You are on page 1of 23

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

Umur

: 40 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Demangan Timur, RT 002, RW 001, Kaliabu, Salaman


Magelang

Tgl. Masuk
Pekerjaan
No. CM

: 2 Desember 2014
: Pedagang
: 11 59 46

II. ANAMNESIS
Masuk bangsal Anggrek tanggal 7 Januari 2015 pukul 17.50 WIB
Keluhan utama
Keluar darah dari vagina
Keluhan Tambahan
Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak 3 hari yang
lalu.

Haid terakhir tanggal 4 desember, siklus mens 28 hari. Keluar

darah terus menerus, ada prongkol-prongkol namun sekarang sedikit


berkurang. Setiap harinya bisa ganti pembalut 2-3 kali. Sebelumnya
sempat di rawat di Salaman lalu di rujuk ke RST. Selain itu, 3 hari terakhir
ini pasien juga mengeluh lemas dan sering pusing selama keluar darah.
Riwayat haid :
Menarche usia 12 tahun, siklus 30 hari, lama 5-7 hari
Riwayat obstetri : (P3Ao)
I
: 23 tahun, laki-laki, 3000 gr, spontan
II
: 19 tahun, perempuan, 2800 gr, spontan
III
: 17 tahun, laki-laki, 3200 gr , spontan
Riwayat KB :
Tidak pernah menggunakan KB
1 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat penyakit asma

: disangkal

Riwayat penyakit hipertensi

:+

Riwayat penyakit diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal

Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat hipertensi

:+

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Anggrek tanggal 7 Januari 2015 jam
19.00:

Keadaan umum : sedang, compos mentis

Vital sign

TD

: 130/90 mmHg

Nadi

: 108 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

RR

: 24 x / menit

Suhu

: 36,3 0C

Kepala

: kesan mesocephal

Mata

: konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (2 mm / 2 mm).


-

Telinga

: normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

2 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Hidung

: simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),

septum di tengah, concha hiperemis (-/-).


-

Mulut

: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),

faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).


-

Leher

: pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening

membesar (-)
-

Thoraks

Cor
:
Inspeksi
Palpasi

: ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis

sinistra, nyeri tekan (-)


Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 > S2, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
:
Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi
: fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

Abdomen : Inspeksi

: normal, tidak ada tandaradang

Auskultasi

: bu +) normal

Palpasi

: nyeri tekan (-)

Perkusi

: timpani

Ekstremitas

Superior

Inferior

Edema
Akral dingin
Refleks fisiologis
Refleks patologis

-/-/+N/+N
-/-

-/-/+N/+N
-/-

Pemeriksaan ginekologis
VT =
-

Vulva dan vagina tenang, tanda radang (-)

Portio tidak lunak

: 1 cm

Lendir (-) darah (+)

Inspekulo :
-

Dinding vagina tidak ditemukan tanda radang maupun tumor

3 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Portio berwarna merah sesuai jaringan sekitar

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium Hematologi tanggal 7 januari 2015
Darah Rutin (WB EDTA)
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
MCV
MCHC
MCH
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit %
Monosit %
Granulosit %
PCT

Nilai
8.5
3.73
9.1
26.7
237
71.6
34
24.3
13.5
6.4
2.3
0.6
5.6
27.1
6.6
66.3
0.15

Nilai normal
4.0 10.0
3.50 5.50
11.0 15.0
36.0 48.0
150 450
80 99
32 36
26 32
11.5 14.5
7.4 10.4
0.6 4.1
0.1-1
2 -7
20 40
1 15
50-70
0.10 - 0.20

Golongan darah : O
HIV

: negatif

HBV : negatif
HCV : negatif
VDRL : negatif
V. DIAGNOSIS
P3A0 dengan Menometroragia dan anemia
VI. PROGNOSIS
Ad sanationam : ad bonam
VII. PENATALAKSANAAN
Edukasi:

4 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Informed consent tentang keadaan ibu dan rencana terapi yang akan

dilakukan.
- Pasien dirawat inap dan tirah baring
- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
Non Medikamentosa :
- Infus RL 20 tpm
Medikamentosa:
- Transfusi 1 kantong PRC
- Keorolac
- Cefotaxim
- Kalnex
Planning :
- Curretage

FOLLOW UP
Hari/

Subjective

Objective

Assesment

Planning

Tanggal
H+1

Lemas,
Kamis, 8 pusing
Januari
2015

Ku/kes : baik/CM
Td : 130/90

P3A0 dengan
Menometroragi

N: 84

dan

R : 20

anemia

S : 36.5

Curretage
Kalnex
3x1
Amoxicilin

k/l : ca-/-, si-/thorax :

As.Mef

cor: S1>S2, m (-),g(-)

3x1

pulmo: sdv +/+, rh-/-,


wh-/abd:
I:cembung, supel.
A:Bu (+) normal.

5 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

P:timpani
P:Nyeri tekan (-)
Eks:Akral hangat (+)
Edema (-), sianosis (-)
H+2
Jumat,

Lemas
9 berkurang

Januari
2015

Lemas, pusing Ku/kes :


baik/CM
Td : 120/80

P3A0 dengan

Amoxicilin

Menometroragi

N: 68

dan

Sudah tidak

R : 20

anemia

pusing

S : 36.1

3x1
As.Mef
3x1
Kalnex

k/l : ca-/-, si-/-

3x1

thorax :
cor: S1>S2, m (-),g(-)

SF 2 x 1

pulmo: sdv +/+, rh-/-,


wh-/abd:
I:cembung, supel.
A:Bu
(+)
P:timpani

normal.

P:Nyeri tekan (-)


Eks:Akral hangat (+)
Edema (-), sianosis (-)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus (Bobak, 2004).
Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses
kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004),
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling
mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

6 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Fisiologis Siklus Menstruasi


Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).
Ovarium

menghasilkan

hormon

steroid,

terutama

estrogen

dan

progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium,


yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam
perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.
Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus
selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting
untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang
melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan
oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam
perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec,
2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun
setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan
memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan
bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum
umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat

7 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi
sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).

Bagian-bagian Siklus Menstruasi


Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi,
yaitu:

Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.

b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang
perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

8 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan
terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai.
Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi,
satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan
estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel
yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik
hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone
(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi

9 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu


hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh
karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

10 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang
peranan dalam siklus menstruasi antara lain:
Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam
pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian
bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang
berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah
berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zatzat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi
ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan
menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu
timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi
endomentrium dan perdarahan.
Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh
pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya
terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri
maupun dari vena.
Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium,

prostaglandin

terlepas

dan

menyebabkan

berkontraksinya

miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

11 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

MENOMETRORAGIA
Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi antara masa 2 haid yang
dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan
fungsional (Prawirohrdjo, 2007).
Etiologi
Prawirohardjo (2007), etiologi dari menometroragia antara lain:
1. Sebab sebab Organik
Perdarahan dari uterus,tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan
pada :
a. Servik uteri : Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik,
erosi pada portio, ulkus portio uteri.
b. Vagina : Varices pecah, metostase kario, karsinoma keganasan
vagina, karsinoma vagina.
c. Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa
mioma uteri.
d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium
e. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba,
tumor tuba.
2. Sebab sebab disfungsional
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a.

Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction


bleeding).
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium
tanpa ada sebab - sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai
etiologi.
Korpus lutheum persistens dalam hal ini dijumpai
perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang
membesar

korpus

endometrium
menimbulkan

tidak

lutheum
teratur

perdarahan.

ini

menyebabkan

(irreguler
Insufisiensi

pelepasan

shedding)

sehingga

korpus

lutheum

12 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

menyebabkan

premenstrual

spotting,

menorhagia

dan

polimenorrea, dasarnya adalah kurangnya produksi progesterone


disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Apapleksia uteri
pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus. Kelainan darah seperti anemia, gangguan
pembekuan darah purpura trombosit openik.
b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond
bleeding).
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium
dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu.
Timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadangkadang tidak teratur sama sekali.
c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi
Patologi
Menurut Schroder pada tahun 1915, setelah penelitia histopatologik pada
uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan
perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrgica terjadi karena persistensi
folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus
luteum.
Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen
yang berlebihan dan terus menerus. Penelitian menunjukan pula bahwa
perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis
endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris,
dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium
jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat
dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovulatoar.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan
disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan
penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir
gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau
hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan

13 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

anovulatoir

biasanya

dianggap

bersumber

pada

gangguan

endokrin

(Prawirohardjo, 2007).
Gambaran klinik
1. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional

dengan

siklus

pendek

(polimenorea)

atau

panjang

(oligomenorea). Untuk mendiagnosis perdarahan ovulatoar perlu dilakukan


kerokan pada masa mendekati haid jika sudah di pastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab
organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
a.

Korpus luteum persistens ; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang


kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus
dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara
keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular
shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni
menurut Prawirohardjo (2007) pada hari ke-4 mulainya perdarahan.
Pada waktu ini dijumpai adanya endometrium dalam tipe sekresi

b.

disamping tipe non sekresi.


Insufusiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya adalah kurang produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH (Luteiniozing hormon)
releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang

c.

seharusnya didapat dari hari siklus yang bersangkutan.


Appoleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi

d.

pecahnya pembuluh darah dalam uterus


Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

14 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

2. Perdarahan anavulator
Stimulasi

dengan

estrogen

menyebabkan

tumbuhnya

endometrium. Dengan kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul


perdarahan yang kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi
kadar estrogen pada sangkut pautnya dengan jumlah yang pada suatu
waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen
sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti dengan folikel-folikel
baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari
endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sedian yang
diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anavulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap
waktu dalam kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling
sering terdapat pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa
pubertas sesudah menarche , perdarahan tidak normal disebabkan oleh
gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan
akibat bahwa pembuatan realising factor dan hormon gonadotropin tidak
sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya
fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid
menjadi avulatoar, pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam
masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.perdarahan
disfungsioanl dapat dijumpai pada penderit-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah penyakit umum yang
menahun, tumor tumor ovarium, dan sebagainya.
Akan tetapi disamping itu, terdapat banyak wanita dengan
perdarahan

disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut

diatas. Dalam hal ini sters yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,

15 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

baik didalam maupun diluar pekerjaan, kejadian-kejadian yang


mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian
dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain
dapat menyebabkan perdrahan anavulatoar (Prawirohardjo, 2007).
Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis.perlu ditanyakan
bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau
oleh oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit
atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu
diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit
metabolik, penyakit endokrin,penyakit menahun dan lain-lain.kecurigaan terhadap
salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan
pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan.
Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada kelainankelainan

organik,

yang

menyebabkan

perdarahan

abnormal

(seperti:

polip,ulkus,tumor). Pada wanita pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan


guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun
kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma, submukosum dan
sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa
tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan
untuk diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk dilakukan
kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas (Prawirohardjo,
2007).
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar
HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi
atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang
mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui dilatasi dan kuretase
ataupun

histeroskopi.

Wanita

tua

dengan

gangguan

16 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur


atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon
terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan
endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk
melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai
pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang
atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi,
histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase
dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak
berhasil dalam uji coba terapeutik.
Penatalaksanaan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan
berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan
penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal.
Menghentikan Perdarahan
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah
sebagai berikut:
Kuret (curettage)
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi
wanita menikah tapi belum sempat berhubungan intim. Obat (medikamentosa)-

17 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

golongan estrogen. Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol


valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani
kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain,
misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguanfungsi liver.
Dosis dan cara pemberian: Estrogen konjugasi (estradiol
valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari. Benzoas estradiol: 20
mg

disuntikkan

intramuskuler

(melalui

bokong).

Jika

perdarahannya banyak, dianjurkan untuk opname, dan diberikan


estrogen konjugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus
(suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat
diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen
intravena dosis tinggi (estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam
sampai perdarahan berhenti) akan mengontrol secara akut
melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek
langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen
dan

agregasi

trombosit.

Terapi

estrogen

bermanfaat

menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometrium


atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus
DUB

sekunder

Kekurangan

akibat

terapi

depot

ini

progestogen

ialah

bahwa

(Depo

Provera).

setelah

suntikan

dihentikan,perdarahan timbul lagi.


Obat Kombinasi
Terapi

siklik

merupakan

terapi

yang

paling

banyak

digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada


pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang
terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral, obat ini dapat dihentikan setelah 3
6 bulan dan dilakukan observasi untuk moelihat apakah telah
timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang
18 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

mengalami

anovulasi

kronik

dan

diperlukan

pengobatan

berkelanjutan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan


endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin.
Speroff

menganjurkan

pengobatan

dengan

menggunakan

kombinasi kontrasepsi oral denganregimen menurun secara


bertahap.
Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam
hingga duabelas jam, selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol
perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan
akut

dalam

24

hingga

48

jam,

penghentian

obat

akan

menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini,


mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi
selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang
berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat
diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari,
kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian
dilanjutkan

sekali

setiap

hari.

Kombinasi

kontrasepsi

oral

menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen


progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan
menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna
untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa
kontraindikasi

dengan

manfaat

tambahan

yaitu

mencegah

kehamilan.Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan


berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal,
sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase untuk
mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya
resiko terjadinya sinekia intrauterin (sindrom Asherman) jika
endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40
dan diatasnya yang tidak obese, tidak merokok dan tidak
hipertensi.

19 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Golongan Progesterone
Pertimbangan

disini

ialah

bahwa

sebagian

besar

perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian


obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:\
OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non
steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling
efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset
menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi
umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama
espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi
kehilangan

darah

selama

menstruasi

(mensturual

blood

loss/MBL) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori


dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi. Mengatur
menstruasi agar kembali normal setelah perdarahan berhenti,
langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus
menstruasi, misalnya dengan pemberian progesteron 21 tablet
diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15
menstruasi. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah
Sakit atau klinik. Satu kantong darah (250 cc) diperkirakan dapat
menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika
kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu
sekitar 4 kantong darah.

Prognosis

20 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit


(patofisiologi). Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi
hormonal secara dini dapat memberikan angka kesembuhan
hingga 90 %. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi
dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

BAB III
KESIMPULAN
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip
endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan
fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7
hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan
pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea. Menometroragia, yaitu

21 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur disertai


perdarahan yang banyak dan lama.
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional
belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan
perdarahan rahim disfungsional, antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor
kejiwaan,Alat kontrasepsi hormonal Alat kontrasepsi dalam rahim (intra
uterine devices),Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan
rahim, misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor
pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lai
Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ
reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan
lain lain
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit
(patofisiologi). Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal
secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %. Pada
wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat
diobati dengan hasil baik.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba bagus ida. Reproduksi wanita Arcan Jakarta, 2005
Prawirohardjo sarwono, Ilmu Kebidanan, PT BPSSP Jakarta 2009
B, Achmad. Ilmu Kesehatan Reproduksi Ginekologi.Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Universitas Sumatra Utara. 2014. Menometroragia. Fakultas Kedokteran
Sumatra Utara . Available at : http://repository.usu. ac.id/bitstream/1234
56789/2 3495/ 4/Chapter%20II.pdf
22 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

http://www.scribd.com/doc/148732682/MENOMETRORAGIA#scribd
http://gamel.fk.ugm.ac.id/pluginfile.php?file=
%2F23788%2Fmod_resource%2Fcontent%2F1%2FBab
%206%20Gangguan%20Menstruasi.pdf
http://www.ilmupenyakit.com/artikel/menometroragia-pdf.html
http:/www.emedicine. com.fastsplash.obgyn

23 | OBSTETRIC AND
GYNECOLOGIC

You might also like