You are on page 1of 332

BAB I

Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi

PENDAHULUAN
Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa. Fungsinya untuk menyediakan
informasi
kuantitatif, terutama informasi keuangan, tentang entitas-entitas ekonomi,
yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan diantara
berbagai
alternatif pilihan yang tersedia. Akuntansi merupakan proses yang berakhir
pada
penyusunanlaporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara
keseluruhan untuk digunakan oleh pihak-pihak di dalam maupun di luar
perusahaan. Apakah akuntansi merupakan aktivitas jasa, suatu disiplin ilmu
deskriptif/analitis ataukah suatu system informasi ? Jawabannya adalah
ketigatiganya.

PENDAHULUAN

Sebagai aktivitas jasa , akuntansi memberikan kepada pihak-pihak yang


berkepentingan , informasi kuantitatif yang membantu mereka untuk
mengambil
keputusan mengenai pelepasan dan penggunaan sumberdaya di dalam
kesatuan
yang berorientasi bisnis maupun yang tidak berorientasi bisnis. Sebagai
suatu
disiplin ilmu deskriptif/analitis, akuntansi mengidentifikasikan sejumlah besar
kejadian dan transaksi yang merupakan ciri dari aktivitas ekonomi. Melalui

pengukuran, klassifikasi dan pengikhtisaran, akuntansi menyusutkan data


tersebut
menjadi pos-pos yang relative sedikit, penting dan saling berkaitan yang
bila
disusun dengan tepat akan menggambarkan kondisi keuangan, hasil operasi,
dan
arus kas dari suatu kesatuan ekonomi tertentu. Sebagai suatu system
informasi,
akuntansi mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi
mengenai
suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang keputusan dan tindakannya
berkaitan
dengan aktivitas tersebut. Bagi beberapa kalangan, akuntansi kelihatan
bersifat
mekanis dan prosedural. Hasil yang nampak seolah hanya penyimpanan
catatan
dan penyusunan laporan keuangan sehingga seringkali memberi kesan
sebagai
suatu pekerjaan yang cukup memerlukan keahlian yang rendah dalam
suatu
pekerjaan yang biasa-biasa saja yang tidak ada tantangannya dan tidak
membutuhkan imajinasi. Akan tetapi di dalam akuntansi terdapat banyak
teori,
tujuan-tujuan filosofis, teori-teori normative, konsep-konsep yang saling
terkait,
definisi-definisi yang tepat, dan aturan-aturan yang rasional membentuk
suatu
Kerangka Konseptual yang mungkin tidak dikenal oleh banyak orang
didalam
masyarakat bisnis.
Modul ini akan membahas mengenai Kerangka Konseptual yang akan dibagi
menjadi 2 (dua) topik, yang terdiri atas:

1) Kerangka kerja konseptual untuk pelaporan keuangan.

2) Hirarki Kualitas Akuntansi.

Dengan mempelajari modul ini dengan baik dan benar, diharapkan Anda
dapat
memahami kerangka kerja konseptual yang mendasari akuntansi keuangan.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat:
a. Mengkaji ulang tujuan pelaporan keuangan.
b. Mengidentifikasikan karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi.
c. Mendefinisikan unsure-unsur laporan keuangan.
d. Menguraikan asumsi dasar dari akuntansi.
e. Menjelaskan penerapan prinsip-prinsip akuntansi.
f. Menguraikan dampak kendala-kendala terhadap pelaporan informasi akuntansi.

RANGKUMAN
Kerangka Kerja Konseptual Untuk Pelaporan
Keuangan
TOPIK 1
A. PENGERTIAN, SIFAT DAN KEGUNAAN KERANGKA
KONSEPTUAL.

Kerangka konseptual mirip dengan suatu konstitusi yaitu suatu system


koheren
dari tujuan-tujuan dan dasar-dasar yang saling terkait yang menjadi landasan
bagi
penetapan standar yang konsisten, penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas
dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Mengapa kerangka kerja
konseptual

diperlukan ?

Pertama, agar dapat berguna, maka penetapan standar harus didasari dan
dihubungkan dengan serangkaian konsep dan tujuan fundamental. Kerangka
kerja
konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan, dan harus mendorong keterbandingan diantara laporan-laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang berbeda. Kedua, masalah-masalah
praktis
yang baru muncul harus cepat dapat dipecahkan dengan mengacu pada
kerangka
teori dasar yang sudah ada.

B. PERKEMBANGAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL


Walaupun banyak organisasi, komite, dan perorangan telah mengembangkan
dan
menerbitkan kerangka kerja konseptual, dalam prakteknya tidak ada
satupun
kerangka yang diterima secara universal dan diandalkan dalam praktek.
Barangkali yang paling berhasil adalah Accounting Principle Board Statement No
4 yaitu Konsep-konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Akuntansi yang
Mendasari
Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis yang menguraikan praktek-praktek
yang
sudah ada tetapi tidak menetapkan praktek yang harus dijalankan.

RANGKUMAN
Tingkat pertama, tujuan-tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan
informasi kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga dimulai dari
kesadaran secara garis besar mengenai informasi yang bisa berguna baik
bagi

investor maupun kreditur. Dalam menyediakan informasi kepada para


pemakai
laporan keuangan, profesi akuntansi mengandalkan laporan keuangan yang
multi
guna (general purpose). Maksud laporan keuangan semacam itu adalah

menyediakan informasi yang paling bermanfaat dengan biaya minimal


kepada
berbagai kelompok pemakai. Hal yang mendasari tujuan ini adalah konsep
bahwa
pemakai membutuhkan pengetahuan yang memadai tentang persoalan bisnis
dan
akuntansi keuangan untuk memahami informasi yang terkandung dalam
laporan
keuangan.

Tingkat kedua, dasar-dasar konseptual yang menjelaskan karakteristikkarakteristik kualitatif informasi akuntansi dan definisi unsur-unsur laporan
keuangan. Dasar-dasar konseptual ini menjadi jembatan antara mengapa
dari
akuntansi (Tujuan tingkat 1) dengan bagaimana dari akuntansi (pengakuan dan
penilaian tingkat 3). Satu aspek penting dalam menetapkan struktur teoritis
adalah
penetapan unsur-unsur atau definisi-definisi. FASB mendefinisikan unsurunsur
laporan keuangan sebagai berikut :
Asset, merupakan kemungkinan manfaatekonomi masa depan yang
diperoleh
atau dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksitransaksi
atau kejadian-kejadian yang lalu.

Liabilities, merupakan kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di


masa
depan yang berasal dari kewajiban sekarang dari suatu kesatuan tertentu untuk
penyerahan barang dan jasa kepada kesatuan lain di masa yang akan
datang
sebagai hasil transaksi-transaksi yang lalu.
Equity, merupakan nilai sisa dari harta suatu kesatuan setelah dikurangi
kewajibannya.
Investment by Owners, enambahan dalam net asset perusahaan yang
dihasilkan dari penambahan oleh pemilik.
Distributions to Owners, pengurangan assey perusahaan yang disebabkan
karena penyerahan barang dan jasa atau terjadinya kewajiban bagi perusahaan
kepada pemilik.
Comprehensive Income, perubahan equity (net asset) selama satu
periode
kecuali yang timbul dari investasi pemilik atau pembagian kepada pemilik.
Revenue, arus masuk atau penambahan atas asset atau penyelesaian
suatu
kewajiban atau kombinasi keduanya selama satu periode dari penyerahan atau
produksi barang atau jasa atau aktivitas lain yang merupakan aktivitas
utama
perusahaan.
Expense, arus keluar atau penggunaan asset atau terjadinya kewajiban
atau
kombinasi keduanya selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang
atau jasa atau aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama perusahaan.
Gain, penambahan ekuitas atau net asset yang berasal dari aktivitas bukan
utama
perusahaan kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
Loss, pengurangan ekuitas atau net asst yang berasal dari aktivitas bukan
utama

Tingkat ketiga, Profesi akuntansi terus menggunakan konsep-konsep ini sebagai


panduan operasi. Untuk tujuan pembahasan dipilih untuk mengidentifikasi
konsep-konsep tersebut sebagai asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip, dan
kendala-kendala. Konsep-konsep ini membantu dalam menetapkan jawaban
rasional terhadap masalah-masalah pelaporan keuangan.

perusahaan kecuali yang berasal dari expenses dan distribusi kepada pemilik.

Asumsi-asumsi Dasar
Ada empat asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi keuangan yaitu :

Economic Entity, bahwa aktivitas ekonomi dapat dianggap sebagai suatu unit
pertanggung jawaban tersendiri, sehingga terpisah dari pemiliknya.

Going Concern, metode akuntansi didasari pada asumsi bahwa perusahaan


akan
berumur panjang meskipun para akuntan tidak berpikir bahwa suatu perusahaan
akan bertahan selamanya, tetapi berharap perusahaan akan bertahan cukup
lama
untuk mencapai tujuan-tujuannya. Implikasinya bahwa asset akan dicatat
berdasar prinsip biaya histories atau biaya perolehan kecuali akhirnya akan
dilikuidasi maka asset dinyatakan pada nilai bersih yang dapat direalisasi.

Monetery Unit, aktivitas ekonomi dinyatakan dalam unit moneter karena


dianggap paling stabil dan dapat memberikan dasar yang tepat untuk penilaian
dan analisa akuntansi.

Periodicity, cara paling akurat untuk mengukur hasil dari aktivitas perusahaan
adalah saat perusahaan dilikuidasi, tapi perusahaan atau pihak lain yang
berkepentingan tidak dapat menunggu sampai saat itu tiba sehingga informasi
keuangan perusahaan harus diterbitkan setiap periode. Artinya bahwa aktivitas
aktivitas ekonomi perusahaan dapat dibagi menjadi periode-periode waktu
buatan.

Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi

Ada empat prinsip dasar yang digunakan untuk mencatat transaksi yaitu :

Historical Cost, prinsip ini mengharuskan bahwa sebagian besar asset


dan
liabilities dihitung dan dilaporkan bedasarkan harga perolehan. Penilaian ini
dianggap lebih unggul dibandingkan dasar lain karena bersifat pasti dan dapat
diperiksa.

Revenue Recognition, pendapatan umumnya diakui saat direalisasi atau dapat


direalisasi dan dihasilkan. Direalisasi ditunjukkan saat barang atau jasa ditukar
dengan kas atau klaim atas kas. Dapat direalisasi ditunjukkan saat asset siap
ditukar dengan kas atau kalim atas kas.

Matching, bahwa pengakuan biaya dihubungkan dengan pengakuan


pendapatan. Untuk biaya-biaya yang sulit dihubungkan dengan pendapatan,
beberapa pendekatan harus dilakukan misalnya dengan alokasi rasional dan
sistematis.

Full Disclosure, dalam memutuskan informasi apa yang harus dilaporkan,

akuntan mengikuti praktek yang umum bagi penyediaan informasi yang cukup
penting untuk mempengaruhi penilaian dan pembuatan keputusan.
Biasanya
pertimbangan yang digunakan adalah (1) mengungkapkan masalah yang cukup
yang dapat menunjukkan perbedaan , dan (2) peringkasan untuk membuat

informasi tersebut dapat dimengerti dengan memperhatikan biaya


penyusunannya dan pemakaiannya. Constrains, dalam memberikan informasi
dengankarakteristik kualitatif yang membuatnya berguna, ada dua kendala
penting yang harus dipikirkan yaitu (1) Cost-benefit relationship dan (2)
Materiality. Dan dua kendala lain yang dianggap tidak cukup penting yaitu (1)
Industry practice dan (2) Conservatism.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan
anda
mengerjakan latihan berikut ini !

1) Apa yang dimaksud dengan kerangka kerja konseptual ? Mengapa kerangka


kerja konseptual penting dalam akuntansi ?

2) Apa yang dimaksud Apa tujuan utama pelaporan keuangan seperti yang
disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept No 1 ?

3) Beban (expenses), kerugia (losses) dan distribusi kepada pemilik semuanya


menurunkan aktiva bersih (net asset). Apa perbedaan ketiga unsure tersebut ?

4) Pendapatan (rvenue), keuntungan (gain), investasi oleh pemilik semuanya

menaikkan aktiva bersih. Apa perbedaan diantara ketiga unsure tersebut ?

5) Sebutkan empat asumsi dasar yang melandasi struktur akuntansi keuangan !

RANGKUMAN

Prinsip-prinsip akuntansi tidak dapat ditemukan; tetapi diciptakan atau


diumumkan. Prinsip-prinsip akuntansi didukung dan disahkan oleh lembaga,
pihak yang berwenang. Suatu kerangka kerja konseptual diperlukan untuk
membentuk dasar konsep dan tujuan, memberikan kerangka bagi
pemecahan
masalah-masalah praktis yang baru, menambah pengertian dan keyakinan
para
pemakai laporan keuangan, dan mendorong keterbandingan diantara
laporan
keuangan perusahaa-perusahaan. Memahami tujuan pelaporan keuangan
yaitu
menyediakan informasi yang berguna bagi mereka yang memiliki
pemahaman
memadai tentang aktivitas bisnis untuk membuat keputusan investasi dan
kredit,
membantu investor dan kreditur saat ini dan yang potensial serta pihak-pihak
lain
dalam menilai prospek arus kas masa depan, serta tentang sumberdaya
ekonomi
dan kalin atas sumberdaya tersebut serta perubahan di dalamnya. Tingkat
pertama
dari kerangka kerja konseptual mengidentifikasikan tujuan dari pelaporan
keuangan. Tingkat kedua mengidentifikasikan konsep-konsep dasar yang
menjelaskan karakteristik-karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi dan
mendefinisikan unsure-unsur dari laporan keuangan. Tingkat ketiga berhubungan

dengan konsep-konsep pengakuan dan penilaian yang digunakan untuk


mendapatkan jawaban masalah-masalah controversial mengenai pelaporan
keuangan. Konsep-konsep tersebut dipisahkan menjadi asumsi-asumsi,
prinsipprinsip, dan kendala-kendala.

Test Formatif

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang
disediakan !

1) Informasi akuntansi harus memenuhi dua criteria kualitas utama yang


berguna
bagi pengambilan keputusan yaitu :

A. Comparability dan relevance


B. Reliability dan comparability
C. Relevance dan reliability
D. Comparability dan consistency

2) Manakah diantara prinsip-prinsip dibawah ini yang tidak termasuk dalam basic
principle of accounting :

A. Historical cost
B. Periodecity
C. Matching
D. Full disclosure

3) Asumsi dasar yang digunakan dalam akuntansi adalah :

A. Economic entity
B. Revenue rcognition
C. Going concern
D. Monetary unit

4) Dalam memberikan informasi yang sesuai karakteristik kualitatif laporan


keuangan, terdapat keterbatasan yang harus diperhatikan yaitu :

A. Tepat waktu dan keseimbangan biaya-manfaat


B. Periodicity dan konsevatif
C. Konservatif dan going concern
D. Periodicity dan materialitas

5) Pernyataan mengenai produk atau jasa perusahaan yang telah diubah


menjadi
kas atau klaim terhadap kas termasuk dalam konsep pendapatan :

A. Dapat direalisasi
B. Dapat teralisasi
C. Telah dihasilkan
D. Sudah diselesaikan

6) Jenis laporan keuangan yang menunjukkan posisi harta, kewajiban, dan modal
perusahaan pada suatu tanggal tertentu adalah :

A. Laporan perubahan modal


B. Laporan laba-rugi
C. Neraca
D. Neraca saldo

7) Mana pernyataan berikut yang tidak termasuk tujuan pelaporan keuangan ?

A. Memberikan informasi tetntang sumberdaya ekonomi, kalim atas


sumberdaya
tersebut, dan perubahan atas sumberdaya tersebut.
B. Memberi nformasi pada investor, kreditor dan pengguna yang lain
dalam
menilai jumlah, waktu dan ketidak pastian cash flow di masa yang akan
datang.
C. Memberi informasi untuk digunakan sebagai dasar keputusan investasi
atau
memberi kredit.
D. Semua jawaban di atas benar.

8) Suatu informasi akuntansi dianggap relevan jika :

A. Tergantung pada kondisi ekonomi dan kejadian-kejadian di masa yang


akan
datang.
B. Dapat membuat keputusan berbeda
C. Dapat dimengerti oleh pengguna
D. Dapat diverifikasi dan bersifat netral

9) Suatu informasi dianggap bersifat netral jika


A. Nilai manfaatnya minimal sama besar dengan biayanya
B. Dapat dibandingkan dengan informasi sejebis dari entitas lain pada saat yang
sama
C. Tidak mempengaruhi pembuat keputusan
D. Bebas dari bias

10) Suatu informasi keuangan dikatakan konsisten jika :

A. Perusahaan lain dalam industri yang sama menggunakan metode yang


berbeda
untuk mencatat transaksi yang sama.
B. Perusahaan mengubah estimasi nilai sisa aktiva tetap.
C. Tidak mempengaruhi pembuat keputusan
D. Tidak satupun jawaban yang benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda dalam materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100 %

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 % - 100 % = baik sekali


80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
< 70 % = baik sekali

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda
harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama yang belum Anda kuasai.

TOPIK I
Hirarki Kualitas Akuntansi

A. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi.

Dalam menyediakan informasi kepada para pemakai laporan keuangan,


profesi
akuntansi bergantung kepada laporan-laporan keuangan yang multi guna
(generalpurpose). Topik sebelumnya menjelaskan bahwa tujuan tingkat pertama
terkait
dengan sasaran dan tujuan akuntansi sedang tingkat ketiga menjelaskan
bagaimana tujuan ini diimplementasikan. Antara tingkat pertama dan ketiga
diperlukan dasar-dasar konseptual yang menjelaskan karakteristikkarakteristik
kualitatif informasi akuntansi, misalnya untuk memutuskan apakah laporan
keuangan harus memberikan informasi berdasarkan biaya histories atau
berdasarkan nilai sekarang ? atau bagaimana kalau beberapa perusahaan
harus

digabungkan dan dipandang sebagai satu kesatuan perusahaan atau


dilaporkan
perusahaan yang secara individu terpisah untuk tujuan pelaporan ?

Memilih suatu metode akuntansi yang dapat diterima, jumlah dan jenis informasi
yang akan dilaporkan, dan format informasi harus disajikan mencakup
penentuan
alternative mana yang menyediakan informasi terbaik untuk tujuan
pengambilan
keputusan (kegunaan keputusan. Concept Statement no 2 FASB
menyebutkan
karakteristik-karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang
memisahkan
informasi yang berguna dan yang kurang berguna dan sebagai tambahan
FASB
juga menyebutkan kendala-kendala tertentu (manfaat biaya dan
materialitas)
sebagai bagian dari kerangka konseptual. Karakteristik-karakteristik ini yang
disebut sebagai hirarki kualitas akuntansi.

RANGKUMAN
Decision Makers and The Characteristics. Tanpa mengidentifikasi tujuan dari
pelaporan keuangan (sebagai contoh : siapa yang membutuhkan, informasi jenis
apa dan untuk alasan apa), akuntan tidak dapat menentukan criteria pengakuan
yang dibutuhkan, pengukuran yang mana yang lebih berguna, atau bagaimana
cara terbaik untuk melaporkan informasi akuntansi. Tujuan dasar dari pelaporan
keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna. Ini merupakan
tujuan yang sangat rumit karena adanya beberapa alternative pelaporan. Untuk

membantu pemilihan diantara berbagai alternative akuntansi keuangan dan

pelaporannya, kerangka kerja konseptual mengidentifikasi karakteristik kualitatif


dari informasi akuntansi yang berguna. Karakteristik adalah :

Benefit > Cost ----- Materiality


Understandability
Decision Usefulness (Relevance dan Reliability)
Comparability ----- Consistency

Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik kualitatif


agar
membuatnya menjadi berguna, ada dua kendala (constraint) yang dominant
harus
diperhitungkan yaitu : (1) Hubungan cost-benefit, (2) materialitas. Dan dua
kendala yang kurang dominan, namun merupakan bagian dari pelaporan
adalah
Industry practice dan conservatism.

Benefit > Cost ---- Materiality. Informasi, seperti halnya komoditas lainnya,
harus bernilai lebih besar dari biaya perolehannya/produksinya. Analisis
biayamanfaat sulit dilakukan karena biaya terutama manfaatnya tidak selalu nyata
dan
dapat diukur. Ada banyak jenis biaya, seperti biaya pengumpulan dan
pemrosesan,
biaya penyebaran, biaya audit, biaya litigasi yang potensial dan lain-lain.
Sementara manfaat diperoleh oleh pembuat laporan keuangan seperti dalam
hal
pengendalian manajemen dan akses terhadap modal yang lebih besar,
alokasi
sumber daya, penilaian pajak dan lain-lain. Namun, manfaat secara umum
lebih
sulit dikuantifikasi dibandingkan biaya. ----- Materiality. Kendala materialitas

berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan


perusahaan
secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman
atau
pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian pemakai
laporan keuangan. Karena itu, tidaklah material dan juga tidak relevan jika
pencantuman atau pengabaian item tidak memiliki dampak terhadap
pengambil
keputusan.

ANGKUMAN
Understandability. Pemakai yang berbeda tentunya akan menyebabkan
keputusan yang berbeda-beda baik dalam hal jenis keputusan, metode
pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain, dan
kemampuan mereka dalam mengolah informasi tersebut. Untuk menjadikan
informasi tersebut berguna maka diperlukan penghubung antara para pemakai
dengan keputusan-keputusan yang diambil yang disebut tingkat pemahaman.

Primary Qualities. FASB menyatakan bahwa relevansi (relevance) dan


keandalan (reliability) merupakan dua kualitas utama yang membuat informasi
akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.

1. Relevance. Informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan


dalam
sebuah keputusan. FASB mendefinisikan relevansi sebagai membuat suatu
perbedaan. Informasi dikatakan relevan jika dapat membantu pemakai
membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini dan
masa depan (predictive value). Informasi yang relevan juga harus dapat

membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan


masa lalu (feed-back value), serta tersedia kepada pengambil keputusan
sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil (timeliness/tepat waktu). Tepat waktu adalah aspek
yang penting agar informasi dapat membuat perbedaan sebab informasi yang
baru didapat setelah keputusan diambil tidan akan banyak berguna.

2. Reliability. Suatu onformasi dianggap dapat diandalkan apabila secara


relative
bebas dari kesalahan dan menyajikan hal yang seharusnya. Keandalan
tidak
berarti ketepatan yang absolut. Informasi seperti ini harus memiliki criteria :
(1) Verifiability atau dapat diverifikasi, yaitu bahwa dasar pengukuran
laporan keuangan juga dapat diverifikasi oleh akuntan lain dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama. (2) Representational
faithfulness atau penyajian jujur berarti bahwa ada kesesuaian antara
pengukuran dengan aktivitas ekonomi atau unsur akuntansi yang diukur. (3)
Neutrality atau netralitas merupakan konsep yang serupa dengan konsep
kejujuran yaitu bahwa onformasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus factual, benar
dan tidak bias. Secondary Qualities. Kualitas sekunder mengatakan bahwa
informasi tentang sebuah perusahaan akan lebih berguna jika bisa
diperbandingkan dengan informasi serupa yang menyangkut perusahaan lain
(Comparability) dan dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama
pada periode waktu yang berbeda (Consistency). Perbandingan membutuhkan
bahwa kejadian yang serupa dicatat dengan cara yang sama dalam
laporan
keuangan dari perusahaan yang berbeda dan untuk perusahaan tertentu dalam
periode yang berbeda. Namun demikian, harus diakui bahwa keseragaman

bukan selalu menjadi jawaban dari perbandingan. Kondisi yang berbeda


mungkin akan membutuhkan perlakuan akuntansi yang berbeda.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan


anda
mengerjakan latihan berikut ini !

1) Jelaskan mengapa kita memerlukan standar akuntansi dan kerangka


kerja
koseptual !
2) Apa yang dibahas dalam kerangka kerja konseptual ?
3) Jelaskan tujuan laporan keuangan !
4) Untuk memberikan informasi dalam laporan keuangan, terdapat Kriteria
karakteristik informasi yang harus dipertimbangkan. Apa yang dimaksud
dengan karakteristik kualitatif informasi yang relevan ?
5) Apa pula yang dimaksud dengan karakteristik kualitatif informasi yang
reliability ?
6) Bagaimana penerapan prinsip konsistensi dalam pelaporan keuangan dan
berikan contohnya ?

7) Apa yang dimaksud dengan full disclosure dan mengapa full disclosure
dibutuhkan dalam prinsip akuntansi keuangan ?

8) Sebutkan dan jelaskan keterbatasan dalam memberikan informasi yang


sesuai
dengan karakteristik kualitatif !

RANGKUMAN
Rangkuman
RANGKUMAN
Mendiskripsikan tujuan dari pelaporan keuangan dan mengidetifikasi laporan
keuangan uatama. Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk
membekali
pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja masa lalu
perusahaan dalam meramalkan kinerja masa yang akan datang. Pemakai
internal
memiliki kemampuan untuk menerima laporan akuntansi yang dirancang khusus.
Pemakai eksternal harus bergantung pada laporan keuangan untuk tujuan
umum.
Kearangka kerja konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan
dan
karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan istilahistilah
yang biasa digunakan seperti asset, revenue dan lain-lain. Karakteristik kualitatif
dari informasi akuntansi yang berguna adalah yang memenuhi criteria :
Benefit lebih besar dari cost
Relevance dutandai dengan predictive value, feed-back value, dan timeliness.
Reliability yang ditandai dengan dapat diverifikasi, penyajian yang jujur,
dan
bersifat netral.
Mencatat sebuah unsure dalam catatan akuntansi melalui pencatatan ayat
jurnal
disebut dengan pengakuan. Untuk dapat diakui, suatu unsure harus
memenuhi

definisi dari sebuah elemen laporan keuangan, dapat diukur, relevan, serta
dapat
diandalkan. Berikut ini merupakan lima atribut pengukuran yang digunakan
dalam
praktek :
Biaya histories (historical coast)
Biaya penggantian saat ini (current replacement cost)
Nilai pasar saat ini (current market value/fair value)
Nilai relisasi bersih (Net Realizable value)
Nilai sekarang (present atau discounted value)

TES FORMATIF
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang
disediakan !

1) Kualitas informasi yang dapat memberi keyakinan bebas kesalahan dan


bias
adalah :

A. Relevance
B. Reliability
C. Verifiability
D. Netral

2) Menurut statement of Financial Accounting No 2, berikut ini terkait


dengan

relevance dan reliability :

A. Material
B. Understandability
C. Usefulness
D. Semua jawaban di atas benar

3) Ciri-ciri informasi keuangan dengan karakteristik konsistensi jika :

A. Beban dilaporkan sebagai pendapatan pada periode pembayaran


B. Akuntansi entitas dipertanggung jawabkan dengan perlakuan yang sama dari
period ke periode
C. Keuntungan atau kerugian luar biasa tidak dimasukkan dalam income
statement
D. Tidak satupun jawaban di atas benar

4) Jika informasi dari 2 entitas yang berbeda dilaporkan dalam cara yang sama,
maka karakteristik informasi tersebut disebut :
A. Relevance
B. Reliability
C. Consistency
D. Tidak satupun jawaban di atas benar

5) Konsep akuntansi yang membenarkan penggunaan akrual dan deferral


disebut:

A. Going concern
B. Materiality constraint
C. Consistency

D. Monetery unit

6) Asumsi bahwa suatu entitas tidak akan dijual atau dilikuidasi dalam
waktu
dekat adalah :
A. Asumsi economic entity
B. Asumsi unit moneter
C. Konservatif
D. Tidak satupun jawaban benar

7) Menilai aktiva dengan nilai likuidasi dan bukan nilai perolehan adalah bentuk
A. Asumsi periodisasi
B. Prinsip matching
C. Materiality constraint
D. Prinsip historical cost

inkonsistensi terhadap :

8) Revenue diakui saat terealisir atau dapat direalisir. Pernyataan ini menjelaskan
:

A. Konsistensi
B. Prinsip matching
C. Prinsip revenue

D Relevance

9) Dalam akuntansi dasar akrual, beban diakui saat :

A. Jumlahnya sudah dapat dipastikan


B. Saat terjadi
C. Saat dibayar
D. Tidak satupun jawaban benar

10) Penambahan aktiva bersih yang berasal kegiatan non operasional adalah :

A. Pendapatan
B. Penjualan
C. Keuntungan
D. Investasi oleh pemilik

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan
Anda dalam materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100 %

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali

80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
< 70 %

= baik sekali

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda
harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama yang belum Anda kuasai.

1. PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan


dan adil dalam mencerminkan kondisi
keuangan perusahaan secara rill, namun
disisi lain penggunaan dasar accrual
sarana pengkomunikasian infor masi
keuangan kepada pihak- pihak diluar
perusahaan. Penyusunan laporan

keuangan dilakukan oleh manajer


(agent) yang lebih mengetahui kondisi
didalam perusahaan. Manajer sebagai
pengelola perusahaan banyak
mengetahui infor masi internal dan
prospek perusahaan di masa depan
dar ipada pemilik perusahaan (principal).
Oleh karena itu sebagai pengelola,
manajer berkewajiban member ikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik.
dapat memberikan keleluasaan kepada
pihak manajemen dalam memilih
metode akuntansi selama tidak
menyimpang dari aturan standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
Salah satu infor masi yang sangat
penting dalam laporan keuangan adalah
laba. Informasi laba merupakan
komponen informasi keuangan yang
menjadi pusat perhatian sekaligus dasar
pengambilan keputusan pihak- pihak
yang berkepentingan, misalnya
digunakan untuk menilai kiner ja
perusahaan ataupun kiner ja manajer
(Weston, 1991). Oleh karena itu manajer
melakukan pengelolaan terhadap angka
laba (earning management). Menurut

Schipper ( 1989), Earnings management


is a purpose intervention in the external
financial reporting process, with the
Laporan keuangan diharapkan
dapat menyediakan infor masi mengenai
kiner ja keuangan perusahaan dan
bagaimana pihak manajemen perusahaan
bertanggung jawab pada pemilik
(principal). Dalam penyusunan laporan
keuangan, manajer menggunakan dasar
accrual karena dianggap lebih rasional

156 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

intent of obtaining some private gain,


opposed to say, merely faciliting the
neutral operation of the process.
seorang manajer bisa mempermainkan
angka angka dalam laporan keuangan
sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapainya.
Manajemen laba adalah campur tangan
dalam proses penyusunan pelaporan
keuangan eksternal, dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, pihak

yang tidak setuju, mengatakan bahwa hal


ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
oper asi yang tidak memihak dari sebuah
proses.
Manajemen laba dilakukan oleh
manajer atau para pembuat laporan
keuangan dalam proses pelaporan
keuangan suatu organisasi karena
mereka mengharapkan suatu manfaat
dari tindakan yang dilakukannya
Gumanti (2000) dalam I ndriani (2010).
Tindakan manajemen laba tersebut dapat
mengurangi kr edibilitas laporan
keuangan apabila digunakan untuk
mengambil keputusan, karena
manajemen laba merupakan suatu
bentuk manipulasi atas laporan keuangan
yang menjadi sasaran komunikasi antara
manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Menurut Wild ( 2005) earnings
management merupakan hasil akuntansi
akrual yang paling bermasalah.
Penggunaan penilaian dan estimasi
dalam akuntansi akrual mengizinkan
manajer untuk menggunakan infor masi
di dalam perusahaan dan pengalaman
mereka untuk menambah kegunaan
angka akuntansi. Namun beberapa

manajer menggunakan kebebasan ini


untuk mengubah angka akuntansi
terutama laba untuk kepentingan pribadi
sehingga mengur angi kualitasnya.
Manajemen laba terjadi karena beberapa
alasan seperti untuk meningkatkan
kompensasi, menghindari persyaratan
hutang, memenuhi ramalan analisis dan
mempengaruhi harga saham.
Ada beberapa faktor yang
dianggap ber pengaruh terhadap
manajemen laba diantaranya asimetri
informasi, kiner ja masa kini, kiner ja
masa depan, leverage, ukuran perusahaan, kualitas audit, struktur
kepemilikan (Halim, 2005). Profitabilitas
juga mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap manajemen laba
(Suwito, 2005) . Dalam penelitian ini
penulis ingin meneliti faktor asimetri
informasi, kualitas audit, dan struktur
kepemilikan terhadap manajemen laba.
Earnings management yang
dilakukan perusahaan dapat ber sifat
efisien (meningkatkan keinfor matifan
laba dalam mengkomunikasikan
informasi privat) dan dapat bersifat
oportunis (manajemen melaporkan laba

secara oportunis untuk memaksimalkan


kepentingan pribadinya). Apabila
pengelolaan laba bersifat oportunis,
maka informasi laba tersebut dapat
menyebabkan pengambilan keputusan
investasi yang salah bagi investor , Scott
(2000) dalam Siregar (2006).
Pada suatu perusahaan sering
terjadi asimetri informasi antara manajer
sebagai agen dengan pemegang saham
sebagai pengguna laporan keuangan
yang menyebabkan pemegang saham
tidak dapat mengamati seluruh kiner ja
dan prospek perusahaan secara
sempurna. Asimetr i informasi sebagai
situasi yang terbentuk karena principal
(pemegang saham) tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai kiner ja
keuangan agent (manajer) sehingga
prinsipal tidak pernah dapat menentukan
kontr ibusi usaha-usaha agen terhadap
hasil- hasil perusahaan sesungguhnya.
Dalam penelitian ini manajemen
laba dilihat sebagai tindakan
opportunistik yang dilakukan oleh
manajer dalam perusahaan. Seorang
manajer bebas untuk memilih dan
menggunakan metode akuntansi tertentu

ketika mencatat dan menyusun infor masi


dalam laporan keuangan, sehingga
Menurut Anthony dan
Govindarajan (2001) menyatakan bahwa
kondisi asimetri infor masi muncul dalam

157
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

teori keagenan (agency theory) , yaitu


hal penting yang diperhatikan oleh para
auditor dalam proses pengauditan.
principal (pemilik/atasan) member ikan
wewenang kepada agen
(manajer/bawahan) untuk mengatur
perusahaan yang dimiliki. Principal
tidak memiliki informasi yang
mencukupi mengenai kinerja agen,
prinsipal tidak pernah tahu pasti
bagaimana usaha agen member ikan
kontribusi pada hasil aktual perusahaan,
situasi ini disebut sebagai asimetri
informasi.
Pemer iksaan laporan keuangan
yang dilakukan oleh auditor memiliki
kualitas yang berbeda-beda. Oleh kar ena
itu, auditing berkualitas tinggi ( high-

quality auditing) bertindak sebagai


pencegah manajemen laba yang efektif,
karena reputasi manajemen akan hancur
dan nilai perusahaan akan turun apabila
pelaporan yang salah ini ter deteksi dan
terungkap (Ardiati, 2005). Manajemen
laba yang ter jadi pada perusahaan yang
diaudit oleh auditor yang termasuk KAP
big four lebih rendah daripada auditor
KAP non big four (Meutia, 2004).
DeAngelo (1981) dalam Dahlan (2009)
menganalisis hubungan antara kualitas
audit dan size audit. Hasilnya ialah
auditor size besar ( big audit) lebih
berkualitas dibanding dengan auditor
Keberadaan asimetr i

infor masi

dianggap sebagai penyebab manajemen


laba. Semakin banyak infor masi
mengenai internal perusahaan yang
dimiliki oleh manajer daripada
pemegang saham maka manajer akan
lebih banyak mempunyai kesempatan
untuk melakukan manajemen laba (Arief
dan Bambang, 2007). Hal tersebut juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Rahmawati et all (2006) yang menguji
bahwa asimetri informasi dianggap juga
sebagai penyebab manajemen laba.

size kecil (non-big audit). Kecakapan


profesional auditor size besar lebih
memiliki kemampuan teknikal untuk
menemukan pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya dibandingkan dengan
auditor size kecil.
Menurut Watts dan Zimmerman
dalam Sulistyanto (2008), pemer iksaan
laporan keuangan oleh kantor akuntan
publik juga dapat digunakan sebagai
monitoring terhadap tindakan
manajemen yang oportunistik dalam
melaporkan kinerja perusahaan. Jasa
audit merupakan alat monitoring
terhadap kemungkinan timbulnya
konflik kepentingan antara kepentingan
pemilik dengan manajer, Jensen dan
Meckling (1976) dalam Indriani (2010).
Struktur kepemilikan merupakan
faktor yang mampu mempengaruhi
jalannya perusahaan yang akhirnya
berpengaruh pada laporan keuangan, hal
ini disebabkan oleh karena adanya
kontrol yang mereka miliki. Struktur
kepemilikan dapat dibagi menjadi dua
yaitu struktur kepemilikan manajerial
dan struktur kepemilikan institusional
(Dewi, 2005). Struktur kepemilikan

manajerial adalah persentase saham yang


dimiliki oleh direktur dan komisaris.
Kepemilikan manajer ial merupakan
salah satu mekanisme pengendalian yang
dapat dilakukan oleh pemegang saham
untuk dapat mengurangi manajemen
laba.
Menurut Meutia (2004) audit
merupakan suatu proses untuk
mengurangi ketidakselarasan infor masi
yang terdapat antara manajer dan para
pemegang saham dengan menggunakan
pihak luar untuk member ikan
pengesahan terhadap laporan keuangan.
Para pengguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan
mengambil keputusan berdasarkan pada
laporan yang telah diaudit oleh auditor.
Oleh karena itu kualitas audit merupakan
Dengan member ikan kesempatan
manajer untuk terlibat dalam
kepemilikan saham dengan tujuan untuk
menyelaraskan kepentingan dengan
pemegang saham, maka keinginan
manajer untuk memaksimalkan

158 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

keuntungan sendir i dengan melakukan


manajemen laba akan berkurang. Hal ini
dikarenakan manajer berpartisipasi
dalam penentuan kebijakan dan prosedur
akuntansi yang diambil per usahaan,
sehingga semakin tinggi kepemilikan
manajer ial maka manajemen laba yang
dilakukan akan semakin berkurang
karena manajer akan ikut menanggung
setiap keputusan yang diambil.
akhir nya dapat membatasi perilaku para
manajer (Boediono, 2005).
Adapun fenomena yang terjadi
mengenai manajemen laba yang
meningkat dalam beber apa tahun
terakhir ini telah melibatkan banyak
pihak dan ber dampak luas sehingga
menyebabkan merosotnya kepercayaan
para pemakai laporan keuangan
khususnya laporan keuangan auditan
terhadap auditor mulai menurun.
Konsentrasi kepemilikan
institusional merupakan saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi
atau lembaga (perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi, dan


kepemilikan institusi lain). Per sentase
saham tertentu yang dimiliki oleh
institusi dapat mempengaruhi proses
penyusunan laporan keuangan yang
tidak menutup kemungkinan terdapat
akrualisasi sesuai kepentingan pihak
manajemen. Menurut Tarjo (2008)
pemegang saham mayoritas (konsentrasi
kepemilikan institusional) menjadikan
pemilik bisa bertindak sesuai
kepentingan dir inya sendiri. Pemegang
saham mayoritas bisa menjadi bagian
dar i jajaran manajemen atau paling tidak
menunjukan manajer pilihannya, agar
dapat mengambil keputusan yang hanya
menguntungkan pemegang saham
mayor itas.
Tindakan earnings management
telah memunculkan beberapa kasus
skandal pelaporan akuntansi yang secara
luas, antara lain pada perusahaan Kimia
Farma dan Bank Lippo. Kasus
perusahaan Kimia Farma terjadi mark up
terhadap laba tahun 2001. Sedangkan
pada Bank Lippo terjadi pembukuan
ganda pada tahun 2002. Pada tahun
tersebut, Bapepam menemukan adanya

tiga ver si laporan keuangan Bank Lippo.


Akibat adanya manipulasi tersebut,
Bapepam menjatuhkan sanksi denda
kepada PT Kimia Farma dan Bank Lippo
beserta auditor yang melakukan audit
pada perusahaan tersebut.
Kasus lainnya yang menarik
adalah kasus PT Waskita Kar ya terkait
kasus kelebihan pencatatan pada laporan
keuangan tahun 2004-2008. Dalam kasus
tersebut direksi melakukan rekayasa
keuangan sejak tahun buku 2004-2008
dengan memasukkan proyeksi
multitahun kedepan sebagai pendapatan
tertentu. Dalam hal tersebut tim dar i
Departemen Keuangan member ikan
sanksi kepada kantor akuntan publik
yang ter libat dalam pengauditan atas
laporan keuangan PT. Waskita Karya.
Investor institusional sering
disebut sebagai investor yang canggih
yang lebih dapat menggunakan
informasi periode sekarang dalam
memprediksi laba masa depan dibanding
investor non institusional. Hal ini kar ena
investor institusional mempunyai
kemampuan efektif untuk
mengendalikan pihak manajemen

melalui proses pengawasan. Tindakan


pengawasan dilakukan melalui berbagai
hak yang diperolehnya dari besarnya
persentase saham yang dimilikinya.
Persentase saham tertentu yang dimiliki
oleh institusi dapat mempengaruhi
proses penyusunan laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen yang pada
Penelitian mengenai asimetri
informasi, kualitas audit dan struktur
kepemilikan terhadap manajemen laba
telah pernah dilakukan peneliti ter dahulu
yang menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Mayanda (2008) melakukan
penelitian tentang pengar uh asimetri
informasi, struktur kepemilikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di PT BEI,

159
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

hasilnya menunjukkan bahwa struktur


kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Laba. Penelitian ini ber tujuan untuk
memperoleh bukti empiris tentang: (1)

pengaruh asimetri informasi ter hadap


manajemen laba, (2) pengaruh kualitas
audit terhadap manjemen laba, (3)
pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap manajemen laba, (4) Pengaruh
kepemilikan institusional ter hadap
manajemen laba.
War field (1995) dalam Isnanta
(2008) menemukan adanya hubungan
negatif antara kepemilikan manajerial
dan discretionary accrual sebagai
ukuran manajemen laba. Namun
Gabrielson (1997) dalam Isnanta (2008)
menemukan hasil yang positif tetapi
tidak signifikan antara kepemilikan
manajer ial dengan manajemen laba.

2. TELAAH LITERATUR DAN


PERUMUSAN HIPOTESIS
Eliza (2010) menemukan adanya

pengaruh negatif antara kepemilikan


institusional terhadap manajemen laba.
Namun Saffudin (2011) menemukan
hasil bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.Dahlan (2009)
menemukan terdapat hubungan antara

kualitas audit dengan discreationary


accruals. Namun ber beda dengan hasil
yang ditemukan Saffudin (2011) bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
2.1 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan
salah satu faktor yang dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan, dan
menambah bias dalam laporan keuangan
serta mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba
hasil rekayasa tersebut sebagai angka
laba tanpa rekayasa. Menurut Sulistyanto
(2008), manajemen laba merupakan
upaya manajer untuk mempengaruhi
informasi dalam laporan keuangan
dengan tujuan untuk mengelabui
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, karena perusahaan yang
listing di BEI kebanyakan dari
perusahaan manufaktur dan mer upakan
perusahaan-perusahaan besar ser ta
perusahaan manufaktur merupakan salah
satu perusahaan yang menjalankan
akuntansi akrual.

stakeholder yang ingin mengetahui


kiner ja dan kondisi perusahaan.
Manajemen laba (earning
management) dilakukan dengan
mempermainkan komponen- komponen
akrual dalam laporan keuangan, sebab
akrual merupakan komponen yang
mudah untuk dipermainkan sesuai
dengan keinginan orang yang melakukan
pencatatan transaksi dan menyusun
laporan keuangan. Alasannya, komponen
akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik
sehingga upaya memper mainkan besar
kecilnya komponen akrual tidak harus
disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan (Sulistyanto,
2008).
Pengujian ke konteks Indonesia
penting karena menunjukkan bahwa
Indonesia berada dalam kluster negaranegara dengan perlindungan investor
yang lemah, sehingga mempunyai
praktik manajemen laba yang tinggi.
Oleh karena itu, penting untuk menguji
lebih lanjut temuan penelitian
manajemen laba terdahulu ke konteks
negara dengan lingkungan perlindungan

investor kurang kuat seperti I ndonesia.


Dari uraian di atas, dilakukanlah
penelitian mengenai Pengaruh Asimetri
Informasi, Kualitas Audit, dan Struktur
Kepemilikan ter hadap

Manajemen

Ada dua perspektif penting yang


dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajemen laba dilakukan
oleh manajer, yaitu perspektif informasi
dan oportunis. Perspektif informasi
merupakan pandangan yang

160 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

menyarankan bahwa manajemen laba


merupakan kebijakan manajerial untuk
mengungkapkan harapan laba oleh
manajer tentang arus kas perusahaan
dimasa depan. Upaya mempengaruhi
informasi itu dilakukan dengan
memanfaatkan kebebasan memilih,
menggunakan, dan mengubah metode
dan prosedur akuntansi. Perspektif
oportunis merupakan pandangan yang
menyatakan bahwa manajemen laba

merupakan perilaku manajer untuk


mengelabui investor dan
memaksimalkan kesejahteraannya
karena memiliki informasi lebih banyak
dibandingkan pihak lain (Sulistyanto,
2008).
model (Dechow et all, 1995). Model
perhitungannya sebagai ber ikut:
Langkah pertama dalam
mengukur discretionary accrual adalah
menghitung nilai total akrual yang
bertujuan untuk mendapatkan parameter
untuk menghitung non discretionary
accrual (NDA). Total akrual
menggunakan persamaan sebagai
berikut:
TA = Nit - CFOit
TAit/Ait-1= a1 (1/Ait-1) + 1 ( Recit/Ait-1)
+ 2 (PPEit/Ait-1) + it

Regresi dilakukan untuk


mendapatkan parameter masing- masing
perusahaan sampel kemudian digunakan
untuk menemukan NDA dengan
menggunakan persamaan :
NDAit = a1 (1/Ait-1) + 1 ( Sales itMenurut Schipper (1989)
mendefenisikan manajemen laba

merupakan intervensi manajemen


dengan sengaja dalam proses penentuan
laba, biasanya untuk memenuhi tujuan
pribadi. Sedangkan menurut Lewitt
dalam Sulistyanto (2008)
mendefenisikan manajemen laba sebagai
fleksibilitas akuntansi untuk
menyetarafkan diri dengan motivasi
bisnis. Penyalahgunaan laba ketika
publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan
mengaburkan volatilitas keuangan
sesungguhnya. I tu semua untuk
menutupi konsekuensi dar i keputusankeputusan manajer. Manajemen laba
Recit/Ait-1) + 2 (PPEit/Ait-1)
DAit = TAit/Ait-1-NDAit

Keterangan :
TAit : Total akr ual perusahaan i pada
periode t
DAit : Discretionary accrual per usahaan
i pada periode t
NDAit :Nondiscretionary accrual
perusahaan i pada per iode t
NIit : Net income per usahaan i pada
periode t
CFOit :Cash Flow Operating
dapat berupa kosmetik, jika manajer

perusahaan i pada per iode t


memanipulasi akrual yang tidak
memiliki konsekuensi arus kas.
Manajemen laba juga dapat murni,
jika manajer memilih tindakan dengan
konsekuensi arus kas dengan tujuan
mengubah laba (Wild, 2005).
Ait-1 : Total aktiva pada per iode t-1
Salesit: Selisih sales perusahaan i pada
periode t
Recit : Selisih receivable perusahaan i
pada per iode t
PPEit : Nilai aktiva tetap perusahaan i
Manajemen laba dapat di

ukur

pada per iode t


melalui discreationary accrual yang
dihitung dengan cara menselisihkan total
akrual dengan non discreationary
accrual. Model ini menggunakan Total
Accrual (TA) yang diklasifikasikan
menjadi discreationary accrual (DA)
dan non discreationary accrual (NDA).
Dalam menghitung discreationary
accrual digunakan Modified Jones
it : Error

Jika nilai discretionary accrual


perusahaan negatif berarti manajemen

laba yang dilakukan oleh perusahaan


yaitu dengan cara menur unkan laba,
sebaliknya jika nilai discretionary
accrual perusahaan positif berarti
manajemen laba yang dilakukan

161
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

perusahaan yaitu dengan menaikkan laba


perusahaan.
sebenar nya secara etika atau nor ma
mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi


2.2 ASIMETRI INFORMASI
memungkinkan adanya konflik yang
terjadi antara pr insipal dan agen untuk
saling mencoba memanfaatkan pihak
lain untuk kepentingan pribadi.
Eisenhardt dalam Anggraini (2008)
mengemukakan tiga asumsi sifat dasar
manusia yaitu: (1) manusia pada
umumnya mementingkan diri sendiri
Menurut Komalasar i dalam
Bar idwan (2001) teori keagenan (agency
theory) mengimplikasikan adanya

asimetri informasi antara manajer


sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini
adalah pemegang saham) sebagai
prinsipal. Asimetri informasi muncul
ketika manajer lebih mengetahui
infor masi internal dan prospek
perusahaan di masa datang dibandingkan
pemegang saham dan stakeholder
lainnya. Ketika timbul asimetri
informasi, keputusan pengungkapan
yang dibuat oleh manajer dapat
mempengaruhi harga saham sebab
asimetri infor masi antara investor yang
lebih terinformasi dan investor yang
kurang terinformasi menimbulkan biaya
transaksi dan mengurangi likuiditas yang
diharapkan dalam pasar untuk sahamsaham. Sedangkan menurut Supriyono
(2000) asimetri informasi adalah situasi
yang terbentuk karena principal tidak
memiliki informasi yang cukup
mengenai kinerja agen sehingga
prinsipal tidak pernah dapat menentukan
kontribusi usaha-usaha agen terhadap
hasil- hasil perusahaan yang
sesungguhnya. Scott (2000) terdapat dua
macam asimetri informasi: (1) Adverse
selection, yaitu bahwa para manajer serta

orang-or ang dalam lainnya biasanya


lebih mengetahui lebih banyak tentang
keadaan dan pr ospek per usahaan
dar ipada pihak luar. Fakta yang mungkin
dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya
kepada pemegang saham. (2) Moral
(Self interest), (2) manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persentase
masa mendatang (bounded rationally),
dan (3) manusia selalu menghindari
resiko (risk adverse).
Asimetr i infor masi diukur
dengan menggunakan Relative Bid-ask
Spread. Dimana asimetri informasi
dilihat dari selisih harga saat ask dengan
harga bid saham perusahaan atau selisih
harga jual dan har ga beli saham
perusahaan selama satu tahun Healy
dalam (Mayanda, 2008).
Relative bid-ask spread bisa
menggambarkan terjadinya perbedaan
informasi yang tinggi antara principal
dan agent, dengan melihat perbedaan
harga antara bid dan ask maka bisa
menggambarkan manajemen laba yang
terjadi dalam per usahaan. Jika spread

yang terjadi dalam perusahaan tinggi


maka kemungkinan manajemen laba
yang terjadi dalam tubuh perusahaan
semakin tinggi. Namun jika spread yang
terjadi rendah maka bisa
menggambarkan manajemen laba yang
terjadi dalam perusahaan rendah.

2.3 KUALITAS AUDIT


Pada saat sekarang konsep
kualitas merupakan suatu kata yang
dipakai secara universal dan telah
menjadi penentu dalam keberhasilan
suatu bisnis. Audit merupakan sebuah
proses sistematik dengan memastikan
bahwa informasi yang tersaji pada
laporan keuangan mengenai aktivitas
operasional perusahaan tersebut benarbenar objektif, handal dan dapat
hazard, yaitu bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang
saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga manajer dapat melakukan
tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan

162 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

dipercaya. Kesimpulan proses tersebut


disajikan dalam bentuk laporan audit
yang dikomunikasikan kepada pihakpihak berkepentingan.
dari akurasi informasi yang dilaporkan
oleh auditor, kemudian kualitas audit
ditentukan dar i kemampuan audit untuk
mengurangi noise dan bias dan
meningkatkan kemurnian (fineness).
Goldman dan Bar lev (1974)
dalam (Meutia, 2004) menyatakan
bahwa laporan auditor mengandung
kepentingan tiga pihak yaitu: (1) manajer
perusahaan yang diaudit; ( 2) pemegang
saham perusahaan; dan (3) pihak ketiga
atau pihak luar seper ti calon investor,
kreditor dan supplier . Pada masingmasing pihak, laporan audit sangat
berperan penting terutama dalam
pengambilan keputusan.
Menurut ( Djamil, 2010), Kualitas
audit banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Berdasarkan beberapa penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas audit yaitu: (1) Tenure yaitu


lamanya waktu (jumlah tahun) auditor
tersebut telah melakukan pemer iksaan
suatu unit atau instansi, (2) Jumlah klien,
(3) Size dan kesehatan keuangan klien,
(4) Adanya pihak ketiga yang akan
melakukan review atas laporan audit, (5)
Independen auditor yang efisien, (6)
Oleh sebab itu, kualitas audit
seorang auditor sangat berperan penting
karena sebagai bentuk penilaian terhadap
hasil keprofesionalan seorang auditor.
Terutama dalam mendeteksi,
menganalisis, dan melaporkan hasil
penemuan audit terhadap laporan keuangan klien.
Level of audit fees, (7) Tingkat
perencanaan kualitas audit.
Kualitas audit bukanlah
merupakan suatu yang dapat langsung
dinikmati. Persepsi terhadap kualitas
audit selanjutnya berkaitan dengan nama
auditor. Dalam hal ini nama baik
perusahaan merupakan gambaran yang
paling penting. Baik secara teor i ataupun
empiris, kualitas auditor seringkali
diukur dengan menggunakan ukuran
kantor akuntan publik (Indriani, 2010),

selanjutnya dimensi kualitas audit yang


paling sering digunakan dalam penelitian
adalah ukur an kantor akuntan publik
atau KAP karena nama baik perusahaan
(KAP) dianggap merupakan gambaran
yang paling penting (Sanjaya, 2008).
Laporan keuangan yang
berkualitas, relevan dan dapat dipercaya
dihasilkan dar i audit yang dilakukan
secara efektif oleh auditor yang
berkualitas. Pemakai laporan keuangan
lebih percaya pada laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor yang dianggap
berkualitas dibandingkan dengan auditor
yang kurang berkualitas, kar ena
menganggap bahwa untuk
mempertahankan kredibilitasnya auditor
akan lebih berhati-hati dalam melakukan
proses audit untuk mendeteksi salah saji
atau kecurangan. Auditor yang
berkualitas akan melakukan audit yang
berkualitas pula.
Menurut Becker et al (1998)
dalam (Dahlan, 2009)

menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara kualitas


audit dan manajemen laba. Auditor
diharapkan dapat membatasi dan
mengurangkan praktik manajemen laba

serta membantu untuk meningkatkan


keper cayaan pemegang saham dan
pengguna laporan keuangan. DeAngelo
(1981), dalam (Dahlan, 2009)
menganalisis hubungan antara kualitas
audit dan size audit. Hasilnya ialah
auditor size besar (big audit) lebih
berkualitas dibanding dengan auditor
size kecil (non-big audit). Kecakapan
Ada beberapa kelompok defenisi
kualitas audit yang diidentifikasi oleh
(Watkins, 2004) dalam (Febrianto,
2009). Pertama, Lee, Liu,

dan Wang

(1999), kualitas audit menurut mereka


adalah probabilitas bahwa auditor tidak
akan melaporkan laporan audit dengan
opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang mengandung
kekeliruan mater ial. Kedua menurut Neu
(1993) menyatakan kualitas audit diukur

163
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

profesional auditor size besar lebih


memiliki kemampuan teknikal untuk
menemukan pelanggaran dalam sistem

akuntansi kliennya dibandingkan dengan


auditor size kecil.
jawab sesuai dengan kebijakan
perusahaan yang ditetapkan dalam
(RUPS). Seorang investor memer lukan
keputusan yang teliti untuk melakukan
tr ansaksi saham. Keputusan dalam hal
investasi saham meliputi keputusan
untuk membeli, menjual dan menahan
sahamnya. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
fudamental, faktor teknis, dan faktor
sentimen pasar.

2.4. STRUKTUR KEPEMILIKAN


Saham merupakan bukti
kepemilikan seseorang atas suatu
perusahaan sebanding dengan jumlah
saham yang dimilikinya. Seorang
pemegang saham ikut memiliki segala
sesuatu yang menjadi milik perusahaan
dan juga ikut dalam hal menanggung
resiko dan kewajiban perusahaan
(Mayanda, 2008).
Struktur kepemilikan dapat
dibedakan ber dasarkan kosentrasi
kepemilikan saham yang meliputi: (a)
Kepemilikan manajerial, merupakan

saham dalam suatu perusahaan publik


yang dimiliki oleh individu-individu
ataupun kelompok elit yang berasal dari
dalam perusahaan yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap
komisaris, direktur dan manajer.
Sedangkan menurut Boediono (2005)
kepemilikan manajerial sangat
menentukan terjadinya manajemen laba,
karena kepemilikan seorang manajer
akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap metode
akuntansi yang diterapkan pada
perusahaan mereka kelola. Secara umum
dapat dikatakan bahwa persentase
tertentu kepemilikan saham oleh pihak
manajemen cenderung mempengaruhi
tindakan manajemen laba. Kepemilikan
manajerial diukur dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajerial (Ituriaga dan Sanz, 1998)
dalam (Mayanda, 2008). Kepemilikan
manajerial adalah pemegang saham yang
dari pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam mengambil keputusan
(direktur dan komisaris), variabel ini
diukur dengan MOWN. (b) Kepemilikan
institusional, adalah proporsi yang

dimiliki oleh pihak institusi pada akhir


tahun yang diukur dalam per sentase
jumlah kepemilikan institusional
terhadap jumlah saham secara
keseluruhan (Dewi, 2005). Keberadaan
investor institusional dianggap mampu
menjadi mekanisme monitoring yang
Seorang investor akan
menghadapi dua kemungkinan atas
kepemilikannya tersebut, yaitu
kemungkinan untung dan rugi. Investor
akan mendapatkan keuntungan apabila
saham perusahaan tersebut mengalami
pertumbuhan yang baik, dan
memberikan deviden yang memuaskan,
perusahaan akan tetap memiliki
keuntungan lain dari nilai r ill saham
yang akan meningkat dengan adanya
perkembangan struktur modal. Selain itu
keuntungan mungkin diperoleh dari hasil
penjualan saham (capital gain).
Sebaliknya seorang pemegang saham
juga mempunyai kemungkinan rugi
apabila perusahaan tersebut tidak
mengalami pertumbuhan yang baik.
Walaupun perusahaan membagikan
deviden, nilai rill perusahaan tersebut
tidak mengalami kenaikan bahkan turun.

Jika saham dijual di pasar sekunder,


kemungkinan yang mereka dapat
kerugian secara nominal maupun rill
(jika memperhitungkan nilai waktu
uang) atau disebut capital loss
(Mayanda, 2008).
Struktur kepemilikan dalam
sebuah perusahaan adalah media kontrol
pemegang saham terhadap perusahaan
yang diwakili oleh dewan direksi dan
manajer. Pemegang saham memantau
dewan direksi dan manajer dalam setiap
pengambilan keputusan dan tanggung

164 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

efektif Dalam setiap keputusan yang


diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan
investor institusional terlibat dalam
pengambilan yang strategis sehingga
tidak mudah percaya terhadap tindakan
manipulasi laba.
fundamental perusahaan, yaitu dengan
intervensi pada penyusunan laporan
keuangan berdasarkan akuntansi akrual.

Padahal kinerja fudamental perusahaan


tersebut digunakan oleh pemodal untuk
menilai prospek perusahaan, yang
tercermin pada kinerja saham.
Manajemen laba yang dilakukan manajer
pada lapor an keuangan tersebut akan
mempengaruhi kinerja keuangan saham.
Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen perusahaan karena dengan
adanya kepemilikan oleh institusional
akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal.
Monitor ing tersebut tentunya akan
menjamin kemakmuran untuk pemegang
saham karena pengaruh kepemilikan
institusional sebagai agen pengawas
ditekan melalui investasi mereka yang
cukup besar dalam pasar modal. Tingkat
kepemilikan yang tinggi oleh institusi
dalam suatu perusahaan akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar yang dilakukan oleh investor
institusional sehingga akan dapat
mengontrol manajer untuk melakukan
perbuatan yang tidak sejalan dengan
kepentingan pemegang saham yang pada
akhir nya akan mengurangi agency cost

Widjaja dan Kasenda dalam (Saffudin,


2011).
Asimetr i infor masi merupakan
suatu keadaan dimana manajer memiliki
akses informasi atas prospek perusahaan
yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan. Keberadaan asimetri
informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Dalam situasi dimana
pemegang saham memiliki informasi
yang lebih sedikit dar i manajer, manajer
dapat memanfaatkan fleksibilitas yang
dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Fleksibilitas manajemen
untuk melakukan manajemen laba dapat
dikurangi dengan menyediakan
informasi yang lebih berkualitas bagi
pihak luar. Kualitas laporan keuangan
akan mencerminkan tingkat manajemen
laba.
Dari penelitian yang relevan
Variabel konsentrasi kepemilikan
terdapat pengaruh signifikan positif
antara asimetri informasi dengan tingkat
manajemen laba. Semakin tinggi
asimetri informasi maka kesempatan
untuk melakukan manajemen laba juga
akan semakin meningkat. Keberadaan

asimetri informasi dianggap sebagai


penyebab manajemen laba, semakin
banyak informasi mengenai internal
perusahaan yang dimiliki manajer dari
pada pemegang saham maka manajer
akan lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk melakukan
manajemen laba.
institusional diukur dengan persentase
jumlah saham yang dimiliki oleh
institusi minimal 20% terhadap total
saham perusahaan. Pengukuran variabel
ini mengacu pada Accounting Principle
Board (APB) opinion No. 18 paragraf 17
bahwa investor memiliki (baik langsung
maupun tidak lansung ) 20% hak suara
pada perusahaan, maka investor tersebut
dipandang mempunyai pengaruh
signifikan.

2.5 PERUMUSAN HIPOTESIS


Manajemen laba merupakan
Audit merupakan sebuah proses
suatu inter vensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan
eksternal yang dilakukan dengan sengaja
untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi. Manajemen laba dilakukan oleh

manajer perusahaan pada faktor-faktor


sistematik dengan memastikan bahwa
informasi yang tersaji pada laporan
keuangan mengenai aktivitas operasional
perusahaan tersebut benar- benar
objektif, handal dan dapat dipercaya.
Kesimpulan proses tersebut disajikan

165
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

dalam bentuk laporan audit yang


dikomunikasikan kepada pihak-pihak
berkepentingan. Proses pengauditan
diharapkan dapat mengurangkan
ketidaksesuaian infor masi kepada
pemegang saham dan pengguna laporan
keuangan, auditor diharapkan dapat
mempertahankan kecakapan
profesionalnya, dengan demikian
kepercayaan kepada laporan keuangan
tetap terjaga.
banyaknya saham yang dimiliki oleh
manajer maka akan cenderung tidak
mengatur labanya dalam bentuk akr ual
diskresioner atau manajemen laba.
Pemegang saham akan

melakukan pengawasan terhadap


manajemen, namun bila biaya
pengawasan tersebut tinggi maka
pemegang saham akan menggunakan
pihak ketiga untuk membantu
melakukan pengawasan. Pemegang
saham yang memiliki kemampuan
melakukan pengawasan yang handal
adalah pemegang saham mayoritas
institusional atau terkonsentrasi pada
pemilik institusional.
Audit yang dilakukan oleh
auditor big four memiliki keahlian dan
reputasi tinggi dibandingkan dengan
auditor non big four. oleh karena itu,
auditor big

four akan berusaha secara

sungguh- sungguh mempertahankan


pangsa pasar, kepercayaan masyarakat,
dan reputasinya dengan cara memberi
per lindungan kepada publik (Sanjaya,
2008).
Dari penelitian relevan
menunjukkan hasil bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba, sehingga kecil
kemungkinan perusahaan melakukan
tindakan manajemen laba. Tindakan
pengawasan perusahaan yang dilakukan

oleh pihak investor institusional dapat


mendor ong manajer untuk lebih
memfokuskan per hatiannya terhadap
kiner ja perusahaan sehingga mengurangi
perilaku opportunistic atau
mementingkan diri sendiri. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dir umuskan
hipotesis sebagai berikut:
Dari penelitian yang relevan
tentang hubungan antara kualitas audit
yang dilakukan auditor dengan
manajemen laba menemukan bahwa
semakin tinggi kualitas audit maka
semakin rendah manajemen laba yang
terjadi di perusahaan tersebut. Hasil
penelitian ini sesuai dengan (Dahlan,
2009) yang menyatakan terdapat
hubungan negatif antara kualitas audit
dengan discreationary accrual. Oleh
karena itu kualitas audit lebih tinggi bagi
auditor sizebesar dibandingkan auditor

H1: Asimetri Informasi berpengaruh


signif ikan positif terhadap
manajemen laba
size kecil.
Kepemilikan manajerial ber hasil
H2: Manajemen Laba pada perusahaan

menjadi mekanisme untuk mengurangi


masalah keagenan dan moral hazard dari
manajer dengan menyelaraskan
kepentingan manajer dengan pemegang
saham. Kepentingan manajer dengan
pemegang saham eksternal dapat
disatukan jika kepemilikan saham oleh
manajer diperbesar sehingga manajer
tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya.
yang diaudit oleh KAP big four
lebih rendah dari Manajemen Laba
pada perusahaan yang diaudit oleh
KAP non big four
H3: Kepemilikan Manajerial
berpengaruh negatif terhadap
Manajemen Laba.
H4 : Kepemilikan Institusional
berpengaruh negatif terhadap
Manajemen Laba.

Dari penelitian yang relevan


menemukan adanya hubungan negatif
antara kepemilikan manajerial terhadap
manajemen laba. Dengan semakin

166 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

3. METODE PENELITIAN
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini dikumpulkan melalui teknik
observasi dokumentasi dengan melihat
laporan keuangan perusahaan sampel.
Dengan teknik ini penulis
mengumpulkan data manajemen laba,
rasio struktur kepemilikan, laporan audit
keuangan, dan harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek I ndonesia.

3.1 POPULASI DAN SAMPEL


Populasi penelitian adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2007-2010 yaitu sebanyak
158 perusahaan, populasi ini dilihat dari
ICMD 2010. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia yang

memenuhi kriteria tertentu. Pengambilan


sampel dilakukan dengan metode

3.3.VARIABEL PENELITIAN DAN


PENGUKURANNYA

purposive sampling, yaitu pemilihan


sampel yang didasarkan atas kriteriakriteria tertentu atau cir i-cir i tertentu
yang dimiliki oleh sampel itu.
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba (earning management)
dapat diukur melalui discreationary
acrual sebagai proksi manajemen laba
yang dihitung dengan menggunakan
Perusahaan yang dijadikan
sampel merupakan perusahaan yang
memenuhi kriteria ber ikut: (1)
Perusahaan yang ter daftar selama
per iode pengamatan, yakni tahun 2007
s/d 201, (2) Mempunyai laporan
keuangan dan data lengkap (perusahaan
mempunyai struktur kepemilikan
manajer ial dan kepemilikan institusional
selama 4 tahun pengamatan, khusus

kepemilikan institusional dengan jumlah


kepemilikan 20% minimal kepemilikan,
harga saham dan laporan KAP). Populasi
penelitian yaitu sebanyak 158
perusahaan manufaktur dan terdapat 122
perusahaan yang tidak memenuhi
kriteria di atas sehingga jumlah sampel
menjadi 36 per usahaan, selama 4 tahun,
sehingga terdapat 144 observasi.
Modified Jones (Dechow et all, 1995).
Model perhitungannya sebagai
berikut:
Tait= Nit-CFOit
Nilai total accrual yang
diestimasi dengan persamaan regresi
OLS sebagai berikut:
Tait/Ait-1 = a1 (1/Ait-1) + 1 (
Reci /Ait-1) + 2(PPEt/Ait-1)+e
Dari persamaan regresi diatas,
NDA dapat dihitung dengan rumus:
NDAit=a1(1/Ait-1)+1( Salesit/Ait1- Recit/Ait-1)+2(PPEt/Ait-1)
Selanjutnya DA dapat dihitung
sebagai berikut:

DAit = ( Tait/Ait-1) NDAit


Keter angan:
3.2. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data penelitian ini adalah


DAit= Discreationary Accruals
perusahaan i pada periode t
NDAit= Non Discreationary Accruals
perusahaan i pada periode t
TAit= Total Accruals perusahaan i pada
periode t
Nit= Laba bersih perusahaan i pada
periode ke-t
CFOit= Aliran kas dar i aktivitas
perusahaan i pada periode t
data sekunder yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain) . Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
dokumenter yang diperoleh dari laporan
keuangan yang tersedia di Pojok BEIUniversitas Negeri Padang, situs resmi
BEI di www.idx.co.id,idx fact book 2007
s/d 2010, dan www.finance.yahoo.com.

167
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

Ait-1= Total aktiva perusahaan i pada


per iode t

yang ter masuk dalam kategori yaitu


kantor akuntan publik big four.

3.3.2.3. Struktur Kepemilikan


SALESit= Selisih sales perusahaan i
pada periode t
Sruktur Kepemilikan berdasarkan
Recit= Perubahan piutang perusahaan i
pada periode t
PPEt = Nilai aktiva tetap (gross)
Konsentrasi Kepemilikan Saham terdir i
atas Kepemilikan Manajer ial dan
Kepemilikan Institusional.
perusahaan i pada periode t
e

=error

3.3.2.3.1. Kepemilikan Manajerial (X3)


Kepemilikan Manajerial adalah
3.3.2. Variabel independen
3.3.2.1. Asimetri Informasi (X1)
kepemilikan saham oleh pihak
manajemen. Kepemilikan manajemen
dihitung membagi jumlah saham yang
dimiliki komisaris dan direktur dengan
total saham beredar
Asimetri informasi diukur
dengan menggunakan Relative bid-ask

Spread, dimana asimetri infor masi


dilihat dari selisih harga saat ask dengan
harga bid saham per usahaan atau selisih
harga jual dan harga beli saham
perusahaan selama satu tahun (Healy,
1999) dalam (Mayanda, 2008). Bid ask
spread dihitung sebagai rata-rata selama
12 bulan (Januar i-Desember) dari
perhitungan (Siregar, 2006).

3.3.2.3.2. Kepemilikan Instit usional


(X4)
Kepemilikan Institusional adalah
persentase saham tertentu yang dimiliki
oleh institusi dalam sebuah perusahaan.
Kepemilikan Institusional dihitung
dengan membagi jumlah lembar saham
yang dimiliki institusi dengan total
saham beredar . Catatan: jumlah saham
yang dimiliki oleh institusi minimal 20%
terhadap total saham perusahaan
(berdasarkan APB Opinion dan
penelitian Tar jo (2008), jika dibawah
20%, maka tidak signifikan dan bukan
institusi).
SPREADi,t = ( (ask i,t bid i,t) /
((ask + bid i,t)/2) x 100)
Keterangan :

SPREAD = Selisih harga ask dengan


harga bid perusahaan i yang terjadi pada
hari t selama 1 tahun
Ask i,t = harga ask tertinggi saham
perusahaan i yang ter jadi pada har i t
selama 1 tahun.
Bid i,t = harga bid terendah saham
perusahaan i yang ter jadi pada har i t
selama 1 tahun

3.4. ANALISIS DATA


Untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi ber ganda
dengan per samaan regresi dapat
dirumuskan sebagai ber ikut:
ML= a + b1AI + b2KA + b3KM +b4KI+
3.3.2.2.Kualitas Audit (X2)
Kualitas audit diukur dengan
menggunakan variabel dummy, yakni
variabel yang berukuran kategori atau
dikotomi dengan memberi kode 0 (nol)
untuk kelompok yang disebut dengan
Dimana:
ML = Manajemen Laba
a
b

= Konstanta
= Koefisien regresi variabel

independen
AI = Asimetri Infor masi
KA = Kualitas Audit
KM= Kepemilikan Manajerial
KI = Kepemilikan Institusional
excluded group dan member i kode 1
(satu) untuk kelompok yang disebut
dengan included group (Ghozali, 2005).
exluded group merupakan kelompok
termasuk dalam kategori yaitu kantor
akuntan publik non bigfour, sedangkan
included group merupakan kelompok
= Error

168 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

four dan member ikan kode 0 ( nol) bagi


kantor akuntan publik non big four.
Pengujian hipotesis dilakukan
sesudah uji asumsi klasik dan uji model
yang terdiri dari uji F dan koefisien
determinasi R2 dan pengujian hipotesis
dengan pengujian signifikan parameter
individual ( Uji t). Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan statistik


program SPSS 15

3.5.4. Struktur Kepemilikan


Struktur kepemilikan adalah
media

kontrol pemegang saham

terhadap per usahaan yang diwakili oleh


dewan direksi dan manajer .Struktur
Kepemilikan berdasarkan Konsentrasi
Kepemilikan dibedakan atas
Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan
kedua Konsentrasi Kepemilikan tersebut:

3.5. DEFENISI OPERASIONAL


3.5.1. Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dipandang
sebagai upaya yang secar a sengaja
dilakukan oleh manajer dimaksudkan
untuk menormalkan laba dalam rangka
mencapai kecendrungan atau tingkat
yang diinginkan manajer yang diukur
dengan discreationary accrual.

3.5.4.1.Kepemilikan Manajerial
Adalah pemegang saham yang dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam

mengambil keputusan (direktur dan


komisaris). Variabel Kepemilikan
Manajerial diukur dengan
membandingkan jumlah kepemilikan
manajerial terhadap total saham
perusahaan selama satu tahun.

3.5.2. Asimetri Informasi


Asimetri informasi adalah
keadaan dimana manajer lebih
mengetahui infor masi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemegang saham
dan stakeholder lainnya. Dalam
penelitian ini asimetr i infor masi diukur
dengan bid-ask spread secara tahunan.

3.5.4.2.Kepemilikan Institusional
adalah saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi atau lembaga (bank,
perusahaan asuransi, perusahaan dana
pensiun, perusahaan investasi dan
yayasan). Variabel Kepemilikan
Institusional diukur dengan persentase
jumlah saham yang dimiliki oleh
institusi minimal 20% terhadap total
saham per usahaan.

3.5.3. Kualitas Audit


Kualitas Audit adalah
kemungkinan (joint probability) dimana
seorang auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran yang ada dalam
sistem akuntansi kliennya. Audit
dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya praktek manajemen laba yang
dilakukan oleh seorang manajer
dalampenyampaian laba perusahaan.
Dalam penelitian ini kualitas audit
diukur dengan menggunakan variabel
4. HASIL ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI STATISTIK
Berikut ini akan disajikan
statistik deskr iptif mengenai manajemen
laba, asimetri infor masi, kualitas audit,
kepemilikan manajerial, dan
kepemilikan institusional selama tahun
2007 sampai tahun 2010.
dummy, yakni dengan memberikan kode
1 (satu) bagi kantor akuntan publik big

169
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

Tabel 1. Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion
144 ,0008 ,7990 ,149543 ,1442520
144 7,2289 173,5409 86,587142 32,3355579
144 0 1 ,43 ,497
144 ,0005 25,6198 4,859953 6,5934408
144 20,0097 95,6537 56,738221 18,2970962
144
ML_Y
Asimetri inf ormasi
Kualitas audit
Kepemilikan manajerial
kepemilikan insti tusional
Valid N (list wise)
Sumber: Data sekunder yang diolah 2012

Berdasarkan tabel di atas,


18,2970962. Kepemilikan institusional
yang paling tinggi adalah PT. Auto
Otoparts Tbk yaitu sebesar 95,6537 dan
yang paling rendah adalah PT.

Kabelindo Murni yaitu sebesar 20,0097.


menjelaskan secara deskriptif variabelvariabel dalam penelitian ini. Variabel
Manajemen Laba (Y) yang terjadi pada
perusahaan manufaktur rata-ratanya
0,149543 dengan standar deviasi
0,1442520. Manajemen laba yang paling
tinggi (maksimun) adalah PT. Perdana
Bangun Pusaka Tbk yaitu sebesar 0,7990
dan yang paling rendah (minimun)
adalah PT. Metrodata Electronics Tbk
yaitu sebesar 0,0008.

4.2. HASIL UJI ASUMSI


KLASIK
4.2.1. Uji Normalitas Residual
Setelah dilakukan pengolah data,
di dapat hasil yang menyatakan bahwa
data tidak terdistr ibusi dengan normal.
Setelah tr ansformasi data dilakukan
dengan menggunakan semi logaritma
natural, maka hasil olahan data
Variabel asimetri informasi (X1)
yang terjadi pada perusahaan manufaktur
rata-ratanya adalah 86,587142 dengan
standar deviasi 32,3355579. Asimetri
informasi yang paling tinggi adalah PT.
Intikeramik Alamsri Industry Tbk yaitu

sebesar 173,5409 dan yang paling


rendah adalah PT. Panasia I ndosyntec
Tbk yaitu sebesar 7,2289. Variabel
kualitas audit (X2) yang terjadi pada
perusahaan manufaktur rata-ratanya
adalah 0,43 dengan standar deviasi
0,497. Kualitas audit yang tinggi adalah
1 dan yang paling r endah adalah 0.
kolmogorov smirnov menunjukkan hasil
uji nor malitas pada level signifikasi lebih
besar dari a (a = 0,05) yaitu 0,146 > 0,05
yang berarti data terdistribusi secara
normal.

4.2.2. Uji Multikolinearitas


Berdasarkan hasil pengujian
multikolinear itas, nilai VIF untuk
variabel asimetri informasi (X1) 1,004
dengan tolerance sebesar 0,996, kualitas
audit (X2) sebesar 1,178 dengan
Pada variabel kepemilikan
manajer ial (X3) yang terjadi pada
perusahaan manufaktur rata-ratanya
adalah 4,859953 dengan standar deviasi
6,5934408. Kepemilikan manajerial
yang paling tinggi adalah PT Lionmesh
Prima yaitu sebesar 25,6198 dan yang
paling rendah adalah PT Indo Acidatama

Tbk yaitu sebesar 0,0005. Sedangkan


pada variabel kepemilikan institusional
(X4) yang terjadi pada per usahaan
manufaktur rata-ratanya adalah
56,738221 dengan standar deviasi
tolerance 0,849, kepemilikan manajerial
(X3) sebesar 1,308 dengan tolerance
0,765, dan kepemilikan institusional (X4)
sebesar 1,204 dengan tolerance 0,831.
Masing-masing var iabel bebas tersebut
memiliki nilai VIF < 10 dan nilai
tolerance> 0,1, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
multikolinear itas antar variabel
independen.

170 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

4.2.3. Uji Heterokedastisitas


4.2.4. Uji Aut okorelasi
Berdasarkan hasil pengujian
Berdasarkan uji autokorelasi
heterokedastisitas, masing- masing

variabel menunjukkan level sig > 0,05


yaitu 0,198 untuk variabel asimetri
informasi, 0,766 untuk variabel kualitas
audit, 0,126

untuk kepemilikan

manajer ial dan 0,767 untuk kepemilikan


institusional. Sehingga penelitian ini
bebas dari gejala heterokedastisitas dan
layak untuk diteliti.
ditemukan bahwa nilai Durbin-Watson
sebesar 1,990, yang berarti bahwa
variabel terbebas dari autokorelasi.

4.3. PERSAMAAN REGRESI


Berikut ini adalah hasil
pengolahan data dengan analisis r egresi
linier berganda menunjukkan hasil
sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Regresi Berganda

Variabel Hipotesis B T hitung Sig


Asimetr i informasi (AI) + 0,003 0,875 0,383
Kualitas audit (KA)
- 0,501 2,347 0,020
Kepemilikan manajerial (KM) - 0,044 2,590 0,011
kepemilikan institusional (KI) - -0,001 -0,129 0,898
Konstanta

-3,031 -6,320 0,000


0,044
2,665
0,035
Adjusted R2
F hitung
Sig

Dari pengolahan data statistik di atas


maka diperoleh persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
ML = -3,031 + 0,003 (AI) + 0,501 (KA)
+ 0,044 (KM) - 0,001 (KI)
bahwa setiap peningkatan satu satuan
kualitas audit akan meningkatkan
manajemen laba sebesar 0,501. Dilain
pihak koefisien regresi regresi variabel
kepemilikan manajerial (KM) sebesar
0,044, yang mana setiap peningkatan
satu satuan kepemilikan manajer ial akan
mengakibatkan kenaikan manajemen
laba sebesar 0,044. Koefisien r egresi
variabel kepemilikan institusional ( KI)
sebesar 0,001. Hal ini menandakan
bahwa setiap peningkatan satu kesatuan
kepemilikan institusional akan
mengakibatkan penurunan manajemen

laba sebesar 0,001.

Nilai konstanta yang diper oleh


sebesar 3,031. Hal ini berarti bahwa jika
variabel independen (asimetri infor masi,
kualitas audit, kepemilikan manajerial,
dan kepemilikan institusional) tidak ada
atau ber nilai nol, maka besar nya tingkat
manajemen laba yang terjadi adalah
sebesar 3,031. Angka 3,031
menggambarkan bahwa manajer
perusahaan melakukan manajemen laba
dengan cara menurunkan laba. Sedangkan koefisien regresi variabel asimetri
informasi (AI) sebesar 0,003, yang
menunjukkan setiap peningkatan satu
satuan asimetri informasi akan
meningkatkan manajemen laba sebesar
0,003.
Hasil pengolahan data
menunjukkan hasil F hitung sebesar
2,665 dengan signifikasi pada 0,035.
Jadi F hitung > F tabel (sig 0,035<0,05).
Hal ini berarti bahwa persamaan regresi
yang diperoleh dapat diandalkan atau
model yang digunakan sudah fix.

Nilai

Adjusted R Square menunjukkan 0,044.


Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi

variavel bebas yaitu asimetri informasi,


kualitas audit, kepemilikan manajerial
Demikian juga dengan koefisien
regresi variabel kualitas audit (KA)
sebesar 0,501. Hal ini menandakan

171
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

dilihat dari arahnya, maka hipotesis


ketiga penelitian ini ditolak.
dan kepemilikan institusional terhadap
variabel terikat yaitu manajemen laba
adalah sebesar 4,4% sedangkan 95,6%
ditentukan oleh faktor lain di luar model.

4.4.4. Kepemilikan Institusional

4.4. PENGUJIAN HIPOTESIS


4.4.1. Asimetri informasi tidak
tidak berpengaruh signifikan
negatif terhadap manajemen
laba.
Demikian juga dengan variabel
berpengaruh signifikan positif
terhadap manajemen laba.
Pada Tabel 2, dapat diketahui

kepemilikan institusional memiliki nilai


signifikasi 0,898 lebih besar dar i a 0,05
atau thitung< ttabel -0,129<1,9766. Dilihat
bahwa variabel asimetr i infor masi
memiliki nilai signifikasi 0,383 lebih
besar dar i a 0,05 atau nilai thitung< ttabel
dari -0,001, maka sesuai dengan arah
hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dengan demikian hipotesis keempat
penelitian ini juga ditolak.
0,875<1,9766, sedangkan 0,003 maka
sesuai dengan arah hipotesis namun
tidak berpengaruh. Hal ini menunjukkan
bahwa var iabel asimetri infor masi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dengan demikian hipotesis pertama
penelitian ini ditolak.

4.5. PEMBAHASAN

4.5.1.Pengaruh Asimetri Informasi


Terhadap Manajemen Laba
4.4.2. Manajemen Laba pada
Hasil penelitian menunjukkan
perusahaan yang diaudit oleh

KAP big four

tidak lebih

rendah dari Manajemen Laba


pada perusahaan yang diaudit
oleh KAP non big four
bahwa asimetri informasi tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap
manajemen laba, dengan nilai signifikasi
0,383 lebih besar dari a 0,05 atau nilai
thitung < ttabel 0,875 < 1,9766 dengan
0,003. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian Tobing (2010) dan
Mayanda (2008) yang menyatakan
bahwa asimetri infomasi berpengaruh
signifikan positif ter hadap manajemen
laba. Semakin tinggi asimetri informasi
yang terjadi antara principal dengan
Hal yang sama pada variabel
kualitas audit memiliki nilai signifikasi
0,020 lebih kecil dari a 0,05 atau thitung >
ttabel 2,347>1,9766. Dilihat dari 0,501
maka tidak sesuai dengan arah hipotesis
yaitu negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa var iabel kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dengan demikian hipotesis kedua
penelitian ini juga ditolak.
agent, maka semakin besar kemungkinan
tindakan praktek manajemen laba yang

dilakukan oleh agent didalam


perusahaan.

4.4.3. Kepemilikan manajerial tidak


berpengaruh signifikan negatif
terhadap manajemen laba.
Temuan studi ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Healy et.al (2001) yang meneliti tentang
Variabel kepemilikan manajer ial
information asymetri, corporate
disclosure, and the capital markets: A
review of the empirical disclosure
literature. Yang menemukan bahwa
asimetri infor masi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Juga temuan
studi ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Olyvia (2010),
memiliki nilai signifikasi 0,011 lebih
kecil dari a 0,05 atau thitung> ttabel
2,590>1,9766. Dilihat dari 0,044,
maka tidak sesuai dengan arah hipotesis.
Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan
manajer ial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan demikian

172 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

Miranti (2011) dan Adriyani (2011) yang


menyatakan bahwa asimetri infor masi
tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
terhadap manajemen laba
mengemukakan alasan bahwa
kemungkinan jumlah sampel yang relatif
tidak banyak sehingga estimasi
parameter kurang tepat membuat
asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Hal yang menyebabkan asimetri
informasi tidak berpengaruh signifikan,
kemungkinan terjadi kesalahan pada
pelaporan keuangan terdahulu yang tidak
sesuai dengan kaidah kualitatif. Kaidah
itu adalah per tama, laporan keuangan
harus menyediakan informasi yang
relevan dengan kebutuhan pemakainya
atau dengan kata lain, laporan keuangan
yang relevan adalah laporan keuangan
yang dapat memenuhi kebutuhan
informasi semua pihak yang
membutuhkan. Kedua, laporan keuangan
harus netral dar i keinginan pihak-pihak

tertentu yang ingin mengambil


keuntungan pribadi dar i informasi yang
disajikan dalam laporan itu.

4.5.2. Pengaruh Kualitas Audit


terhadap Manajemen Laba.
Dari hasil penelitian
menunjukkan kualitas audit memiliki
nilai signifikasi 0,020 lebih kecil dari a
0,05 atau thitung > ttabel2,347 >1,9766
namun positif pada 0,501 maka tidak
sesuai dengan ar ah hipotesis yaitu
negatif (tidak signifikan). Hasil
penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Dahlan (2009) dan Meutia
(2004) yang menemukan pengaruh
signifikan negatif antara kualitas audit
dengan manajemen laba, adanya audit
laporan keuangan yang dilakukan oleh
pihak ketiga yang independen yaitu
auditor dapat mencegah terjadinya
manajemen laba yang dilakukan oleh
seorang agent dalam perusahaan.
Ketiga, laporan keuangan harus
menyajikan infor masi yang lengkap dan
komprehensif, oleh sebab itu laporan
keuangan harus mengungkapkan semua
informasi mengenai kinerja dan kondisi

perusahaan. Keempat, laporan keuangan


harus mempunyai daya banding dan uji.
Laporan keuangan dikatakan mempunyai
daya banding apabila informasi yang
disajikan dapat dibandingkan dengan
informasi pada periode terdahulu atau
perusahaan yang berbeda. Sedangkan
daya uji adalah kemampuan laporan
keuangan untuk tetap menghasilkan
informasi yang sama apabila diuji
kembali dengan menggunakan metode
yang sama (Sulistyanto, 2008).
Namun temuan studi ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Indriani (2010), yang
menemukan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara kualitas audit yang
diukur berdasarkan KAP dengan
manajemen laba, juga penelitian yang
dilakukan oleh Veronica dan Utama
(2005) dan Saffudin (2011) yang
menemukan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara kualitas audit yang
diukur berdasarkan KAP dengan
manajemen laba. Per usahaan yang di
audit oleh KAP besar tidak terbukti
membatasi perilaku manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan malah

menambah tindakan manajemen laba.


Dilihat dari hubungan antara variabel
kualitas audit dengan manajemen laba
yang positif yang dapat disebabkan oleh
auditor yang termasuk big four lebih
kompeten dan profesional
dibandingkannon big four, sehingga
Kemudian hal lain ditolaknya
hipotesis ini adalah kemungkinan proksi
yang kurang kuat dalam
memperhitungkan asimetr i infor masi.
Menurut Khomsiyah (2003) dalam
Miranti ( 2011) pengukur an dispersi dan
volatilitas forecast analisis merupakan
suatu pengukuran alternatif bagi asimetri
informasi dibandingkan relative bid ask
spread. Kemudian Siregar (2006) yang
menemukan hasil penelitian bahwa
asimetri informasi tidak berpengaruh

173
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

memiliki pengetahuan lebih banyak


tentang cara mendeteksi dan
memanipulasi laporan keuangan maupun
melakukan tindakan manajemen laba.

signifikan negatif terhadap manajemen


laba.
Menurut Boediono (2005),
kepemilikan manajerial sangat
menentukan terjadinya manajemen laba,
karena kepemilikan seorang manajer
akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap metode
akuntansi yang diterapkan pada
perusahaan mereka kelola. Secara umum
dapat dikatakan bahwa persentase
tertentu kepemiliikan saham oleh pihak
manajemen cenderung mempengaruhi
tindakan manajemen laba.
Kemudian hipotesis ini ditolak
kemungkinan pr oksi untuk pengukuran
kualitas audit yang sangat terbatas hanya
dengan menggunakan dummy, namun
ada satu pengukuran yang bisa
menjelaskan lebih baik dar i hanya
membandingkan Kap big four dan non
big four yakni auditor spesialis industri.
Auditor spesialis industri
menggambarkan keahlian dan
pengalaman audit seorang auditor pada
bidang industr i tertentu yang diproksi
dengan jasa audit pada bidang industri
tertentu. Auditor tersebut memiliki

pengetahuan yang spesif ik dan


mendalam serta berpengalaman dalam
suatu bidang industri tertentu, auditor
spesialis industri diyakini mampu
mendeteksi kesalahan-kesalahan secara
lebih baik, meningkatkan efesiensi dan
meningkatkan penilaiantentang
kejujuran laporan keuangan.
Namun temuan studi ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiatmaja (2010), yang
menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan positif
terhadap manajemen laba. Seorang
manajer yang juga mempunyai saham
mempunyai kepentingan pribadi yaitu
adanya return yang diperoleh dari
kepemilikan sahamnya pada perusahaan
tersebut.Dengan demikian, manajer
mempunyai kesempatan dalam
melakukan manipulasi laba baik dalam
bentuk menaikkan laba maupun dengan
menurunkan laba demi kepentingannya
tersebut. Hal ini akibat adanya
ketimpangan informasi ( information
asymetry) yaitu kondisi dimana satu
pihak memiliki kelebihan infor masi
dibandingkan dengan pihak lain.

4.5.3. Pengaruh Kepemilikan


Manajerial Terhadap
Manajemen Laba
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai signifikasi
0,011 lebih kecil dari a 0,05 atau thitung >
ttabel2,590> 1,9766 dengan 0,044
(positif), tidak sesuai dengan arah
hipotesis. Temuan studi ini bertentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Antonia ( 2008) yang menemukan
bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signif ikan negatif terhadap
manajemen laba, yang menyatakan
bahwa kepemilikan saham oleh manajer
dalam perusahaan dapat memperkecil
terjadinya praktik manajemen laba
karena adanya kewajiban yang mer aka
tanggung dari jumlah saham yang
mereka miliki. Ujiyantho dan Pramuka
(2007) juga mendapatkan hasil bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh
Kemudian hal lain hipotesis ini
ditolak adalah karena jumlah saham ratarata manajer ial dalam sebuah perusahaan
sangat kecil sehingga kemungkinan
terungkapnya manajemen laba sangat

rendah dengan tanggung jawab yang


sangat rendah dar i seorang manajer
dalam sebuah per usahaan.

4.5.4. Pengaruh Kepemilikan


Intitusional Terhadap
Manajemen Laba
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional memiliki nilai signifikasi
0,898 lebih besar dari a 0,05 atau thitu ng<

174 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

ttabel -0,129<1,9766 dengan -0,001.


Hasil temuan studi ini ber tentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Eliza ( 2010) dan Tarjo (2008) yang
menemukan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan
negatif terhadap manajemen laba.
Kepemilikan institusional dalam sebuah
perusahaan merupakan pemegang saham
mayor itas mereka mampu mengawasi
jalannya perusahaan dan bisa membatasi

tindakan opportunistik manajer yang


cenderung menguntungkan dirinya
sendiri, sehingga manajer tidak bisa
dengan leluasa memanipulasi angka
labayang dihasilkan perusahaan.
20% jika digabungkan dengan institusi
yang lainnya dengan jumlah yang lebih
besar sehingga menjadi lebih 50% bisa
berubah pandangan penilaian institusi
menjadi konsolidasi yang tentuya
berbeda

pengaruhnya terhadap

manajemen laba. Kedua jumlah saham


institusi yang melebihi 50% bisa keliru
karena bisa jadi perusahaan tersebut
gabungan saham induk dan anak
perusahaan, dan tentunya hal tersebut
sulit untuk diidentifikasi jumlah %
masing- masing kepemilikanya.

5. KESIMPULAN,
KETERBATASAN DAN
SARAN

Temuan studi ini konsisten


dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Siregar (2006) dan Widiatmaja
(2010) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak terbukti

mempunyai pengaruh yang signifikan


manajemen laba. Pemilik institusional
adalah pemilik yang lebih memfokuskan
pada current earnings, Akibatnya
manajer ter paksa untuk melakukan
tindakan yang dapat meningkatkan laba
jangka pendek, misalnya dengan
melakukan manipulasi laba. selain itu
kepemilikan institusional akan membuat
manajer merasa terikat untuk memenuhi
target laba dar i par a investor, sehingga
mereka akan tetap cenderung terlibat
dalam tindakan manipulasi laba.
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan
penelitian dan pengujian hipotesis yang
telah diajukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Asimetri informasi tidak
ber pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang ter daftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen
laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3. Kepemilikan manajerial tidak

ber pengaruh signifikan terhadap


manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang ter daftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut Widiatmaja (2010)
kepemilikan institusi memiliki saham
yang cukup besar yang mencerminkan
kekuasaan, sehingga mempunyai
kemampuan untuk melakukan intervensi
terhadap jalannya perusahaan dan
mengatur proses penyusunan laporan
keuangan. Akibatnya manajer terpaksa
melakukan tindakan berupa manajemen
laba demi untuk memenuhi keinginan
pihak-pihak tertentu, diataranya pemilik.
Kemudian pemakaian proksi
kepemilikan institusional minimal 20%
masing- masing institusi di dalam
perusahaan bisa keliru, karena pertama,
dengan kepemilikan institusi minimal
4. Kepemilikan institusional tidak
ber pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan
manaufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).

5.2.KETERBATASAN PENELITIAN
Meskipun telah dirancang dan

dikembangkan penelitian sedemikian


rupa, namun masih terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini yang
masih perlu dir evisi. Dalam penelitian
ini menggunakan proksi relative bid ask

175
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

independen dan keberadaan komite


audit terhadap manajemen laba
dengan periode yang lebih panjang.

spread untuk mengukur variabel asimetri


informasi dengan hasil tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba,
hal ini mungkin saja pengaruh
pemakaian proksi yang kurang tepat
dalam pengukurannya, kemudian
variabel kualitas audit juga tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba,
hal ini disebabkan keterbatasan proksi
pengukuran kualitas audit yang hanya
bisa dengan menggunakan dummy, dan
proksi pengukuran kepemilikan
institusional minimal 20% masih perlu

dikembangkan, karena bisa terjadi


kekeliruan dalam hal mendeteksi
manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Vijay
Govindar ajan. 2001.
Management Control System.
Jakarta: Salemba Empat.
Antonia, Edgina. 2008. Analisis
Pengar uh Reputasi Auditor,
Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Leverage,
Kepemilikan Manajer ial, dan
Proporsi Komite Audit
Independen ter hadap Manajemen
Laba. Tesis. Fakultas Ekonomi.
Univer sitas Diponegoro.

5.3. SARAN
Berdasarkan keterbatasan yang
terdapat pada penelitian ini, maka saran
dar i penelitian ini, yaitu:
Ardiati, Aloysia Yanti. 2005. Pengaruh
Manajemen Laba Terhadap
Return Saham pada perusahaan
yang diaudit oleh KAP Big 5 dan
KAP Non Big 5 . Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol.8, No.3,

hal 235-249.
1. Untuk penelitian yang sama, agar
var iabel asimetri infor masi
sebaiknya menggunakan
pengukuran dispersi dan volatilitas
forecast analisis, karena
menunjukkan suatu pengukuran
yang tepat bagi asimetr i informai
dibandingkan relative bid ask
spread. Untuk variabel kualitas
audit denggan menggunakan dummy
agar menggunakan spesialisasi
auditor industri, karena mereka lebih
mampu dan kompeten dalam
menangani laporan keuangan
perusahaan klien dan untuk variabel
kepemilikan institusional dengan
proksi kepemilikan institusi minimal
20% agar lebih dipisahkan cara
perhitungganya agar terlihat
signifikan pengaruhnya terhadap
manajemen laba.
Ar if, Ujiyanto Moh dan Bambang Agus
Pramuka. 2007. Mekanisme
Corporate Governance,
Manajemen Laba, dan Kiner ja
Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X. IAI. 2007.

Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba:


Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba
dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Simposium Nasional
Akuntansi VIII, hal 172-178.
Dahlan, Muhammad. 2009. Analisis
Hubungan Antara Kualitas Audit
dengan Diskresioner Akrual dan
Kebebasan Auditor. Working
Paper in Accounting Finance.
2. Untuk investor, sebaiknya
menanamkan modal pada
perusahaan yang memiliki tingkat
manajemen laba yang rendah.
Dewi. 2005. Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Motivasi
Manajemen Laba di Seputar
3. Melakukan penelitian dengan
menggunakan faktor-faktor lain
seper ti kinerja masa depan, kiner ja
masa kini, proporsi dewan komisaris
Right I ssue.
Djamil, Nasrullah. 2010. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kualitas

176 Arri dan Nurzi: Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Laba...

Audit pada Sektor Publik dan


Beberapa Kar akteristik untuk
Meningkatkannya. lucky prasetyo
blog.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Indriani, Yohana. 2010. Pengaruh
Kualitas Auditor, Corporate
Governance, Leverage, dan
Kiner ja Keuangan Terhadap
Manajemen Laba pada
Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di PT BEI. Skripsi SI .
Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro.
Eliza, 2010. Pengaruh Kepemilikan
Manajer ial, Kepemilikan
Institusional, dan Proporsi
Dewan Komisar is Independen
terhadap Manajemen Laba.
Skripsi SI. Fakultas Ekonomi.
Universitas Neger i Padang.
Febrianto, Rahmat. Pengukuran Kualitas
Komalasari, Puput dan Baridwan, Zaki.

Audit: Sebuah Essai.


2001. Asimetri Informasi dan
Fitri, Ismiyanti dan Mamduh M. Hanafi,
Cost of Capital. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol.4, No.1.
2004. Struktur Kepemilikan ,
Risiko dan Kebijakan Keuangan:
Analisis persamaan Simultan.
Meutia, Inten. 2004. Pengaruh
Independensi Auditor Terhadap
Manajemen Laba untuk KAP Big
5 dan Non Big 5. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol.7. No.3
hal.333-350
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program
SPSS. BP. Universitas
Diponegoro.
Miranti, Senja. 2011. Pengaruh Asimetri
Infor masi dan Ukuran Peusahaan
Terhadap Manajmen Laba pada
Perusahaan yang Go Public di
BEI. Skripsi. Fakultas ekonomi.
Univer sitas Negeri Padang
Hanifah. 2007. Pengaruh Asimetri
Infor masi terhadap Manajamen

Laba pada per usahaan perbankan


di Bursa Efek Jakarta. Skripsi.
Fakultas Ekonomi. Universitas
Bung Hatta.
Olyvia, Angella. 2010. Pengaruh
Asimetri informasi dan Nilai
Earning Per Share (EPS)
Terhadap Praktik Manajemen
Laba pada Perusahaan
Manufaktur di BEI. Skripsi SI.
Fakultas Ekonomi. Universitas
Negere Padang
Haryono, Slamet. 2005. Struktur
Kepemilikan dalam Bingkai
Teori Keagenan. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis Vol. 5, No.
1, hal 63-71.
Healy, P, K. Palepu. 2001. Information
asymetri, corporate disclosure,
and the capital markets: A
reviews of the empirical
disclosure literature. Journal of
accounting and economic 31
Rahmadika, Nurina. 2011. Pengaruh
Kualitas Audit terhadap
Manajemen Laba. Skripsi SI.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro

Idris. 2006. Aplikasi SPSS dalam Analisa


Rahmawati, Yacob Suparto dan Nurul
Data Kuantitatif. FE. UNP.
Qomar iah. 2006. Pengaruh
Asimetri Informasi Terhadap
Praktik Manajemen Laba pada
Perusahaan Perbankan Publik
yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi X. IAI. 2007
Indrayani, Sita. 2009. Pengaruh Asimetri
Infor masi, Konsentrasi
Kepemilikan Institusional dan
Leverage Terhadap Manajemen
Laba pada perusahaan Properti,
Real Estate, dan Konstruksi yang
Terdapat di BEI. Skripsi SI.
Saffudin, Achmad Zakki. 2011. Analisis
Pengar uh Kepemilikan

177
WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013

Institusional, Kualitas Audit,


Ukuran Perusahaan, dan
Weston, Fred dan Brigham. 1991. DasarDasar Manajemen Keuangan ,

terjemahan Alfonsus Sirait.


Jakarta: Erlangga.
Leverage terhadap Praktik
Manajemen laba dan
Konsekuensi Manajemen Laba
terhadap Kinerja Keuangan.
Wild, John J ; K.R. Subramayam,; dan
Halsey, Robert F. 2005. Finacial
Statement Analysis. Jakarta:
Salemba Empat.
Skripsi SI. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.

ISSN 1858 3202


JURNAL
BINA
AKUNTANSI - IBBI

VOLUME 19 : NO. 2 JUNI 2013

1. ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO


TERHADAP

PROFITABILITAS PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.


Aston L Situmorang SE, M. Si.

2. PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL


(STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE
2006-2007).
Minda Muliana Sebayang SE, Ak, M.Si

Pasca Dwi Putra , SE,

M.Si

3. PENGARUH INFORMASI ARUS KAS DAN LABA BERSIH TERHADAP VOLUME


PERDAGANGAN
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA.

Roza Thohiri SE, MSi

Imelda Sirahar

4. ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS


PADA PERUSAHAAN
SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
Corinna Wongsosudono SE, MM

Chrissa

5. PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, FAKTOR UKURAN PERUSAHAAN,


FAKTOR REPUTASI
AUDITOR, FAKTOR JENIS PENDAPAT AKUNTAN, DAN FAKTOR PERGANTIAN
AUDITOR
TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
Petrus Gani, S.E., M.Si., Ak.

6. PENGARUH AUDIT INTERN TERHADAP PENCAPAIAN TARGET ANGGARAN


PADA PERUSAHAAN
INDUSTRI PLASTIK DI DAERAH SUMATERA UTARA
Mipo Gani, S.E

Jamot Mangatur Pasaribu, S.E., MM.

7. IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PERGURUAN
TINGGI SWASTA
Fajrillah, S. Kom, M.Si.

Diterbitkan Oleh :
Jurusan Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

JURNAL BINA AKUNTANSI

Halim Loly, S.E, M.M.

Pembina : KETUA STIE IBBI


Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Akuntansi
Ketua Pengarah : Ketua LPPM
Ketua Penyunting : Ripka Seriidahnaita Ginting, SE, M.Si
Dewan Penyunting Ahli : Prof. Dr. Amrin Fauzi
(Universitas Sumatera Utara)

Dr. M. Fitri Rahmadana, SE, MSi


(Universitas Negeri Medan)

Chandra Situmeang, SE, MSM, Ak


(Universitas Negeri Medan)

Lusiah, SE, MM
(STIE IBBI Medan)

Alamat Redaksi :
Jurusan Akuntansi STIE IBBI
JL. Sei Deli No.18 Medan Kodepos. 20114
Telp.061-4567111 Fax.061-4527548

Jurnal Bina Akuntansi adalah media publikasi kajian konseptual dan


praktis berupa telaah teoritis maupun hasil-hasil penelitian empiris yang
membahas bidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Akuntansi
Sektor Publik, Akuntansi Auditing, Akuntansi Perpajakan. Terbit dua kali
dalam setahun setiap bulan Januari dan Juni. Redaksi mengundang para
akademis, peneliti dan praktisi di bidang akuntansi untuk mengirimkan
naskah yang akan dipertimbangkan publikasinya secara luas untuk
kepentingan ilmu pengetahuan

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya proses
pengelolaan

Jurnal Bina Akuntansi Volume 19 No.1 Juni 2013. Proses pengelolaan Jurnal
Bina
Akuntansi ini dimulai dari mengumpulkan tulisan, menyortir serta
menyunting tulisan
yang akan diterbitkan dan pada akhirnya menerbitkan jurnal ini secara teratur
sehingga
dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah serta bagi pihak akademisi
dalam
pengembangan dan pelaksanaan penelitian.

Redaksi menyadari bahwa dalam proses pengelolaan Jurnal Bina Akuntansi


ini masih
terdapat ketidaksempurnaan atau kesalahan sehingga kedepannya masih perlu
melakukan
penyempurnaan berkaitan dengan layout dan teknis penulisan.

Redaksi juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu atas


partisipasinya dalam
pelaksanaan penelitian serta mengirimkan tulisannya bagi kepentingan
ilmiah secara
khusus di lingkungan akademis STIE IBBI Medan.

Medan, Juni 2013

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

KEBIJAKAN REDAKSI
1. Tulisan yang diajukan ke redaksi merupakan hasil penelitian empiris
maupun non
penelitian berupa kajian konsep telaah teoritis di bidang akuntansi dan bisnis
yang
relevan dengan fokus utama jurnal ini
2. Tulisan yang diajukan harus orisinil dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah,

Belum pernah dipublikasikan ataupun dalam proses pengajuan publikasi dari


Jurnal
ilmiah lembaga manapun yang dinyatakan secara tertulis oleh pemakalah
3. Tulisan dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris yang telah diketik
dengan
program Microsoft Word, 1 (satu) spasi, ukuran font 11, jenis huruf Times
New
Roman. Panjang naskah maksimal 20 halaman. Di luar gambar dan tabel
4. Tulisan dikirimkan dalam bentuk hardcopy / print out rangkap dua, disertai
Softcopy
dalam CD dengan nama penulis dan institusi afiliasi yang terpisah dari naskah
untuk
kepentingan proses review
5. Format penulisan, sistematika pembahasan, kutipan, daftar pustaka
mengacu pada tata
cara penulisan ilmiah yang berlaku umum
6. Tulisan disertakan abstraksi dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia
beserta kata
kuncinya (keyword) untuk kepentingan indeks database jurnal
7. Tulisan yang diterima oleh r edaksi sepenuhnya menjadi hak redaksi
untuk
mempertimbangkan publikasinya dan dalam hal penulis ingin
mempublikasikan
artikel tersebut kepada jurnal / lembaga institusi lain harus melakukan
konfirmasi
kepada redaksi.
8. Tulisan dikirimkan ke alamat :
Redakasi Jurnal Bina Akuntansi
Jurusan Akuntansi STIE IBBI
Jl. Sei Deli No.18 Medan
Medan Sumatera Utara Kodepos. 20114
Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL


(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2007)

Minda Muliana Sebayang SE, Ak, M.Si


Pasca Dwi Putra SE, M.Si

Dosen Tetap STIE IBBI Medan

ABSTRACT
Aim this research is to examine and analyze the influance of the firm
characteristic are
growth, Investment Opportunity Set, profitability, business risk, firm size,
and tangibility to the

capital structure. In Indonesian Stock Exchange, in 2006-2007. The


research type used is
causalitas research by sample method. The population of this research is
listed non-financial
companies at the Indonesian Stock Exchange which have been more profit each
of years, amount
65 observation.
The result of this research Result show that partial, growth have positive
but not
significant effect to capital structure, so that acceptable the H01. Later
then for the variable of
Investment Opportunity Set (IOS) conclusion obtained is Investment
Opportunity Set (IOS) have
an effect negative significant to capital structure so that accept the Ha2.
Here in after for
profitability, obtained by a statistic calculation indicating by partial,
profitability variable have
the negative effect significant to capital structure, its meaning acceptable Ha3.
Then for business
risk, obtained by partial, that business risk have the negative effect but not
significant to capital
structure, therefore acceptable H04. For the variable of firm size, have
conclusion that firm size
have influence positive but not significant to capital structure, so that
acceptable H 05. For the
last variable is tangibility have negative effect but not significant to
capital structure, so that
acceptable H06. While by simultan, obtained by a statistic calculation indicating
that the growth,
Investment Opportunity Set (IOS), profitability, firm size, business risk, and
tangibility have an
effect to capital structure at manufacturing business listed in Stock
Exchange Indonesia of
perception period 2006-2007. Thereby this research accept the hypothesis
expressing that the

growth, Investment Opportunity Set (IOS), profitability, firm size, business risk,
and tangibility by
simultan have an effect on to capital structure ( Ha7 ).

Keyword: the growth, Investment Opportunity Set (IOS), profitability, firm size,
business risk, and
tangibility, capital structure.

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat untuk
berinvestasi di
pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimba ngan
yang cukup penting.

Hal ini terkait dengan resiko dan expected return yang akan dihadapi oleh
calon investor dimasa
yang akan datang. Kebijakan struktur modal merupakan suatu kebijakan
yang bertujuan untuk
menentukan komposisi pendanaan yang akan digunakan perusahaan.
Komposisi pendanaan ini
berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan eksternal (Brigham dan
Houston, 2001).
Dalam menentukan struktur modal, manager terlebih dahulu
mempertimbangkan hal-hal
seperti karakteristik perusahaan. Karakteristik tersebut berupa pertumbuhan
perusahaan dari
periode yang satu ke periode lainnya, Investment Opportunity Set (IOS),
profitabilitas, resiko
bisnis, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva (Pandey, 2001). Setiap
karakteristik tersebut
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda didalam menentukan komposisi
struktur modal yang
akan digunakan.
Berdasarkan penjelasan diatas, pertumbuhan perusahaan merupakan salah
satu faktor
yang mempengaruhi perusahaan didalam menentukan struktur modal.
Pertumbuhan perusahaan
ini mencakup pertumbuhan laba serta merupakan faktor yang penting
karena suatu perusahaan
yang tumbuh memerlukan dana yang cukup besar didalam menjalankan
aktivitas operasinya.
Faktor lain yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah set
kesempatan
investasi (Investment Opportunity Set) (Nasruddin, 2001). Konsep ini pertama
kali diungkapkan
oleh Myers (1977), yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi
muncul karena adanya
pilihan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang yang didukung oleh
aset yang dimiliki

sekarang ini. Menurut Gaver dan Gaver (1993), Investment Opportunity Set
(IOS) tidak hanya
ditunjukkan dengan adanya kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi
juga dengan
kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan dan mengambil
keuntungan
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam satu kelompok industri.
Disamping kedua faktor diatas terdapat faktor profitabilitas yang merupakan
faktor ketiga
yang juga me mpengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan. Faktor ini
terkait dengan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau keuntungan perusahaan.
Suatu perusahaan
didalam menjalankan aktivitas usahanya mengharapkan keuntungan.
Faktor keempat yang mempengaruhi kebijakan struktur modal adalah resiko
bisnis.
Didalam manjalankan aktivitas operasinya, perusahaan akan mengalami
berbagai peristiwa yang
tidak menguntungkan bagi perusahaan seperti ketidakmampuan perusahaan
didalam melunasi
hutangnya pada tepat waktu, terjadi inflasi, dan peristiwa peristiwa yang
tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Peristiwa tersebut akan mempengaruhi kebijakan struktur modal.
Faktor ukuran perusahaan (size) merupakan faktor kelima yang mempengaruhi
kebijakan
struktur modal. faktor ini terkait dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
Suatu perusahaan
yang besar memerlukan dana yang lebih besar didalam mengelola
aktivitas operasinya
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Hal ini dilihat dengan
perusahaan yang besar
membutuhkan banyak tenaga kerja didalam menjalankan operasinya
dibandingkan dengan
perusahaan kecil.

Faktor keenam yang mempengaruhi penentuan kebijakan struktur modal


perusahaan
adalah struktur aktiva. Struktur aktiva dikaitkan dengan perbandingan
aktiva tetap perusahaan
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Riyanto (2001),
kebanyakan perusahaan
industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva
tetap (fixed assets),
akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen
yaitu modal sendiri,
sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang:


1. Pengaruh positif pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal.
2. Pengaruh negatif Investment Opportunity Set terhadap struktur modal.
3. Pengaruh negatif profitabilitas terhadap struktur modal.
4. Pengaruh negatif resiko perusahaan terhadap struktur modal.
5. Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap struktur modal.
6. Pengaruh negatif struktur aktiva terhadap struktur modal.
7. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Investment Opportunity Set (IOS),
Profitabilitas,

Resiko bisnis, Ukuran perusahaan, dan struktur aktiva berpengaruh secara


simultan
terhadap struktur modal perusahaan.

2. TINJAUAN LITERATUR
Struktur Modal
Struktur modal merupakan faktor fundamental keberhasilan suatu
perusahaan (Brigham
dan Houston, 2001). Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang penting
didalam menjalankan
aktivitas operasinya, mempertahankan, dan mengembangkan perusahaan.
Menurut Riyanto
(2001), struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal
asing dengan modal
sendiri. Kebijakan struktur modal perusahaan antara lain menyangkut dengan
keputusan tentang
bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan.
Ghosh, dkk (2000), mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan
antara hutang
perusahaan (total debt) dan total aktiva (total asset). Perbandingan ini dilihat
dengan bagaimana
distribusi aktiva perusahaan terhadap total kewajiban perusaahaan. Disamping
itu, Sartono (1999)
juga menjelaskan bahwa suatu perusahaan didalam menentukan struktur
pendanaan terlebih
dahulu menganalisa sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhinya dan
kemudian menetapkan
struktur modal yang ditargetkan.
Kebijakan pendanaan atau struktur modal dikatakan optimal apabila terjadi
keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat
memaksimalkan harga saham
(Brigham dan Houston, 2001). Jika resiko lebih besar dibandingkan dengan
tingkat pengembalian

maka struktur modal dikatakan kurang optimal dan sebaliknya. Banyak


model yang digunakan
untuk menjelaskan mengenai perilaku pendanaan perusahaan. Teori yang
menjelaskan hal
tersebut antara lain adalah teori pecking order (Myers, 1984), dan teori tradeoff (Modigliani dan
Miller, 1963).
Pecking Order Theory
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961,
akan tetapi
penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh Stewart C. Myers, (1984)
dalam Journal of
Finance volume 39 dengan judul The Capital Structure Puzzle. Teori ini
menyatakan bahwa ada
semacam tata urutan (pecking order) bagi perusahaan dalam menggunakan
modal. Teori tersebut
juga menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pendanaan
ekuitas internal
(menggunakan laba yang ditahan) dari pada pendanaan ekuitas eksternal
(menerbitkan saham
baru).
Trade Off Theory
Pada sisi yang lain, terdapat tradeoff theory yang dikemukakan oleh Stiglitz
(1969). Teori
ini menyatakan bahwa suatu perusahaan memiliki tingkat hutang yang
optimal dan berusaha
untuk menyesuaikan tingkat hutang aktualnya ke arah titik optimal, ketika
perusahaan tersebut
berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi (overlevered) atau terlalu
rendah (underlevered).
Pada kondisi yang stabil, perusahaan akan menyesuaikan tingkat hutangnya
kepada tingkat rata rata hutangnya dalam jangka panjang. Karena itu, teori ini disebut juga meanreverting theory.

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

Pertumbuhan Perusahaan
Salah satu faktor yang menentukan struktur modal perusahaan adalah
pertumbuhan
perusahaan (Pandey, 2001). Hal ini dilihat bahwa perusahaan yang tumbuh
membutuhkan dana
didalam menjalankan aktivitas operasinya. Pertumbuhan perusahaan ini
mencakup pertumbuhan
penjualan, laba, dan aktiva. Pertumbuhan perusahaan ini dilihat dengan
semakin tinggi tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin baik juga perusahaan tersebut.
Pertumbuhan menurut Beaver, Ketter, dan Scholes (1970) didefinisikan
sebagai
perubahan tahunan dari total aktiva. Perubahan tersebut dilihat melalui
peningkatan aktiva
perusahaan dari setiap periodenya. Peningkatan aktiva tersebut
menyebabkan perusahaan
membutuhkan dana yang besar. Disamping itu, Kallapur dan Trombley
(2001) menjelaskan
bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan ukuran
perusahaan melalui peningkatan aktiva. Brigham dan Houston (2001),
mendefinisikan

pertumbuhan sebagai perubahan aset tahunan dari total aktiva. Ha l ini


dapat dibuktikan melalui
perusahaan yang tumbuh dapat dilihat dari peningkatan aktiva untuk
memperbesar ukuran
perusahaan.
Smith dan Watts (1992), menyatakan bahwa potensi pertumbuhan suatu
perusahaan akan
mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh perusahaan (seperti kebijakan
pendanaan, dividen, dan
kompensasi). Hal ini dapat dibuktikan pada perusahaan yang berpotensi
untuk tumbuh
mempunyai rasio debt to equity yang lebih rendah daripada perusahaan yang
tidak tumbuh.

Investment Opportunity Set (IOS)


Konsep ini pertama sekali diperkenalkan oleh Myers (1977). Menurut Myers
(1977),
Investment Opportunity Set merupakan kombinasi antara aset yang dimiliki
perusahaan (asset in
place) yang sifatnya tangible dengan pilihan investasi dimasa depan
(future investment option)
atau growth option yang sifatnya intangible. Future investment option
mencerminkan kesempatan
investasi saat ini yang akan menghasilkan keuntungan dimasa depan.
Menurut Hartono (1999), kesempatan investasi adalah tersedianya alternatif
investasi
dimasa datang bagi perusahaan. Tersedianya alternatif investasi tersebut
menyebabkan
perusahaan lebih baik menyimpan laba yang diperoleh dari hasil operasi
kedalam laba ditahan
dibandingkan dengan membayar dividen.

Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya


merupakan
fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental
perusahaan). Karena laba
perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban bagi para
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai
perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan
sebagaimana
disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No.
1. Laba merupakan
salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan
dan yang sangat
penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, untuk melakukan
penaksiran earning
power perusahaan dimasa yang akan datang. Disamping itu Machfoedz
(1994) mendefinisikan
profitabilitas sebagai suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelola
kekayaan perusahaan. Menurut Weston et.al (1987) dalam Hosana (2005)
profitabilitas
merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan.
Profitabilitas diukur dengan membandingkan antara laba yang diperoleh
dalam suatu
periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal pada perusahaan tersebut.
Profitabilitas sering
Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202

JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu


perusahaan dengan
membandingkan antara modal yang dicapai dengan laba operasi.

Resiko Bisnis
Suatu perusahaan didalam menjalankan usahanya akan menanggung suatu
resiko yaitu
suatu peristiwa yang dialami suatu perusahaan diluar jangkauan dan tidak
direncanakan (Susetyo,
2006). Hal ini dilihat dengan persaingan yang terjadi antar perusahaan
memberikan tantangan
untuk dapat berkembang dan menjadi perusahaan besar. Semakin besar suatu
perusahaan didalam
menjalankan aktivitas operasinya maka se makin besar juga resiko yang
akan dialami (Susetyo,
2006).
Brigham dan Houston (2001: 178), mendefinisikan resiko sebagai peluang
atau
kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak menguntungkan.
Risiko bisnis adalah
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya. Risiko bisnis
tersebut menurut Hamada (dalam Moh'd, Perry dan Rimbey, 1998)
merupakan risiko yang
mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan operating leverage
risk.
Beberapa pengukuran terhadap resiko perusahaan yang digunakan dalam
studi yang
berbeda. Seperti deviasi standar dari laba terhadap penjualan (Booth dkk,
2001), deviasi standar

terhadap perbedaan yang pertama dalam arus kas operasi dibagi dengan total
aktiva (Wald, 1999).

Ukuran Perusahaan
Suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih
mudah ke pasar
modal, dibandingkan perusahaan kecil. Kemudahan aksesibilitas ke pasar
modal dapat diartikan
adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang
atau memunculkan
dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio
pembayaran dividen
yang lebih tinggi daripada perusahaan yang lain.
Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan
bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu
menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah
perusahaan dengan
ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal.

Struktur Aktiva
Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, kekayaan suatu perusahaan
dapat dibedakan
antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau perimbangan antara
kedua aktiva tersebut
akan menentukan struktur kekayaan atau lebih dikenal dengan struktur
aktiva. Struktur aktiva
menurut Riyanto ,(2001) adalah perimbangan atau perbandingan baik
dalam artian absolut
maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap.
Sedangkan Ghosh, dkk (2000) mendefinisikan struktur aktiva sebagai
perbandingan

antara hutang jangka panjang perusahaan (long term debt) dengan total
aktiva (total assets).
Pengukuran struktur aktiva dilakukan dengan melakukan perbandingan
antara total hutang
perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki.

Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Modal


Perusahaan yang tumbuh memerlukan banyak dana didalam melakukan
kegiatan
operasional. Hal ini dilihat melalui perusahaan yang terus-menerus tumbuh
akan lebih banyak
membutuhkan dana didalam menjalankan aktivitas operasinya untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Kieso (2004) perusahaan dapat tumbuh menjadi lebih besar dengan
cara meminjam uang
Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

untuk diinvestasikan dalam proyek baru. Demikian juga, perusahaan dapat


menerbitkan saham
baru untuk perluasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Thies dan Klock (1992), yang menunjukkan
bahwa
pertumbuhan penjualan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
dengan leverage. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Baskin (1989) yang menemukan


tingkat pertumbuhan
penjualan berhubungan positif dengan utang.
Perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi tidak
mungkin
mengeluarkan utang pada tempat pertama, dan diharapkan berhubungan
negatif dengan
kesempatan pertumbuhan. Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang
dilakukan Jensen dan
Meckling (1976) yaitu leverage meningkat dengan berkurangnya
kesempatan pertumbuhan.
Penelitian yang dilakukan Pandey, (2001) juga menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap kebijakan struktur modal.

Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal


Investment Opportunity Set (IOS) merupakan salah satu faktor lain yang
mempengaruhi
struktur modal. Ini dapat dilihat bahwa perusahaan besar akan lebih banyak
menyimpan dananya
dalam bentuk laba ditahan dibandingkan membayar dividen kepada
pemegang saham karena
adanya peluang investasi dimasa yang akan datang.
Setiap perusahaan akan memiliki suatu kebijakan tersendiri di dalam
menyediakan
pendanaan untuk melaksanakan investasi. Penelitian yang dilakukan oleh Gaver
& Gaver, (1993)
mengindikasikan adanya hubungan antara kesempatan investasi dengan
kebijakan pendanaan dan
deviden.
Berbagai penelitian tentang kesempatan investasi telah berhasil
membuktikan bahwa
kesempatan investasi merupakan proksi realisasi pertumbuhan perusahaan
dan berhubungan

dengan berbagai variabel kebijakanan perusahaan, yaitu antara lain


kebijakan pendanaan atau
struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan leasing, dan kebijakan kompensasi.
Sami, dkk (1999)
menunjukkan bahwa teori kesempatan investasi memiliki explanatory power
yang lebih tinggi
dalam hal kebijakan pendanaan dan kompensasi daripada aspek dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Pakaryaningsih, (2004) tentang pengaruh
pertumbuhan
perusahaan yang diproksi dengan investment opportunity set (IOS) dengan
utang yang
menunjukkan hasil yang signifikan. Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Al
Najjar dan Belkaoui (2001), Lestari (2004) menunjukkan pengaruh yang
signifikan negatif, tetapi
penelitian yang dilakukan oleh Pagalung (2002) menunjukkan pengaruh
yang signifikan positif
antara kebijakan utang dan Investment Opportunity Set (IOS). Sedangkan
penelitian yang
dilakukan Pandey (2001) menunjukkan bahwa IOS berpengaruh negatif
terhadap kebijakan
struktur modal perusahaan.

Profitabilitas dan Struktur Modal


Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur
modal
perusahaan adalah profitabilitas. Hal ini dikarenakan perusahaan yang
memiliki profitabilitas
tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena keuntungan atau
laba yang diperoleh
perusahaan tidak semua dibayarkan pada investor dalam bentuk dividen
tetapi juga disimpan
dalam bentuk laba ditahan yang merupakan sumber pendanaan internal bagi
perusahaan. Sesuai

dengan Pecking Order Theory, yang menjelaskan bahwa perusahaan akan lebih
memilih sumber
pendanaan yang berasal dari internal perusahaan dibandingkan dengan
eksternal perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1994) perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang
tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat
pengembalian tinggi
Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan


dengan dan interal.
Bringham dan Houston (2001), menyatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat
pengembalian yang
tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Beberapa bukti penelitian (Baskin 1989, Titman
dan Wessels 1988,
Thies dan Klock 1992), menunjukkan bahwa perusahaan yang tingkat
pengembalian keuntungan
pada investasi tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Sedangkan
Jensen (1986),

menyatakan terdapat hubungan positif antara leverage dengan profitability


jika pasar dalam
mengontrol perusahaan efektif. Sebaliknya, jika pasar dalam mengontrol
perusahaan tidak efektif
terdapat hubungan negatif antara profitability dengan leverage perusahaan.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mayangsari (1996),
menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Penelitian yang
dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007), juga membuktikan bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.

Resiko Bisnis dan Struktur Modal


Kebijakan struktur modal akan sangat menentukan kema mpuan perusahaan
dalam
melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko
perusahaan itu
sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage maka perusahaan ini
dengan sendirinya akan
meningkatkan resiko keuangan perusahaan.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai
pembelanjaan perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung
berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau
keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001).
Dalam perusahaan, resiko bisnis akan meningkat jika menggunakan hutang
yang tinggi.
Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kebangrutan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa
perusahaan dengan resiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang
lebih sedikit untuk

menghindari kemungkinan kebangrutan (Titman & Wessels, 1998).

Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal


Suatu perusahaan yang besar memerlukan dana yang besar didalam
menjalankan aktivitas
operasinyta. Oleh karena itu, adanya pengaruh ukuran perusahaan (size)
terhadap kebijakan
struktur modal dimana perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
melakukan kegiatan
operasi. Hal ini disebabkan oleh perusahaan besar memiliki kebutuhan dana
yang besar, dan salah
satu pemenuhan kebutuhan akan dana tersebut berasal dari internal dan
eksternal perusahaan.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kebijakan utang suatu
perusahaan
dipengaruhi oleh ukuran besar suatu perusahaan dan menyatakan bahwa besar
ukuran perusahaan
berhubungan positif terhadap rasio utang. Semakin besar ukuran perusahaan
maka semakin besar
pula kemampuan perusahaan untuk memiliki utang kepada pihak eksternal.
Dalam penelitian
Homifar, dkk (1994) juga membuktikan bahwa besaran perusahaan berpengaruh
positif terhadap
leverage perusahaan.
Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar memungkinkan memperoleh
keuntungan
dalam skala ekonomi dengan melakukan pinjaman hutang jangka panjang.
Suatu ukuran
perusahaan
juga menjadi alternatif untuk informasi yang dimiliki oleh pihak eksternal.
Fama and Jensen
(1983) mengatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk memberikan
lebih banyak

informasi kepada lender dari yang kecil. Pada penelitian yang dilakukan
Rajan dan Zingales
Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

(1995), juga mengatakan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung


untuk mengungkapkan
lebih banyak informasi kepada investor luar dari yang kecil.

Struktur Asset dan Struktur Modal


Pecking Order Theory menyatakan bahwa permasalahan utama penentuan
struktur modal
adalah informasi yang tidak simetris (Myers, 1984). Hal ini karena asset
tangibility merupakan
variabel yang sangat menentukan besar kecilnya masalah ini. Aset tidak
berwujud yang semakin
besar akan menyebabkan penilaiannya menjadi se makin sulit disebabkan
karena aset tersebut
sangat dipengaruhi oleh peluang investasi perusahaan dimasa depan, yang
besarnya sulit
diestimasi oleh investor.
Sebaliknya, teori hutang konvensional memprediksi bahwa semakin tinggi
proporsi aset
berwujud menunjukkan kemampuan pengembalian pinjaman yang lebih
baik, sehingga

perusahaan akan memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi.


Hasil penelitian Masidonda, Maski, dan Idrus (1999) menunjukkan hal yang
serupa yakni
struktur aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal. Namun dalam
penelitian Arifin (2001) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh
tidak signifikan
terhadap struktur modal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh signifikan
terhadap
struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan Chen dan Jiang
(2001), menunjukkan
struktur aktiva berkorelasi positif terhadap hutang. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Pandey
(2001), menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.

3. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini, adalah :
1. Pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan
terhadap struktur modal.
2. Untuk karakteristik perusahaan kedua yaitu Investment Opportunity Set
(IOS)
secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
3. Variabel Profitabilitas yang merupakan karakteristik perusahaan ketiga
secara
parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal
4. Untuk variabel resiko bisnis yang merupakan karakteristik perusahaan
keempat
secara parsial berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur
modal.
5. Sedangkan untuk karakteristik perusahaan yang kelima yaitu ukuran
perusahaan

secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap struktur


modal.
6. Dan struktur aktiva sebagai karakteristik perusahaan yang keenam secara
parsial
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal.
7. Sedangkan secara simultan, diperoleh perhitungan statistik yang
menunjukkan
bahwa karakteristik perusahaan, yaitu pertumbuhan perusahaan, investment
opportunity set (ios), profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, dan
struktur
aktiva, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
pengamatan 2006-2007.

Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

DAFTAR PUSTAKA
Adrianto. (2005). Pengujian Teori Pecking Order Pada PerusahaanPerusahaan
Nonkeuangan LQ45 Periode 2001-2005 Social Science Research Network

(SSRN).
Agus, Sartono, (2001). Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta.
Ardi, Hamzah. (2006). Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas,
Solvabilitas,
dan Investment Opportunity Set (IOS) Dalam Tahapan Siklus Kehidupan
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2001
2005, Universitas Trunojoyo, Madura.
Baskin, J. (1989). An Empirical Investigation of the Pecking Order
Hypothesis,
Financial Management, 1(1), 26-35.
Bambang, Riyanto, (2001). Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE,
Yogyakarta
Beaver, W., Kettler, P. dan Scholes, Myron (1970). The Association Between
MarketDetermined Risk Measures. Accounting Review, October, h: 654-682.
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston, (2001). Manajemen Keuangan.
Edisi 8,
Erlangga, Jakarta.
Booth, Laurence, Varouj Aivazian, Asli Deirguc-Kunt, and Vojislav Mksimovic.
(2001).
Capital Structure: Theory and Evidence, Journal of Finance, 39, 857-880.
Cahan,S.F. dan M. Hossan (1996). The Investment Opportunity Setand
DisclosurePolicy
Choice, Asia Pacific Journal of Management 13 (1): 65-85.
Elton, E.J., Martin, J. Grubber, (1994) Modern Portfolio Theory and
Investment
Analysis, Singapore: John Wiley & Son, Inc., Fourth Edition.
Fama, E. Dan Jensen, M.C. (1983). Separation of Ownership and Control,
Journal of
Law and Economics, 26, 301-325.
Fama, E., French, K. (2002). Testing the Pecking Order Theory of Capital
Structure.

Journal of Financial Economis. 67, 217-248.


Fijriati, Tetet, (2000). Analisis Korelasi Pokok IOS dengan Realisasi
Pertumbuhan
Kebijakan Pendanaan dan Dividen, Thesis, Pasca Sarjana FE UGM
Fijrianti, Tettet, Hartono, dan Jogiyanto (2002). Set Kesempatan Investasi:
Konstruksi
Proksi dan Analisis Hubungannya Dengan Kebijakan Pendanaan dan
Dividen.
Journal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 5 (35-51).
Frank, Z, Murray, and Goyal, K., Vidhan. (2007). Capital Structure Decisions:
Which
65
Factors are Reliably Important. Social Science Research Network (SSRN).
Gaver, Jennifer J. Dann Kenneth M. Gaver, (1993). Additional Evidence on
the
Association Between the Investment Opportunity Set and Corporate
Finance,
Dividend, and Compensation Policies, Journal of Accounting & Economics, 16:
125-160.
Ghosh, Arvin, Francis Cai, and Wenhui Li. (2001). The Determinants of
Capital
Structure, American Business Review, 18,2,p.129
Ghozali, Imam. (2001). Statistik Non Parametrik. Semarang, Universitas
Dipenogoro.
Hartono, J.M. (1999) Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta:BPFE,
Yogyakarta.
Volume 19 No.2 Juni 2013

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

Identifying Information Content. Journal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 4


Kieso; Weygandt; Warfield. (2002). Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh, Jilid
2,
Terjemahan Gina Gania, Ichsan Setiyo budi. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Harris, M. and raviv, A. (1991). The Theory of Capital Structure, Journal of
Finance,
XLVI (1), 297-355.
Horngren; Sundem; Elliott. (1999). Pengantar Akuntansi Keuangan. Edisi
Keenam.
Jilid 2. Terjemahan Alfonsusu Sirait. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Horne, Van, James dan Wachowicz, John. (1998). Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi Kesembilan. Buku Dua. Terjemahan Heru Sutopo. Jakarta.
Penerbit Salemba Empat
IAI, (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Penerbit Salemba Empat
Indonesian Stock Exchange. 2005. ISX Statistic 2005
Indonesian Stock Exchange. 2006. ISX Statistic 2006
Indonesian Stock Exchange. 2007. ISX Statistic 2007
Isnaeni, Rokhayati. (2001). Analisis Hubungan Investment Opportunity Set
(IOS)
Dengan Realisasi Pertumbuhan Serta Perbedaan Perusahaan Yang Tumbuh
dan
Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen Di Bursa Efek
Jakarta, Jurnal Smart: Vol 1 No. 2. Januari 2005.
Iswahyuni, dan Sur yanto, (2001). Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh
dan Tidak

Tumbuh Dengan Kebijakan Pendanaan, Dividen, Perubahan Harga Saham


dan
Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta Dengan Pendekatan Asosiasi Proksi
Investment Opportunity Set (IOS), Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2002.
J. Supranto, (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta. BPFE
Jensen, M. C. And Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior,
Agency Costs and Capital Structure, Journal of Financial Economics, 3, 11-25.
Kallapur, Sanjay dan Mark A. Trombley. (1999). The Association Between
Investment
Opportunity Set Proxies and Realized Growth, Journal of Bussiness Finance &
Accounting 26. April/May.
Keown; Martin; Petty; Scott. (2004). Manajemen Keuangan. Jilid 1.
Terjemahan
Haryandini. Penerbit Indeks.
Kurniawan, Heribertus dan Nur, Indriantoro. (2000). Analis is Hubungan
antara Arus
Kas dari Aktivitas Operasi dan Data Akrual dengan Return Saham: Studi Empiris
pada Perusahaan Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntans, Vol.2, No.3.
52-83
Machfoedz, M. (1994). The Usefulness of Financial Ratio in Indonesia. Journal
Kelola.
September: 94-110
Madura, Jeff. (2001). Pengantar Bisnis. Buku Dua. Jakarta. Penerbit Salemba
Empat.
Mardiyah, Aida Ainul, dan Indriantoro, Nur. (2001). Pengaruh Variabel
Akuntansi dan
Data Pasar Terhadap Perceived Risk (Resiko Persepsi) Saham Pada
Perusahaan
Publik Yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 4 No. 3
hal.277-303.
Volume 19 No.2 Juni 2013

Kaaro, Hermeindito. (2002). Searching Proxies of Investment Opportunity


Sets and

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

Journal of Finance, 37, 121-144.


Michaelas, N. Chittenden, F. and Poutziouris, P. (1999). Financial Policy and
Capital
Structure Choice in U.K. SMEs: Empirical Evidence From Company Panel Data,
Small Business Economics, 12, 113-130.
Michell, Suharli. (2003). Pengaruh Profitabilitas dan Investment Opportunity
Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Penguat
(Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002

2003), Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 8 No. 1, Mei 2007.


Modigliani, F. and Miller, M. H. (1963). Corporate Income Tax and the cost of
Capital:
A Correction, American Economic Review, 53(3), 433-443.
Myers, Stewart C, (1984). The Capital Structure Puzzle, Journal of Finance,
V.33,
July: 573-592
Nasruddin, (2001). Faktor Faktor yang Menentukan Keputusan Struktur Modal:
Studi

Empirik pada Perusahaan Industri Farmasi di Bursa Efek Jakarta. Jurnal


Akuntansi dan Investasi Vol 5 Nomor 1 Januari 2004.
Ozkan, Aydin. (2001). Determinants of Capital Structure and Adjustment To Long
Run
target: Evidence from UK Company Panel Data. Journal Business Finance &
Accounting March: 175-198
Rajan, R. G. and Zingales, Luigi (1995). What Do We Know About Capital
Structure?
Some Evidence from International Data. Journal of Finance, 50, 5
Sartono, Agus, Ragil, Sriharto. (1999). Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal
Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Sinergi, Vol 2, No. 2.
Sakaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4, Terjemahan
Kwan
Men yon, Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Sami, Haibatollah, S.M. Simon Ho dan C.K. Kevin Lam, (1999). Association
Between
The Investment Opportunity Set and Corporation Financing, Dividend,
Leasing,
and Compensation Policies: Some Evidence from an Emerging Market, Working
Paper, Presented at program M,Si.-Fakultas Ekonomi UGM, 2nd of August
1999
Sekar, Mayangsari. (1996). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan
Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis. Jurnal Riset
Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1, No.
Smith, JR.CliffordW., dan Ross L. Watts. (1992). The Investment Opportunity Set
and
Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal of Financial
Economic, 2: 263-292
Sriwardany. (2006). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Kebijaksanaan

Struktur Modal Dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada


Perusahaan Manufaktur Tbk. Universitas Sumatera Utara. Medan
Syam-Sunder, L., Myers, s., (1999). Testing Static Trade Off
Order

Againts Packing

Models of Capital Structure. Journal of Financial Economics 51, 219-244


Thies, C. F. and Klock, M. S. (1992). Determinants of Capital Structure,
Review of
Financial Economics, 1(2), 40-53.
Volume 19 No.2 Juni 2013
Marsh, Paul, (1982). The Choice Between Equity and Debt: An Empirical
Study,

ISSN 1858-3202
JURNAL
BINA AKUNTANSI
IBBI

of Finance, XLIII, 1, 1-19.


Tri, Ratnawati. (2000). Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor
Ekstern,
Kesempatan Investasi dan Pertumbuhan Assets Terhadap Keputusan
Pendanaan
Perusahaan yang Terdaftar Pada Bursa Efek Jakarta (Studi pada Industri
Manufaktur Masa Sebelum Krisis dan Saat Krisis). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol 9, No. 2 November 2007.
Tri, Harjanti, Theresia dan Eduardos, Tandelilin. (2007). Pengaruh Firm Size,
Tangible
Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk Pada Struktur Modal

pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di Bursa Efek


Jakarta,
Journal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1, Maret 2007.
Usman, Bakar. (2004). Metodologi Penelitian Akuntansi. Edisi Pertama, Banda
Aceh,
Universitas Syiah Kuala.
Vogt, S.C. (1997). Cash flow and Capital Spending: Evidence from Capital
Expenditure
Announcemenr, Financial Management,: 3-30
Wald, Jhon, K. (1999). How Firm Char acteristics Affect Capital Structure:
An
International Coimparison, Journal of Financial Research, 22(2), 161-187.
Warren; Niswonger; Reeve; Fess. (1999). PrinsipPrinsip Akuntansi. Edisi 19, Jilid
1,
Terjemahan Alfonsus Sirait, Helda Gunawan. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Volume 19 No.2 Juni 2013
Titman, S. And Wessels, R. (1988). The Determinants of Capital Structure, The
Journal

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Perusahaa melakukan merger dan akuisisi harapannya agar kinerja


keuangan
perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah satu tolok ukur kinerja
keuangan
perusahaan adalah rasio keuangan. Seda ngkan dilihat dari sisi investasi
keberhasilan
sua tu perusahaan secara tidak langsung dapat diprediksi dari peningkatkan
harga
sahamnya di bursa saham.

Artikel ini membahas mengena i pengaruh merger dan akuisisi terhadap


kinerja perusahaan publik di Indonesia, yang diukur berda sarkan return
saham dan
rasio keua ngan yang meliputi rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan
profitabilitas.

TINJAUAN TEORETIS
Merger dan Akuisisi
Penggabungan usaha dapat dilakukan melalui merger atau akuisisi. Merger
menurut Foster (1986:460) dalam Usadha dan Yasa (2009) adalah
penggabungan
usa ha dari dua perusahaan atau lebih, tetapi salah satu nama perusahaa
n masih tetap
diguna kan, sedangka n yang lain melebur menjadi satu kesatuan hukum.
Sedangkan
akuisisi menurut Foster (1986) dalam H elga dan Salamun (2006) adalah
pembelian
seluruh atau sebagian besar kepemilikan baik dalam bentuk saham a taupun
aktiva oleh
perusahaan lain. Akuisisi saham dilakuka n dengan cara menga mbilalih atau
membeli
seluruh atau sebagian besa r saham yang telah dikelua rkan oleh
perusahaan yang
diakuisisi dengan menggunakan kas, saha m atau sekuritas lain. Menurut
Payamta dan
Setia wan (2004) denga n akuisisi mengakibatkan
kepada

beralihnya pengendalian

perusahaan lainnya.
Motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi menurut Brigham dan
Houston (2004:468-472) adalah sinergi, pertimbangan pajak, pembelian
aktiva di
bawah biaya penggantinya, diversifikasi, insentif pribadi manajer, nilai
residu. Selain

dari beberapa motif di atas, Sinuraya (1999:180-181) juga mengemukakan


alasan
alasan dilakukannya merger. Alasan-alasan tersebut mungkin tidak mutually
exclusive
tetapi dipertimbangkan bersama -sama yaitu untuk bisa beroperasi dengan
lebih
ekonomis, memeroleh manajemen yang lebih baik, penghematan pajak
yang belum
dima nfaatkan, untuk mema nfaatkan da na yang menganggur
ISSN 2354-5550
2

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Gie (1992) dalam Paya mta dan Setiawan (2004) mencatat beberapa
manfaat
merger dan akuisisi yaitu: komplementaris, pooling kekuatan, mengurangi
persaingan,
menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia sebagai satu-satunya aturan atau
undang-undang akuntansi di Indonesia, juga mengatur mengenai
penggabungan usaha.
Terdapat tiga pernyataan yang menga tur mengenai penggabungan usaha,
yaitu SAK
No. 4, SAK No. 22, SAK No. 38.

Analisis rasio keuangan dan return saham sebagai alat ukur kinerja pe rusahaan
Menurut Payamta dan Setiawan (2004) kinerja merupakan hasil
nyata yang
dicapai yang dipergunakan untuk menunja ng kegiatan dalam sua tu
perusahaan.

Pengukuran kinerja suatu perusahaan da pat dilihat dari rasio keuangan


ataupun return
saham. Informasi rasio keuangan bersumber pada laporan keuangan
perusahaan yang
bersangkutan.
Menurut Subramanyam dan Wild (2010:42) analisis rasio dapat
mengungkapkan hubunga n penting dan menjadi dasar perbandingan dala
m
menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan
mempelajari masingmasing komponen yang membentuk rasio.
Menurut Brigham dan Houston (2001:78) dari sudut pandang investor,
analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depa n,
sedangkan dari
sudut pandang manajemen, analisis laporan keua ngan digunakan untuk
membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai
titik a wal
untuk perencananaan tindakan yang akan memengaruhi peristiwa di masa
depan.
Menurut Halim (2003;30) dalam konteks manajemen investasi return
adalah
merupa kan imbalan yang diperoleh dari investasi. Menurut Payamta dan
Setiawan
(2004) peningkatan kinerja perusahaan akan tercermin denga n peningkatan
return
saham. Penga matan return saham diguna kan untuk menilai kinerja perusa
haan dalam
jangka pendek.

ISSN 2354-5550
3

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian di Indonesia telah dilakukan untuk menganalisis penga ruh
merger dan akuisisi terha dap kinerja keuangan. Di antaranya adalah yang
dilakukan
oleh Payamta dan Setiawa n (2004) yang meneliti penga ruh merger dan
akuisisi
terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan mer ger dan
akuisisi antara
tahun 1990-1996 dengan menggunakan rasio keuangan. Penelitian ini
menunjukkan
bahwa, kinerja perusahaan manufaktur setelah mela kukan merger dan akuisisi
ternyata
tidak mengalami perbaikan denga n sebelum melaksanakan merger dan
akuisisi. Hasil
pengujia n ini juga diperkuat dengan hasil pengujian terhadap abnormal
return
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Abnormal return sesudah
pengumuman merger da n akuisisi bernilai negatif, sedangkan abnormal
return
sebelum pengumuma n mer ger dan akuisisi bernilai positif. Artinya kinerja
perusahaan
dari sisi kinerja saham menga lami penurunan setelah pengumuman
merger da n
akuisisi.
Helga dan Salamun (2006) mela kukan penelitian pada 30 sampel
perusahaan
go public yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002
untuk

mengetahui apakah peristiwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap


penga mbilan
keputusan ekonomi.
dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas merger

akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah go public tidak


berpengaruh
secara signifikan terhadap pengumuman merger dan akuisisi. Dari
penelitian ini juga
dapa t disimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa merger dan akuisisi
tidak
menciptakan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan abnormal return.
Meta (2009) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan merger dan
akuisisi yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi
pada saat sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasilnya
menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah
merger dan
akuisisi.
Peneliti lain yang mengguna kan rasio keuangan adalah Usadha dan Yasa
(2009) yang menggunakan rasio keuangan yang dikelompokkan ke dalam
tiga rasio,
yaitu rasio likuiditas rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Penelitian
dilakukan
ISSN 2354-5550
4

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

terhadap 10 perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia


selama tahun
2001-2002. Peneliti menemukan bahwa current ratio dan return on
investment secara
statistik mengalami penurunan secara siginifkan setelah melakuka n merger
dan
akuisisi, sedangkan debt to equity ratio yang mengalami peningkatan yang
signifikan
pada periode satu tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil tersebut
mencerminkan
terjadinya penurunan kinerja perusahaan setelah melakukan merger da n
tida k
menghasilkan nilai tambah atau sinergi.
Dan peneliti selanjutnya ada lah Santoso (2010), menggunakan rasio
efisiensi
yang diukur dengan DEA (Data Envelopment Analysis) yang dipergunakan
untuk
perbandingan kinerja bank dengan menggunakan rasio CAMEL. Hasil uji
efisiensi
dengan metode DEA menunjukkan bahwa hanya 1 bank, yaitu Mandiri ya
ng
memunyai kinerja efisien dan stabil setelah melakukan merger. Dan hasil
untuk uji
efisiensi sebelum dan sesudah merger menunjukkan bahwa tidak semua
tindakan
merger akan menghasilkan perbaikan kinerja yang signifikan pada bank-ba
nk yang
melakukan merger dengan kondisi sebelumnya. Hanya terdapat 5 buah
bank yang
mengalami perbaikan kinerja efisiensi secara signifikan. Peneliti juga
menyimpulkan
bahwa kinerja (hasil merger) ditentukan oleh masing-masing skor efisiensi bank.

Perumusan Hipotesis

Penelitian ini memperluas cakupan masa penelitian dari 1 tahun sebelum da


n
membandingkannya dengan 4 tahun berturut-turut setelah melakukan
merger dan
akuisisi untuk lebih mendapatkan gambaran pengaruh sebelum dan setelah mer
ger dan
akuisisi, dibandingka n dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk
mengukur
return saham digunakan periode jendela 5 hari, yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari
setelah
merger dan akuisisi. Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t
test.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : kinerja perusa haan tida k berbeda secara signifikan antara sebelum
dan setelah
melakukan merger dan akuisisi.
Ha :
kinerja perusahaan berbeda secara signifikan antara sebelum dan
setelah
melakukan merger dan akuisisi

ISSN 2354-5550
5

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupaka n penelitian kuantitatif yang bertujua n untuk
mengetahui
publik yang

pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengamatan dilakukan pada perusahaan


yang
melakukan merger dan akuisisi tahun 2005-2007. Data laporan
keuangannya periode
tahun 2004-2011karena penelitian dilakukan untuk 1 tahun sebelum dan
membandingkannya dengan 4 ta hun berturut-turut setelah merger dan akuisisi.

Operasional Variabel
Variabel Independend atau Variabel Bebas (X) adalah merger dan akuisisi.
Merger adalah penggabungan usaha dari dua perusahaan atau lebih, tetapi
salah satu
nama perusahaan masih tetap digunakan, sedangkan yang la in mele bur
menjadi satu
kesatuan hukum. Sedangka n akuisisi adala h pengambilalihan seluruh atau
sebagian
besar saham perusahaa n ya ng mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap
perusahaan yang bersangkutan.
Variabel Dependend atau Variabel Terika t (Y)adalah kinerja keuangan dengan
indikator empat rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas
dan rasio profitabilitas dan return saha m.

Tabel 1
Rasio Kinerja Keuangan

Rasio kinerja
Rumus
keuangan
Rasio Likuiditas

Current Ratio =

Quick Ratio =

Rasio Aktivitas

Inventory Turnover =

Total Asset Turnover =


ISSN 2354-5550
6

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Rasio Solvabilitas

Debt Ratio=

Total debt to equity =

Rasio Profitabilitas

Return on Total Assets =

Return on Common Equity =

Net Profit Margin =


Operating Profit Margin =

Sumber: Weston dan Brigham (1994) dan Brigham dan Houston (2001)

Return saham dalam penelitian ini adalah return saham yang abnormal
(abnormal
return). Abnormal return merupakan selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya (actual return) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected
return).
Keterangan:
= abnormal return sa ham i pada hari ke t
=

= actual return sa ham i pada hari ke t

= return pasar saham pada hari ke t


Actual return return saham diperoleh denga n mencari selisih a ntara harga
saham
penutupan harian dikurangi harga saham hari sebelumnya kemudian diba gi
dan harga
saham hari sebelumnya.
Keterangan:

= actual return saham i pa da hari ke t


=

= harga saham i pada hari ke t


= harga saha m i pada hari ke t-1

Expected return dihitung dengan menggunakan Market Adjusted Model.


Dalam
model ini expected return merupakan return saham yang diukur dengan
mengguna kan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), return ini diperoleh dengan cara
mencari
ISSN 2354-5550
7

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

selisih antara IHSG pada hari tertentu dikurangi IHSG hari sebelumnya
kemudian
dibagi IHSG hari sebelumnya.
Keterangan:

= return pasar

= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t


CAR =
= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1

Rata-rata cumulative abnormal return (CAR) da pat dihitung dengan


menjumlahkan
rata-rata tingkat pengembalian abnormal (AR) setelah periode event secara
kumulatif,

yaitu rata-rata CAR hari sebelumnya dita mbah dengan rata -rata abnormal
return hari
berikutnya.

Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa da ta sekunder
dari
laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Periode penga matan tahun 2004-2011 pa da perusahaan yang telah
mempublikasikan
laporan keuangannya yang memunyai aktivitas merger dan akuisisi yang
dilakukan
pada ta hun 2005-2007. Tanggal merger dan akuisisi dapat diketahui
secara jelas dan
sahamnya diperdagangkan secara aktif. Data harga saham yang digunakan
a dalah
periode 5 hari, yaitu 5 hari sebelum merger dan akuisisi dan 5 hari setelah
merger da n
akuisisi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


1) Uji Normalitas Rasio Keuangan
Uji norma litas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Tujuan
pengujia n ini untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal jika
nilai
probabilitas > ta raf signifikansi ya ng ditetapkan(a=0,05). Jika hasil uji
menunjukkan
sampel/data berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan
adalah uji
parametrik. Tetapi apa bila sampel/data berdistribusi tidak normal ma ka uji
beda yang

akan digunakan adalah uji non parametrik.


ISSN 2354-5550
8

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Tabel 2
Hasil uji normalitas rasio keua ngan
RASIO PROB.1TH
PROB.1TH
PROB.2TH
PROB.3TH
PROB.4TH
SEBELUM
SETELAH
SETELAH
SETELAH
SETELAH
Current Ratio 0,419 0,103 0,099 0,253 0,0695
Quick Ratio 0,128 0,1735 0,1205 0,3 0,2285
Inventory Turnover 0,0475(*) 0,09 0,151 0,231 0,0665
Total Asset
Turnover
0,4925 0,486 0,496 0,441 0,499
Debt Ratio 0,3685 0,4985 0,3765 0,465 0,1475
Debt Ratio To
Equity

0,238 0,1275 0,4 0,0045(*) 0,0125(*)


ROA 0,288 0,1105 0,4585 0,304 0,4905
ROE 0,3265 0,045(*) 0,16 0,005(*) 0,4985
NPM 0,1305 0,0295(*) 0,03(*) 0,0165(*) 0,0235(*)
OPM 0,132 0,032(*) 0,016(*) 0,01(*) 0,0075(*)
(*) berdistribusi tidak normal, Probabilitas < (a=0,05)
Berdasarkan hasil uji norma lita s di atas, terlihat bahwa sebagian besar
sampel
berdistribusi normal yaitu sebesar 74 %, sedangkan untuk sampel yang
tida k
berdistribusi normal sebesar 26%.
disimpulkan

Maka data rasio keuangan dapat

berdistribusi normal. Sesuai dengan asumsi normalitas maka uji statistik


yang akan
dipakai untuk rasio keuangan a dalah uji parametrik, yaitu uji Paired Sample T
test.

ISSN 2354-5550
9

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

2) Uji Normalitas Return Saham


Table 3
Uji normalitas untuk Return Saham
One-Sample K olmogorov-Smirnov Test

5 hari sebelum 5 hari setelah


N
11 11
Normal Parametersa, ,b Mean -.0173155 .1398118
Std. Deviation .03774551 .50078835
Most Extreme
Differ ences
Absolute .372 .358
Positive .247 .358
Negative -.372 -.262
Kolmogorov-Smirnov Z 1.235 1.188
Asymp. Sig. (2-tailed) .095 .119
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari tabel di atas sampel Return Saham setelah merger akuisisi


berdistribusi normal,
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) <
Saham

a, yaitu 0.0475 < 0.05. sedangkan Return

sebelum merger akuisisi tidak berdistibusi normal, namun ka rena nilai Asymp.
Sig. (2tailed) tidak terlalu kec il jika dibandingkan dengan a maka dipilih untuk
menggunakan uji parametrik, yaitu Paired Sample T test.

3) Uji Paired Sample T test Untuk Rasio Keuangan


Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keua nga n
perusahaan antara
sesudah dan sebelum mer ger dan akuisisi, ma ka dilanjutkan dengan Uji Paired
Sample
T test dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17.

ISSN 2354-5550
10

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Tabel 4
Hasil Paired Sample T Test

1 tahun sebelu m dan

1 tahun

1 tahun sebelum dan


1 tahun sebelum dan

2
3

1 tahun sebelum dan 4 tahun


No. Ha Rasio-rasio
setelah merger akuisisi
tahun setelah merg er akuisisi
tahun setelah merger aku isisi
etelah merger akuisisi
keuangan
T hit Sig(2
Simpulan T
Sig (2
tailed)
Simpulan T
Sig (2
tailed)
simpulan T
Sig (2
tailed)
simpulan
tailed)
hit
hit
hit
1

CR -0.981 0,350 Ha ditolak -

0.308 Ha ditolak 0.148 Ha ditolak 0.177 Ha ditolak


1.0
75
1.5
69
1.4
52
2

QR -0.223 0.828 Ha ditolak -

0.7301 Ha ditolak 0.263 Ha ditolak 0.176 Ha ditolak


0.3
54
1.1
86
1.4
56
3

inventory

1.026 0.329 Ha ditolak 1.3


0.196 Ha ditolak 1.1
0.279 Ha ditolak 1.1
0.290 Ha ditolak
TO
85
44
18

total asset

-0.923 0.378 Ha ditolak 0.506 Ha ditolak 0.381 Ha ditolak 0.38 Ha ditolak


TO
0.6
90
0.9
16
0.9
19
5

DR 1.360 0.204 Ha ditolak 0.5

0.61 Ha ditolak 0.2


0.773 Ha ditolak 1.3
0.2 Ha ditolak
26
96
71
6

DR to

0.229 0.823 Ha ditolak 0.774 Ha ditolak 1.0


0.305 Ha ditolak 0.9
0.379 Ha ditolak
equity
0.2
95
81

21
7

ROA -0.46 0.656 Ha ditolak -

0.124 Ha ditolak 0.28 3 Ha ditolak 0.055 Ha diterima


1,6
78
1.1
34
2.1
76
8

ROE 0.806 0.439 Ha ditolak 0.4

0.632 Ha ditolak 0.347 Ha ditolak 0.836 Ha ditolak


94
0.9
86
0.2
12
9

Net PM 0.562 0.578 Ha ditolak 0.1

0.886 Ha ditolak 0.5


0.563 Ha ditolak 0.3
0.767 Ha ditolak
47
99
04
10

Operating

-1.292 0.226 Ha ditolak 0.106 Ha ditolak 0.121 Ha ditolak 0.3


0.706 Ha ditolak
PM
1.7
77
1.6
96
88
11

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Pada Tabel 4 terlihat bahwa dari 10 rasio keuangan yang diuji, dengan
tingkat
signifikansi 0.05 hampir semuanya tidak signifikan. Hal tersebut terlihat
dari nilai
asym sig. > a = 5% dan t hitung < t tabel = 1.8125 sehingga sampai
ditolak
dan Ho masing-masing diterima. Hal tersebut memiliki makna bahwa
merger da n
akuisisi tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Fakta ini
mengungkapkan bahwa keputusan perusahaan untuk melakukan merger
dan akuisisi
bukan untuk tujuan ekonomis, tetapi lebih ke motif sinergi. Hanya rasio
return on

total asset yang berbeda secara signifika n untuk 1 tahun sebelum dan 4
tahun sesudah
merger da n akuisisi. Hal tersebut tampak pada nilai asym sig (0.0275)< a (5%)
dan t
hitung yang bera da pada daerah terima.
Perbandingan Return Saham 5 Ha ri Sebelum dan 5 Hari Setelah Merger
dan
Akuisisi. Hasil pengujia n secara jelas dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 5
Hasil Paired Sample T Test
5 hari sebelum dan 5 hari setelah merger akuisisi
Keterangan T hitung Sig.(2-tailed) Kesimpulan
Return Saham -0.973 0.353 Ha ditolak

Dari tabel 5 terlihat bahwa dengan tingkat signifika nsi sig. 0.05 Return
saham tidak
memiliki perbedaan secara signifikan. Hal tersebut terlihat dari nilai asym
sig. > a =
5% dan t hitung < t tabel = 2.1318 sehingga ditola k dan Ho diterima.
Fakta
tersebut menyimpulkan bahwa investor beranggapan bahwa merger dan
akuisisi yang
dilakuka n tidak memberikan siner gi atau manfaat ekonomis bagi perusahaan.

Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa tida
k
ada perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang
melakukan
merger dan akuisisi dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode 1 tahun
sebelum
dan 4 tahun berturut-turut setelah merger dan akuisisi, meskipun terdapat
satu rasio

keuangan yang ada perbedaannya yaitu return on total asset, untuk


periode
perbandingan 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah merger dan akuisisi,
akan tetapi
ISSN 2354-5550
12

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa merger dan akuisisi dapat
meningkatka n
kinerja ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga diperkuat
dengan hasil
pengujia n terhadap return saham perusahaaan. Pengujian dilakukan pada
periode
jendela 5 hari yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari setelah melakukan merger dan
akuisisi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada return
saham perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta
dan Setia wan (2004) yang meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja
perusahaan dengan sa mpel perusahaan ma nufaktur yang melakukan
merger da n
akuisisi pada periode tahun 1990-1996, dengan menguji rasio dan return
saham.
Hasilnya menyatakan bahwa tidak adanya perubahan yang signifikan terjadi
pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan periode
pengamatan 2 tahun
sebelum dan 2 tahun setelah merger da n akuisisi.

Selain itu juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Helga dan
Salamun (2006) pada perusahaan go public yang melakukan merger dan
akuisisi
selama tahun 2000-2002. Peneliti menggunakan indikator abnormal return.
Hasil dari
penelitia n menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
abnormal
return sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi.

KESIMPULAN
Analisis penga ruh merger dan akuisisi terhadap perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dila kukan dengan menguji rasio
keuangan da n
return saham. Hasil uji statistik untuk rasio keuanga n perusahaan pada periode
1 tahun
sebelum dan 4 tahun berturut-turut setelah merger dan akuisisi
menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan setelah perusahaan melakukan merger
da n
akuisisi. Sedangkan pada periode 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah
merger dan
akuisisi hanya Return On Total Asset yang berubah secara signifikan.Walaupun
ada 1
rasio ya ng berubah secara signifikan namun hal tersebut tidak
memberikan cukup
bukti bahwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Penelitian terhadap rasio keuangan juga diperkuat dengan hasil pengujian
terhadap return saham perusahaaan. Pengujian dilakukan pada periode
jendela 5 hari
ISSN 2354-5550
13

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari setela h melakukan merger dan akuisisi.
Hasil
pengujia n menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
return
saham perusahaan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi. Fakta
tersebut
menyimpulkan bahwa investor beranggapan bahwa merger dan akuisisi
yang
dilakuka n tidak memberikan ma nfaat ekonomis bagi perusahaan.
Motif sinergi yang dapa t menghasilkan peningkatan ekonomi perusahaan
setelah melakuka n merger dan akuisisi ternyata bukanlah menjadi faktor
utama
perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi. Terdapat pertimbangan lain
seperti
penyelamatan perusahaan dari kebangkrutan, motif pribadi atau alasan lain
yang tida k
dapa t dilihat secara langsung pengaruhnya terhadap kinerja keuanga n perusa
haan.

DAFTAR PUSTAKA

Brigha m, Eugene F. & Houston, Joel F. (2001). Fundamentals of Financial


Management (Manajemen Keuangan). Jilid 1. Edisi 8.Terjemahan Dodo
Suharto dan Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga.
---------------------------------------------------. (2004). Fundamentals of Financial
Management (Dasar-Dasar Manajemen K euangan). Jilid 2. Edisi
10.Terjemahan Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul.(2003). Analisis Investasi. Edisi 1. Jakarta: Salemba empat.


Helga, Leo.
dan

& Salamun, Suyono. (2006). Pengaruh Pengumuman Merger

Akuisisi Terhadap Return Saham Pengakuisisi di Bursa Efek Jaka rta Pada
Tahun 2000-2002. Vol 1, Mei 2006.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. IAI. Jakarta.
. (2010). Standar Akuntansi Keuangan. IAI. Jakarta.
Meta, Annisa CW. (2009). Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Perusahaa n Pengakuisisi Sebelum dan Sesuda h Merger dan Akuisisi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009.
ISSN 2354-5550
14

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Payamta. & Setiawan, Doddy. (2004). Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi
Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurna l Riset Akuntansi
Indonesia. Vol.7(3): 265-282.
Putra, I Nyoma n Wija na Asmara. (2004). Merger dan Akuisisi: Menambah
Manfaat
atau Masalah. Vol.9. No. 1, hlm. 86-92.
Santoso, T Ruddy. (2010). Pengaruh Merger Dan Akuisisi Terhadap Efisiensi
Perbankan di Indonesia. Jurnal akuntansi dan keuangan.Vol.12(2):102-128.
Sinuraya, Murthada. (1999). Teori Manajemen K euangan (Edisi Revisi).
Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Subramanyam, K.R. & Wild, John J. (2010). Financial Statement Analysis
(Analisis

Laporan Keuangan). Jilid 1. Edisi 10. Terjemahan Dewi Yanti. Jakarta:


Salemba Empat.
Usadha , I Putu A. & Yasa, Gerianta W. (2009). Analisis Manajemen Laba dan
Kinerja
Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Vol.4, No. 2 Juli 2009.
Weston, J.Fred. & Brigham, Eugene F. (1994). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan.
Jilid 1. Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

ISSN 2354-5550
15

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN


STUDI KASUS PADA BANK-BANK YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

Imelda Christi
Perbanas Institute

Inung Wijayanti
Perbanas Institute

ABSTRACT
This research is designed to find out the correlation between net profit,
operation cash flow and the policy of cash dividend
in jakarta

in registered banks

Stock exchange from 2007-2011. In this research, based on multiple and


time series
data. Sample used in this research is 9 (nine) banks which divide dividends
orderly
from 2007-2011 which is registered in Jakarta Stock Exchange. Sample
method used
is non probability sampling. The result showed significant positive
correlation
between net profit, operation cash flow to the policy of cash dividend
registered
banks in Jakarta Stock Exchange (JSE).

in

Keywords: Net Profit, operation cash flow, and the policy of cash dividend.

L
PENDAHULUAN
aporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber infor masi sangat
penting yang dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan serta pihak-pihak
yang
berkepentingan
2012).

untuk mendukung pengambilan keputusan ( Qodriyah,

Informasi tersebut harus dapat dipaha mi oleh seluruh pihak yang


memunyai
pengetahuan tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
ketekunan yang

memunyai

cukup mema dai untuk mempelajari informasi tersebut (Wijayanti dan Supatmi,
2008).
Investor biasanya dalam menilai kinerja perusahaan lebih cenderung
melihat laba
yang diperoleh perusahaan,
adalah

karena banyak yang beranggapan bahwa laba

sebuah nilai yang dapat mencerminkan kondisi perusahaan, selain itu laporan
arus kas
juga dianggap sebagai parameter dalam pengukuran kinerja perusa haan
(Qodriyah,
ISSN 2354-5550
16

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

2012). Pendapat tersebut juga didukung oleh Hamzah, (2007) yang


mengataka n

bahwa dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sumber informasi yang


digunakan
adalah laba, dividen dan laporan arus kas. Laporan
kemampuan

arus kas memunya i

untuk meningka tkan daya banding pelaporan keua nga n kinerja operasi
berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perla kuan
akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Dividen sebagai keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham
merupa kan informasi yang dibutuhkan oleh investor. Kebijakan dividen
adala h
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pada
pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan da lam bentuk la ba dita han guna
pembiayaan
investasi di masa datang. Kebijaka n dividen ini dipilih setelah
mempertimbangkan
kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan.
2007).

(Hamza h,

Menurut Wijayanti dan Supatmi (2008), salah satu informasi yang direspon
oleh
investor adalah pengumuma n pembayaran dividen. Respon pa sar atas
informasi
tentang pengumuman dividen dan pengeluaran modal diduga ikut
dipengaruhi
besarnya arus ka s bebas yang dimiliki perusahaan. Perusa haan yang memiliki
arus kas
bebas memunyai dua pilihan, yaitu membaya rkan sebagai dividen kepada
pemegang
saham atau menginvestasikan kembali pada proyek-proyek yang dapat
menghasilkan
keuntungan. Pendapat yang sama dikataka n oleh Hery (2009) bahwa
perusahaan

hanya akan menaikkan dividen apabila laba perusahaan akan naik. Laba
bersih da n
arus kas operasi selalu dikaitkan sebagai salah satu indikator kemampuan
perusahaan
dalam membayar dividen sehingga perusahaan cenderung memelihara
kebijaka n
dividen secara teratur. Suatu perusahaan yang menaikkan pembaya ran
dividen aka n
dipandang memunyai harapan baik di masa a kan datang,
harapan a rus kas

karena

yang sema kin meningkat yang dapat digunakan dalam pembayaran dividen.
Sehingga
dividen dapat memberikan informasi mengenai arus kas di masa yang akan
datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali
n
arus kas operasi terhadap kebijakan dividen kas
terdaftar di

pengaruh

laba bersih da

pada bank-bank yang

Bursa Efek Indonesia.

ISSN 2354-5550
17

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

KAJIAN TEORI
Kebijakan Divide n
Deitiana (2011), dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para
pemega ng saham secara proporsional yang besarnya telah ditentukan
dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).


dividen

Sedangkan menurut Baridwan (2004)

adalah pembagian laba kepada para pemegang saham yang jumla hnya
sebanding
dengan jumla h sa ham yang dimiliki. Hin (2001) dalam Deitiana (2011)
menyatakan
bahwa
dividend payout ratio merupakan perbandingan dividen yang
diberikan ke
pemega ng saha m dan laba bersih per saham. Kebijakan dividen merupakan
kebijakan
untuk menentukan berapa laba bersih yang akan dibagi kepada para
pemegang saha m
sebagai dividen dan berapa laba bersih yang akan diinvestasikan kembali
ke
perusahaan sebagai laba ditahan (Deitiana, 2011)

Hubungan Laba Bersih dan

Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan D ividen

Kas
Hery (2009),

laba adalah suatu jumlah

di mana perusa haan dapat

mengembalikan ke investornya dan masih menyisakan untuk perusa haan


pada akhir
periode untuk dibawa ke periode berikutnya. Laba diukur sebagai selisih
antara arus
masuk sumber daya (pendapatan dan keuntungan) dan arus keluar (beban
dan
kerugia n) selama periode waktu tertentu.
(2007),

Menurut Ghoza li dan Anis

informasi tentang laba perusahaan dapat diguna kan di antaranya sebagai


indikator
efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudka n dalam
tingkat pengemba lia n
dasar
pembagian dividen.

(rate of return on invested capital), da n sebagai

Menurut Sundjaja dan Inge (2002), faktor-faktor yang

memengaruhi kebijakan dividen, di antaranya stabilitas laba. Menurut


Oktorina dan
Michell (2007), merumuskan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemega ng
saham perusahaan seba nding dengan jumlah saham yang dipegang oleh
masingmasing pemilik. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK
No.23
mendefinisikan
ekuitas

dividen sebagai distribusi laba kepada pemega ng investasi

sesuai denga n proporsi mereka dari jenis modal tertentu.


Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan H ermi (2004) menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas.
Penelitian ini
juga didukung oleh Hery (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang
signifikan anta ra laba bersih dan dividen kas yang berhubungan cukup
kuat da n
positif. Begitu pula a ntara arus kas operasi dan dividen kas terdapat
pengaruh
signifikan yang berhubungan kua t dan positif.
(2010)

Penelitian oleh Mauziah

ISSN 2354-5550
18

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas operasi baik secara
simultan maupun
partial berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusaha an
manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


meneliti

Surya dala m Mauziah (2010)

yang

pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas terhadap Dividen Kas
(Studi pada
Emiten Manufa ktur di Bursa Efek Jakarta) menunjukkan laba bersih dan
arus kas
operasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap dividen kas. Penelitian
yang
dilakuka n Triyono dan Jogiyanto (2000) menguji hubungan kandungan
informasi arus
kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi
berbeda-beda
terhadap return saham. Dari
tersebut maka

memunyai pengaruh yang

beberapa hasil penelitian sebelumnya

dapa t dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


H1 = Laba bersih berpengaruh terhadap kebijakan dividen
H2 = Arus kas berpengaruh terha dap kebijakan dividen
H3 = Laba bersih dan arus kas berpengaruh secara bersama -sama terhadap
kebijakan dividen

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua variabel, ya itu variabel bebas dan
variabel
terikat. Variabel bebasnya adalah laba bersih setela h dikurangi pajak
(Pajak Badan)
yang diberi simbol X1, dan arus kas operasi yang diberi simbol X2 . Variabel
terikatnya
adalah kebijakan dividen yang diberi simbol Y. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif,
metode ya ng diguna kan
adalah untuk

adalah metode uji hipotesis dan tujuannya

menganalisis pengaruh laba bersih, arus kas operasi terhadap kebijakan


dividen kas.

Sampel dalam penelitia n ini adalah bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
yang dapat diunduh situs website www.idx.co.id. Metode pengambilan sa mpel
adala h
non-probability sampling. Teknik penga mbilan sampel denga n cara
purposive
sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel adalah populasi yang
memunyai
kriteria tertentu sesuai ya ng dikehendaki peneliti
yang

yaitu 9 (sembilan) bank

membagikan dividen kas selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2007-2011.
Dalam penelitian ini metode pengujian variabel yang diguna kan ada la h
dengan melakukan uji statistik regresi linier berganda dan kor elasi dengan
tingkat
signifikansi (a) 5%.
adalah

Langkah-langkah dalam menganalisis penelitian ini

ISSN 2354-5550
19

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

perhitungan uji asumsi klasik yang meliputi uji kenormalan, uji


multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi.
analisis

Selanjutnya dilakukan perhitungan

regresi dan korelasi dengan uji t dan uji f.


terinci dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1: Operasional Variabel


Variabel Singkatan Konsep variabel Indikator

Operasional variabel secara

- Pendapatan
- Beban
- Keuntungan
- Kerugian

Laba bersih LB Laba bersih atau rugi


bersih adalah

selisih

antara pendapatan dan


beban.
Arus Kas AK Jumlah arus kas
- Laporan laba bersih
- Laporan arus kas operasi
masuk dan arus kas
keluar secara tunai
Kebijakan
Dividen
KDK Dividen adalah laba
- Dividen kas
yang dibagikan kepada
pemegang saham
berdasarkan hasil
keputusan Rapat
Umum Pemegang
Saham (RUPS)

PEMBAHASAN
Hasil analisis korelasi Product Moment Pearson antara variabel laba bersih
(X1 ) dan arus kas operasi (X2) dengan kebija kan dividen (Y) memunyai
hubungan

positif dengan tingkat kuat yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0.608.
Artinya jika
nilai laba bersih (X1) dan
maka kebijakan

arus kas operasi naik atau semakin besar,

dividen (Y) juga akan naik atau semakin besar.


korelasi pada

Signifikansi koefisien

2
n
r
=
tingkat

= 0,05 ditunjukkan denga n besa rnya nilai t-u ji =

1
r

2
ISSN 2354-5550
20

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

2
45
608
.
0
= 5,021 > t-ta be l = t 0. 02 5; 43 = 2,021 dan dengan probabilitas
signifikansi
608

.
0
1

2
sebesar 0,000 < 0.05 maka hal ini menunjukkan hubungan positif antara
laba bersih
(X1 ), arus kas operasi (X2) dan kebijakan dividen (Y) tersebut signifikan.
Berdasarkan
hasil uji ini maka hipotesis penelitian dapat diterima.
Sementara itu hasil analisis uji regresi dengan variabel dependen
kebijakan
dividen dan variabel independen laba bersih dan arus kas operasi,
menunjukka n
bahwa model regresi dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 < taraf nyata
(0,05),
menunjukkan model adalah signifikan, hal ini berarti hipotesis penelitian
diterima.
Nilai konstanta a (intercept) sebesar 1,083 dan koefisien regresi b1
(slope) X1: laba
bersih sebesar 0,387 dan koefisien regresi b2 (slope) X2 : arus kas
operasi sebesar
0,399, dengan demikian diperoleh persamaan matematis regresi linear
sederhana
untuk menyatakan pengaruh laba bersih (X1 ) dan arus kas operasi (X2)
denga n

,
0

387
,
0
083
,
1
X
X
Y
kebija kan dividen (Y):

1 399
2
Interpretasi dari persamaan regresi tersebut ada lah sebagai berikut:
1) Nilai konstanta sebesar 1,083 menunjukkan rata-rata kebijakan dividen
(Y)
sebesar 1,083 jika nilai X1 = laba bersih dan X2 = arus kas operasi
diasumsikan
tetap.
2) Nilai koefisien r egresi b1 (slope) sebesar 0,387 menunjukkan besarnya
penga ruh
X1 = laba bersih terhadap kebijakan dividen (Y) adalah positif, jika nilai X1 =
laba
bersih naik satu satuan, maka Y = kebijakan dividen akan naik sebesar 0,387.
3) Nilai koefisien r egresi b2 (slope) sebesar 0,399 menunjukkan besarnya
penga ruh
X2 = arus kas operasi terhadap kebijakan dividen (Y) adalah positif, jika nilai X2
=
aras kas operasi naik satu satuan, maka Y=kebijakan dividen akan naik
sebesar
0,399.

Kemudian besarnya kontribusi laba bersih dan arus kas operasi dalam
menjelaskan variabilitas kebijakan dividen diukur dengan koefisien
determinasi. Nilai
koefisien korelasi r sebesar 0.608 dan nilai r2 sebesar 0.369 artinya kontribusi
variabel
laba bersih (X1) dan arus kas operasi (X2 ) dalam menjelaskan variabilitas
kebijakan
dividen sebesar 36,9% dan sisanya 63,1% dijelaskan oleh variabel lain
yang tida k
ISSN 2354-5550
21

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

dimasukkan dalam model. Dengan demikian pengaruh la ba bersih (X 1)


dan arus kas
operasi (X2) terhadap kebijakan dividen cukup berpengaruh, walaupun
masih ada
variabel atau fa ktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan hipotesis perta ma bahwa terdapat pengaruh laba bersih
terhadap
kebija kan dividen kas. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi yang
positif, yang
berarti terdapat hubungan positif a ntara laba terhadap kebijakan dividen
kas.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Murtanto
(2004), yang
menyatakan bahwa ada hubungan ya ng signifikan antara laba akuntansi da n
laba tunai
dengan dividen kas. Hermi dalam Hery (2009) juga menyatakan bahwa
besaran laba

bersih perusahaan berhubungan seca ra positif dengan besara n dividen kas


perusahaan.
Hasil penelitian Hery (2009) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh ya
ng
signifikan antara laba bersih dan dividen kas.
menyatakan bahwa

Hipotesis kedua

terdapat pengaruh antara arus kas operasi dan kebijakan dividen, yang
dapat dilihat
dari adanya nilai positif dari koefisien korelasi. Pengaruh arus kas dan
dividen kas
positif. Hasil ini juga didukung oleh Hery (2009), yang menyatakan bahwa
besaran
arus kas operasi perusahaan berhubungan secara positif denga n besaran
dividen kas
perusahaan tersebut.
antara laba

Hipotesis ketiga menyatakan terdapat pengaruh

bersih dan arus kas operasi secara bersama-sama terhadap kebijakan dividen
kas. Hal
ini ditunjukkan dengan Sig hitung lebih kecil dari Sig tabel, maka
kesimpulan yang
dapa t dia mbil adalah laba bersih dan arus kas operasi secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap dividen kas.
Besarnya pengaruh X dan Y sebesar R2 = 36,9%, artinya konstribusi Laba
bersih (X1) da n arus kas operasi (X2) terhadap Y sebesar 36,9% dan
sisanya sebesa r
63,1% oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan positif
kas

secara signifikan antara laba bersih dan arus

operasi terhadap kebijakan dividen kas dan memunyai pengaruh yang


positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal


kas pada

ini menunjukkan bahwa dividen

bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 ditentukan


oleh
adanya variabel laba bersih dan arus kas operasi, karena perusahaan
membagika n
ISSN 2354-5550
22

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

dividen dari sisa penga lokasian laba bersih dan disesuaikan denga n
tingkat likuiditas
perusahaan yang ditunjukkan oleh besarnya arus kas operasi yang dimiliki
perusahaan.

Keterbatasan
Dalam penelitian ini masih banyak keterbata san, seperti obyek penelitian
hanya
pada bank-bank tertentu saja, tidak melibatkan bank-bank yang lain,
sehingga hasil
penelitia n tidak dapat digeneralisasi da n data penelitian hanya terbatas 9
(sembilan)
bank dalam periode 5 tahun.

Implikasi pada Pe nelitian Selanjutnya


Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian maka rekomendasi
untuk
penelitia n selanjutnya diharapkan menambah jumla h sampel dan obyek
penelitian agar

diperoleh hasil uji yang lebih akurat dan memperpanjang periode penelitian
agar
perubahan-perubahan yang terjadi dala m jangka panjang dapat
dibandingkan denga n
periode jangka pendek, dengan demikian akan diperoleh prediksi yang
lebih akurat
untuk masa yang aka n datang serta menamba h variabel lain yang
sekiranya releva n
dan lebih dominan memengaruhi kebijakan dividen.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting. Edisi K edelapan. Yogyakarta:


BPFE.
Deitia na, Tita (2011). Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan
dan
Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisinis dan Akuntansi, Vol. 13,No. 1,
STIE Trisaksi, April 2011.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. (2007). Kamus Akuntansi. Jakarta: PT Mario
Grafika.
Hamzah, Ardi. (2007). Pengaruh Kandungan Informasi Laba, Arus Kas Operasi,
dan
Dividen Terhadap Abnormal Return. Jurnal NeO-Bis, Vol.1, No.1, Juli
Desember 2007.
Hermi. (2004). Hubungan Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen
Kas
Pada Perusahaan Perdagangan Besar Barang Produksi di BEJ pada periode
ISSN 2354-5550
23

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

1999-2002. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.4, No.3. FE


Universitas Trisakti. Desember 2004.
Hery. (2009). Hubungan Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas.
Akuntabilitas, Vol. 9, No.1, September : 10-16.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba
Empat.
Kieso, Donald E. , Jerry
Akuntansi

J. Weygandt

dan Terry D. Warfield.

(2002).

Intermediate. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Ma uziah. (2010). Pengaruh Laba/Rugi Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen
Kas
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).
Murtanto dan Febby Feiruza. (2004). Analisis Hubungan Antara Laba
Akuntansi dan
Laba Tunai Dengan Dividen Kas. Media Riset Akunta nsi, Auditing, dan
Informasi, Vol.4, No.1. FE Universitas Trisa kti. April 2004.
Niswonger, C. Rollin, Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fess.
(1999).
Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Oktorina, Megawati dan Michell Suharli. (2007). Hubungan Profitabilitas dan
Kebijakan Deviden Tunai Dengan Kecukupan Kas dan Likuiditas Sebagai
Moderating Variable. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.7
No.2, Agustus 2007.
Qodriyah, Riza Dwi Lailatul. (2012). Laba Atau Arus Kas Sebagai Parameter
Kinerja
Perusahaan Berdasarkan Siklus Hidup Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan

Ekonomi Bisnis, Vol. 1, No. 1.


Stice, Earl K. , James D. Stice dan K. Fred Skousen. (2004). Akuntansi
Intermediate.
Jilid 1. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. (2002).
Indonesia: PT

Manajemen Keuangan.

Prenhallindo.
Triyono dan Jogiyanto Hartono. (2000). Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas,
Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi dengan Harga dan Return Saham.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3 No.1, Januari 2000.
ISSN 2354-5550
24

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Wijayanti, Nugraheni Risma & Supatmi. (2008). Pengaruh Rasio Pembayaran


Dividen dan Pengeluaran Modal Terhadap Earnings Response Coefficients
(ERC) Dengan Arus Kas Bebas sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Bisnis
da n Ekonomi (JBE),Vol. 15, No.1.

ISSN 2354-5550
25

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

IDENTIFIKASI RISIKO PENGENDALIAN INTERN DAN EVALUASI


SIA ASET TETAP PADA BANK INDONESIA

Stepani Sisca Wulandari


Perbanas Institute

Geby Juliarini
Perbanas Institute

ABSTRACT
Fixed assets support the operational activities in an organization. The
achievement of
effective and efficient internal controls for the activities associated with
the
accounting information systems cycle of fixed assets can be supported by
the
implementation of computerized AIS. The objective of this research is to
identify
internal control risks in the application of accounting information systems on
existing
fixed assets cycle at central bank in Indonesia (Bank Indonesia). The
research was
conducted using qualitative methods, a case studies. Data obtained from
interviews,
observations and sampling of documents, reports and files. The research
finding
reveals that the existing BISAIL application in the Logistics Directorate is
going
pretty well so far. However, it will be better if it is supported by the users
capable of
using the systems well. BISAIL system implementation was still a stand
alone

application and not integrated with the Main Ledger BI-SOSA. When this
research
was conducted, Bank Indonesia was in the middle of the project to
integrate BISAIL
into main ledger and tax systems in Bank Indonesia. The paper
contributes to the
accounting literature by studying the internal control related to fixed assets
systems.

Keywords: Accounting Information Systems, Fixed Assets Cycle, Internal Control.

Latar Belakang
A
set tetap adalah aset yang berwujud ya ng diperoleh dala m bentuk siap
pakai
atau denga n dibangun terlebih dahulu ya ng digunakan dalam operasi
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, menurut
PSAK 16
(2004:16.1).
Pengendalian aset tetap dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan
aset tetap
tersebut. Hal ini disebabkan banyak pengeluaran-pengeluaran yang
bersangkutan
ISSN 2354-5550
26

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

dengan aset tetap yang tidak bisa tidak harus dilakukan karena
merupakan commited

cost. Karena pengendalian aset tetap dilakukan pada saat perencanaan


perolehannya,
manajemen harus menyediakan kebijakan dan prosedur untuk seluruh aset
tetap sejak
saat perencanaan sampai dengan penghentian pemakaian aset tetap (Avellanet,
2005).

Pengendalian intern terhadap aset tetap menjadi rumit karena transaksi


perolehan,
depresiasi aset tetap, transaksi perawatan dan transaksi penghentian
pemaka ia n aset
tetap. Masing-masing transaksi tersebut menimbulkan risiko-risiko yang
harus
diidentifikasi (Avellanet, 2005).

Siklus hidup aset tetap pada perusahaan besar cukup rumit, karena
perusahaan besar
membutuhkan banyak aset tetap untuk membantu pelaksanaan kegiatan di
perusahaan.
Tak terkecuali Bank Indonesia, yang merupakan otoritas moneter di
Indonesia
sehingga selain memiliki kantor pusat di Jakarta, juga memiliki kantor
perwakilan di
seluruh Indonesia. Hal tersebut menjadikan pengelolaan aset tetap yang
jumlahnya
sangat banyak pada Bank Indonesia juga merupakan suatu tantangan
tersendiri
sehingga membutuhkan sistem informasi akuntansi yang baik untuk
pengelolaannya.

Penggunaan sistem informasi terkomputerisasi dima ksudka n untuk


mempermuda h
melakukan tugas dan kegiatan pada perusahaan. Dari perspektif sistem
informasi,

diperlukan dua macam pengenda lia n, yaitu pengendalian umum da n


pengendalia n
aplika si. Pengendalian umum merupakan pengendalian lingkungan sistem
informasi,
seperti pengendalian ja ringan, platform, dan basis data yang mendukung
sistem aset
tetap. Seda ngkan pengendalian aplikasi meliputi antara lain pengendalian
akses,
otorisasi administrator aplikasi, da n pengendalian perubahan parameter
sistem
(Laskowski and Calvanico, 2006).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk identifikasi risiko pengendalian


intern da n
untuk mengevaluasi penerapan sistem informasi akuntansi atas siklus aset
tetap yang
ada pada Bank Indonesia.

ISSN 2354-5550
27

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Kajian Teori
Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi pada Perbankan
Volume transaksi semakin besar, kompleksitas pengolahan transaksi
semakin tinggi,
serta adanya tuntutan untuk menyediakan pelaporan keuangan dengan lebih
cepat dan
akurat, menyebabkan perbankan menggunakan sistem infor masi berbasis
komputer.

Di samping itu, pesatnya perkemba nga n teknologi informasi dalam bidang


perbankan
yang dapat mendorong pelayanan yang lebih cepat pada nasabah juga
merupakan
alasan perbankan menggunakan sistem informasi berbasis komputer (Ariana,
2011).

Ancaman dan Fraud terhadap Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi

Menurut Romney dan Steinbart (2004) potensi adanya keja dian atau
kegiatan yang
tidak diharapkan yang dapat memba hayakan baik sistem informasi
akuntansi maupun
organisasi, disebut ancaman (threat). Anca man terhadap sistem informasi
akuntansi
terkomputerisasi, yaitu a ntara lain bencana alam dan politik, kesalahan pada
perangkat
lunak da n tidak berfungsinya peralatan, tindakan yang tidak disengaja,
dan tindakan
disengaja.

Bodnar dan Hopwood (2009) membagi a ncama n-ancaman atas sistem


informasi
akuntansi berbasis komputer menja di 2 jenis yaitu ancaman aktif dan
ancaman
pasif. Ancaman aktif mencakup kecurangan sistem informasi dan sabotase
komputer.
Ancaman aktif ini meliputi: manipulasi input, mengubah program,
mengubah file
secara langsung, pencurian data, sabotase, dan penyalahgunaan atau pencurian
sumber
daya infor masi. Ancaman pasif meliputi: mencakup kega galan sistem

(menggambarkan kegagalan komponen peralatan sistem seperti matinya


listrik,
kerusakan perangkat keras), termasuk bencana alam.

Walaupun pengendalian intern merupakan prosedur yang bertujuan untuk


menjamin
pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaan, tetapi terdapat beberapa
keterbatasan
pengendalian intern dala m
terjadi karena

penerapannya di lapangan. Hal tersebut

ISSN 2354-5550
28

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

keterbatasan pengguna atau pelaksana prosedur, penyalahgunaan


wewenang yang
diberikan maupun kesempatan dengan melakuka n kecura ngan yang
dilakukan oleh
pelaksa na prosedur.

Sistem Pengendalian Intern Aset Tetap di Bank


Sistem pengenda lian intern merupakan elemen yang sangat penting dalam
pengelolaan
sua tu bank da n merupakan dasar bagi kegiatan operasional bank yang aman,
sehat dan
dapa t berkembang secara wa jar. Sistem pengendalian intern dapat membantu
pengurus
dan pengelola bank menjaga aset bank; menjamin tersajinya pelaporan
keuangan,

manajerial yang akurat dan dapat diandalkan; mengoptimalkan


pemanfaatan sumber
daya secara ekonomis dan efisien; meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan dan
peraturan perundang-undangan serta mengurangi risiko terjadinya
penyimpangan dan
pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian (Surat Edaran Bank Indonesia
No.
5/22/DPNP, 2003).

Aset tetap merupakan kekayaan perusahaan, di mana sebagian besar


modal (capital)
perusahaan tertanam di dalamnya. Aset tetap memegang peranan da lam
menunjang
kelancaran operasiona l perusahaan.

Definisi aset teta p dalam PSAK No.16 yaitu:


aset tetap adala h aset berwujud yang diperoleh da lam bentuk siap pakai
atau dengan
dibangun dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk
dijua l da la m rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa ma
nfaat lebih
dari satu tahun.

Jenis-jenis aset tetap (Avellanet, 2005) yaitu berupa tanah, gedung, furnitur,
peralatan
produksi, peralata n komputer, kendaraan, perangkat lunak. Pencatatan
perolehan aset
tetap harus pada periode akuntansi yang tepat (Domnisoru dan Vinatoru, 2008).

Pengendalian intern yang terkait dengan transaksi perolehan aset tetap


adalah

(Avella net, 2005): kebijakan dan prosedur harus ditetapkan untuk aset teta
p, proyek
peroleha n aset tetap harus disetujui da n dimonitor untuk kesesuaian dengan
anggaran,
jumlah biaya-biaya ya ng sudah seharusnya dikeluarkan harus dimonitor
sesuai
ISSN 2354-5550
29

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

anggaran, pengeluaran biaya -biaya komitmen harus disajikan dalam


peramalan aliran
kas yang harus diperiksa manajemen, pengelua ran biaya a ktual harus
dibandingka n
dengan anggaran dan diperiksa, perolehan aset tetap di Buku Besar adalah
aset tetap
yang sudah dibayar harganya dan konstruksi harus didasarkan pada
persentase
penyelesaian.

Pengendalian intern yang terkait dengan transaksi depresiasi aset tetap


adalah
(Avella net, 2005): transa ksi depresiasi aset tetap harus dicatat dalam periode
akuntansi
yang bena r, beban depresiasi harus dihitung dengan akurat dan wajar, tarif dan
metode
depresiasi harus diperiksa untuk keperluan pajak dan pembukuan, dan
metode
penghitungan depresiasi harus diungkapkan.

Pengendalian intern yang terkait dengan transaksi pemeliharaan dan reparasi


aset tetap
adalah (Avellanet, 2005): jika diperluka n, pemeliharaan aset teta p harus
dijadwa lkan,
beban reparasi aset tetap yang rutin harus dibebankan pada periode
terjadinya, dan
biaya yang menambah umur aset tetap harus dicatat sebagai nilai aset
tetap yang
bersangkutan.

Pengendalian intern yang terkait dengan transaksi penghentian pema kaian


aset tetap
adalah (Avellanet, 2005): penghentian pemakaian aset teta p harus valid,
diotorisasi
dan dipantau, a kuntansi untuk penghentian pema kaian a set tetap harus
mencatat
akumulasi depresiasi dan laba ata u rugi yang terkait dan semua aset tetap
yang sudah
tidak lagi digunakan atau tidak lagi memiliki nilai untuk perusa haan dalam
masa
sekarang atau masa mendatang harus dihapuskan dari pencatatan akuntansi.

Menurut James.A.Hall (2009:413) sistem aset tetap berba sis komputer secara
otomatis
akan menghitung penyusutan periode berjalan, memperbarui akumulasi
penyusutan,
posting total penyusutan ke rekening buku besar, menambahkan catatan ke
file jurnal
voucher. Sistem penghapusan aset tetap secara otomatis akan
menyesuaikan

posting

entri ke akun kontrol aset tetap da lam buku besar, catatan kerugian ata u
keuntunga n
ISSN 2354-5550
30

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

yang dihubungkan dengan transaksi penjuala n dan


catatan jurnal

mempersiapkan

voucher.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah sebuah studi kasus yang dilakuka n di Bank Indonesia.
Penelitian
ini merupakan riset kualitatif. Data ya ng digunakan adalah data primer.

Untuk memahami sistem yang digunakan pada saat penelitian, peneliti


mempela jari
dokumen-dokumen internal yang terkait dengan Siklus Aset Tetap.
Dokumendokumen tersebut misa lnya formulir-formulir, standard operating procedures
(SOP),
jurnal, buku besar dan laporan keuangan yang digunakan Bank Indonesia.

Penelitian ini juga menggunakan wawa ncara dan observasi langsung atas
kegiatan
operasional ya ng dilakuka n sehubungan dengan Siklus Aset Tetap. Wawa
ncara
dilakuka n menggunakan panduan wawancara yang sudah disiapkan lebih
dulu, yang
berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengga li data sehubunga n dengan
Siklus Aset
Tetap yang digunakan.

Observasi langsung mengguna kan observasi partisipan, di mana peneliti


berpartisipasi
dalam operasi sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan Direktorat
DLP
(Direktorat Logistik dan Pengamana n) di Bank Indonesia yang menangani
pengadaan
sua tu aset tetap sampai penghapusan.

Penelitian dibatasi untuk hanya meneliti aset tetap jenis kendaraan darat
(mobil),
disebabkan sangat beragamnya aset tetap yang ada di Bank Indonesia.

Pembahasan
Str uktur Organisasi Direktorat Logistik dan Pengamanan (DLP)
Terdiri dari Biro Perencanaan Logistik, Tim Pelaksanaan Logistik 1, dan
Seksi
Administrasi Kesekretariatan. Biro Perenca naan Logistik tugas pokoknya
adalah
merumuskan arah dan strategi kebijakan manajemen logistik sesuai
kebutuhan Bank
ISSN 2354-5550
31

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Indonesia. Selain itu juga bertugas melaksanakan pembuatan standarisasi


pelaksa naan
pengadaan aset tetap Bank Indonesia, dan pengelolaan arsip.

Tim Pelaksanaan Logistik 1 tugasnya adalah mela ksanakan pengadaa n


dan
pemeliharaan fa silitas kantor, menyampaikan data perubahan nilai aset ke
dala m
sistem administrasi dan informasi logistik dan melaksanakan penilaia n
kinerja
rekanan.

Sedangkan Seksi Administrasi Kesekretariatan tugasnya adalah mengkoordinasi


tugas
administrasi kepegawaian satuan kerja, melaksanakan penyelesaian warkat
realisasi
anggaran (WRA) unit kerja dan melaksa nakan pengelolaan arsip unit kerja .
Selain itu
bertuga s melaksanakan entri data, rekonsiliasi dan penyusutan pada data
sistem
informasi da n administrasi logistik (BISAIL) untuk DLP. Yang terakhir
tugasnya
adalah melaksanakan dan mengadministrasikan penghapusan aset tetap di
Kantor
Pusat Bank Indonesia yang tidak digunakan lagi.

Manajemen Aset Tetap di Bank Indonesia


Terdapat banyak jenis aset pa da Bank Indonesia, tetapi karena
keterbatasan waktu
pada penelitian ini akan dibatasi pada jenis kendaraan darat (mobil).

Aktivitas pengadaan sampai dengan penghapusan kendaraan darat (mobil)


di Bank
Indonesia menggunakan aplikasi BISAIL (Bank Indonesia Sistem Administrasi
dan
Informasi Logistik) yang mulai digunakan sekitar tahun 2004. Sistem
tersebut

merupa kan pengembangan sendiri Bank Indonesia yang bekerja sama


dengan PT
LAPI ITB sebagai konsultan pengembangan sistem.

BISAIL (yang merupakan buku besar pembantu) masih berdiri sendiri denga n
dibantu
oleh BIDAK (Bank Indonesia Data Accounting), pada saat penelitian ini
sedang
diusahakan akan terintegrasi dengan BI-SOSA (Bank Indonesia-Sentralisasi
Otomasi
Sistem Anggaran) yang merupakan Buku Besar.

ISSN 2354-5550
32

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Sistem dirancang menggunakan model jaringan client server khusus untuk


Kantor
Bank Indonesia, batch posting dilakukan setiap hari ke basis data gabungan di
Kantor
Pusat Bank Indonesia.

Sistem BISAIL mencakup beberapa modul yaitu:


- Modul Pengelolaan Aset Tetap, berfungsi untuk mencatat aset tetap sejak
tanggal
mula i digunakan sampai dengan dihapuskan yang terdiri dari pengadaan,
pemeliharaan, mutasi lokasi, mutasi spesifikasi dan penghapusan.
- Modul Penunjang, berfungsi untuk mengadministrasikan atau mencatat data
reka nan,

bidang rekana n, password, proses akhir tahun, daftar log, backup dan restore.
- Modul Penyusutan, berfungsi untuk melakukan penyusutan aset tetap dan
menceta k
laporan penyusutan aset tetap perbulan, rekapitulasi penyusutan aset tetap
perbulan,
laporan penyusutan aset tetap per tahun, rekapitulasi penyusutan aset tetap
pertahun.
- Modul Koreksi Penyusutan, berfungsi untuk melakukan koreksi penyusutan
aset
tetap yang terdiri dari data aset tetap yang terlewatkan, kesalahan harga
perolehan,
kesalaha n jenis anggaran, data pemeliharaan yang terlewatkan, kesalahan
nilai
pemeliharaan, kesalahan jenis pembiayaan, keterlambatan pemindahbukuan,
kecepatan pemindahbukuan.

Aktivitas Perencanaan atas Aset Tetap Jenis Kendaraan Darat


Perencanaan kendaraan dinas dilakukan oleh satuan kerja yang
membidangi
logistik, per edara n uang, dan keprotokolan ya ng harus menuangkan dalam
usulan
program kerja dan anggaran masing-masing.
Rencana pengadaan kendaraan dinas dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
atau
kendaraan telah memenuhi kriteria pengadaan.

Aktivitas Pengadaan Aset Tetap Jenis Kendaraan Dar at


Pada Bank Indonesia, pengadaan atas kendaraan darat (mobil) dila kukan
menurut
permintaan kebutuhan oleh satuan kerja. Seluruh spesifikasi kebutuhan atas
aset
tetap di Bank Indonesia sudah terstandarisasi. Pelaksanaan pengadaan
kendaraan

ISSN 2354-5550
33

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

dinas di Kantor Pusat Bank Indonesia merupakan kewena ngan Satuan


Kerja
Direktorat Logistik (Tim Pelaksana Logistik 1).

Denga n mempertimbangkan nila i pengadaan dan kriteria-kriteria tertentu,


untuk
melakuka n pengadaan terlebih dahulu harus menetapkan cara pengadaa n
yang
tepat. Beberapa cara pengada an diatur berdasarkan Peraturan Dewan
Gubernur
No.10/1/PDG/2008 dan Standar Operasi Manajemen Logistik Bank Indonesia.

Aktivitas Pemeliharaan Aset Tetap Je nis Kendaraan Darat


Pemeliharaan aset tetap dilakukan berdasarkan Program Kerja dan Anggaran
Rutin
Intern (PKARI). Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan memerhatikan
umur
ekonomis barang, jangka waktu pemeliharaan, spesifikasi jenis barang,
efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan da n kebutuhan bara ng.

Hal-hal yang harus diperha tikan oleh satuan kerja (PL1) yang berwenang
melaksanaka n pemeliharaan antara lain adalah menyusun jadwal
pelaksanaa n
pemeliharaan, menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) pela ksanaan

pemeliharaan, menyusun rincian pekerjaan pemeliharaan yang akan


dilaksanakan
dan menetapkan cara penga daan penyedia jasa pemeliharaan.

Aktivitas Penghapusan Aset Tetap Jenis Kendaraan Dar at


Tujuan penghapusan aset tetap, ya itu mengeluarkan aset tetap dari
pertanggungjawaban secara fisik da n administratif. Kondisinya baik secara
teknis
dan ekonomis tida k dapat dimanfaatkan lagi untuk menunjang pelaksanaan
tugas di
Bank Indonesia.
Penghapusan dilakukan secara:
- Fisik, menyerahkan aset tetap kepada pihak lain atau memusnahkan aset
tetap
tersebut, dan
- Administratif, menghapuskan penatausahaan aset tetap dari Sistem
Administrasi dan Informasi Logistik (BISAIL).

ISSN 2354-5550
34

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Nilai taksiran yang dihapuskan wajib menda patka n persetujuan dari


pejabat yang
berwenang.

Risiko yang Dihadapi dalam Manajemen Aset Tetap di Bank Indonesia


Risiko Pengadaan Aset Tetap:

- Terdapat pengadaan yang tidak sesua i dengan kebijakan yang dimiliki


Bank
Indonesia.
- Pemilihan reka nan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengadaan aset
tetap
di Bank Indonesia.
- Pada saat entri data, dokumen-dokumen yang mendasari tidak lengkap.
- Kesalahan entri data, sehingga nilai aset tetap tidak sesuai dokumen
pendukung.
- Perpindahan lokasi aset tetap yang tidak diotorisasi dan dicata t.
Risiko Pemeliharaan dan Penyusutan Aset Tetap:
- Terjadinya aktivitas pemeliharaan yang fiktif atas kendaraan yang bersifat
tida k rutin.
- Kesa lahan entri data pemeliharaan dan penyusutan ke dalam sistem BISAIL.
- Persetujuan atas diadakannya pemeliharaan tanpa melihat daftar
penyusutan
dan keadaan fisik kendaraan.
Risiko Penghapusan Aset Tetap:
- Dalam pelaksanaan pengha pusan aset tetap secara lelang, terdapat aset
tetap
yang tidak dapat lagi diidentifikasi, sehingga tidak dapat dilakuka n
penghapusan dalam aplikasi BISAIL.
- Adanya ketidakpatuhan atas kebijakan penghapusan ya ng dilakuka n oleh
sa tuan kerja lain yang menghambat proses penatausahaan.
Risiko yang Dihadapi dalam Penggunaan Aplikasi BISAIL untuk
Pencatatan Aset Tetap:
- Terdapat otorisator entri data yang tidak sepenuhnya menguasai sistem yang
digunakan sehingga menghambat entri data.
- Terdapat rotasi pekerjaan yang kadangkala menimbulkan kesulitan bagi staf
entri data yang baru untuk menyesuaika n diri dalam penggunaan sistem.

ISSN 2354-5550
35

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

- Pengha pusan data yang masih dibutuhkan secara tidak sengaja ketika
data
tersebut belum mendapat otorisasi dan belum dilakukan posting.
- Fluktuasi listrik yang membuat sistem harus dinyalakan kembali dala m
waktu yang lama dan beberapa data yang seda ng dientri ikut hilang.
- Peminja man ID dan password otorisator kepada operator, seba iknya
tidak
dila kukan ka rena ID dan password bersifat rahasia.

Kesimpulan
Bank Indonesia menggunakan BISAIL (Bank Indonesia Sistem Administrasi
dan
Informasi Logistik) untuk menanga ni penatausahaan Siklus Aset Tetap.
Sistem
BISAIL ini pada implementasinya masih berdiri sendiri dan belum
diintegrasikan ke
Main Ledger yaitu BI-SOSA pada saat penelitian ini dilakukan (tahun 2011).

Meskipun sistem belum terintegrasi, pencatatan akuntansi aset tetap da la


m BISAIL
selalu disertai dengan dokumen pendukung, sehingga setiap transaksi aset
tetap yang
dicatat dalam BISAIL merupakan transaksi yang sudah diotorisasi pejabat
yang
berwenang dan memiliki jejak audit yang diperlukan.

Risiko-risiko pengendalian intern yang dihadapi dalam Siklus Aset Tetap


termasuk
penggunaan a plikasi BISAIL dalam kaitannya dengan aset tetap di Bank
Indonesia
berasal dari beberapa aktivitas, yaitu:
1. Dari aktivitas pengadaan aset tetap, terdapat pengadaan yang tidak
sesuai
dengan kebijakan yang dimiliki Bank Indonesia, pemilihan rekanan yang tida k
sesuai dengan kebutuhan pengadaan aset tetap, dokumen-dokumen yang tidak
lengkap pada saat entri data, kesalahan entri data dan perpindahan lokasi
aset
teta p yang tidak diotorisasi da n dicatat.
2. Dari aktivitas pemeliharaan dan penyusutan aset tetap, terjadi aktivitas
pemeliharaan fiktif, kesalahan entri data pemeliharaan dan penyusuta n,
dan
adanya persetujuan dia dakannya aktivitas pemeliharaan tanpa melihat
daftar
penyusutan dan keadaan fisik kendaraan.
ISSN 2354-5550
36

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

3. Dari aktivitas penghapusa n aset tetap, dalam pelaksanaan lelang


terdapat aset
teta p yang tidak dapat lagi diidentifikasi sehingga tidak dapat dilakukan
penghapusan dalam aplika si BISAIL, dan adanya ketidakpatuhan atas
kebijakan penghapusan sehingga menghambat proses penatausahaan.

4. Dari penggunaan aplikasi BISAIL untuk penca tatan aset tetap, terdapat
risiko
otorisator entri data yang tidak sepenuhnya menguasai sistem yang digunaka
n
sehingga menghambat entri data, terdapat rotasi pekerjaan yang
kadangkala
menimbulkan kesulitan bagi staf entri data yang baru untuk menyesuaikan diri
dalam penggunaan sistem, penghapusan data yang masih dibutuhkan
secara
tidak sengaja ketika data tersebut belum mendapat otorisasi dan belum
dilakuka n posting, fluktuasi listrik yang membuat sistem harus dinyalaka n
kembali dalam wa ktu yang lama dan beberapa data yang sedang dientri
ikut
hilang, dan peminja man ID dan password kepada operator.

Daftar Pustaka
Ariana, I Made. (2011). Hubungan Kinerja dan Kepuasan Pengguna Sistem
Informasi
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jurnal Manajemen dan Teknologi
Informasi, II(1): 36-43.
Avellanet, A Wayne. (Jul/Aug 2005). Fixed Assets: Internal Controls and
Risks.
Internal Auditing: 3-13.
Bank Indonesia. (2003). Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/22/DPNP,
tanggal 29
September 2003 Perihal Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi
Bank Umum. Jakarta. Indonesia.
Bodnar, George H., and Hopwood, William S. (2009), Accounting
Information
Systems. 10t h ed. New Jersey: Prentice Hall inc.
Domnisoru, Sorin and Vinatoru, Sorin. (2008). The Financial Audit Complexity of
the

Fixed Assets. European Research Studies, XI (4): 49-62.


Hall, James A. (2009). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi ke-4.Terjemahan
Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta:Salemba Empat.
Hall, James A. (2004). Accounting information system. 4t h edition. Ohio,
U.S.A:
South Western-Thomson Corporation.
ISSN 2354-5550
37

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,


Jakarta.
Laskowski, Alexander J. a nd Calvanico, Joseph. (Nov/Dec 2006). Is A
Company in
Control of Its Fixed Assets?. Corporate Taxation: 11-15.
Romney, Marshall B. & Steinbart, Paul John. (2004). Sistem Informasi
Akuntansi.
Edisi ke-10. Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta:
Salemba Empat.

ISSN 2354-5550
38

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA DI
WILAYAH JAKARTA SELATAN)

Risna Juwita
Perbanas Institute

Jasman
Perbanas Institute

ABSTRACT

This research amis to investigate internal control influence on the firm


performance.
The internal controls components used in this research include (1)
organizational
structure, (2) authorization system and recording procedures, and (3)
employee
Competence and skill.
companies

Sample used in this study is Life Insurance

domiciled in Sourth Jakarta Region. Data collected from questionnaire


distributed to
related employees or management of the companies.
research shows

Result of this

that internal control have significantly affected the performace of life insurance
firm.

Keywords : Internal control, Financial Performance, Life Insurance

PENDAHULUAN
D

i tengah adanya krisis Eropa dan Amerika, Lembaga Riset Media Asuransi
(LRMA) Indonesia mengumumkan bahwa usaha asuransi jiwa di Indonesia

mengalami
40% pada

peningkatan kinerja usaha yaitu laba setelah pajak sebesar

tahun 2011 diba ndingkan tahun 2010 (Investor Daily, 8 Juni 2012).
Pertumbuha n
usa ha asuransi jiwa juga terjadi di negara la in. Pertumbuhan usa ha
asuransi jiwa di
Thailand sebesar 16%-18% pada tahun 2010 (Asia News Monitor, 2010). India
adalah
negara yang memiliki perusahaan asuransi ke-4 terbesar di Asia Pacific
dan ke-12
terbesar di dunia mengalami peningkatan pangsa pasar sebesar 17% pada
tahun 2007
dan 26% pada tahun 2010 (MVS Srinivasa Rao, 2011). Di Malaysia
meskipun tida k
ISSN 2354-5550
39

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

mengalami peningkatan signifikan namun pertumbuha n pangsa pasarnya


cukup stabil
yaitu sebesar 9% dari tahun 2011 (Malaysia Insurance Report, 2012).
Pemerintah RI telah menerbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian termasuk usaha asuransi jiwa. Tujuan diterbitkannya UU
tersebut adalah
untuk menanggulangi dan melindungi risiko yang dihadapi masyarakat dari
usaha
penghimpunan da na masyarakat yang dilakukan oleh Usaha Asuransi dan
mendukung
usa ha perasuransian ya ng sehat dan bertanggungjawab.
peraturan

Berbagai

dikeluarkan Pemerintah sehubungan dengan perlindungan terhadap dana


masyarakat
dan untuk menc iptakan perusahaan asuransi ya ng seha t yaitu Permenkeu
No.
30/PMK.010/2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah (know your
customers) bagi lembaga keuangan non bank dan Permenkeu RI no.
53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan
perusa haan
reasuransi. Lembaga keuangan merupakan usaha yang bergerak di bidang
pemberian
jasa keuangan kepada nasabahnya. Lembaga ini sanga t diatur oleh
pemerintah dala m
hal ini kementerian keuangan RI. Lembaga keuangan dapat berbentuk Bank dan
bukan
bank. Contoh: lembaga keuangan bukan bank antara lain adalah asuransi,
pega daian,
dana pensiun, dan perusaha an efek.
Seiring dengan peningkatan kinerja usaha perusahaan asuransi jiwa, maka
mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat mela lui
peningkatan
pelayana n dan kepastian klaim asuransi adalah suatu keharusan.
Peningkatan
pelayana n dan kepastian terhadap klaim asuransi hanya dapat dilakukan
dengan efektif
apabila ada kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku
baik yang
ditetapkan oleh internal perusahaan sebagai Standard Operating Procedure
(SOP)
maupun ketentuan yang telah ditetapkan oleh Regulator
Pemerintah.

dalam hal ini

Kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku merupakan salah


satu unsur
dari pengendalian internal.
Dibandingka n dengan negara lain, peningkatan kinerja perusahaan asuransi

jiwa di Indonesia masih berada di bawah


dari

Malaysia dan Singapura dilihat

indikator rasio jumlah penduduk berbanding dengan jumlah premi.


Bodnar and Hopwood (2012:182) mengatakan bahwa tujuan pengendalian
intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga
golongan
ISSN 2354-5550
40

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

tujuan : 1) Keandalan infor masi keuangan, 2) Efektivitas dan efisiensi operasi,


dan 3)
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Penerapan pengendalian intern yang efektif dapat menghasilkan laporan
keuangan yang da pat diandalkan (Al-la ith, 2012). Laporan keuangan ya ng
dapat
diandalkan sangat berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar
pengambilan
keputusan yang tepat.
fraud yang

Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh praktik

mendatangkan inefisiensi dan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu


diperlukan
efektivitas praktik pengendalian internal yaitu pemba gian tugas (segregation
of duties)
yang jelas dan juga pengenaan sanksi atau penalti terhadap pelaku fraud yang
ternyata
dapa t meminimalisir terjadinya fraud (Barra, 2010).
Berdasarkan pembahasa n tersebut di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah

untuk meneliti sebera pa besar pengaruh pengendalian internal terhadap


kinerja
perusahaan asuransi jiwa di Indonesia.

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Standar Profesional Akuntansi Publik pada SA 319 (2011) mendefinisikan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris,
manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu (1) Keandalan pelaporan
keuangan,
(2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,dan (3)
Efektivitas dan
efisiensi operasi. Sistem pengendalian intenal terdiri atas berbagai kebijakan,
praktik
dan prosedur yang ditera pkan oleh perusahaan (Hall, 2006).
contoh
pengendalian intern yang terdapat
budget,

Beberapa

di perusahaan adalah penetapan

berfungsinya internal audit, pelaksanaan peraturan perusaha an, struktur


organisasi
yang jelas, Standard Operating Procedure (SOP).
Pengendalian internal juga memiliki beberapa keterbata san yang melekat yang
dapa t menyebabkan tidak terlaksa na secara efektif karena beberapa
faktor seperti
kesalaha n manusia dala m memaha mi perintah, adanya kolusi, pengabaia
n oleh
manajemen terhadap pelaksanaan pengendalian internal karena pertumbuha
n
perusahaan yang sangat pesat dan memprioritas mencari keuntungan
dengan
mengabaikan prosedur.
yang

Internal control harus menghasilkan keyakinan

ISSN 2354-5550
41

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

mema dai bahwa ketiga golongan tujuan pengendalian intern tercapai di dala m
prinsip
efektivitas biaya, artinya bahwa tidak adanya sistem intern control yang
sempurna dan
biaya untuk peningkatan internal control tidak boleh melebihi manfaatnya
(Hall,
2008:135).
Efektivitas Pengendalian Intern berpengaruh terhadap pencapaian kinerja
usa ha (Chih-Yang, 2007:85). Kinerja usaha dapat dievaluasi dengan dua
cara yaitu
berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja non keuangan dimana evaluasi
kinerja
keuangan menggunakan rasio laporan keuangan (Prieto and Elena, 2006:170).
Indikator untuk menentukan keefektiva n suatu pengendalian internal
adalah
struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pembukuan, dan
kecakapan
karyawan. Untuk ukuran kinerja usaha yaitu ditinjau dari dua indikator
yaitu tingkat
pertumbuhan dari penjuala n dan tingkat laba yang dihasilkan dari banya
knya premi
yang masuk (Sinarwaty, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Elbannan (2008) membuktikan bahwa
perusahaan yang memiliki kualitas pengendalian internal yang rendah
ternyata

memeroleh peringkat kredit (credit rating) dan profitabilitas yang juga


rendah
dibandingkan dengan perusaha an yang memiliki kualitas pengendalian
internal yang
tinggi. Sebagai konsekuensi bahwa perusahaan yang mengumumkan
kelemaha n
pengendalian internal dapat meningkatkan keandalan dan transparansi
risiko laporan
keuangan, namun sebaliknya juga menga kibatkan penurunan rating/p
eringkat huta ng
perusahaan (El-gazzar, 2011).
Penelitian lain yaitu dilakuka n oleh Chih-Yang (2007) terhadap 114
perusahaan yang menerapkan Enterprise Risk Management (ERM) di
Amerika
Serikat. Hasil penelitia nnya menemuka n bahwa perusahaan dengan
pengungkapan
kelemahan pengendalian internal yang materia l ternyata memiliki nilai
pasar (market
value) yang rendah.
Berdasarkan pada telaah penelitian sebelumnya dan landasan teori terkait,
maka hipotesis yang dia juka n dala m penelitian ini adalah dapat
dirumuskan sebagai
beriku:
H1

: Pengendalian Intern memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja

Perusahaan.
ISSN 2354-5550
42

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini a dalah metode survey.
Metode
ini dimaksudkan untuk menjelaska n keadaan suatu variabel secara ma ndiri.

Operasional Variabel
Berikut ini tabel yang memaparkan definisi operasional variabel dari masingmasing va riabel bebas dan varibel terikat.

Tabel 1 : Operasional Variabel


Variabel
Indikator Skala

Pengukuran Instrumen

a. Struktur Organisasi
b. Sistem Wewenang Dan

PENGENDALIAN
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner
INTERN

( VARIABEL X )
Prosedur Pencatatan
Transaksi Keuangan

c. Kecakapan /
Kompetensi Karyawan
Ordinal
Kuesioner

Sejauh mana Unit Usaha


mencapai sasaran dan
tujuan kine rjanya :
KINERJA USAHA

( VARIABEL Y )

a. Tingkat Pencapaian
Ordinal
Kuesioner

Target Penjualan
b. Tingkat
Pengendalian Biaya
Ordinal
Kuesioner
Sumber: Pengolahan data

ISSN 2354-5550
43

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Populasi dan Sample


Populasi dari penelitian ini ada lah seluruh perusahaan asuransi jiwa yang ada

di Indonesia berjumlah 46 perusahaan. Sampel diambil dengan metode


purposive
sampling. Perusahaan asuransi jiwa yang dijadikan sample
berdomisili

adalah yang

di wilayah Jakarta Selatan, karena 70% perusahaan asuransi jiwa (33


perusahaan)
berdomisili di Jakarta selatan. Data yang digunakan adalah data primer
yang berasal
dari kuesioner ya ng disebar kepada karyawan dan manajemen perusa haan
asuransi
jiwa yang menangani dan bertanggung ja wab terhadap kinerja usa ha asuransi
jiwa.

Metode Pengumpulan Data

Dimensi waktu penelitian adala h cross sectional yang berarti penelitian hanya
dilakuka n sekali pada waktu tertentu. Metode yang digunakan adalah
metode
kuesioner dan dokumentasi.

Kuesioner

Untuk mendapatkan data yang diperlukan peneliti menggunakan kuesioner.


Teknik
kuesioner dalam penelitian ini diguna kan untuk menganalisis variabel (X)
yaitu
pengendalian internal perusahaan asuransi jiwa di Jakarta Selatan.
Penyebaran
kuesioner dilakukan dengan mendatangi satu per satu calon responden.
Kuesioner
dibagika n secara langsung kepada para karyawan dan manajer yang
bertugas dan
bertanggung jawab terkait kinerja usaha perusahaan asuransi jiwa.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari dokumen yang


ada pada
perusahaan asuransi jiwa di Jakarta Selatan berupa laporan yang
menunjukkan kinerja
usa ha selama tahun 2010-2012.

ISSN 2354-5550
44

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Analisis Data
Objek Penelitian
Berdasarkan sumber Direktori Perasuransian Indonesia, jumlah perusa haan
asuransi jiwa yang berada di Jakarta Selatan sebanyak 33 perusahaan

Karakteristik Kuesioner
Berikut adala h rinc ian dari karakteristik responden yang diklasifikasika n
berdasarkan jabatan, jenis kela min, usia, pendidikan dan pengalaman kerja.

Tabel 4.1 Rincian Distribusi Kuesioner


Jabatan
9

Kep. Dep Keua ngan dan Investas

27,27 %
39,4 %
33,33 %
13
11
Supervisor Keuangan dan Investasi
Staff Keuangan dan Investasi
Jenis K elamin

Laki Laki

21
64 %

36 %

Perempuan
12
Usia

30 40

27
81,82 %
18,18 %
6
41 50
Pendidikan Formal

S1 Akuntansi

31
93,94 %
6,06 %
2
S1 Manajemen
Lamanya Bekerja

1 10

29
87,88%
12,12%
4
11 20
Sumber : Data primer diolah

Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif, yang tujuannya


untuk
memberikan gambaran mengenai deskripsi variabel penelitia n pengendalian
internal
dan kiner ja usaha, peneliti menggunakan tabel distribusi frekuensi absolut
yang
menunjukkan angka rata-rata, kisaran, dan deviasi standar.
ISSN 2354-5550
45

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Uji kelayakan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
homoskedastisita s, dan multikolinearitas. Sebelum dilakukan uji hipothesis,
instrumen
yang digunakan diuji terlebih dulu kualitasnya dengan uji validitas dan uji
reliabilitas.
Uji hipothesis dilakukan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variable, yaitu antara
variable bebas
(X) dan variabel terikat (Y).
pengaruh

Kemudian, untuk menga nalisis sebera pa jauh

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka analisis regresi yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier sederha na. Uji statistik t juga
digunakan
untuk menguji apakah variabel bebas (X) yang digunakan da la m
penelitian ini
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat ( Y), dengan level of
significant
= 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel sebanyak 33
perusahaan.
Statistik deskriptif disajikan pada tabel 1 berikut.

Tabel 2 : Statistika Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


X_PENGENDALIAN_INTE
RNAL
33 2
4 3.2862 .72224

Y_KINERJA_USAHA 33 2 4 3.2980 .60490


Valid N (listwise) 33
Sumber: Data primer yang diolah (2012)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa variabel Pengenda lia n Internal
memiliki nilai rata -rata sebesa r 3,28. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar

responden cenderung menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang diajukan


berkaitan
dengan variabel pengendalian internal. Nilai maximum va riabel Pengenda lia
n Internal
4 artinya terdapat responden yang menja wab setuju seda ng nilai
minimum variabel
Pengendalian Internal 2, artinya terdapat responden yang menjawab tidak
setuju untuk
ISSN 2354-5550
46

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

pernyataan yang diajukan berkaitan variabel pengendalian internal.


Variabel Kinerja Usaha memiliki nilai rata-rata sebesa r 3,29. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab raguragu untuk
pertanyaan yang diajukan berkaitan kinerja usaha. Nila i maximum variabel
kinerja
usa ha adalah 4 artinya terdapa t responden yang menjawab
minimum

setuju. Nilai

variabel kinerja usaha adalah 2 artinya terdapat responden yang menjawab tidak
setuju
untuk pernyataan yang diajukan berka ita n dengan variabel Kinerja Usaha.
Model regresi ya ng digunaka n dala m penelitian ini telah memenuhi uji asumsi
klasik. Hasil uji nor malitas dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan
bahwa nila
p (X) sebesar 0,257 dan p (Y) sebesar 0,489 lebih besar dari 0,05
sehingga dapat
disimpulka n bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.
Uji

homoskedastitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Hasil uji ini


menunjukkan bahwa titik-titik pada scaterplot menyebar dan tidak
membentuk pola
tertentu yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
ini tida k
terdapat masalah heterokedastisitas. Ha sil uji multikolinierita s menunjukkan
bahwa
semua nilai VIF di bawah nilai 10 dan nilai toleransi di atas 10%.

Tabel 3: Uji Normalitas Data (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

X_Pengendalian_I

Y_Kinerja_Usaha
nternal
N
33 33
29.5758 19.7879
Normal Parametersa ,, b Mean
Std. Deviation 6.50015 3.62937
Most Extreme
Differences
Absolute
.176 .145
Positive
.131 .075
Negative
-.176 -.145
Kolmogorov-Smirnov Z

1.012 .834
Asymp. Sig. (2-tailed)
.257 .489
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
ISSN 2354-5550
47

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Uji kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas dan uji validitas.

Uji

validita s dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesahihan kuesioner.


Kuesioner
yang dinyatakan valid artinya ma mpu mengukur apa yang seharusnya
diukur. Hasil
uji validitas terhadap instrumen Pengendalia n Inter nal (X) didapat nilai
korelasi
antara tiap item dan skor total item (corrected item-total correlation) pada nilai
antara
0,589 sampai dengan 0,911, yang dibandingkan denga n r tabel. Pada
signifika nsi 0,05
dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 33, maka didapat r tabel sebesar 0,3338.
Untuk
variabel Pengendalian Internal (X),
besar

nilai korelasi semua pertanyaan lebih

daripada nilai r tabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa semua instrumen


pada
variabel pengendalian internal adala h valid.
instrume nt
Kinerja Usaha (Y) didapat nilai korelasi
item pada

Hasil uji validitas terhadap

antara tiap item dan skor total

ra nge a ntara 0,419 sampai dengan 0,727. Untuk varibel Kinerja Usaha,
nilai korelasi
semua pertanyaa n berada pada posisi lebih besar dari nila i r tabel, sehingga
instrumen
pada varibel Kinerja Usaha juga dapat dinyatakan valid.
Pengujian koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji ini
menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,821 atau 82%.
menunjukkan 82%

Hal ini

perubahan kinerja usaha perusahaan dapat dijelaska n oleh pengendalian


intern,
sedangkan 18% lainnya dijelaskan oleh faktor faktor lain di luar model
penelitian

Tabel 4: Koefisien Determinasi

Adjusted R
Std. Error of
Model R R Square
Square
the Estimate
1 .906a .821 .815 1.56011
Sumber : Data primer yang diola h (2012)

ISSN 2354-5550
48

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Tabel 5: Uji Regresi

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant)
4.825 1.284

3.758 .001

X_Pengendalian_Intern
al
.506 .042 .906 11.924 .000
Sumber: Data primer yang diolah (2012)

Uji regresi (uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengendalian


intern
terhadap kinerja perusahaa n. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarka n
hasil analisis pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa variabel Pengenda lia n
intern
memiliki koefisien regresi sebesar 0,506 dengan nilai p sebesar 0,000
sehingga dapat
disimpulka n bahwa pengendalian intern berpengaruh positif terha dap
kinerja

keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah
dilakuka n oleh Elbannan (2008), El-gazzar (2011), Chih-Yang (2007) dan
Sinarwaty
(2007).

KESIMPUN, KETERBATASAN, DAN PENELITIAN BERIKUTNYA

Penelitian in telah menjawab masalah penelitian tenta ng hubungan


pengendalian intern dan kinerja perusahaan.
telah

Uji koefisien determinasi

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara


pengendalian intern
dan kinerja keuanga n perusahaan. Hasil koefisien regresi menunjukkan
bahwa
pengendalian internal berpengaruh terhadap kiner ja keuangan dan telah
menjawab
hipotesis yang diajukan dala m penelitia n ini.
ISSN 2354-5550
49

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Keterbatasan dalam penelitia n ini terdapat pada variabel pengendalian


internal
yaitu hanya didasarkan pada indikator-indikator, seperti struktur organisasi,
sistem
wewena ng dan prosedur pencatatan transaksi keuangan serta
kecakapan/kompetensi

karyawan yang sesuai dengan penelitian sebelumnya,


penelitian ini

sehingga hasil

kurang memberika n ga mbaran yang menyeluruh mengena i pengendalian


internal yang
sebenarnya.
komponen

Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan komponen-

pengendalian intern yaitu Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko,


Aktivitas
Pengendalian, Informasi dan Komunikasi serta Pemantauan (monitoring) dan
indikator-indikator yang mendukungnya sehingga kompleksitas variabel
tersebut a kan
lebih terdeteksi konkrit tidaknya sebagai pemicu kinerja sebagai variabel
pengendalian
internal di dalam penelitian selanjutnya.
terbatas

Selain itu, penelitian ini hanya

meneliti perusahaan asuransi jiwa yang berdomisili di wilayah Jakarta


Selatan saja,
penelitan yang berikutnya dapat dilakukan pada industri lain yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Al-laith, Ali Abdul G hani. 2012. Adaptation of the internal control systems
with the
use of IT and its effects on the financial statement reliability. International
Management Review. Vol 8 No. 1.
Asia News Monitor. 2010. 27th of July, 27. Thailand: Life insurance to grow 1618%
the 2nd half of 2010.
Barra, Roberta Ann. Spring. 2010. The impact of internal control and
penalties on
fraud. Journal of Information Systems. Vol 24 No. 1 pp 1-21.

Bodnar, George H and William S. Hopwood. 2012. Accounting Information


System.
11th ed. USA: Pearson Higher Ed USA
Chih-Ya ng, Tseng. (2007). Internal Control, Enterprise Risk Management, and
Firm
Performance. Disertation Publishing. Maryland:

University of Ma ryland,

College Park.
Elbannan, Moha med A. 2008. Quality of Interna l Control Over Financial
Reporting,
Corporate Governance and Credit Ratings. International Journal of
ISSN 2354-5550
50

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Disclosure and Governance. Vol 6. pp 127-149

Elgazzar, Samir M. 2011. Reporting Internal Control Weaknesses and Debt


Rating
Changes. International Atlantic Economic Society. Vol 17: pp 421-435.
Hall, James A. (2008). Accounting Information System. 6th edition. USA:
SouthWestern
Ikatan Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik. (2011). Standar
Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011. Jakarta: Salemba Empat.
Lembaga Riset Media Asuransi. Industri Asuransi Indonesia Tumbuh Baik.
Investor
Daily. 8 Juni 2012
Ma laysia Insurance Report. Q-2 2012. Business Monitor International.

Prieto, Isabel Ma and Elena Revilla. 2006. Learning capability and


business
performance: a non financial and financial assessment. The Learning
Organization, 13: 1166-185.
Rao, MVS Srinivasa. 2011. Performance of India n Insurance Industry in the
era of
liberalisation. Journal of Contemporary Research in Management. Vol AprilJuni 2011: pp 37-48
Sinarwaty. (2007). Analisis Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Usaha
KecilMenengah (Studi Pada Industri Meubel di Kota Kendari). Jurnal Ilmiah
WAKAPENDIK. Vol. 2. No.1. Hal. 38-53.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Indonesia. Undang-undang tentang Perasuransian No. 2 tahun 1992
Peraturan Menteri keuangan Republik Indonesia no. 53/PMK.010/2012
tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
Peraturan Menteri keuangan Republik Indonesia No. 30/PMK.010/2010
tentang
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank

ISSN 2354-5550
51

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNING RESPONSE


COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN KOMPAS 100 YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2009-2010

Hanung Desy Hapsari


Perbanas Institute

Panubut Simorangkir
Perbanas Institute

ABSTRACT
The purpose of this research to is to analyze the effect of Capital
Structure
(CS), Firm Size (FS) and Auditor Quality (AQ) toward Earning Response
Coefficient
(ERC) in companies that is classified in compass index 100 in Indonesian
Stock
Exchange over period 2009 - 2010. The population of this research is 100
companies
that is classified in compass index 100 in Indonesian Stock Exchange over
period
2009 - 2010. Sampling technique used is purposive sampling with criteria:
(1)
Categorized firm and enrolled deep compass index 100 on a respectively
to periods
2009-2010, (2) The company that represents their financial report per 20092010, (3)
Firm always announce positive profit up to period 2008-2010, and (4)
Sample firm

that is analyzed is not included moving corporate type deep banking area and
finance
institutions . The data is obtained from published financial report. It is gained
sample
amount of 34 companies from 100 companies those are classified in
compass index
100 in Indonesian Stock Exchange. The techniqueof analysis used multiple
regression
and hypothesis test using t-statistic to examine partial regression
coefficient and Fstatistic to examine the mean of mutual effect with level of significance
5%. This
research results that Capital Structure gives significantly negative effect on
ERC. The
other variables which is Firm Size and Auditor Quality are not significant to ERC.

Keywords: Earning Response Coefficient (ERC), Capital Structure (CS), Firm Size
(FS)
and Auditor Quality (AQ).
ISSN 2354-5550
52

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

I. PENDAHULUAN

L
aba sering digunakan untuk mengukur
dapat

kinerja manajemen sebab

laba

memprediksi kea daan perusahaan dan distribusi dividen di masa yang


akan

datang. Pemegang saham akan memberi respon yang lebih besar kepada
perusahaan
yang memunyai laba yang
akan

naik,

dengan harapan laba yang meningka t

meningkatka n harga pasar saham. Dalam beberapa hal biasa terjadi hal
sebaliknya,
seperti pada PT Merck Tbk yang meskipun mengalami penurunan laba
sebesar 19%,
namun harga sahamnya meningkat 20,62% . Hal yang sebaliknya terjadi
pada PT
Bentoel Inter nasional Investama Tbk (RMBA) yang mengalami penurunan
harga
saham sebesar 8,3%, meskipun
menjadi Rp 235

laba bersih perusa haan na ik 108%

miliar di semester I tahun 2011. Da ri fenomena tersebut diketahui bahwa


harga pasar
bukan saja dilihat dari sisi labanya namun dipengaruhi oleh faktor -faktor
yang
berhubungan dengan laba. Palupi, (2006) Dengan mengetahui faktor- faktor
yang
memengaruhi koefisien
besar

respon laba maka dapat diketahui kemungkinan

kecilnya respon harga saham atas informasi laba perusahaan.


Penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara faktor struktur
modal,
ukuran perusahaan dan kualitas auditor dan kualitas ERC menunjukkan ha
sil yang
variatif.
Penelitian tentang struktur modal
(2006), da n

oleh Mulyani dkk (2007), Ridwan

Murwaningsari (2008) menunjukkan bahwa variabel dependen berpengaruh


negatif
terhadap ERC.
bahwa

Sedangkan

Suaryana, Agung dkk (2005)

menyatakan

struktur modal berpengaruh negatif tidak signifikan terhada p ERC.

Hasil penelitian tentang ukuran perusahaan oleh Mulyani dkk


(2007), da n
Murwaningsari (2008) berpenga ruh
(2006)
berpengaruh
n

negatif terhadap ERC dan Palupi

negatif tidak signifikan terhadap ERC. Namun hasil penelitia

Ma yangsari (2004) dan Ridwan (2004)


yaitu tida k

menunjukkan hasil yang berbeda,

berpengaruh terhadap ERC.


Hasil penelitian yang variatif tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan kajia n
ulang tentang hal-hal yang memengaruhi harga pasar saham dala m
sebuah penelitian
yang berjudul
ient

Faktor -faktor Yang Memengaruhi Earning Response Coeffic

ISSN 2354-5550
53

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

(ERC) pada Perusahaan Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode
2009-2010.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh ka jian empiris tentang
pengaruh
struktur modal, ukuran perusahaan dan kualitas auditor terhadap ERC.
Dengan
demikian akan dikaji tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ERC seperti
struktur

modal, ukuran perusahaan serta kualitas auditor.


Hasil penelitian diharapkan akan bermanfa at bagi shareholder
maupun
potential shareholder guna mema hami bagaimana struktur modal, ukuran
perusahaan
serta kualitas auditor dapat memengaruhi ERC. Dengan demikian
paradigma ini
menja di bagian dari pemicu pengembangan pengetahuan yang komprehensif
di dalam
melakukan analisis fundamental atas keputusan investasi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


a. Pengaruh Struktur Modal terhadap ERC
Investor maupun calon investor sebelum berinvestasi akan melihat
struktur
modal perusa haan yang mengga mbarka n komposisi utang jangka pendek,
utang
jangka panjang serta modal. Perusahaan yang memiliki utang yang tinggi
pada
akhirnya akan menimbulkan beban bunga yang tinggi dan tentu saja akan
memengaruhi besarnya laba dari perusahaa n tersebut. Sjahrial, (2010:185)
juga
mengatakan perusahaan yang tidak memiliki utang harga sahamnya akan
meningkat
sementara perusahaan yang memiliki banyak utang, maka harga sahamnya
akan
turun. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa perusahaan yang struktur
modalnya
didominasi oleh utang yang dilihat dari leverage tinggi akan
negatif

berpengaruh

terhadap ERC.
Berdasarkan uraia n di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap ERC.

ISSN 2354-5550
54

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

b. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap ERC


Ukuran perusahaan da pat digunakan sebagai
pertimbanga n

salah satu bahan

investor maupun calon investor untuk berinvestasi, sebab perusahaan yang


relatif
besar memiliki kecenderunga n untuk menyampaikan
komprehensif
untuk

informasi yang lebih

ke publik. Sehingga ukuran perusahaan merupakan proksi

kelengkapan informasi termasuk laba perusahaan. Mudah memahami


kecenderungan
bahwa perusahaan berskala besar akan berupaya menyedia kan ba nyak
informasi
mengenai aktivitasnya, yang ini pada akhirnya akan memudahkan
pengguna untuk
melakukan interpretasi informasi keua ngan. Palupi (2006) menghasilkan
penelitian
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positip terhadap
ERC,
meskipun pada penelitian

Mulya ni dkk (2007), dan Murwaningsari (2008)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC.


Berdasarkan uraia n di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H2 : Ukuran Perusahan berpengaruh signifikan terha dap ERC

c. Pengaruh Kualitas Auditor terhadap ERC


Laporan keuangan yang telah diaudit akunta n publik memunyai kualitas
tertentu
yang diharapkan akan memberikan informasi yang akurat, sehingga dengan
demikia n
pembaca laporan keuangan tidak tersesat dari informasi yang
di

terkandung

dalamnya. Secara umum pandangan masyarakat/investor ba hwa kualitas


auditor
sangat berkaitan erat dengan informasi keuangan, artinya
berkualitas

auditor yang

akan diindikasikan dengan nama besar dari kantor akuntan sang auditor
bekerja.
Dengan kata lain bahwa auditor yang bekerja pada KAP yang besar
dipandang akan
lebih memiliki tanggungjawab yang lebih tinggi dala m menjaga reputasinya,
sehingga
laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik besar lebih
direspon oleh
pasar yang dinyatakan dengan ha rga pasar saham. Dari uraian tersebut
memberi arti
bahwa kualitas auditor berpengaruh terhadap kualitas earnings yang
dilaporka n saat
pengumuman laba, pasar lebih
diperiksa Kantor

berea ksi terha dap perusaha an yang

Akuntan Publik yang ber mitra dengan KAP besar dibandingkan dengan K
AP kecil.
Karena mereka beranggapan laba yang dihasilkan sudah benar-benar
relevan dan
laporan keuanga n telah memiliki kredibilitas karena
auditor yang
ISSN 2354-5550
55

diaudit dengan

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

berkualitas, sehingga angka-angka akuntansi yang dilaporkan mencerminkan


nilai
yang sesungguhnya (Teoh dan Wong 1993 dalam Mayangsari 2004:155)
Dari penjelasan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Kualitas Auditor berpengaruh signifika n terhadap ERC

METODOLOGI PENELITIAN
Data
Data
dari

di dalam penelitian ini diperoleh dari Capital Market Directory serta

website Jakarta Stock Exchange. Laporan keuangan yang diteliti adalah


seluruh
perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam index kompas 100 yang
terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010.
dalam

Purposive sampling digunakan

penelitia n ini dengan kriteria sebagai berikut:


1. Perusahaa n sampel tergolong dalam index kompas 100 dan terdaftar
seca ra
berturu-turut selama periode penelitian dari tahun 2009-2010.
2. Perusahaa n sampel mempublikasikan laporan keuangan untuk tahun
yang
berakhir 31 Desember dengan mata uang rupiah.
3. Selama periode penelitian, perusahaan secara berturut-turut
mengumumkan
laba positif .
4. Perusahaa n yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh
kantor

akuntan publik yang sama dalam kurun waktu tahun 2009 - 2010 yang
dilengkapi nama kantor akuntan publik.
5. Perusahaa n sampel yang diteliti
yang

bukan termasuk jenis perusahaan

bergerak dalam bidang perbankan.


Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional diperlukan agar konsep yang digunakan dapat diukur
secara
empiris serta menghindari terjadi kesalahan penafsiran. Definisi opera sional
dari
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Variabel Independen (X) :
1. Struktur Modal (X1)
ISSN 2354-5550
56

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Yaitu gambaran dari struktur modal sebuah perusaha an antara hutang


jangka
pendek, hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal
dihitung
menggunakan rasio leverage yaitu perbandingan total hutang dengan total
asetnya.
2. Ukuran Perusa haan (X2)
Yaitu proksi dari besa rnya perusahaan yang dikelompokkan menjadi
perusahaan besar dan kecil yang dilihat berdasarkan total asetnya.
3. Kualitas Auditor (X3)
Yaitu merupakan Kantor Akuntan Publik yang besar dan memunyai reputasi

baik yaitu Kantor Akuntan Publik Big Four.


B. Variabel Dependen
1. Earnings Response coefficient (ERC) (Y)
Yaitu
laba

koefisien dari respon pasar yang diperoleh da ri hasil mengukur

yang dila porka n perusahaan


normal

(unexpected earning) terhadap return tak

kumula tif (cumulative abnormal return) (CAR).

Pengukuran Variabel
Dala m penelitian ini, pengukuran
n sebagai

variabel yang digunakan dapat dijelaska

berikut:
A. Variabel Independen (X)
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah :
1. Struktur Modal (X1), diukur dengan rasio leverage yang membandingkan
total
hutang dengan total aset. Skala yang digunakan adalah skala rasio
n

denga

menggunakan satuan ukur persen.


Leverage =

Total Hutang

x 100%
Total Aset

2. Ukuran perusahaan (X2), ukuran perusahaan da pat menggunakan total


asset
perusahaan. Penelitian ini menggunakan proksi besarnya perusahaan yang
diukur
dengan logaritma na tural dari total a set.
Skala yang digunakan adalah skala rasio da lam Logaritma Natural.
Ukuran perusaha an =

Logaritma Natural Total Aset

ISSN 2354-5550
57

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

3. Kualitas Auditor (X3), diukur dengan variabel dummy di mana kode 1


diber ikan
jika perusahaan diaudit dengan KAP Indonesia yang bermitra dengan
Big
Four dan kode 0 jika perusahaa n dia udit
bermitra

bukan

KAP

KAP Indonesia yang

dengan KAP Big Four. Skala yang digunakan adala h ska la nominal.
B. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ERC diukur dengan menghitung
:
1. Menghitung Cumulative Abnormal Return (CAR)
t

Dalam hal ini :


CARi (-3+3) : cumulative abnormal return sela ma 3 hari sebelum
dan sesudah laba akuntansi dipublikasikan.
CARi,t =

ARi,a

a=t3
ARit = Rit - Rm
Dalam hal ini :
ARit = Abnormal return perusaha an i pada hari t
Rit

= Return Aktual perusahaan i pada hari t

Rm
a.

= Return pasar perusahaan i pada hari t


Menghitung return aktual menggunakan harga saham penutup (closing

price). Skala yang digunakan adalah rasio.


Rit

Pit Pit-1
Pit-1

Dalam hal ini :


Rit

= Return aktual perusahaan i pada hari t

Pit

= Harga penutupan saham i pada hari t

Pit-1

= Harga penutupan saham i pada hari t-1

b. Menghitung return pasar dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Skala


yang digunakan adalah rasio.
Rm = ( IHSGt- IHSGt-1 )
IHSGt-1

ISSN 2354-5550
58

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Dalam hal ini :


Rm
IHSGt

= Return pasar perusahaan i pada ha ri t


= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t2. Menghitung Unexpected earnings dengan mengguna kan EAT (Earning After
Tax)
UEit = ( EATit - EATit-1 )

EATit-1
Dalam hal ini :
UEit

= Unexpected Earnings perusahaa n i pada tahun t

EATit

= Earning After Tax (EAT) pada tahun t

EATit-1 = Earning After Tax (EAT) pada tahun t-1


3. Menghitung slope a1 dari hubungan CAR dengan UE
CARit = a0 + 1UEit + 2Rit + eit
Dalam penelitian ini:
CARit = Cumulative Abnormal Return selama 3 hari sebelum dan sesuda h
laba
akuntansi dipublikasikan
UEit

= Unexpected Earnings perusahaan i pada tahun t


= Nilai ERC

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data yang
diperoleh tidak secara langsung dari sumber utama (perusahaan). Data
sekunder
tersebut berupa laporan keuangan, harga saham perusahaan, dan Indeks
Saha m
Gabungan yang terpilih yang akan menja di sampel penelitia n ini.
Sumber D ata
Sumber data yang digunakan dala m penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga
saham, dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2009 - 2010
dalam
kelompok indeks
ISSN 2354-5550
59

yang termasuk

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

kompas100.
situs

Data ini diperoleh dari

hasil riset mela lui harian kompas,

homepage Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id tahun 2009 2010 dan
situs homepage Dunia investasi ya itu www. duniainvestasi.com.

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis


Dala m melakukan analisis dan uji hipotesis, prosedur yang dilakukan diba
ntu denga n
menggunakan program komputer yaitu SPSS 17.0 for Windows.

Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunaka n dalam melakuka n pengujian hipotesis
dalam
penelitia n ini adalah analisis regresi berganda. Analisis ini dila kukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh Struktur modal, Ukuran Perusahaan, dan
Kualitas
Auditor seba gai variabel bebas (independent variabel) terhadap ERC sebagai
variabel
terikat (dependent variabel). Persamaan regresi linier berganda denga n
menggunaka n
3 variabel independen dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dalam hal ini :
Y
a

= ERC
= Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen

X1
X2

= Struktur Modal
= Ukuran Perusahaan

X3

= Kualitas Auditor

= Error Term

Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam


uji regresi
linier berganda terlebih dahulu harus dila kukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu agar
penelitia n tidak bisa dan untuk menguji kesalahan model regresi yang
digunaka n
dalam penelitian ini.

ISSN 2354-5550
60

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Pengujian asumsi klasik yang dilakuka n sebagai berikut:


1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas

bertujuan untuk menguji a pakah model regresi

ditemukan adanya korelasi a ntar variabel bebas. Uji multikolinieritas


dilakuka n
dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas
dapat
terjadi jika nilai
tolerance di
bawah 0,10.

Variance Inflation Factor (VIF) melebihi 10 dan nilai

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
penga matan
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka,
disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas.
Dasar pengambilan keputusan:
1) Probabilita s > 0,05 bebas dari heteroskedastisitas.
2) Probabilita s < 0,05 terkena heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji ada atau tidak

di dalam model

regresi linier korelasi pengganggu pa da periode t denga n kesalahan


pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kor elasi, maka dinama kan ada
problem
autokorelasi. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi dila kukan melalui
pengujian
terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW). Dasar pengambilan keputusan angka
D-W
(Durbin Watson):
a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi nega tif.
4 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi nor mal. Uji t dan F
mengasumsika n
bahwa nila i residual mengikuti distribusi normal.

ISSN 2354-5550
61

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Hasil Statistik Deskriptif


Berdasarkan hasil pengolahan
Product and

data dengan bantuan SPSS (Statistical

Service Solution) versi 17.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:


Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N)
adalah
34 perusahaan, dari sampel dala m penelitian ini nilai minimum dan nilai
maksimum
untuk variabel
Tbk dan

ERC

adala h

sebesar -0,53% yaitu PT Akr Corporindo

0,78% yaitu PT Duta Graha Indah Tbk. Rata - rata ERC adalah sebesar
0,0014%.
Artinya bahwa seluruh 34 perusahaan dalam penelitian ini umumnya pasar
bereaksi
terhadap laba sebesar 0,0014%.
Variabel Struktur Modal (SM) yang dihitung dengan menggunakan total hutang
dibagi
total asset yang dimiliki. Stuktur Modal memunyai nilai minimum sebesar
0,06%
yaitu PT Ciputra Property Tbk, sedangkan nila i maksimum sebesar 0,07%
ya itu PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk. Struktur Modal memunyai nilai rata - rata
Struktur
Modal sebesar 0,4110 %. Hal ini menunjukkan 34 perusahaan indeks
kompas 100
menggunakan hutang sebesar 0,4110% untuk mendanai Asset yang dimiliki.
Variabel

Ukuran Perusahaan (UP) dala m penelitian ini memiliki nilai minimum


sebesar 27,99
yaitu PT Total Bangun Persa da Tbk dan nilai maksimum sebesar 32,22
yaitu PT
Telekomunikasi Indonesia.
Ukuran Perusahaan memunya i nilai rata - rata yang dimiliki sebesar 29,7609.
Hal ini
mempunyai arti bahwa 34 perusahaan indeks kompas 100 rata-rata
Logaritma natural
UP adalah bilangan natural 29,7609.
m

Va riabel Kualitas Auditor

(KA) dala

penelitia n ini memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yaitu perusahaan yang
diaudit
dengan Kantor Akunta n Publik yang tidak bermitra dengan Bigfour dan
nilai
maksimum 65 sebesar 1,00 yaitu perusahaan yang diaudit dengan Kantor
Akunta n
Publik yang bermitra dengan Bigfour. Kualitas Auditor memiliki nilai rata rata yang
dimiliki sebesar 0,7059. Hal ini berarti bahwa 34 perusahaan indeks
kompas 100
menggunakan Kantor Akunta n Publik yang bermitra dengan
maupun tidak

Bigfour

bermitra dengan Bigfour yaitu sebesa r 0,7059.


Analisis Statistik Deskriptif
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode
deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif merupakan pencata tan data yang
disertai
ISSN 2354-5550
62

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

angka-angka yang merupakan nilai dan dapat diberikan ga mbaran yang


objektif dari
masalah yang dianalisis.

UJI HIPOTESIS
Pengujian terhadap model regresi pada penelitian ini dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu
pengujia n menyeluruh atau simultan (uji F), pengujian individu atau parsial (uji
t), dan
uji koefisien determinasi (R2).
1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F)
Untuk mengeta hui bahwa variabel independen (Struktur modal, Ukuran
perusahaan, dan Kualitas Auditor) secara simultan memunyai pengaruh
yang
signifikan terhadap variabel dependen ERC
Formulasi hipotesis:
a. Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 Variabel independen (Struktur modal,
Ukuran
perusahaan, dan Kualitas Auditor) secara bersama-sama tidak memunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen ERC
b. Ha : 1 = 2 = 3 = 4
ukuran

0 Variabel independen (struktur modal,

perusahaan, dan kualitas auditor) secara bersama -sama memunyai


pengaruh
yang signifikan terha dap variabel dependen ERC
Dasar pengambilan keputusan:
a. - Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima .
- Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak.
b. Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambilan keputusannya

adalah:
(1) Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. 57
(2) Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
2. Pengujian Individu atau Parsial (Uji t)
Untuk mengeta hui bahwa variabel independen (Struktur modal, Ukuran
perusahaan, dan Kualitas Auditor) secara parsial memunyai pengaruh yang
signifikan
terhadap variabel dependen ERC.
Formulasi hipotesis:
a. Variabel Struktur modal memunyai pengaruh terhadap ERC.
ISSN 2354-5550
63

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Ho1 : 1 = 0 secara parsial Struktur modal tidak terdapat pengaruh terhadap


ERC
Ha1 : 1 0 secara parsial Struktur modal ter dapat pengaruh terhadap ERC
b. Variabel Ukuran Perusahaan memunyai pengaruh terhadap ERC.
Ho2 : 2 = 0 secara parsial Ukuran Perusahaan tidak terdapat pengaruh
terhadap
ERC
Ha2 : 2 0 secara parsial Ukura n Perusahaan terdapat pengaruh terhadap ERC
c. Variabel Kualitas Auditor memunyai pengaruh terha dap ERC.
Ho3 : 3 = 0 secara parsial Kualitas Auditor tidak terdapat pengaruh terhadap
ERC
Ha3 : 3 0 secara parsial Kualitas Auditor terdapat pengaruh terha dap ERC
Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika t tabel = t hitung = t table, maka Ho diterima dan jika t hitung <
t tabel atau t hitung > t table, maka Ho ditolak.
b. Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambila n
keputusannya adalah:
(1)

Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

(2)

Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak

3. Uji Koefisien D eterminasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui persentase penga
ruh
variabel independen (Struktur Modal, Ukuran perusahaan, dan Kualitas
Auditor )
secara bersama-sama terhadap variabel dependen
interval

ERC. Nilai R2 memiliki

mula i dari 0
sa mpai 1 (0
baik model

= R2= 1). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), sema kin

regresi tersebut yang berarti variabel independen secara keseluruhan dapat


menjelaskan varia si dari variabel terikat. Semakin kecil nilai R2 (mendekati 0)
berarti
variabel independen secara keseluruhan semakin tidak dapat menjela skan
variasi dari
variabel terikat.

ISSN 2354-5550
64

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan ada lah perusahaan yang tergolong dalam
indeks
kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009
sampai
dengan 2010. Perusahaan-perusahaan tersebut di a tas terpilih dari populasi
yang ada
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode
purposive
sampling.
Deskripsi Hasil Penelitian
Untuk analisis penelitian, data ya ng diperlukan adalah perhitungan struktur
modal,
ukuran perusahaan dan kualitas auditor. Berikut ini data yang diguna kan
sebagai
sampel penelitian.
Tabel 1
Nama-Nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

NO KODE PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN


1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk
2 AKRA PT Akr Corporindo Tbk
3 ANTM PT Aneka Ta mbang Tbk
4 ASRI PT Alam Sutra Realty Tbk
5 BMTRA PT Global Mediacom Tbk
6 CTRA PT Ciputra Development Tbk
7 CTRP PT Ciputra Property Tbk

8 CTRS PT Ciputra Surya Tbk


9 DGIK PT Duta Graha Indah Tbk
10 ELSA PT Elnusa Tbk
11 GZCO PT Gzco Plantations Tbk
12 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
13 INDY PT Indika Energy Tbk
14 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
15 ISAT PT Indosat Tbk
ISSN 2354-5550
65

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

NO KODE PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN


16 JSMR PT Jasa Marga Tbk
17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
18 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
19 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk
20 MPPA PT Matahari Putra Prima Tbk
21 PGAS PT Perusahaan Gas Nega ra Tbk
22 PTBA PT Batubara Tbk.
23 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk
24 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk
25 SMGR PT Semen Gresik Tbk
26 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
27 TINS PT Timah Tbk
28 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

29 TOTL PT Total Bangun Persada Tbk


30 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
31 UNSP PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
32 UNTR UNTR PT United Tractors Tbk
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
34 WIKA PT Wija ya Karya (Persero) Tbk
Sumber : www.idx.co.id

Str uktur Modal


Hasil pengolahan data menunjukkan
perusahaan

bahwa jumlah Leverage dari 34

tergolong dalam indeks kompas 100 periode 2009 - 2010 adalah 13.9731 dan
rata-rata
Leverage dari 34 perusa haan tergolong dalam indeks kompas 100 periode
2009 2010 sebesar 0,4110. Perusahaan yang menghasilka n leverage tertinggi
adalah PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk pada tahun 2009 2010 yaitu sebesar 0,7041
Perusahaan
yang menghasilkan
Ciputra

leverage terendah pada tahun 2009 - 2010 adalah PT

Property Tbk yaitu sebesar 0,0637


ISSN 2354-5550
66

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Ukuran Perusahaan

Dari hasil pengolahan data dapat


perusahaan dalam

diketahui bahwa jumlah ukuran

yang diproksika n dengan total asset dari 34 perusahaan tergolong dalam


indeks
kompas 100 periode 2009 - 2010 adalah
ukuran

10.118.720 juta dan

rata-rata

perusahaan dalam Ln dari 34 perusahaan tergolong dala m indeks kompas 100


periode
2009 - 2010 sebesar 29,7609.
Perusahaan yang menghasilkan tertinggi ukuran perusahaan dalam Ln
adalah PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2009 2010 yaitu sebesar
32,2239
perusahaan yang menghasilkan perusahaan dalam Ln terendah pada tahun 2009
- 2010
adalah PT Total Bangun Persada Tbk yaitu sebesar 27,9898.

Kualitas Auditor
Hasil pengamatan menunjukkan
dalam

bahwa jumlah kualitas auditor perusahaan

Nominal dari 34 perusahaan tergolong dalam indeks kompas 100 periode 2009
- 2010
adalah 24
34

dan

rata-rata kualitas auditor perusahaan dala m nominal dari

perusahaan tergolong dalam indeks kompas 100 periode 2009-2010


sebesar
0,705882. Perusahaan kompas 100 periode 2009 - 2010
kan auditor

yang mengguna

Big Four ada 24 perusa haan dan Non Big Four a da 10 perusahaan.

Analisis dan Uji Hipotesis


Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan
diperoleh hasil

data denga n bantuan SPSS versi 17.0

perhitungan sebagai berikut:


Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Erc
34 - 53 .78 .0014
SM
34 .06 .70 .4110
34 27.99 32.22 29.7609
UP
ISSN 2354-5550
67

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

KA
34 .00 1.00 .7059
Valid N (listw ise) 34

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapa t diketahui bahwa nilai minimum


dan nilai
maksimum untuk
Corporindo

variabel ERC adalah sebesar -0,53% yaitu PT Akr

Tbk dan 0,78% yaitu PT Duta Graha Indah Tbk. Rata - rata ERC adalah
sebesar
0,0014%. artinya bahwa keseluruha n 34 perusaha an dalam penelitian ini
umumnya

pasar bereaksi
terhadap laba sebesar 0,0014%.
Variabel Struktur Modal (SM) yang dihitung dengan menggunakan total hutang
dibagi
total aset memiliki. Stuktur Modal memunyai nilai minimum sebesar 0,06%
yaitu PT
Ciputra Property Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,07% yaitu PT
Wijaya
Karya (Persero) Tbk. Struktur Modal memunyai nilai rata - rata Struktur
Modal
sebesar 0,4110 %. Hal ini menunjukkan 34 perusahaan indeks kompas 100
menggunakan hutang sebesar 0,4110% untuk mendanai Asset yang dimiliki.
Variabel Ukuran Perusahaan (UP) dala m penelitian ini memiliki nilai
minimum
sebesar 27,99 yaitu PT Total Bangun Persada Tbk dan nilai ma ksimum sebesar
32,22
yaitu PT Telekomunikasi Indonesia.
Ukuran Perusahaan memunya i nilai rata - rata yang dimiliki sebesar 29,7609.
Hal ini
menunjukkan artinya bahwa 34 perusahaan indeks kompas 100 rata-rata
Logaritma
natural UP adalah bila nga n natura l 29,7609.
Variabel Kualitas Auditor (KA) dala m penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar
0,00 yaitu perusahaan yang diaudit dengan Kantor Akuntan Publik yang tidak ber
mitra
dengan Big four dan nilai maksimum sebesar 1,00 yaitu perusahaan yang
diaudit
dengan Kantor Akuntan Publik yang bermitra dengan Bigfour. Kualitas
Auditor
memiliki nilai rata - rata yang dimiliki sebesar 0,7059. Hal ini
menunjukkan artinya
bahwa 34 perusahaan indeks kompas 100 menggunakan Kantor Akuntan
Publik yang

bermitra dengan
sebesar

Big four maupun tidak bermitra dengan Big four, yaitu

0,7059.

ISSN 2354-5550
68

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Analisis Regresi Berganda


Hasil dari olah data yang dilakukan menghasilkan persamaan r egresi atas
penelitian
yang dilakukan. Adapun persamaan regresi penelitian ini dapat diketahui dari
tabel di
bawah ini:
Tabel 3
Hasil Uji Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
B
1 (Constant) 1.716
SM -.593
UP -.045
KA -.182

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah


ERC = 1.716 - 0.593 SM 0.042 UP 0.182 KA

Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa ketiga variabel


independen yakni
Struktur Modal, Ukuran perusahaan dan Kualitas Auditor memiliki hubunga
n yang
terbalik terhadap variabel dependen. Artinya jika struktur modal, ukuran
perusa haan
dan kualitas auditor sema kin besar, maka ERC semakin kecil.
Pengujian Simultan (Uji F)
Untuk mengeta hui bahwa variabel independen Struktur Modal (SM), Ukuran
Perusahaan (UP), dan Kualitas Auditor (KA) secara simultan memunyai
pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen (ERC).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Model Df F Sig.
Regression 3 3.092 .042a
Residua l 30
Total 33
Tabel di atas
nilai

menunjukka n bahwa nilai hitung sebesar

3,092

dengan

signifikansi sebesar 0,042. Seda ngkan untuk mencari F tabel denga n


jumlah sampel
ISSN 2354-5550
69

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

(n) = 34; jumlah variabel independen (k) = 3; taraf signifikansi (a) = 0,05
adalah df 1

= jumlah variabel - 1= 4 - 1 = 3 dan df 2 = n - k - 1 = 34 - 3 - 1 =


30, dengan
menggunakan tabel distribusi F dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai tabel
sebesar
2,922. Dengan demikian, bila nila i F hitung > dari nila i F table, berarti
hipotesis yang
ada ditolak, yang berarti secara simultan ketiga va riabel independen
mempunyai
pengaruh signifikan negatif terhadap ERC.
2. Pengujian Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui bahwa variabel independen (struktur modal (SM), ukuran
perusahaan (UP), da n kualitas auditor (KA)) seca ra parsial memunyai
pengaruh yang
signifikan terha dap variabel dependen (ERC). Untuk lebih jelasnya da pat dilihat
pada
tabel berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients T Sig.
B
1 (Constant)
1.716 1.202 .239
SM
-.593 -2.047 .049
UP
-.045 -.898 .376
KA
-.182 -1.641 .111

Dengan jumlah sa mpel (n) = 34; jumlah variabel independen (k) = 3; taraf
signifikansi
(a) = 0,025, maka derajat kebebasan df = n-k-1 = 34 - 3 1 = 30. Distribusi t
dan taraf
signifikansi 0,025 diperoleh nilai tabel sebesar 2,042.
Hasil tabel menunjukkan bahwa untuk Struktur Modal SM, t hitung
sebesar -2.047
sedangkan tabel sebesar - 2,042, artinya t hitung < t tabel berarti hipotesis
yang ada
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa struktur modal berpengaruh
terhadap ERC.
Ukuran Perusahaan UP menunjukkan
tabel

t hitung sebesar -0.898 sedangkan t

sebesar - 2,042, artinya t hitung > t tabel dengan tingkat signifika nsi 0,376 >
0,05 hal
ini berarti hipotesis ya ng ada
hwa
ukuran

ditolak , sehingga dapat disimpulkan ba

perusahaan tidak memunyai pengaruh terhadap ERC.


ISSN 2354-5550
70

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Kualitas Auditor KA memunyai t hitung sebesar -1.641 seda ngkan t tabel


sebesar 2,042, maka -thitung > -t
Dengan

tabel dengan tingkat signifikansi 0,111 > 0,05.

demikian, berarti hipotesis yang ada ditolak, sehingga dapat disimpulkan


bahwa
kualitas Auditor tidak memunyai pengaruh yang terhadap ERC.
3. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumba


nga n
pengaruh variabel independen Struktur Modal (SM), Ukuran Perusahaa n
(UP), dan
Kualitas Auditor (KA) secara serentak terhadap variabel dependen ERC.
Tabel 6
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Errof of
the Estimate
Model R R Square Adjusted R
Square
1 .486 .236 .160 .24627

Tabel di atas menunjukkan bahwa R Square sebesar 0,236 atau 23,6%. Hal
ini berarti
bahwa persentase pengaruh variabel independen (SM, UP dan KA) terhadap
variabel
dependen ERC sebesar 23,6%, sedangka n sisanya sebesar 76,4%
dipengaruhi atau
dijelaskan oleh faktor faktor lain ya ng tidak dijela skan dala m penelitian ini.

PEMBAHASAN
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis terhadap pengaruh Struktur Modal,
Ukuran
Perusahaan, dan Kualitas Auditor pada 34 perusahaan yang tergolong dala
m indeks
kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009
-2010
menunjukkan bahwa secara simultan menyatakan bahwa struktur modal,
ukuran

perusahaan ma upun kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap ERC


sedangka n
secara parsial hanya struktur modal yang memunyai pengaruh terhadap ERC.
Dengan demikia n besaran struktur modal, ukuran perusahaa n dan kualitas
auditor
yang dimiliki oleh sebuah emiten dapat dijadikan pertimbangan untuk
mengetahui
keterkaitan antara pengumuman laba dan reaksi investor terhadap harga
pasar saha m
perusahaan. Hasil uji hipotesis secara individual terhadap struktur modal
menunjukka n
ISSN 2354-5550
71

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

bahwa struktur modal memunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap


ERC. Hal
tersebut menggambarkan bahwa investor berea ksi negatif terhadap emiten
yang
memiliki utang jumlah yang relatip besar. Logika sederhana menyatakan
bahwa
semakin tinggi utang perusahaan aka n
bunga sehingga

semakin banyak

membayar

investor akan lebih tertarik ke perusahaan yang utangnya sedikit/kecil. Hasil


penelitia n
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dkk (2007), Ridwan
(2006),
dan Murwaningsari (2008), dalam
Struktur

penelitiannya menyimpulkan bahwa

Modal memunya i hubungan yang searah negatif dengan ERC.

Ukuran perusahaan ternyata tidak berpengaruh terhadap ERC dengan


demikia n
penelitia n ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Maya ngsari
(2004) da n
Ridwan (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaa n tida k
berpengaruh signifikan terhadap ERC. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan
Mulyani dkk (2007) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ERC.
Hasil uji hipotesis secara individual terhadap Kualitas Auditor menunjukkan
bahwa
Kualitas Auditor tidak memunyai pengaruh terhada p ERC, yang berarti
bahwa pada
umumnya investor kurang memerhatikan Kualitas Auditor sebab hampir
menyeluruh
investor mengutamakan tingginya laba. Auditor hanya sebagai pihak
independen
antara perusahaan dan investor sehingga investor tidak akan peduli
apakah laporan
tersebut telah diaudit oleh auditor yang berkualitas maupun tidak (Mulyani
dkk
(2007)). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani dkk
(2007) dan Mayangsari (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
Kualitas
Auditor tidak berpengaruh signifika n terhadap ERC. Namun demikian, ternyata
bahwa
penelitia n ini hasilnya berbeda
menyataka n

dengan Teoh dan Wong

bahwa kualitas auditor berpengaruh terhadap ERC.

ISSN 2354-5550
72

(1993) yang

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

DAFTAR PUSTAKA

Alexandri, Moh Benny 2008. Manajemen Keua nga n Bisnis Teori dan Soal.
Bandung:
Alfabeta.
Belkaoui, Ahmed Riahi 2006. Accounting Theory. Jilid 1&2 Penerjema h yulianto
dan
Dermauli. Jakarta : Sa lemba Empat.
Depatmen pendidikan Nasional 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4,
Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Elder, Randal J.,Beasley, Mark S, Arens, Alvin A., Yusuf, Abadi Amir 2011,
Auditing
dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi, Jilid I&2 Editor Terjemah
Desti Fitriani, Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Gozali, Imam 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri 2011. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Edisi 1, Jakarta :
PT
Raja Grafindo Persada.
Jogiyanto 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 5, Yogyakarta :
BPFEYOGYAKARTA.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009. Standar Akuntansi K euangan. Jakarta:
Penerbit

Salemba Empat.
Ipot News
dari

untuk artikel PT Bentoel Internasional Investama Tbk download

http:// www.ipotnews.com pada tanggal pada ta nggal 17 November 2011


Ja ng, Lesia., Sugiarto, Bambang., dan Siagian, Dergibson 2007, Faktorfaktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaa n Manufaktur di BEJ,
Jurnal Akuntabilitas Vol. 6 No.2 Maret 2007. Hal : 142-149.
Kasmir 2011. Ana lisis Laporan Keuanga n , Edisi 1 . Jakarta : PT Raja
Grafindo
Persada.
Ma yangsari, Sekar. 2004, Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri
Auditor
terha dap Earnings Response Coefficient, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol 7, No.2 Mei 2004. Hal: 154-178.
ISSN 2354-5550
73

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Medan Bisnis, untuk artikel PT Merck Tbk download dari


http://medanbisnisdaily.com pada tanggal 16

November

2011 Pukul

10.63
Mulyani, Sri., Asik, Fadjrih Nur., dan Andaya ni. 2007, Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi

Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI Vol. 11 No 1 Juli, 2007.Hal 35-45.


Murwaningsari, Etty. 2008,

Pengujian Simultan : Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC).

Simposium

Nasional Akuntansi XI.


Palupi, Margaretta Jati 2006, Analisis Faktor-fa ktor Yang Mempengaruhi
Koefisien
Respon Laba : Bukti Empiris pada Bursa, Jurnal Ekubank Vol. November
2006. Hal : 1-25
Rahardjo, Budi, 2007, Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer non Keuangan,
Edisi
ke 1, Yogyakarta :Gra ha Ilmu.
Reeve, Ja mes M., Warren, Carl S., dan Duchac, Jonathan E.,Wahyuni, Ersa
Tri.,
Soepriyanto, Gatot., Jusuf, Amir Abdi., dan Djakman, Chaerul D, 2009,
Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Terjemahan Damayanti Dian.
Jakarta : Salemba Empat.
Ridwan, Akhma d 2008, Perya taan Standar Akuntansi Keuangan No.46
Dan
Koefisien Respon Laba Akuntansi, Simposium Nasional Akuntansi VII
Denpasar Bali.
Samryn, L.M, 2011. Pengantar Akuntansi, Buku 1. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada .
Samsul, Mohama d , 2006. Pasar Modal & Manjemen. Jakarta : Erlangga.
Santoso, Singgih 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sartono, R. Agus 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi 4
Yogyakarta
: BPFE-YOGYAKARTA.
Scoott, William r, 2006. Financial Accounting Theory, Edisi: 4 Amerika:
Pearson
Prentice Hall.
Sjahrial, Dermawan, 2010. Manajemen Keuangan, Edisi 4 Jakarta: Mitra
Wacana
Media.

ISSN 2354-5550
74

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Stice, Earl K., Stice, James D, dan Skousen, dan K Fred.,Wahyuni, 2009.
Akuntansi
Keuangan Jilid I Editor Terjemah Ali Akbar . Jakarta : Salemba Empat.
Suaryana, Akhmad 2008, Pengaruh Konservatisme Laba
terhadap

Akuntansi

Koefisien Respon Laba Universitas Udaya na.


Sulistyo, Joko 2010. 6 Hari Jogo SPSS 17. Yogyakarta: Cakra wala
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio dan Investa si, Edisi 1 Yogyakarta: Kanisius.
Teoh dan Wong, 1993, Perceived Auditor Quality and the Earnings
Response
Coefficient. The Accounting Review Vol 68 No.2 April 1993 Hal 346358.

ISSN 2354-5550
75

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP PEREDARAN SAHAM


DAN KINERJA KEUANGAN

Mar iana Ayu Wulandari


Perbanas Institute

Natali Yustisia
Perbanas Institute

Abstract

This study aimed to examine the effect of the stock split on

financial

performance, the level of overpriced stocks and trading volume activity in


companies
that stock split in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the split period
of 20062008. The data used is EAT, EPS, EAT growth, EPS growth, PBV and PER one
year
before and after the stock split, and TVA five days be fore and after the stock
split of 15
companies whose stock split, so that the sample used by 30 samples. The
method of
data analysis used in this study is a quantitative method, using SPSS 17.0
in
Kolmogorov-Smirnov normality test and Wilcoxon statistical test. The result
of this
study stated that the stock split does not affect the financial performance
variables
consisiting of EAT, EPS, EAT growth and EPS growth.
stock

Stock splits affect

overpriced level variables measured using PER and PBV and trading volume
activity
variables as measured by the TVA. It is recommended for future studies,
the sample
studied companies categorized by industry, then split and the observation
period was
extended as well as adding other variables.

Keywords: stock split, financial performance, the level of overpriced


stocks, EAT,
EPS, PBV, PER, TVA

Pendahuluan

Harga saham ya ng beredar da pat mempengaruhi minat investor untuk


menanamkan sejumlah dana yang mereka miliki pada suatu perusahaan
yang mereka
anggap dapat memberikan keuntungan yang menggiurkan. Harga saham
merupakan
cerminan dari kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba pada kurun
waktu tertentu
sehingga perusahaan diharapkan dapat memberika n keuntungan bagi
pemegang saha m
ISSN 2354-5550
76

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

di masa yang akan data ng. Sema kin mahal harga saham, maka semakin
tinggi pula
laba yang dapat dihasilkan perusa haan. Namun, apabila perusahaan
menetapkan harga
sahamnya terlalu tinggi hal ini dapat menurunkan minat investor untuk
membeli
saham tersebut. Untuk itu, pemecahan saham merupakan solusi bagi
perusahaan untuk
dapa t menarik minat investor dalam membeli saham dengan jumlah ya ng
besar dan
harga yang rendah.
Pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu bentuk restrukturisasi
modal yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang menimbulka n split
effect, yaitu
tinda kan perusahaan yang berakibat naiknya jumlah saham yang beredar
secara
proporsional lebih besar daripada kena ikan kekayaan perusahaan
(Muazaroh da n

Iramani, 2005). Pemecahan saha m merupakan tindakan memecah selembar


saham
menja di jumlah lemba r saham yang lebih banyak. Pemecahan sa ham
akan
mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah banyak
tanpa melalui
transaksi jual-beli. Secara teor etis pemecahan saham tidak akan menambah
kekayaan
pemega ng saham atau secara tidak langsung memenga ruhi cash flow
perusahaan,
karena di satu sisi jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambah tetapi
di sisi
lain harga sa ham turun secara proporsional.
Salah satu alasan yang mendasari perusahaan melakukan pemecahan
saham,
yaitu alasan memanfaatkan psikologis pemodal dalam ra ngka meningkatkan
likuiditas
saham. Baker dan Gallagher (1980) menyimpulka n bahwa perusahaan
melakuka n
stock split agar dapat mena mbah daya tarik investor dan meningkatkan
perdagangan.
Menurut Conroy dan Harris (1999), para manajer melakukan pemecahan
saham agar
harga saham perusahaan dapat mencapai tingkat harga yang dapat
diterima oleh pa ra
investor. Alasan lainnya adalah memanfaatkan psikologis pemoda l tentang
tingkat
keuntungan yang tinggi karena basis harga yang lebih rendah.
Muazaroh dan Iramani (2005) mengemukaka n terjadinya peningkatan
likuiditas saham yang lebih besa r setelah perusahaan melakukan
pemecahan saham.
Sedangkan, Kurniawati (2003) menunjukka n bahwa terjadi penurunan
likuiditas
setelah perusahaan melakukan pemecahan saham.

Tujuan penelitia n ini adalah untuk menguji pandangan mengenai


pemecaha n
saham yang dianggap dapat memengaruhi kinerja keuangan, tingkat kemahala
n saham
ISSN 2354-5550
77

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

serta aktivitas volume perdagangan saha m. Hasil penelitian ini dihara


pkan dapat
memberikan kontribusi dalam menilai kebijaka n pemecahan saham apakah
tela h
sesuai denga n tujuan yang ditetapkan serta dapat digunakan sebaga i
informasi dala m
pengambilan keputusan berinvestasi pada saham.
Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Pemecahan Saham (Stock Split)
Menurut Sundjaja dan Inge (2002:347) serta Gitman (2009:615),
pemecahan
saham atau stock split merupakan metode yang biasa digunakan untuk
menurunkan
harga pasar sa ham perusahaan dengan meningkatkan jumlah saham yang
dimiliki
setiap pemegang saham.
struktur modal
perusahaan.
yang

Pemecahan saham tidak berpengaruh pada

Namun, pada umumnya meningkatkan jumlah lembar saham

beredar dan mengurangi nilai per lembar saham.


Harga Saham

Menurut Anoraga dan Piji (2001:60) harga saham di bursa efek


ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan pena waran.
meningkat,

Pada saat permintaan saham

maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sedangka n pada


saat banya k
orang yang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan
mengala mi
penurunan.
Husnan (2000:256) menya takan bahwa perubahan harga saham mengikuti
pola random walk terjadi pada pasar modal yang efisien, yaitu
yang harga

pasar

sekuritasnya telah mencerminka n semua informasi yang relevan.


Perubahan harga di
waktu yang lalu tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan perubahan
harga di
masa yang akan data ng.
mengenai harga

Di samping itu terdapat pandangan lain

saham yaitu bahwa gerakan harga saham bukan mengikuti pola random
walk karena
bisa diperkirakan tren atau kecenderungannya di masa yang akan datang.
Volume Perdagangan
Pasar modal di Indonesia dapat dikatakan tidak efisien apabila terjadi
penurunan dalam volume tra nsaksi atau perdagangan (Anoraga dan Piji,
2001:87).
Untuk itu, volume perdagangan saham merupakan besarnya jumlah saham
yang
diperda gangkan sebaga i akibat dari transaksi di pasar modal.
ISSN 2354-5550
78

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Dalam penelitian yang dilakukan Muazaroh dan Iramani (2005), aktivitas


volume perdagangan saham dapat diukur dengam melihat indikator Trading
Volume
Activity (TVA), dimana:

TVA =

Hipotesis
Muazaroh dan Iramani (2005) menggunakan sampel 22 perusahaan dalam
industri property dan real estate. Hasil pengujian terhadap abnormal return
saham
adalah pemecahan saham tidak berpengaruh terha dap reaksi pasar karena
pengumuman pemecahan saham telah diketahui sebelumnya. Untuk
variabel kinerja
keuangan pada perusahaan yang melakukan pemecahan sa ham dan
perusaha an yang
tidak melakukan pemeca han saham menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan
antara EPS perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan pemeca han
saham.
Pertumbuhan kinerja keua ngan yang diukur menggunakan proxi
pertumbuhan laba
bersih perusaha an (EAT) dan laba bersih per lembar saham (EPS) antara
tahun ke-2
dan tahun ke-1 sebelum pemecahan saham dila kukan, menunjukkan EAT
terjadi
peningkatan yang tidak signifikan sedangka n pada EPS mengala mi
penuruna n

sebelum melakukan pemeca han saham.


Variabel lainnya, yaitu tingkat kemahalan harga saham pada perusahaan yang
melakukan pemecahan saham da n yang tidak melakukan pemecaha n
saham
menyatakan bahwa PBV (price to book value) perusahaan yang mela kukan
pemecahan saham lebih baik daripa da perusahaan yang tidak melakukan
pemecahan
saham sehingga mendukung trade range hypothesis yang menyatakan
bahwa
pemecahan saham akan meningkatkan volume perdagangan saham.
aktivitas

Pada

perdagangan saham terjadi peningkatan yang ditunjukkan dari nilai TVA lebih
besar
sesudah perusahaan melakukan pemecahan sa ham, namun nila inya tidak
signifikan.
Penelitian dilakukan Kurnia wati (2003) terhadap perusa haan yang
melakukan stock
split pa da periode Juni 1994 sampai dengan Juni 1997 di BEI.
penelitiannya

Hasil

ISSN 2354-5550
79

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

menunjukkan bahwa pengumuman stock split memiliki kandungan informasi


sehingga
direspon oleh para pelaku pasar di pasar modal.
sa ham

Pada pengujian likuiditas

menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas setelah stock split.


Selanjutnya penelitia n Conroy dan Harris (1999) dengan sampel yang diambil

sebanyak 2.976 perusahaan selama periode 1925 1996 di Amerika


Serikat.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara split dan harga saham pada
perusahaan.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa manajer perusahaan melakukan
pemecahan saham
agar harga saham perusahaan dapat mencapai tingkat harga yang dapat
diterima oleh
para investor.
Penelitian lain oleh Ba ker dan Galla gher (1980) dengan sa mpel 100
perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) selama
tahun 1978
dan tidak mengumumkan stock dividend maupun double stock splits
selama tahun
1974 sampai tahun 1978.
bahwa

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

pemecahan saham merupakan suatu alat yang berguna untuk memba wa


saham ke
tingkat perdagangan yang optimal.
melakukan

Dengan kata lain, perusahaan

pemecahan saham agar tingkat perdagangan berada dala m kondisi ya ng


lebih baik
sehingga dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas
perdagangan.
Mengacu pada penelitian-penelitia n terdahulu, maka hipotesis dalam
penelitia n ini:
H1a : Pemecahan saham berpenga ruh terhadap laba bersih perusahaan
H1b: Pemecahan saham berpengaruh terhadap laba bersih per lembar saham
perusahaan.
H1c: Pemecahan sa ham berpengaruh terha dap pertumbuhan laba bersih
perusahaan.
H1d: Pemecahan saham berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bersih per
lembar

saham perusahaan.
H2a: Pemecaha n saha m berpengaruh terhadap Price Book Value perusahaan.
H2b: Pemecahan saham berpengaruh terhadap Price Earning Ratio perusahaan.
H3 : Pemecaha n saha m berpengaruh terhada p volume perdagangan saha m.

Metode Penelitian
ISSN 2354-5550
80

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Populasi dan Sampel


Penentuan sa mpel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling agar dapat mewakili populasinya dan dapat memenuhi tujuan
penelitian.
Adapun kriteria yang ditentukan adalah:
1. Perusahaa n sampel ada lah perusa haan yang melakukan pemecahan
saha m
selama periode penelitian yaitu pada periode split antara tahun 2006-2008.
2. Perusahaa n yang melakukan pemecahan saha m mengumumkan rencana
pemecahan saha m secara terbuka kepa da publik melalui surat kabar dan media
masa lainnya dengan menca ntumkan nama perusahaan, ketentuan
pemecahan
saham, dan split factor.
3. Selama periode penelitian perusahaan yang menjadi sampel pemecahan sa
ham
terbebas dari double stock splits.
4. Perusahaa n yang menja di sampel merupakan perusahaan yang datanya

tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis.


Populasi penelitian ini adalah seluruh perusa haan yang melakukan pemecaha n
saham dan terdaftar di BEI pada periode split 20062008 yaitu sebanyak
15
perusahaan yang melakukan pemecahan saham di ma na data sampel
yang digunakan
adalah data satu tahun sebelum dan satu tahun setelah pemecahan
saham dilakuka n
sehingga jumla h total sampelnya menja di sebanyak 30 sampel (Lampiran 1).

Jenis dan Sumber D ata


Data dalam penelitian bersumber pada data sekunder yang ada di situs internet
www.idx.com, www.dunia investasi.com serta Indonesia Capital Market
Directory
(ICMD). Data yang diguna kan dala m penelitia n ini meliputi:
1. Nama perusahaan yang melakukan pemecaha n saham pada tahun 2006 2008.
2. Tanggal pengumuman perusahaan melakukan pemecahan saha m.
3. Data Laporan Laba Rugi per 31 Desember pada akhir periode satu tahun
sebelum
dan satu tahun setelah perusahaan melakuka n pemeca han saham yang
meliputi,
laba bersih, laba bersih per lembar saham, PER dan PBV.
ISSN 2354-5550
81

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

4. TVA yang meliputi jumlah saham yang diperdagangka n dan jumlah sa ham
yang

bereda r pada lima hari sebelum dan setela h perusahaan melakukan


pemeca han
saham.
Alat A nalisis
Analisis statistik inferensia l yang digunakan dalam menguji hipotesis
penelitia n memiliki asumsi bahwa data yang bersangkutan memenuhi ciri
berdistribusi
nor mal. Untuk itu, hal pertama yang yang dila kukan dalam menganalisis
data adalah
uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
KolmogorovSmirnov.
Setelah uji normalitas dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah uji hipotesis.
Apabila pada uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa distribusi normal
(lebih
besar dari alpha atau 0,05) maka selanjutnya uji hipotesis menggunakan paired
sample
test. Sedangkan apabila pada uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa
distribusi
tidak normal (lebih kecil da ri alpha atau 0,05) maka selanjutnya uji
hipotesis
menggunakan uji Wilcoxon.
Paired Sample Test
Untuk menga nalisis kebenaran dari keenam hipotesis yang terdapat pada
penelitia n ini,
dimaksudkan

maka dila kukan uji paired sample test. Uji hipotesis ini

apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pengamatan


(Suharyadi dan
Purwanto, 2004:435).

Wilcoxon
Uji Wilcoxon digunakan jika besaran maupun arah perbedaan relevan
untuk

menentukan apakah terdapat perbedaan yang sesungguhnya antara pasa ngan


data yang
diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling ter kait (Supranto, J.,
2009:302).
Uji ini dapat menggantikan uji paired sample test apabila data hipotesis
pada
penelitia n ini tidak norma l karena uji Wilcoxon dapat membedakan dua
sampel tanpa
harus mempunyai distribusi normal dan varians yang sama (Suharyadi dan
Purwa nto,
2004:609).

ISSN 2354-5550
82

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Definisi Operasional Variabel Penelitian


Untuk menguji hipotesis, variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberikan
batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya .
variabel

Adapun variabel-

tersebut yaitu:
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitia n ini adalah pemecahan saham.
Indikatornya
adalah perusahaan terdaftar di BEI yang melakukan dan tidak melakukan
pemecahan
saham periode tahun 2006-2008.
2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan,


tingkat kemahalan harga saham dan likuiditas saham. Ukura n kinerja
keuangan yang
diguna kan adala h EAT, EPS, pertumbuha n EAT da n pertumbuhan EPS sa
tu tahun
sebelum dan setelah pemecahan saham.
Selanjutnya, tingka t kemahalan harga saham diukur dengan rasio PBV da
n
PER sebelum dan setela h pemecahan saha m. Rumus kedua rasio tersebut
adalah:
PBV =

PER =

Adapun ukuran volume perdaga ngan saham adalah rasio trading volume
activity (TVA) lima hari sebelum dan setelah pemecahan saham.

Hasil dan Pembahasan


Setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov hasilnya menunjukkan
bahwa data sampel yang diteliti memiliki distribusi tidak normal sehingga
statistik uji
yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dala m penelitian ini adalah
uji
Wilcoxon.

ISSN 2354-5550
83

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Hasil Uji Wilcoxon


1. Uji Hipotesis Pengaruh Pemecahan Saham terhadap Kinerja Keuangan
Tabel 1
Uji Peringkat Variabel Kinerja Keuangan
Ranks

N Mean Ra nk Sum of Ranks


EAT Setelah Pemecahan
Saham - EAT Sebelum
Pemecaha n Saham
Negative Ranks 8a 8.63 69.00
Positive Ra nks 7b 7.29 51.00
Ties 0c
Total 15
EPS Setelah Pemecahan
Saham - EPS Sebelum
Pemecaha n Saham
Negative Ranks 11d 8.27 91.00
Positive Ra nks 4e 7.25 29.00
Ties 0f
Total 15
Pertumbuhan EAT
Setelah Pemecahan

Saham - Pertumbuhan
EAT Sebelum Pemeca han
Saham
Negative Ranks 8g 9.63 77.00
Positive Ra nks 7h 6.14 43.00
Ties 0i
Total 15
Pertumbuhan EPS Setelah
Pemecaha n Saham Pertumbuhan EPS
Sebelum Pemecahan
Saham
Negative Ranks 5j 6.80 34.00
Positive Ra nks 10k 8.60 86.00
Ties 0l
Total 15
Sumber: Hasil olah data SPSS

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 8 dari 15 perusahaan yang memiliki


EAT dan pertumbuhan EAT lebih rendah setelah mela kukan pemecaha n sa
ham.
ISSN 2354-5550
84

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Selain itu, terdapat 11 dari 15 perusahaan yang memiliki EPS lebih renda
h setelah
melakukan pemecahan saha m.
10

Namun, pada pertumbuhan EPS terda pat

perusahaan yang memiliki pertumbuhan EPS lebih tinggi setelah pemeca han
saham.
Tabel 2
Uji Statistik Variabel Kinerja Keuangan
Test Statisticsc

Pertumbuhan
Pertumbuhan
EAT Setelah
EPS Setelah
EAT Setelah
EPS Setelah
Pemecahan
Pemecaha n
Pemecahan
Pemecaha n
Saham Saham Saham - EAT
Saham - EPS
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sebelum
Sebelum
EAT Sebelum

EPS Sebelum
Pemecahan
Pemecaha n
Pemecahan
Pemecaha n
Saham
Saham
Saham
Saha m
Z
-.511a -1.761a -.966a -1.477b
Asymp. Sig. (2-tailed) .609 .078 .334 .140
a. Based on positive ranks.
b. Based on negative ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil olah da ta SPSS
Dari tabel 2, nilai sig. EAT sebelum dan setelah pemecahan sa ham
sebesar
0,609 lebih besar dari nilai alpha 0,05 sehingga pemecahan saha m tidak
berpengaruh
terhadap laba bersih perusahaan.
terhadap

Demikian pula dengan pengujian

pertumbuhan EAT nilai sig. sebesar 0,334 berarti pemecahan saha m tidak
berpenga ruh
terhadap pertumbuhan laba bersih perusahaan.
Hal yang sama juga terjadi pada pengujian terhadap EPS sebelum dan
setelah
pemecahan saha m, yang menunjukkan nilai sig. sebesar 0,078 maka pemeca
han sa ham
tidak berpengaruh terhadap laba bersih per lembar saham perusahaan.
Adapun

pengujia n terhadap pertumbuhan laba bersih per lembar saham menunjukkan


nilai sig.
ISSN 2354-5550
85

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

sebesar 0,140 yang berarti pemeca han saham tidak berpengaruh terhadap
pertumbuha n
laba bersih per lembar saham.
Hasil dari keempat pengujian pada variabel kinerja keua ngan tidak
mendukung signaling hypothesis yang menyatakan pemecahan saham
merupakan
tinda kan manajemen untuk memberikan informasi mengenai pendapatan
masa yang
akan datang ke pasar.
Muazaroh da n

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

Iramani (2005) yang mendukung signaling hypothesis.


2. Uji Hipotesis Pengaruh Pemecahan Saham terhadap Tingkat Kemahalan
Saham
Tabel 3
Uji Peringkat Variabel Tingkat Kemahalan Saham
Ranks

N Mean Ra nk Sum of Ranks


PBV Setelah Pemecahan
Saham - PBV Sebelum
Pemecaha n Saham

Negative Ranks 13a 7.54 98.00


Positive Ranks 2b 11.00 22.00
Ties
0c
Total 15
PER Setelah Pemecaha n
Saham - PER Sebelum
Pemecaha n Saham
Negative Ranks 13d 8.62 112.00
Positive Ranks 2e 4.00 8.00
Ties
0f
Total 15
a. PBV Setelah Pemecahan Saham < PBV Sebelum Pemeca han Saham
b. PBV Setelah Pemeca han Saham > PBV Sebelum Pemecahan Saham
c. PBV Setelah Pemecahan Saham = PBV Sebelum Pemeca han Saham
d. PER Setelah Pemecaha n Saham < PER Sebelum Pemeca han Saham
e. PER Setelah Pemecahan Saham > PER Sebelum Pemecaha n Saham

Sumber: Hasil olah data SPSS


ISSN 2354-5550
86

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Terdapat sebanyak 13 perusahaan denga n PBV lebih rendah setelah

pemecahan saham dan 13 perusahaan dengan PER lebih rendah setelah


pemecaha n
saham.
Tabel 4
Uji Statistik Variabel Tingkat Kemahalan Saham
Test Statisticsb

PBV Setelah
PER Setelah
Pemecahan
Pemecahan
Saham - PBV
Saham - PER
Sebelum
Sebelum
Pemecahan
Pemecahan
Saham
Saham
Z
-2.158a -2.953a
Asymp. Sig. (2-tailed) .031 .003
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil olah data SPSS

Dari tabel 4, PBV sebelum dan setelah pemeca han saham memiliki nilai
sig.

sebesar 0,031 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 berarti pemecaha n saham
berpengaruh
terhadap price book value perusahaan. Pada pengujian terhadap PER
sebelum dan
setelah pemecahan saham memiliki nilai sig. sebesar 0,003 maka
pemecahan sa ham
berpengaruh terha dap price earning ratio perusahaan. Hasil penelitian
mengenai PBV
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muazaroh dan Irama ni (2005)
di mana
PBV perusahaan yang melakukan pemecahan saham lebih tinggi dari
perusahaan yang
tidak melakukan pemecaha n saha m tetapi tidak menunjukkan hasil ya ng
lebih tinggi
untuk PER.

ISSN 2354-5550
87

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

3. Uji Hipotesis Pengaruh Pemecahan Saham terhadap Volume Perdagangan


Saham
Tabel 5
Uji Peringkat Var iabel Volume Perdagangan Saham
Ranks

N Mean Ra nk Sum of Ranks


TVA Setelah Pemecahan
Saham - TVA Sebelum
Pemecaha n Saham
Negative Ranks 11a 9.18 101.00
Positive Ranks 4b 4.75 19.00
Ties
0c
Total 15
a. TVA Setelah Pemecahan Saham < TVA Sebelum Pemecahan Saham
b. TVA Setelah Pemecahan Saham > TVA Sebelum Pemecahan Sa ham
c. TVA Setelah Pemecahan Saham = TVA Sebelum Pemecahan Saham
Sumber: Hasil olah da ta SPSS
Perusahaa n dengan TVA setelah pemecahan saham lebih rendah daripada
sebelum pemecahan saham terdapat sebanyak 11 perusahaan dan 4
perusahaan dengan
TVA lebih besar setelah perusahaan melakukan pemecahan sa ham.
Tabel 6
Uji Statistik Variabel Volume Perdagangan Saham
Test Statisticsb

TVA Setelah
Pemecahan
Saham - TVA
Sebelum
Pemecahan
Saham
Z
-2.329a

Asymp. Sig. (2-tailed) .020


ISSN 2354-5550
88

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

a. Based on positive ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil olah data SPSS

Berdasarkan tabel 6, nilai sig. TVA sebelum dan setelah pemecahan


saham
sebesar 0,020 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 sehingga pemecahan saham
berpengaruh terhadap volume perdagangan saham sebelum da n setelah
pemecaha n
saham.
hal ini

Namun, dengan lebih tingginya TVA sebelum pemecahan saha m,

menunjukkan bahwa penelitian tidak


dimana

mendukung trade range hypothesis

merupa kan teori ya ng menyatakan bahwa pemecahan saham akan


meningkatkan
volume perdagangan saham.
penelitian yang

Hasil penelitian ini juga mendukung

dilakuka n Muazaroh dan Iramani (2005) yang tidak mendukung trade


range
hypothesis.

Simpulan, Keterbatasan dan Saran


Penelitian ini melihat pengaruh pemecahan saha m terhadap kinerja
keuangan

diukur dengan menggunakan EAT, EPS, pertumbuhan EAT serta


pertumbuhan EPS
satu tahun sebelum dan satu tahun setelah perusahaan melakukan
pemeca han saham,
menunjukkan Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan sebelum dan setelah pemecahan saham.
Pengujian untuk menganalisis pengaruh pemeca han saham terhadap
tingkat
kemahalan saham diukur dengan menggunakan PBV dan PER satu tahun
sebelum da n
satu tahun setela h perusahaan melakukan pemecaha n.
menyatakan bahwa

Hasil ini

pemecahan saham berpengaruh terhadap tingkat kema halan saham


sebelum dan
setelah pemeca han saham.
Pengujian sela njutnya mengenai pengaruh pemecahan saham terhadap
aktivita s perdaganga n diukur dengan mengguna kan trading volume
activity (TVA)
pada lima hari sebelum dan lima hari setelah pemeca han saham.
Hasilnya
memperlihatkan bahwa pemecahan saham berpengaruh terhadap volume
perdaga nga n
saham sebelum dan setela h pemecahan saha m.
ISSN 2354-5550
89

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Keterbatasan dala m penelitian ini di antaranya periode split dan periode

pengamatan yang digunakan cukup singkat yaitu perusahaan yang


melakuka n
pemecahan saha m di BEI pada periode split 2006-2008 dengan data yang
digunakan
adalah satu tahun sebelum dan satu tahun setelah pemecahan saham.
Hal ini
mengakibatkan jumlah perusa haan dan sa mpel yang diteliti belum
menghasilka n
kesimpulan yang dapat digeneralisasikan secara a kurat.
tida k

Penelitian ini juga

menggolongkan perusahaa n yang melakukan pemeca han saham ke dalam


suatu
industri tertentu sehingga hasil yang diper oleh tidak terinci dan tidak
mewakili
industri secara proporsional.
Selain itu, karena adanya keterbatasan dalam memperoleh data lainnya
mengenai pemecahan saham, peneliti tidak memasukkan faktor-faktor lain
yang
pernah diteliti sebelumnya seperti kandungan infor masi pasar dan proksi
lain untuk
mewakili aktivitas perdagangan saha m.
aktivitas

Penelitian ini hanya meneliti

perdagangan saham dari volume perdagangan tanpa melihat bid price dan
offer price
ketika pemecahan saham dilakukan.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya , perusahaan yang akan diteliti
dikategorikan berdasarkan industri sehingga analisis yang dihasilkan da pat
lebih rinci
dan mewakili industri secara proporsional.
selanjutnya

Penelitian yang dilakukan

akan lebih baik jika memperpanjang periode split da n periode pengamatan


sehingga
sampel dapat mewakili keadaan pasar yang sesungguhnya.

Selain itu, peneliti berikutnya perlu memasukka n variabel-variabel lain


yang
dapa t menghasilkan faktor-faktor yang mungkin memengaruhi motivasi
perusahaan
dalam melakukan pemecahan saham, seperti menggunakan abnormal
return untuk
meneliti kandungan informasi pasar dan menggunakan bid ask spread untuk
meneliti
aktivita s perdagangan saham.
penelitian

Dengan memasukkan faktor-faktor tersebut,

mengenai pemeca han saha m dapat dikembangkan secara luas sehingga


menghasilka n
informasi yang dapat berguna bagi perusahaan, investor ma upun dunia
pendidika n.

ISSN 2354-5550
90

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. dan Piji Pakarti. (2001). Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi.
Jakarta:
PT Rineka Cipta
Baker, H., Kent & Gallagher, Patricia L. (1980). Managements View of Stock
Splits.

Financial Management, Vol. 9 No. 2 (Summer): 73-77.


Conroy, Robert M. & Harris, Robert S. (1999). Stock Splits and Information: The
Role
of Share Price. Financial Management, Vol. 28 No. 3 (Autumn): 2840.
Gitman, Lawrance J. (2009). Principles of Managerial Finance, Twelfth
Edition.
Boston: Pearson Education Inc.
Husnan, Suad. (2000). Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan
(Keputusan
Jangka Panjang), Jilid 1, Edisi ke-4. Yogyakarta: BPFE.
Kurniawati, Indah. (2003). Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan
Likuiditas
Saham: Studi Empiris pada Non-synchronous Trading. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 6 No. 3 (September): 264275.
Keown, Arthur J., dkk. (2010). Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan,
Jilid
2, Edisi ke-10. Jakarta: PT Indeks.
Muazaroh dan Iramani. (2005). Analisis Kinerja Keuangan, Kemahalan
saham, dan
Likuiditas pada Pemecahan Saham. Majalah Ekonomi, Tahun XV No. 3A
(Desember): 327340.
Suharyadi dan Purwanto S.,K. (2004). Statistika: untuk Ekonomi dan
Keuangan
Modern, Jilid 2. Ja karta: Salemba Empat.
Sundjaja, R. dan Inge Barlian. (2002). Manajemen Keuangan Dua, Edisi ke-3.
Jakarta:
Prenhallindo.
Supranto, J. (2009). Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid 2, Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.
www.dunia investasi.com
www.idx.co.id

ISSN 2354-5550
91

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

LAMPIRAN 1
Tabel 7
Daftar Nama Perusahaan yang Melakukan Pemecahan Saham
No. Tahun Kode Emiten Nama Emiten
1.
BBLD PT Buana Finance Tbk
2.

JRPT PT Jaya Real Property Tbk

3.

PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk

4.

TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk

5.
2006
AKRA PT AKR Corporindo Tbk
6.

ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

7.

JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk

8.

PWON PT Pakuwon Jati Tbk

9.

SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk

10. SOBI PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk


11.
2007

DOID PT Delta Dunia Makmur Tbk


12. INCO PT International Nickel Indonesia Tbk.
13. PANR PT Panorama Sentrawisata Tbk
14. PANS PT Panin Sekuritas Tbk
15. TINS PT Tima h Tbk
2008
Sumber : Peneliti (2012)

ISSN 2354-5550
92

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

ANALISIS KASUS KORUPSI DI DAERAH 2012

Wiwiek Prihandini

Perbanas Institute
ABSTRACT

This study aimed is to describe the pattern of corruption in the region,


based on type
of crime and the corruption handling during the year 2012. This study
uses a
qualitative approach on describing qualitatif information of corruption cases.
Data on
corruption news were mainly obtained from Kompas newspaper print and
online
edition - published on 2012. News about corruption were analyzed based on the
types
of corruption such as bribery, embezzlement, mark up, and favoritism, and
types of
crime. Result of this study indicate that corruption in the region involving
governor,
mayor, or regents, and members of local parliament. Most corruption
cases are
misappropriation of public funds, tax revenues, and bribery which are
occurred in
many provinces. Prosecuting of corruption cases usually punished
corruption
perpetrators with mild sentence which give no deterrent effect.

Keywords: Bribery, embezzlement, markup, favoritism, type of crime

Pendahuluan
epanjang 2004 hingga 2012, data di Kementerian Dalam Negeri Republik
(Kemendagri) Indonesia mencatat terdapat 277 gubernur, wali kota, atau
bupati
yang terlibat kasus korupsi. Da ta Kemendagri juga menyebutkan bahwa selain
pejabat
tingkat kepa la da erah juga melibatkan sekitar 1.500 pejabat daerah da
lam tinda k
pidana korupsi (Kompasiana, Oktober 2012).
Di Jakarta, nila i transaksi mencuriga kan pada pegawai Pemerintaha n
Provinsi
DKI Jakarta cenderung meningkat. Hingga Juni 2012 nilai transaksi
mencurigaka n
pada rekening pegawai Provinsi DKI mencapai 46,7% dari total nilai
transaksi
mencurigaka n (Kompas, Agustus 2012). Pusa t Pelaporan dan Analisis
Transaksi
Keuangan (PPATK) menyatakan bahwa provinsi yang berada di posisi di atas
setelah
Jakarta adalah Jawa Barat, Kalimantan Timur, Ja wa Timur, Jambi, Sumatera
Utara,
ISSN 2354-5550
93

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Jawa Tenga h, Kalimantan Selatan, Aceh, Papua, Sulawesi Selatan, Sumatera


Selatan,
dan Bangka Belitung.
Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM telah mema ntau perkembangan

kasus korupsi (trend corruption report) sela ma bulan Januari Juni 2012.
Dari total
151 kasus, pelaku korupsi terbanyak berasal dari kalangan pejabat pemerintah
daerah,
yaitu sebanyak 34 orang, dari kalangan swasta 26 orang dan pemerintah
pusat 24
orang. Pemantauan tren korupsi oleh Pukat sepanjang semester pertama
menunjukkan,
pelaku korupsi terbanyak
pidana

berasal dari

pemerintah daerah. Kasus tindak

korupsi pada tingkat pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat mulai dari
sekretaris
daerah (sekda), kepala dinas, sampai ke tingkat pejabat te knis.
Menurut Suwarno dan Juna nto (2006) pemberantasan korupsi dapat dila kukan
dengan cara pencegahan dan penindakan. Pencegaha n dilakukan di antaranya
dengan
menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai da mpak dari korupsi dan
sosialisa si
tinda k pidana korupsi melalui media cetak dan elektronik. Sedangkan
Kurniawan
(2009:120) mengatakan pemberantasan korupsi di Indonesia cenderung
dilakukan
secara parsial dan tidak ada strategi yang jelas, sehingga meskipun sudah
banya k
upaya yang tela h dilakukan pemerintah baik pusat maupun daerah,
hasilnya tida k
signifikan. Kurniawan
yang baik

(2009: 121) juga menyatakan strategi anti korupsi

adalah strategi anti korupsi ya ng mempertimbangkan faktor yang


berpengaruh
terhadap korupsi, dan diarahkan pada penguata n peran masyarakat dan
akuntabilitas
publik.
Penelitian ini bertujua n untuk
daerah

mendeskripsikan pola kasus korupsi di

berdasarkan jenis dan tindak kejahatan korupsi. Selain itu penelitian ini
juga akan
mengidentifikasi penanganan kasus korupsi di daerah yang dilakukan oleh
penega k
hukum selama tahun 2012.

Kerangka Teori
Bac (1998) menyebutkan bahwa korupsi merupakan masalah yang
kompleks
dan multidimensional fenomena. Korupsi juga masuk dalam kategori tindak
krimina l,
mula i dari tingka tan ya ng sepele seperti penerimaa n uang pelicin
(penyuapan dan
pemerasan) sa mpai pada transaksi illegal yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah. Ba c
ISSN 2354-5550
94

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

(1998) membeda kan antara korupsi eksternal (individual) da n internal


(orga nisasi).
Korupsi individual atau eksternal merupakan korupsi di mana masya rakat
harus
membayar kepa da pejaba t pemerintah atas pelayanan yang seharusnya
dia peroleh,
harus membayar lebih dari yang seharusnya untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih
cepat atau pelaya nan yang seharus dia tidak dapatkan. Sedangkan korupsi
organisasi
merupa kan bentuk kolusi yang membuat suatu organisasi pemerintahan
masuk ke

dalam area pembagia n hasil korupsi yang dilakukan secara sistematis.


Dicontohka n
aparat pemerintah yang mengumpulkan uang dari perdagangan minuman
da n
perjudian illegal, kemudian sebagian hasilnya disetor kepada pejabat yang lebih
tinggi
secara teratur. Chr, Andvig, Fjeldstad, Amundesen, Soreide (2000:14)
mengklasifikasikan jenis korupsi menjadi lima yaitu, penyuapan, penggelapan,
kecurangan,
pemerasan, dan favouritism.
Sementara itu Huisma n dan Walle (2009:1) menya takan ba hwa korupsi
merupa kan bentuk tindak kejahatan (crime). Beberapa konsep telah
dikembangkan
untuk membedakan bentuk-bentuk dari tindak kejahata n. Konsep-konsep ini
dapat
memberi pemahaman tentang korupsi dengan lebih baik. Konsep yang paling
penting
dalam menghubungkan korupsi sebagai tindak kejahatan adalah organised
crime,
occupational crime, dan organisational crime.
Menurut Huisman dan Walle (2009:2) organised crime

dirasakan sebagai

fenomena tindak kejahatan yang anca mannya terhadap sistem ekonomi ya


ng legal
terus mengalami peningkatan, tetapi tampa knya sulit bagi polisi untuk
menangkap
jaringan illega l yang ada dibalik organised crime (kejahatan yang
terorganisir).
Pencucian uang dan korupsi dianggap sebagai meka nisme yang dipakai
oleh
organised crime untuk memfasilitasi atau melanggengkan tinda kan illegal
tanpa perlu
khawatir akan terdeteksi. Dapat dinyatakan terdapat hubungan simbiosis
yang saling

menguntungkan antara organised crime dan institusi legal dan jika ada
kesempatan
organisasi kriminal akan melakukan korupsi. Korupsi menjadi penting dan
memberi
manfaat bersama. Selanjutnya kedekatan kedua institusi kriminal dan legal
membuat
korupsi menjadi lebih rumit dan sulit untuk dibuktikan. Akhirnya sebagian
dari
organised crime masuk dalam kehidupan institusi legal dan kegiatan
kriminal secara
total terca mpur dengan kegiatan bisnis legal (Huisman dan Walle, 2009:4).
ISSN 2354-5550
95

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Konsep occupational crime menjadi relevan ketika menggunakan sudut


pandang korupsi secara pasif. Huisman dan Walle (2009:6) menjelaskan
seorang
karyawan, baik yang bekerja pada perusahaan swasta maupun institusi
pemerintah,
seringkali menyalahgunakan jabatan atau posisinya untuk keuntungannya
sendiri da n
mengabaikan atau bertentangan dengan kepentingan pemilik.
Huisma n

Selanjutnya

dan Walle (2009:6) menyatakan bahwa pemba hasan korupsi sebaga i


occupational
crime dapat dimulai dari melihat beberapa ciri. Pertama, berkaitan dengan
korupsi
pasif, pelanggar (pela ku korupsi) memiliki tanggungjawab pribadi atas apa
yang tela h

dilakuka n, namun diabaikan oleh orga nisasi atau pihak yang dikorupsi
(corruptee).
Ada kekhawatiran dari corruptee, jika diproses ka sus korupsi yang
dilakukan oleh si
pelanggar, pihak corruptee akan ikut terjerat. Kedua, occupational crime tidak
selalu
melawan kepentingan pemilik. Dari sudut pandang corruptee dalam kasus
public
corruption, seringkali terjadi bahwa organisasi dapat memperoleh
keuntungan dari
perilaku individu, terutama bila hal itu sudah menjadi bagian panjang dari
proses
pengaburan standar moral. Dalam ka sus
organisasi

private corruption, kepentingan

dan kepentinga n coruptee saling berinteraksi.


Sedangkan organisasional crime dapat dijelaskan sebagai tindak kejahatan
yang dilakukan oleh organisasi atau anggota organisasi untuk kepentingan
organisasi
tersebut. Ini adalah bagian dari kejahatan kerah putih (white collar). Saat ini,
domain
organisational crime sudah menjadi lahan utama penelitian kriminologi,
meskipun
bukan khusus pada korupsinya. Hal ini disebabkan karena korupsi selalu
terkait erat
dengan kejahatan yang terorganisir dan dipandang sebagai fasilitator dari
kejahatan
terorganisir.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Peneliti mencoba
mengidentifikasi kasus korupsi yang terjadi di daera h (berbaga i provinsi di
Indonesia)
berdasarkan pelaku, jenis korupsi dan pengkategoria n tindak kriminal. Data
utama

mengenai kasus korupsi di daera h didasarkan atas kliping berita surat


kabar harian
Kompas sepanjang tahun 2012, dilengkapi dengan kliping dari Koran
Tempo, baik
versi cetak ma upun online selama tahun 2012. Surat kabar harian
Kompas dipilih
ISSN 2354-5550
96

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

sebagai sumber data utama karena harian tersebut secara konsisten ba


nya k
memberitakan kasus korupsi baik ya ng terjadi di pusat pemerintahan
maupun di
daerah.
Dari pengama tan dan analisis kliping, kemudian dikelompokkan
berdasarkan
kasusnya, dan setiap kasus diberi kode. Berita yang sudah tersusun secara
kronologis
untuk setiap kasus dideskripsikan, kemudian dianalisis berdasa rkan
pengkategoriannya.

4. Pembahasan
Tabel 4.1. menginformasikan mengenai beberapa Kepala Daera h yang
tersa ngkut ma salah hukum, yang menjalani proses hukum pada tahun 2012.

Tabel 4.1.
Daftar Kepala D aerah yang Tersangkut Masalah Hukum

Selama 2012
No Nama, Jabatan Kasus Keterangan Proses Pengadilan
1.
A. Muis Haka,
Bupati Sekadau,
Kalbar
Korupsi anggaran
pengadaan tanah
Tahun 2005, Pemkab Sekadau
melakukan pembebasan 207 Ha
lahan untuk pembangunan
kompleks Pemkab yang baru.
Nilainya proyek di-markup
hingga menimbulkan kerugian
Negara Rp 14 miliar. Muis Haka
adalah Plt Bupati yang juga ketua
tim pembebasan lahan.
Pengadilan Tipikor
Pontianak (21/11/2012)
menghukum Muis Haka 2
thn, denda Rp 100 juta
subsider 3 bulan kurungan
2.
Agusrin M
Najamudin,
Gubernur
Bengkulu
Korupsi dana bagi

hasil PBB
Agusrin terbukti melakukan
korupsi dana bagi hasil Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan tahun 2006 melalui
Vonis kasasi MA, 4 thn
penjara (01/01/2012). PN
Jakarta Pusat sebelumnya
memutus bebas Agusrin.
ISSN 2354-5550
97

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

pembukaan rekening yang dibuat


oleh Kepala Dinas Pendaptan
Daerah Bengkulu. Gubernur
Bengkulu 2010-2015 ini
diberhentikan dari jabatannya
pada 12 April 2012.
3.
Amran Batalipu,
Bupati Buol
Suap pengurusan
hak guna usaha
perkebunan

kelapa sawit.
Amran menyalahgunakan
wewenang sebagai pejabat negara
dengan meminta uang sebesar Rp
3 miliar kepada PT Hartati Inti
Plantation untuk pembuatan surat
rekomendasi kepada Gubernur
dan Menteri terkait HGU Kelapa
Sawit milik Hartati Murdaya.
Pengadilan Tipikor Jakarta
menghukum Amran penjara
7 thn 6 bulan denda Rp
300 juta subsider 6 bln
kurungan.
4.
Andi Achmad
Sampurnajaya,
Bupati Lampung
Korupsi dana
APBD
Andi Achmad terbukti
memindahkan dana APBD senilai
Rp 28 miliar ke BPR Tripanca.
Vonis MA, penjara 12 thn,
denda Rp 500 juta, subsider
6 bulan kurungan, dan
uang pengganti Rp 20,5
miliar subsider 3 tahun

penjara.
5.
Awang Farouk,
Gubernur Kaltim
Korupsi terkait
divestasi Saham
PT Kaltim Prima
Coal
Diduga terlibat dalam proses
pengalihan dana hasil penjualan
saham KPC senilai Rp 576 miliar,
dari Pemkab Kutim ke PT Kutai
Timur Energi, ketika Awang
menjadi Bupati Kutai Timur.
Pada November 2012,
proses pengadilan masih
berlangsung.
Bambang Bintoro,
Bupati Batang
2002-2012

6.
Korupsi APBD
Kabupaten Batang
Bambang diduga melakukan

korupsi APBD tahun 2004


sebesar Rp 796 juta berupa dana
premi asuransi anggota DPRD
Batang. Dana itu dibagikan
kepada 45 anggota DPRD Batang
sebagai bantuan dana purnabakti.
Sidang perdana Pengadilan
Tipikor Semarang, Jateng,
(16/5/2012).
ISSN 2354-5550
98

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

7.
Burhanuddin
Husin,
Bupati Kampar,
Riau
Korupsi izin
usaha
pemanfaatan hasil
hutan
Burhanudin menerima suap Rp
1,1 miliar dari beberapa
perusahaan terkait pemberian ijin
penebangan kayu. Negara

dirugikan Rp 519 miliar.


Pengadilan Tipikor
menghukum Burhanuddin
2 thn 6 bln denda Rp 100
juta subsider 2 bulan
kurungan.
8.
Eep Hidayat,
Bupati Subang
Biaya
Pemungutan PBB
Eep melakukan perbuatan
melawan hukum yang
menyebabkan kerugian negara
dalam kasus korupsi Biaya
Pungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Kabupaten Subang
periode 2003-2008.
Vonis MA 5 thn penjara,
denda Rp 200 juta dan uang
pengganti Rp 2,5 miliar
9.
Fadel
Muhammad,
Gubernur
Sulawesi
Tenggara
Korupsi sisa dana

APBD
Kasus ini berawal dari
dibagikannya dana sisa APBD
sebesar Rp 5,4 miliar kepada 45
anggota DPRD (2001-2006)
melalui SKB Ketua DPRD dan
Gubernur Sulawesi Tenggara
Fadel Muhammad yang kemudian
dibuat Perda. Kasus ini pernah
dihentikan prosesnya oleh Kejati
Gorontalo dengan terbitnya dua
kali Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3) tahun 2009 dan
2010.
Kejaksaan Tinggi
Gorontalo (25/5/2012)
menetapkan lagi Fadel
Muhammad sebagai
tersangka.
10.
Fauzi Siin,
Bupati Kerinci
1999-2008
Korupsi dana
APBD 2008
Fauzi melakukan korupsi pada
sejumlah proyek pengadaan
makanan dan minuman,

pengadaan kendaraan bermotor,


dan pengadaan alat tulis kantor.
Kerugian negara Rp 2,8 miliar.
Vonis MA (26/01/2012),
penjara pokok 4 thn,
hukuman 6 bulan, denda
Rp 200 juta, pengembalian
uang Rp 2,8 miliar.
11.
John Manoppo,
Wali Kota
Korupsi proyek
Pembangunan
Joh terbukti melakukan
penunjukan langsung terhadap PT
Pengadilan Tipikor
Semarang memvonis
ISSN 2354-5550
99

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Salatiga Jalan Lingkar Kuntjup yang ternyata bukan


penjara 3 tahun 6 bulan,
denda Rp 100 juta subsider
3 bln kurungan.
peserta tender dengan tawaran

harga terendah, dalam proyek


Jalan Lingkar Selatan. Kasus ini
terjadi saat John menjabat Wali
Kota Salatiga. Kerugian negara
mencapai Rp 12,2 miliar.
12.
Marlina M.
Siahaan, Bupati
Bolaang
Mongondow,
Sulut
Korupsi APBD Kasus ini terjadi tahun 2010.
Pada Oktober 2012, proses
pengadilan masih
berlangsung.
Pemkab Bolaang Mongondow
mengalokasikan tunjangan aparat
pemerintah desa TPAPD dalam
APBD 2010 sebesar Rp 12,3
miliar. Terjadi penyalahgunaan
yang menyebab-kan kerugian
negara Rp 3,8 miliar.
13.
Mochtar
Mohammad,
Walikota Bekasi
Suap anggota
DPRD, Adipura,

anggota BPK;
korupsi anggaran
Mochtar diajukan ke pengadilan
untuk 4 kasus dugaan korupsi:
suap anggota DPRD senilai Rp
1,6 miliar untuk pengesahan
APBD; korupsi anggaran
makanan minuman Rp 639 juta;
suap pemenangan piala Adipura
senilai Rp 500 juta; dan suap BPK
agar mendapat predikat wajar
tanpa pengecualian.
Vonis MA, 6 thn penjara,
denda Rp 300 juta, uang
pengganti Rp 639 juta
Murman Effendi,
Bupati Seluma,
Bengkulu

14.
Suap 27 anggota
DPRD
Murman terbukti memberikan
uang ke 27 anggota DPRD

Seluma, terkait perubahan Perda


12/2010 menjadi Perda 2/2011
yang mengatur tentang
peningkatan dana anggaran
pembangunan infrastruktur
Vonis Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, 2 tahun
penjara denda Rp 100 juta
subsider 6 bulan kurungan.
ISSN 2354-5550
100

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

15.
Rina Iriani Sri R,
Bupati
Karanganyar
Korupsi dana
subsidi
pembangunan
perumahan
Rina diduga menyalahgunakan
bantuan subsidi perumahan dari
Kementerian Perumahan Rakyat,
2007-2008. Nilai dana yang tidak
sesuai peruntukan mencapai

sekitar Rp 18 miliar, sedangkan


yang diduga dinikmati oleh Rina
Rp 11,1 miliar.
Pada Oktober 2012, proses
pengadilan masih
berlangsung.
16.
Robert Edison
Siahaan,
Walikota
Pematang Siantar
Korupsi Dana
DPU dan
anggaran Bansos
APBD Kota
Korupsi anggaran rehabilitasi
DPU APBD Pematang Siantar
2007 sebesar Rp 8,3 miliar (dari
anggaran Rp 14,7 miliar hanya
realisasinya Rp 6,4 miliar); dan
anggaran bansos senilai Rp 2,175
miliar.
Vonis Pengadilan Tipikor
Medan, 8 tahun penjara,
denda Rp 100 juta subsider
4 bulan kurungan
17.
Satono,

Bupati Lampung
Timur
Korupsi APBD Satono terbukti melakukan
Vonis MA, penjara 15 thn
denda Rp 500 juta subsider
6 bln kurungan, dan uang
pengganti Rp 10,58 miliar.
korupsi dengan menjaminkan
uang kas daerah di bank yang
tidak dijamin LPS, yang
menyebabkan pembangunan tidak
berjalan lancar karena uang yang
mengendap di bank dibekukan.
18.
Soemarmo Hadi
S,
Walikota
Semarang
Suap anggota
DPRD Kota
Semarang
Soemarmo bersama Sekda
Semarang memberikan hadiah
kepada beberapa anggota DPRD
terkait pembahasan APBD
Semarang dengan nilai total Rp
304 juta.
Pengadilan Tipikor

menjatuhkan hukuman
penjara 1 thn 6 bln dan
denda Rp 50 juta subsider
dua bulan penjara.
19.
Sunaryo,
Wakil Walikota
Cirebon
Penyelewengan
dana APBN
Sunaryo bersama anggota DPRD
lainnya ikut memanipulasi APBD
2004 senilai Rp 4,9 miliar untuk
kepentingan pribadi dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
Vonis Pengadilan Tipikor
Bandung 1 thn penjara,
denda Rp 50 juta serta uang
pengganti Rp 180 juta.
ISSN 2354-5550
101

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

20.
Untung Sarono
Wiyono,

Bupati Sragen
Penyalahgunaan
APBD Kabupaten
Untung terbukti
menyalahgunakan APBD Sragen
dengan mendepositokan uang
APBD Sragen 2003-2010 ke
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
sebesar Rp 40 miliar. Dari jumlah
tersebut, Untung tidak dapat
mengembalikan Rp 11 miliar.
Vonis MA (24/9/2012) 7
thn denda Rp 250 juta
subsider 6 bln kurungan,
uang pengganti Rp 11
miliar, subsider 5 bulan
kurungan.
Sumber: Pengolaha n Data

Berdasarkan kasus sebagaimana tersaji pada Tabel 4.1.dapat dikatakan bahwa


dari 20 pejabat daerah yang melakuka n tindak pidana korupsi, 11 di
antaranya adalah
bupati, 4 orang gubernur, 4 walikota, dan 1 wakil walikota. Wilayahnya tersebar
mulai
dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dari 20 kasus korupsi
tersebut, 12
kasus merupakan kasus korupsi berupa penggelapan (embezzlement), 4
kasus
penyuapan (bribery), 3 kasus penggelembunga n (mark up), da n 1 kasus
terkait dengan

nepotisme (favoritism).
Sebuah kasus termasuk dalam kelompok penggelapan jika terjadi pencuria
n
atau penggunaan sumber daya oleh pejabat yang ditugaskan untuk
mengelola sumber
daya tersebut. Yang masuk da la m kategori ini adalah kasus korupsi yang
dilakuka n
oleh Gubernur Bengkulu, Kaltim, Sulawesi Tenggara, dan Bupati Lampung,
Bata ng,
Subang, Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Karanganyar, Lampung
Timur,
Seragen, Walikota Pematang Siantar dan Wa kil Walikota Cirebon.
Kasus korupsi masuk dala m kategori penyuapan jika pejabat atau aparat
pemerintah menuntut
lebih cepat

pemba yaran dari

selesai, memenangkan tender,


menjadi hak

publik agar suatu pekerjaan

mendapatkan pela yanan yang bukan

publik. Dari Ta bel 4.1. ada 4 kasus korupsi yang masuk dalam kategori ini yaitu
Kasus
korupsi Walikota Bekasi dan Semarang, Bupati Bengkulu, Buol, dan Riau.

ISSN 2354-5550
102

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

Kasus korupsi masuk da la m kategori penggelembungan (mark-up) jika

pejabat atau a parat pemerintah menga jukan anggaran dengan jumlah yang
lebih besar
dari nila i proyek atau pekerjaan ya ng menjadi tanggungjawabnya .
Terdapat 2 kasus
pengelembungan (mark up) yaitu kasus korupsi Bupati Kerinci dan Sekada
u(Kalbar).
Kasus korupsi masuk kategori favoritism, jika ada kecenderungan pejabat atau
aparat pemerintah menentukan pihak yang akan menyelesaikan suatu
pekerjaan a tau
proyek atas dasar kedekatan, hubungan keluarga, tidak mendasarkan pada
profesionalitas pekerjaan. Satu satunya jenis favoritism terjadi pada kasus
korupsi
Walikota Salatiga.
Dengan menggunakan pemikiran Huisma n dan Walle (2009:1), di mana
korupsi merupakan bentuk tindakan kriminal yang dapat dikategorika n
sebagai
organised crime, occupational crime, dan organisational crime, maka
setelah
mempelajari
dalam

20 kasus korupsi di atas dapat dinyatakan semuanya masuk

kategori organised crime. Dimasukkan kategori ini karena dibanding dua


lainnya,
kasus korupsi yang terjadi di 20 daerah tersebut lebih dekat dengan dengan
organised
crime.
Semua ka sus korupsi yang tersebut dalam Tabel 4.1. telah masuk proses
pengadilan, Ada 5 kasus masih da la m proses pengadilan, lainnya sudah ada
keputusan
Penga dilan. Sedangkan kasus yang sudah mendapat keputusan pengadilan
ada 9
dengan vonis antara 1 sampai 5 tahun, 6 kasus dengan vonis di atas 5
sampai dengan
15 tahun.

Kesimpulan
Kasus korupsi di daerah selalu melibatkan Pejaba t mulai dari gubernur,
walikota, bupati, dan anggota DPRD. Modusnya adala h penyalahgunaan dana
APBD,
dana masyarakat, penyuapan, pener imaan pajak, dan bersifat masif, yang
hampir
terjadi di semua provinsi. Hukuman yang dijatuhkan pada umumnya tidak
terlalu berat
sehingga dapat dipandang tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku korupsi
maupun
pejabat lainnya.
Pengungkapan kasus korupsi dan proses pengadilan kasus korupsi di
daerah
memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan kasus korupsi di
pengadila n
ISSN 2354-5550
103

Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013

dilakuka n pada kasus yang terjadi 3-8 tahun sebelumnya, sehingga


kadangkala
mengalami kesulitan untuk menemukan para tersangka maupun saksisaksinya.
Dengan realitas seperti ini, kultur sosial dan hukum yang berlaku belum siner gi
dala m
pengikisan korupsi di neger i ini.

Daftar Pustaka

Andvig, Jens, Chr, Fjeldstad O. H, Amundesen. I, Sissener,T, Soreide.T


(2000).
Research on Corruption A Policy Oriented Survey, Commissioned by NORAD,
Chr Michelsen Institute & Norwegian Institute of Intenational Affair (NUPI),
www.icgg.org/download/contribution_advig.pdf
Bac, Mehmet
national

(1998), The Scope, Timing, and Type of Corruption, Inter

Review of Law and Economic 18 (1), Elsevier Science Inc., New York
Huisman, Wim, Walle G. V. (2009), The Criminology of Corruption, 9t h
Chapter,
Criminology of Corruption. Pp1-38, pure.hogent.be/portal
Kurniawan Teguh (2009), Peran Akuntabilitas Publik da n Partisipasi
Masyarakat
dalam Pemberantasan Korupsi di Pemerintahan, Bisnis dan Birokrasi, Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi, 16(2), hal. 116-121.
Pusat Kajian Anti Korupsi (2012), Trend Corruption Report
Pertama

Tengah Tahun

2012, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.


Suwarno Yogi, Junanto Deny (2006), Strategi Pemberantasan Korupsi, Dosen
Tetap
STIA LAN, Ja karta, www.stialan.ac.id/publik/artikel.php.
http://www.bps.go.id/ Badan Pusat Statistik (2013), Indeks Perilaku Anti
Korupsi
(IPAK) 2012, Berita Resmi Statistik No. 07/01/th XVI, 2 Januari
http://www.transparancy.org/research/cpi/overview, Coruption Perception Index,
Transparancy Intenationl 2012
http:// politik.kompasiana.com/2012/Korupsi Menyengsarakan Rakyat Miskin
http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/03/bps-masyarakat-indonesiacenderung-antikorupsi-516143.htmldiakses pada 2 Januari 2013 pukul 21.12.
http://www.ti.or.id/index.php/press-release/2012/12/06/peluncuran-corruption-

perception-index-2012diakses pada 5 Januari 2013 pukul 23.05

You might also like