen
bawah rahim. Mula-mula terasa sewaktu his, namun kemudian juga
terasa di luar his.
5) Pasien gelisah dan nadi cepat.
6) Terdapat darah dalam urine akibat tekanan kepala atau regangan
berlebihan pada kandung kencing.
Terapi
a) Lingkaran Bandl merupakan indikasi untuk segera menyelesaikan
persalinan.
b) Lebih baik dengan seksio sesarea. Dapat juga diakhiri dengan prforasi
dan dekapitasi
c) Singkirkan kemungkinan rupture uteri jika lahir per vaginum.
b. Lingkaran Konstriksi
Lingkaran Konstriksi adalah kekejangan melingkar dari sebagian
otot rahim dan dapat terjadi pada kala I,II maupun III.
Pada letak kepala lingkaran ini menjepit anak antara kepala dan
bahu. Lingkaran kontriksi menghalangi turunnya anak jadi menyebabkan
distosia. Tempat lingkaran tidak berubah, berlaianan dengan lingkaran
retraksi yang makin naik dengan majunya persalinan. Lingkaran ini tidak
mengakibatkan ruptura uteri dan terjadi karena kontraksi rahim yang
tidak terkoordinasi. Pada umumnya, hanya dapat diraba dengan
pemeriksaan dalam walaupun ada kalanya dapat diraba luar.
Terapi
1) Beri istirahat dengan sedatif jika pembukaan belum lengkap
2) Jika pembukaan lengkap, bius umum dan jika lingkaran kontriksi
lenyap anak dilahirkan
3) Jika lingkaran kontriksi masih ada dilakuan seksio sesarea.

18

D. DISTOSIA KARENA KELAINAN PRESENTASI, POSISI ATAU KELAINAN


JANIN
1. Positio Occipito Posterior Persistens (Kelainan Posisi)
Pada kebanyakan persalinan dengan posisi oksipito posterior, kepala
akan mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan oksiput di bawah
simfisis, namun karena sudut pemutaran besar, kala II biasanya sedikit lebih
lama.
Penyebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul anthropoid,
panggul android, kesempitan bidang tengah panggul, ketuban pecah sebelum
waktunya, fleksi kepala kurang da inertia uteri.
Terapi
Dapat lahir spontan namun bila ada indikasi dapat dipilih ekstraksi forceps atau
vakum
2. Letak Muka
Adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai
punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung terdapat dalam lordose dan
biasanya terdapat di belakang.
Diagnosis
Dalam Kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai jika:
Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang
kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut Fabre); tonjolan
kepala ini juga bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.
Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil.
Dalam Persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba: orbita,
hidung, tulang pipi, mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan
dari bokong.
Sebab
Sebab terpenting adalah panggul sempit dan anak yang besar. Sebab dibagi 2
golongan:

19

Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki
seperti:
- Struma congenitalis
- Kelainan tulang lehr
- Lilitan tali pusat yang banyak
- Meningokel
- anencephal
Letak muka sekunder, dapat diperbaiki, anak normal
- Panggul picak
- Anak besar
- Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan
- Bagian-bagian yang menumbung
- Hidramnion
Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karea tonus otot-otot ekstensor anak
lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.
Mekanisme persalinan
pada permulaan defleksi ringan saja, tetapi dengan turunnya kepala defleksi
bertambah, hingga dagu menjadi bagian yang terendah. Ini disebabkan karena jarak
dari foramen magnum ke dagu.
Distantia submentobragmatica bagian yang terendah dagulah yang paling dulu
mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul hingga memutar ke depan ke arah
simfisis. Putaran paksi ini baru terjadi pada dasar panggul. Dalam vulva terdahulu
nampak mulut. Kepala lahir dengan gerakan fleksi dan tulang lidah menjadi
hipomuchlion: berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya tulang belakang kepala.
Vulva diregang oleh diameter submento-occipitalis (11 ), caput succedaneum
terbentuk di daerah mulut hingga muka anak muncung.
Prognosa
Letak muka dapat lahir spontan. Pada umumnya partus lebih lama, yang
meninggikan angka kematian janin. Kemungkinan ruptur perineum lebih besar.
Terapi
Kalau menemukan letak muka diperiksa tidak adakah kelainan panggul. Dalam
kehamilan dapat dicoba perasat Schatz untuk memperbaiki letak defleksi:
20

a) Kepala anak dimobilisasi dan diletakkan pada fossa iliaca pada pihak punggung
anak.
b) Penolong berdiri pada pihak perut anak, satu tangan menarik bokong sedangka
satunya dikepalkan dan menarik dada anak.
c) Setelah lordose berkurang maka tangan yang tadinya menolak dada memegang
daerah belakang kepala dan mendekatkannya dengan bokong.
Dalam persalinan asal tidak ada kelaina panggul, terapi bersifat konservatif
mengingat bahwa letak muka dapat lahir spontan. Juga jika dagu terdapat sebelah
belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar ke depan dan persalinan
berlangsung spontan. Jika ada indiksi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps
hanya dipergunakan kalau:
-

Kepala sudah sampai di H IV


Dagu terdapat sebelah kanan

Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi sebaiknya dilakukan SC.


Kalau pada mutipara ketuban baru pecah pembukaan lengkap, kepala masih
agak tinggi dan dagu terda[at di belakang bileh diusahakan koreksi manuilmenjadi
letak belakang kepala dengan perasat Thorn. Perasat ini di RS besar tidak dilakukan
lagi, biasanya diambil sikap konservatif dan kalau dagu tidak berputar ke depan
dilakukan SC.
Caranya:
- Kepala dibebaskan dulu
- Occiput dipegang dengan tanpa dalam dan ditarik ke bawah supaya terjadi fleksi
- Tangan luar menolak dada supaya terjadi kyphose.
Jika dagu tetap di belakang (positio mento posterior persistensi) maka persalinan
tidak dapat berlangsung spontan. Sebabnya ialah karena untuk menyesuaikan diri
dengan lengkung panggul anak harus menambahkan defleksinya. Hal ini tidak
mungkin karena defleksinya sudah maksimal. Terapi keadaan ini ialah SC kalau anak
masih hidup dan perforasi jika anak sudah mati.
3. Letak Dahi
Adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga dahi menjadi bagian
terendah. Biasanya bersifat sementara dan dengan majunya persalinan menjadi letak
21

muka atau letak belakang kepala. Letak dahi yang menetap agak jarang terjadi.
Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan sebab-sebab letak muka.
Diagnosa
- Tonjolan kepala teraba pada pihak punggung anak (bertentangan dengan bagianbagian kecil)
- Kalau bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sepihak
- Didiagnosa waktu persalinan kalau pembukaan sudah cukup besar, teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung.
Mekanisme persalinan
Pada letak dahi ukuran terbesar keapla ialah diameter mento-occipitalis (13
cm) melalui jalan lahir yang lebih besar dari semua ukuran pintu atas panggul. Maka
pada anak yang cukup besar kepala tidak dapat masuk ke dalam pintu atas panggul.
Letak dahi merupakan presentasi yang paling buruk di antara letak kepala.
Pada anak yang agak kecil kepala dapat masuk dengan moulage yang kuat,
kemudian putaran paksi sehingga dahi memutar ke depan ke arah simfisis. Dahi
paling dulu nampakpada vulva dan tulang rahang atas menajdi hypomochlion.
Dengan fleksi lehirlah ubun-ubun besar dan belakang kepala dan setelah
belakang kepala lahir, dengan gerakan defleksi berturut-turut lahirlah mulut dan
dagu. Vulva diregang oleh diameter maxilo occipitalis. Caput succedaneum terjadi
pada dahi.
Prognosa
Pada letak dahi yang bersifat sementara anak dapat lahir spontan sebagai letak
belakang kepala atau letak muka. Kalau letak dahi menetap maka prognosa buruk,
kecuali kalau anak kecil.
Terapi
Dalam kehamilan dapat dicoba perasat Schatz. Kalau pada persalinan tersapat letak
dahi dilakukan SC, megingat bahaya-bahaya untuk ibu dan anak.
4. Letak Sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yag terendah
(presentasi bokong). Kejadian sekitar 3%. Letak sungsang dibagi:
a. Letak bokong murni (Frank Breech)
22

b. Letak Bokong Kaki (complete breech)


c. Letak Lutut (incomplete breech)
d. Letak Kaki ( incomplete breech )

Etiologi
a. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika
menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga
tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada
satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
b. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan
beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin
berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
c. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga
ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di
bagian bawah rahim.
d. Hidramnion

(kembar

air). Volume

air

ketuban

yang

melebihi

normal

menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester


ketiga.
e. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus)
membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.

23

f. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas
ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas
yakni di bagian atas rahim.
g. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya
menjadi sungsang.
h. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya,
maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.
Diagnosa

Anamnesis keluhan pasien


Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau
bidan. Janin akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar
berada di kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian
terbesar dan terkeras dari janin.

Cara lain adalah dengan ultrasonografi (USG).


Dilakukan usia kehamilan 32-34 minggu
Mengetahui janin yang menyebabkan letak sungsang
Kelainan diluar janin yang menyebabkan letak sungsang

Mekanisme
Bokong akan masuk rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang /
miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di
24

pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteposterior dan
tronchater depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan
janin sehingga tronchater belakang melewati perineum dan lahirlah bokong serta
kaki. Setelah itu terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu
melintang / miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu sehingga bahu depan ada
dibawah simfisis melewati perineum. Kepala masuk ke dalam rongga panggul
dengan sutura sagitalis melintang. Dalam rongga panggul terjadi putaran paksi
dalam. Kepala serta muka berputar ke posterior dan oksiput ke simfisis. Dagu, mulut,
hidung, dahi, dan kepala lahir berturut turut lewat perineum.

Prognosis
Mortalitas pada sungsang lebih besar dibandingkan dengan letak normal.
Penyebab kematian perinatal yaitu prematuritas & penanganan persalinan yang
kurang sempurna dengan akibat perdarahan tengkorak, terjepitnya tali pusat antara
kepala dan panggul pada waktu masuk rongga panggul. Asfiksia terjadi bila janin
bernapas sebelum mulut dan hidung lahir, sedangkan perdarahan tengkorak terjadi
akibat kompresi dan dekompresi yang cepat tanpa ada penyesuain sebelumnya.
Penanganan dalam Kehamilan
Karena berbahaya, sebaiknya persalinan pada sungsang di hindari. Kalau
pada waktu ante natal sudah mengetahui posisi sungsang diusahakan versi luar jadi
presentasi kepala. Sebaiknya melakukan versi luar antara 34 38. Kalau < 34 minggu
belum perlu dilakukan versi luar karena masih ada kemungkinan berputar sendiri
janinnya. Sedangkan kalau > 38 minggu sudah sulit karena janin bertambah besar dan
air ketuban mulai berkurang.

25

Versi luar : diagnosis letak janin pasti, denyut jantung janin baik. Kalau bokong
sudah masuk pintu atas panggul harus dikeluarkan dahulu. Pakai jari jari tangan
untuk mengangkat bokong. Setelah itu bokong di tahan memakai 1 tangan, tangan
yang lainnya membuat fleksi terus menerus. Kedua tangan harus bekerja sama

sehingga presentasi menjadi kepala. Dorong kepala masuk pintu atas panggul,
kemudian cek denyut jantung janin. Dianjurkan untuk versi luar memakai kekuatan
ringan bukan paksaan.

Sistem Skoring Untuk Menentukan Keberhasilan VERSI LUAR :

26

Newman dkk (1993) mengembangkan scoring untuk meramalkan keberhasilan


tindakan versi luar. Pada score < 2 keberhasilan 0% dan pada score > 9 keberhasilan
mencapai 100%.
Kontra indikasinya adalah
1) Panggul sempit, sehingga harus dilakukan seksio sesar.
2) Perdarahan ante partum, sehingga bisa menyebabkan terlepasnya plasenta.
3) Hipertensi, bisa menyebabkan solusio plasenta.
4) Bayi kembar, bisa menyebabkan lilitan tali pusat
5) Plasenta previa
Penanganan dalam Persalinan
Kalau tidak ada masalah tidak dianjurkan mempercepat kelahiran. Tentukan
apakah ada indikasi seksio sesar ( CPD, PP, tumor ), awasi kemajuan pembukaan dan
penurunan bokong. Kalau bokong lahir jangan melakukan tarikan pada bokong karena
dapat mengakibatkan kedua lengan menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun di
antara lengan sehingga kelahiran lengan bahu sulit.
Saat kepala masuk dalam pintu atas panggul tali pusat tertekan antara kepala
janin dan panggul ibu. Maka kelahiran seluruhnya harus 8 menit setelah umbilicus
lahir. Setelah umbilicus lahir tali pusat ditarik sedikit sampai kendor supaya tidak

27

teregang dan tidak terjepit antara kepala dan panggul. Kriteria untuk menentukan
persalinan :
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan
Zahtuni Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah :

Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila skoring antara 0 4.


Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih beberapa tindakan :
PERASAT BRACHT
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir di pegang dengan 2 tangan,
kemudian di hiperlordosis tubuh janin kearah perut ibu, sehingga lama kelamaan
bagian janin dapat dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, hanya
bantu proses persalinan sesuai dengan letak sungsang. Tidak semua bagian berhasil
dilahirkan.
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang Bracht) dapat
dibagi menjadi 3 tahap :

28

1. Fase Lambat Pertama


Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilicus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya
persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh
karena dalam waktu < 8 menit ( 1 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah
berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga
dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap
persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu
cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala
sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

29

Sebab kematian anak:


1) Talipusat terjepit saat fase cepat.
2) Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala
anak pada fase lambat kedua.
3) Trauma collumna vertebralis.
4) Prolapsus talipusat.

30

Persalinan Bahu dan Lengan


1) Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong
berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka
anterior superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan
pangkal paha (gambar 3).
2) Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan
lahir.
3) Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara
berikut:
a) Klasik
b) Mller
c) Lovset.
a) PERASAT KLASIK
Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER. Melahirkan lengan belakang dahulu
dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah simfisis. Dipilih bila bahu
tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis.
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu.
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
Dasarnya adalah lengan kiri janin ditolong oleh lengan kiri penolong begitu
pula sebaliknya. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan,
badan ditarik kebawah sampai ujung bawah scapula dimana kelihatan dibawah
simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan
yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik keatas, sehingga perut janin ke arah perut
ibu. Tangan penolong yang satu dimasukan kedalam jalan lahir dengan menelusuri
31

punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fossa kubiti. 2 jari tangan tersebut
ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan
bimbingan jari jari tersebut. Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung
janin dipengang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar unutk mengubah lengan
depan supaya berada di belakang dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga
punggung janin melewati simfisis, kemudian lengan yang sudah berada dibelakang
tersebut dilahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik terutama dilakukan bila
lengan depan menjungkit ke atas / berada di belakang leher janin. Karena memutar
tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara
klasik dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetep dilahirkan
sebagai lengan depan. Kedua kaki dipengang dengan tangan yang bertentangan
dengan lengan depan untuk menarik tuuh janin ke bawah sehingga punggung janin
mengarah ke bokong.

b) PERASAT MUELLER
Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke
bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan
dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan
di depan, sesudah itu baru lengan belakang di lahirkan.

32

Gambar kiri : Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan.
Gambar kanan : Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan
telunjuk jari tangan kiri penolong).
c) PERASAT LOVSET
Dasarnya adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada
bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang di putar ke
depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin
terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh
janin ditarik kebawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah
simfisis, kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung
oleh kedua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah
simfisis, dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu
yang lain yang sekarang jadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali
tubuh janin kearah berlawanan, sehingga bahu belakang jadi bahu depan dan
lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
Prinsip
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah
jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula
dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :

Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul)

Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang, sehingga setiap saat
bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi bahu
anterior.

33

Tubuh janin dipegang dengan pegangan


femuropelvik.
1800 s

Dilakukan

pemutaran

ambil melakukan traksi curam kebawah


sehingga bahu belakang menjadi bahu depan
dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh


janin

diputar

1800 kearah

yang

berlawanan

sehingga bahu depan menjadi bahu depan


dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan.

Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang


berlawanan sehingga bahu belakang kembali
menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan
dapat dilahirkan.

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :


1)

Tehnik sederhana.

2)

Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.

3)

Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

PERSALINAN KEPALA ~ After Coming Head


Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat
dilakukan dengan berbagai cara : MOURICEAU atau PRAGUE TERBALIK
a) PERASAT MAURICEAU

34

Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maxilla untuk mempertahankan kepala agar tetap flexi. Tangan kanan

memegang

bahu

janin dari belakang


dengan jari telunjuk
dan
berada

jari

tengah

di sebelah

kiri dan kanan leher.


Janin
bawah

ditarik

ke

dengan

tangan kanan sampai


suboksiput / batas rambut dibawah simfisi. Tubuh janin digerakkan ke atas
sedangkan tangan kiri tetep mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir
melewati perineum dan disusul oleh bagian lain. Tangan kiri tidak boleh ikut
menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.

b) Cara PRAGUE TERBALIK


Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan
punggung anak diletakkan diatas
telapak tangan tersebut. Tangan
penolong

lain

memegang
35

pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada
bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan
larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM


= manual aid
Terdiri dari 3 tahapan :
1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).
2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
CUNAM PIPER
Kedua kaki janin dipegan pleh seorang pembantu dan diangkat ke atas,
kemudian cunam dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap
panggul. Cunam ditarik curam kebawah sampai batas rambut dan suboksiput berada
dibawah simfisis, dengan suboksiput sebagai titik pemutaran , cunam berangsur
diarahkan mendatar dan keatas,
sehingga muka janin dilahirkan
melewati perineum, disusul oleh
bagian kepala yang lain.

36

Komplikasi
-

Komplikasi ibu
1) Perdarahan
2) Trauma jalan lahir
3) Infeksi

Komplikasi anak

Aspirasi. Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan
rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan
anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir
sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.

Asfiksia. Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat
pada fase cepat

Trauma intrakranial. Terjadi sebagai akibat :

Panggul sempit

Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)

Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)

Fraktura / dislokasi. Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif

Fraktura tulang kepala

Fraktura humerus

Fraktura klavikula

Fraktura femur
37

Dislokasi bahu

Paralisa nervus brachialis. Menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan

pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga
akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
5. Letak Lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak
lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian
terendah, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jika
punggung terdapat di sebelah depan disebut dorsoanterior dan jika di belakang
disebut dorsoposterior.
Penyebab yang terpenting ialah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas.


Kesempitan panggul.
Plasenta previa.
Prematuritas.
Kelainan bentuk rahim, seperti uterus arkuatus.
Mioma uteri
Kehamilan ganda

Diagnosa

Inspeksi: nampak perut melebar ke samping dan fundus uteri rendah dari

biasa, hanya beberapa jari di atas pusat pada kehamilan cukup bulan.
Palpasi: fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, bagian besar

(kepala & bokong) teraba di samping di atas fossa iliaca.


Pemeriksaan dalam: dapat diraba sisi thorax sebagai susunan tulang-tulang
yang sejajar dan kalau pembukaan sudah besar teraba scapula dan pada piha
bertentangan clavicula. Arah menutupnya tidak menunjukkan arah kepala.

Jalannya Persalinan
Ada kalanya anak yang pada permulaan dalam letak lintang, berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, hanya
mungkin jika ketuban masih utuh. Yang paling dulu nampak dalam vulva ialah
38

daerah dada di bawah bahu; kepala dan thorax melalui rongga panggul
bersamaan.
Cara lain kelahiran spontan dalam letak lintang adalah evalutio spontanea,
walaupun jarang terjadi. Ada 2 variasi yaitu mekanisme dari Douglas dan dari
Denman.
Prognosa
Tergantung pada saat pecahnya ketuban. Supaya ketuban selama mugkin utuh,
sebaiknya:

Melarang pasien mengejan


Pasien dengan anak yang melintang tidak dibenarkan berjalan-jalan
Tidak diberi obat his
Toucher harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban (sebaiknya
tidak dilakukan)

Setelah ketuban pecah, bahaya bertambah karena:

Dapat terjadi letak lintang kasip kalau pembukaan sudah lengkap


Anak dapat mengalami asfiksia karena peredaran darah plasenta berkurang
Tali pusat dapat menumbung
Bahaya infeksi bertambah

Terapi
a. Diusahakan versi luar dalam kehamilan atau minimal menjadi versi
sungsang pada saat diagnose ditegakan
b. Versi luar dapat dilakukan saat partus bermula dan pembukaan kurang
3cm dan ketuban utuh
d. Jika usaha tidak berhasil dilakukan Seksio sesarea

6. Letak Majemuk
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping bagian
terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak
39

disebut letak majemuk, begitu pula adanya kaki di samping bokong pada letak
sungsang tidak termasuk letak majemuk.
Pada letak kepala dapat terjadi :
a) Tangan yang menumbung.
b) Lengan yang menumbung
c) Kaki yang menumbung.
Pada tangan menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan samping
kepala, tidak teraba pergelangan tangan. Jika juga pergelangan tangan
ataubagian lebih proksimal teraba, disebut lengan menumbung. Tangan
menumbung prognosisnya lebih baik dari pada lengan yang menumbung
karena tangan yang ceper bentuknya tidak banyak mengambil tempat dibanding
dengan lengan. Tangan yang menumbung pada letak kepala tidak menghalangi
turunya kepala, hanya mungkin menggangu putaran paksi. Sebaliknya, lengan
menumbung dapat menghalangi turunya kepala.
Kaki yang menumbung di samping kepala jarang terjadi pada anak hidup
yang cukup besar, kemungkinan anak yang sudah mengalami maserasi. Pada
montrum dan anak kecil, juga dapat terjadi pada kehamilan kembar yang di
samping kepala anak I menumbunng kaki anak ke II dalam letak sungsang.
Pada letak sungsang jarang tangan teraba di samping bokong dan keadaan ini
tidak menimbulkan kesukaran.
Pada letak majemuk sering juga tali pusat menumbung dan hal ini
mempengaruhi prognosis. Keadaan ini tidak selalu terdiagnosis dengan
pemeriksaan dalam, terutama tali pusat disamping kepala (occult prolapse),
pemantauan persalinan dengan CTG kompresi pada tali pusat akan memberikan
gambaran deselerasi variabel yang berarti adanya gawat janin.

Penyebab
Letak majemuk terjadi jika pintu atas panggul tidak tertutup dengan baik oleh
bagian depan anak, seperti pada:
40

1)
2)
3)
4)

Multipara karena kepala sering masih tinggi pada permulaan persalinan


Disproporsi sefalopelvik
Anak yang prematur.
Hidramnion.

Terapi
a) Jika tanagn menunbung tidak menghalang, prsalinan spontan di laksanakan
b) Ekstarksi forsipal jika ada ganguan putaran paksi
c) Jika lengan menumbung direposisi bila pembukaan lengkap. Jika kepala
sudah masuk jauh ke bawah reposisi menjadi mustahil dan dilakukan
ekstraksi forceps.
d) Jika reposisi dan forceps gagal dilakukan seksio sesarea
e) Jika kaki menumbung dilakukan reposisi
7. Tali Pusat Menumbung (Prolapsus Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan,
sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung. Jika
hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka.
Penyebab
Segala keadaan yang menyebabkan pintu atas panggul kurang tertutup oleh
bagian depan dapat menimbulkan prolapsus foeniculi, seperti pada sisproporsi
sefalopelvik, letak kaki, kehamilan ganda, letak majemuk, dan hidroamnion.
Kejadian ini sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasentarendah
letaknya. Tali pusat menumbung lebih sering terjadi pada multipara dari pada
primipara. Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi ibu tetapi keadaan anak
karena tali pusat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang
akhirnya timbul asfiksia.
Diagnosis
Jika pada pemeriksaan dalam teraba benda seperti tali yang berdenyut atau jika
tali pusat tampak keluar dari vagina, namun adakalanya hal ini tidak teraba pada
pemeriksaan dalam yang disebut occult prolaps.
Terapi
41

a) Lakukan pemantauan CTG dan jika ada deselerasi variebal maka terjadi
penumbungan
b) Jika pembukaan belum lengkap dilakukan sectio caesariae, resusotasi
intrauterine bila perlu dan ibu dalam posisi trendelenburg
c) Jika pembukaan lengkap lakukan ekstarksi forceps dan vakum jika ada
indikasi dan seksio sesarea jika kepala masih tinggi.
8. Janin yang Besar
Yang dikatakan anak besar ialah anak yang lebih berat dari 4000 g.
Menurut kepustakaan barat, anak yang besar baru dapat menimbulka distosia
jika beratnya melebihi 4500 g.
Penyebab anak besar, yaitu:
1) Diabetes mellitus
2) Keturunan
3) Multipara
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu.
Terapi
Pada ibu dengan panggul normal diusahakan persalinan per vaginum

9. Distosia Bahu
Merupakan penyulit yang berat karena sering kali baru diketahui saat
kepala sudah lahir dan tali pusat sudah terjepit antara panggul dan badan anak.
Etiologi
Umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandainya
ukuran badan bayi yang lebih besar dari ukuran kepalanya dan bukan sematamata berat badan bayi >4000 grm. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan
bila dalam kehamilan penyulit-penyulit obesitas, diabetes melitus, atau
42

kehamilan lewat waktu, tau bila dalam persalinan terdapat perpanjangan kala
II.
Pendugaan dan Pencegahan Distosia Bahu
Elliot dan kawan-kawan menggemukakan bahwa adanya distosia bahu dapat
diduga bila pada pemeriksaan USG didapatkan diameter transtorakal pada bayi
dari ibu yang diabetes mellitus 1,4 cm lebih besar dari diameter biparetal.
Lebih jauh lagi mengemukakan diameter torak- diameter kepala 1,6cm dan
atau selisih diameter bahu-diameter kepala 4,8cm kemungkinan besar terjadi
distosia bahu. Mengigat prognosis janin sangat buruk bila terjadi distosia bahu ,
mereka menganjurkan untuk melakukan secsio sesaria bila ditemukan hal
diatas.
Prognosis
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang cukup tinggi dapat terjadi
pada fraktura humeri, klavikula, dan juga Erb,s palsy, serta kematian janin.
Bagi ibu penyulit paling sering adalah perdarahan pascapersalinan sebagai
akibat atonia uteri walaupun dapat sebagai akibat robekan vagina atau serviks.
10. Hydrocephalus
Pada hidrosefalus terdapat kebanyakan cairan otak di dalam ventrikel
otak sehingga kepala (tengkorak) membesar. Hidrosefalus sering disertai
dengan cacat bawaan lain, seperti spina bifida. Hidrosefalus sering pula
menimbulkan distosia bahkan ruptur utri dan anak lahir letak sungsang karena
kepala terlalu besar untuk masuk kedalam panggul.
Diagnosis
Tulang tengkorak tipis sehingga bila ditekan terasa seperti menekan bola
pingpong. Bunyi jantung anak terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari
biasa. Pada foto rontgen tampak kepala yang besar dan garis batas tengkorak
sangat tipis dan kurang jelas. Pada letak sungsang, diagnosis jauh lebih sulit

43

dan sering baru diketahui jika badan anak sudah lahir serta kepala tidak dapat
dilahirkan.
Kemungkinan hidrosefalus jika :
a) Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat dalam persalinan
b) Kepala tetap dapat digoyangkan dan sutura sangat lebar pada perabaan
akhir kehamilan primipara.
c) Tampak ada spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang
d) Pada

USG

tampak

gambaran

ventrikulomegali

atau

perubahan

pleksuskoroidales
Penyebab
Belum jelas, tetapi salah satu diantaranya toksoplasmosis
Prognosis
Bahaya yang terbesar adalah ruptur uteri.
Terapi
Pada anak hidup dilakukan pungsi setelah pembukaan cukup besar (pembukaan
2 jari) untuk memperkecil volume kepala dengan menggunakan jarum yang
panjang dan besar. Pada anak mati dilakukan perforsi dan setelah lahir lakukan
eksplorasi kavum uteri.
E. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
Distosia karena panggul sempit
Yang penting dalam obstetri bukan panggul sempit secara anatomis tetapi
panggul sempit secara fungsional, yang artinya perbandingan antara kepala dan panggul
yang tidak serasi.
Kesempatan panggul dibagi menjadi :
1. Kesempitan pintu atas panggul
44

2. Kesempitan bidang tengah panggul.


3. Kesempitan pintu bawah panggul.
4. Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah, dan pintu bawah
panggul.
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul.
Pintu atas panggul dianggap sempit jika konjugata vera 10 cm atau jika
diameter transversa < 12 cm. konjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis
yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm. oleh karena itu, sudah jelas
bahwa konjugatavera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan dan
kesukaran bertambah lagi jika kedua ukuran pintu atas panggul, yaitu diameter
antero posterior maupun diameter transversa sempit.
Penyebab kelainan panggul dapat dibagi;
a. Kelainan kerana gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruhnya: semua ukuran panggul kecil
b. Panggul picak: ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang normal
c. Panggul sempit picak: semua ukuran kecil tetapi ukuran muka belakang
lebih sempit
d. Panggul corong: pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah: simfisis terbuka
b. Kelainan kerana penyakit tulang panggul atau sendinya
a. Panggul rakhitis: panggul picak, panggul sempit, panggul sempit picak
dan lain-lain
b. Panggul osteomalasia: panggul sempit melintang
c. Radang artikulasi sakroiliaka: panggul sempit melintang
c. Kelainan panggul akibat tulang belakang
a. Kifosis daerah tulang pinggang meyebabkan panggul corong
b. Skoliosis di daerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit
miring
d. Kelaianan panggul akibat kelianan anggota bawah
a. Koksitis
b. Luksasi
c. Atrofi
Kelainan panggul mungkin juga terjadi karena eksostosis ataau fraktur
tulang panggul.
Panggul sempit mempunyai pengaruh terhadap kehamilan
45

a.
b.

Menimbulkan retrofexio uteri gravid incarcerate


Menimbulkan sesak nafas atau gangguan peredaran darah terutama

c.

pada primigravida karena tinggi fundus yang lebih dari biasa


Perut menggantung karena fundus menonjol ke depan dan pada

d.
e.
f.

primigravida merupakan tanda panggul sempit (abdomen pendulum)


Kepala tidak turun ke rongga panggul pada bulan terakhir
Menibulkan letak muka, sungsang dan lintang
Ukuran bayi yang lebih kecil dari rata-rata

Panggul sempit mempunyai pengaruh terhadap persalinan


a. Persalinan lebih lama karena gannguan pembukaan karena ketuban
pecah sebelum waktu karena bahagian depan kurang menutup pintu
atas panggul. Selanjutnya ketuban pecah kepala tidak menekan serviks
b.

karenan tertahan pintu atas panggul


Kelainan presentasi. Pada panggul picak terjadi defleksi supaya
diameter bitemporalis yang lebih kecil dari biparietal dapat melewati
konjugata vera yang sempit. Asinklitismus juga sering terjadi dan
diterangkan dengan knopfloch mechanismus. Bila panggul sempit
kepala anak mengadakan hiperfleksi supaya ukuran kepala yang
melalui jalan lahir sekecil-kecilnya. Pada panggul melintang sutura
sagitalis akan masuk pintu atas panggul dalam jurusan muka belakang

c.

pintu atas panggul.


Terjadi rupture uteri apabila his menjdai terlalu kuat dalam usaha

d.
e.

mengatasi rintangan akibat panggul sempit.


Infeksi intraprtum akibat otot rahim yang kelelahan.
Terjadinya fistel yaitu tekanan lama pada jaringan yang menimbulkan
iskemi dan akhirnya nekrosis. Nekrosis ini mengakibatakan fistula

f.

vesikovaginalis atau rektovaginalis


Rupture simfisis terjadi dan pasien mengeluh nyeri di daerah simfisis

g.

dan tungkai tidak terangkat.


Paresis kaki karena tekanan dari kepala bayi pada urat saraf di rongga
panggul

Pengaruh pada anak


a. Kematian perinatal meningkat
b. Prolaps funikuli
c. Moulage yang kuat meningkatkan pendarahan intracranial terutaa jika
diameter biparetal berkurang lebih dari 0,5cm
46

Persangkaan panggul sempit jika.


a.
b.
c.
d.
e.

Pada primigravida kepala belum turun setelah minggu ke-36


Pada primigravida ada perut menggantung
Kelainan letak pada hamil tua
Kelainan bentuk badan ibu
Tanda Osborn positif

Prognosis
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor
dan bisa ditarik kesimpulan prognosis lebih baik jika konjugata vera antara
8,5cm-10cm dan prognosis buruk jika kurang dari 8,5cm
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bentuk panggul
Ukuran panggul
Kemungkinan pergerakan sendi-sendi panggul
Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
Presentasi dan posisi kepala
His

Terapi
Dilakukan partus percobaan bila memungkinkan dan seksio sesarea sebagai
alternative akhir
2. Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan
spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5. Ukuran yang penting adalah :
a. Diameter transversa iaitu antara kedua spina-10,5cm
b. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas
sacral ke-4 dan ke-5-11,5cm
c. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
pertemuan sacral ke-4 dan ke-5-5cm
Bidang panggul tengah sempit jika

47

a. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5cm atau


kurang.
b. Diameter antar spina kurang dari 9cm
Ukuran-ukran tersebut hanya dapat diperoleh secara rontgenologis tetapi
dapat diduga jika :
a. Spina isiadika sangat menonjol
b. Dinding samping panggul konvergen
c. Diameter antara tuber ischii kurang dari 8,5cm
Prognosis
Kesempitan bidang panggul tengah menimbulkan gannguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina kurang 9cm
Terapi
Ekstraksi vakum percobaan. Ekstarksi foreps memberikan hasil kurang
memuaskan.
3. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antarkedua
tuber isiadika sebagai dasar kesatuan. Ukuran yang penting adalah:
a. Diameter transversa-11cm
b. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke hujung os sacrum11,5cm
c. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antarkedua tuber
isiadika ke hujung os sacrum-7,5cm
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii
kurang 8cm. jika jarak ini berkurang, arkus pubis juga berkurang dan ini
digunakan untuk mnentukan kesempitan panggul. Distosia biasanya terjadi jika
jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior kurang
15cm. kesempitan panggul bawah biasanya dapat diselesaikan dengan forceps
dan episiotomy yang cukup luas.
48

F. DISTOSIA KARENA KELAINAN ALAT KANDUNGAN


1. Vulva. Atresia vulva (tertutupnya vulva) dapat bawaan ataupun didapat misalnya
karena radang atau trauma. Tentu atresia yang sempurna menyebabkan kemandulan
dan yang menyebabkan distosia hanya atresia yang inkomplit.
2. Vagina. Pada vagina dapat terjadi : atresia, adanya sekat dan tumor vagina.
3. Cervix. Kelainan yang penting berhubung dengan persalinan adalah atresia,
conglutinatio orificii externi (portio mendatar dan menjadi tipis sekali tetapi orificium
externum tetap kecil dengan pinggir yang tipis), sikatriks pada cervikx dapat terjadi
karena operasi atau infeksi, cervix yang kaku terdapat pada primitua sebagai akibat
infeksi atau operasi dan pada elangatio colli.
4. Uterus.
Retroflexio uteri gravidi yang tetap, menimbulkan atoni retroflexio uteri gravidi
incarcerata. Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur
cukup bulan. Jika ini terjadi, maka pada partus dapat terjadi ruptura uteri.
Prolapsus uteri. Biasanya yang inkomplit berkurang karena setelah bulan ke IV
uterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil.
5. Tumor-tumor alat kandungan seperti ginjal ektopik dan abtu kandung kencing.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fokus utama dari persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
49

penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan


tersebut masih belum memadai.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa refreshing ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, saran kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk membuat refreshing yang
lebih baik di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Pror. Dr. dr. Sarwono, Sp.OG. Ilmu Kebidanan Ed. 4, Cet. 1. PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. hal.334-347.
2. Sinopsis Obstetri, Jilid I Edisi 2. Jakarta : ECG, 1998.
3. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi. Jakarta. Oktober 2002.

50

You might also like