Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
JUNI SIBURIAN
NIM : 4123321026
Program Studi Pendidikan Fisika
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Melalui Penelitian
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Pokok Materi Fluida Statik X Semester II SMA Santa Maria Medan Tahun pelajaran 2014 /
2015 . Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Fisika .
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pembimbing saya Dr . Betty M. Turnip,
M.Pd.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi berkat bagi
memperoleh balasan yang lebih baik dari Tuhan yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa
proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga
proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk
perkembangan pendidikan khususnya Pendidikan Fisika.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii
Daftar Tabel................................................................................................................ v
Dafatr Gambar............................................................................................................ vi
Daftar Lampiran......................................................................................................... vii
Bab I Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengalami proses yang panjang. Pendidikan, dalam pengertian secara
umum, yakni proses transmisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari
satu generasi kegenerasi lainnya, telah berlangsung setua umur manusia itu sendiri. Proses
pendidikan seringnya terjadi dalam sebuah lembaga-lembaga. Dan lembaga pendidikan telah
mengalami perkembangan, dari bentuknya yang paling sederhana, asasi, dan primitif yakni
keluarga dan masyarakat sampai yang modern sekolah. Lembaga pendidikan sekolah ini
hingga saat ini terus mengalami perubahan perubahan yang signifikan. Dengan perubahan
perubahan tersebut, sekolah mampu memperkokoh dirinya sebagai lembaga pendidikan yang
terpenting ( Abdul Latif : 2009 :1 ).
Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa
dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif
mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi potensinya sehingga menjadi
kemampuan kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Defenisi ini juga
memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah memiliki dimensi jasad,
kejiwaan, dan spiritualitas. Disamping itu, defenisi yang sama memberikan ruang untuk
berasumsi bahwa manusia memiliki peluang untuk bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial,
dan spiritual ( Abdul Latif : 2009 :7 ).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) termasuk fisika pada bertujuan
mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik, serta menunjukkan
kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks. Mencapai tujuan yang tertera
di atas tidak semudah yang dibayangkan. Banyak masalah yang menghambat tujuan tersebut
baik dari factor guru maupun siswa. Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan masih jauh dari
kata memuaskan. Rendahnya pendidikan Indonesia dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar
siswa dalam berbagai mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang selalu memiliki nilai
rendah adalah mata pelajaran fisika.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika juga terlihat pada saat
pelaksanaan Wawancara ke sekolah Santa Maria Medan pada tanggal 11 Oktober 2014
dengan Bapak Simanjorang. Hasil belajar fisika siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal
itu di karenakan kurang sesuainya Model Pembelajaran yang dibawakan Guru tersebut
kepada siswa tersebut. Ketidaksesuaian nya terjadi pada saat Guru fisika menggunakan
model pembelajaran discovery siencetific, dan setiap Guru menggunakan model
pembelajaran discovery siencetific maka siswa akan sulit menjawab soal yang diberikan oleh
Guru tersebut. Tetapi ada saat nya siswa juga dapat mengikuti pembelajaran fisika jika guru
tersebut menggunakan model pembelajaran yang lainnya, misalnya model pembelajaran
problem based learning dan inquiry.
Masalah yang sering dialami siswa antara lain; banyak siswa-siswi yang menganggap
fisika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Banyak dari mereka yang tidak menyukai
pelajaran fisika dan menganggap fisika hanya sebagai pelajaran sampingan saja. Di sisi lain
masalah yang sering datang dari guru menyangkut model dan metode pengajaran yang
monoton yang akhirnya menjadi alasan,mengapa pelajaran fisika menjadi pelajaran yang
membosankan. Dalam pembelajaran guru lebih menekankan pada pemahaman soal yang
menyangkut rumus matematis semata, kurang mampu menerapkan pemahaman konsep pada
siswa. Sehingga pada akhirnya timbul anggapan pada diri siswa bahwa mata pelajaran fisika
hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang ingin menjadi ilmuwan atau lebih jelasnya
sebagai ahli fisika.
Hal yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar fisika siswa juga salah satunya
dikarenakan proses pembelajaran yang tidak berpihak pada siswa. Guru mengajar lebih sering
menerapkan model pembelajaran konvensional yang masih berpusat pada guru ( teacher
centered ) dimana siswa merupakan objek yang harus menguasai materi pelajaran yang
diajarkan. Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian
pengetahuan dari guru dari pada menemukan sendiri pengetahuannya. Aktivitas yang dialami
siswa dalam proses pembelajaran hanya menekankan pada mendengar, mencatat, mengingat
dan mengerjakan soal. Saat guru mengajar lebih cenderung menggunakan metode ceramah
dan penugasan.
pembelajaran inquiry training terhadap penguasaan materi fisika diperoleh rata-rata skor
aktivitas siswa pada kedua pertemuan mencapai 60,92 dengan kategori aktif. Penelitian yang
dilakukan di MTs Negeri 2 Medan menggunakan sampel dua kelas yaitu VII-5 diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training (kelas eksperimen) dan kelas VII- 6
sebagai pengendali yaitu dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (kelas
kontrol). Penerapan model pembelajaran inquiry training ini didasarkan atas kelebihannya
yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif dan aspek psikmotorik secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna. Sebelum
diberikan pembelajaran yang berbeda kepada masing-masing kelas terlebih dahulu dilakukan
tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pokok Suhu dan
Pengukuran sebelum diberikan perlakuan pembelajaran.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai pretes siswa kelas yang terpilih sebagai kelas
eksperimen adalah sebesar 34,875. Sedangkan untuk kelompok siswa yang terpilih sebagai
kelas kontrol diperoleh rata-rata pretes sebesar 33,5. Berdasarkan hasil ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (nyata) kemampuan awal kedua kelompok siswa
dan hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan awal siswa masih tergolong
rendah sebelum diterapkan perlakuan. Setelah diketahui bagaimana kemampuan awal para
siswa dilakukan pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
model pembelajaran Inquiry Training. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan postes untuk
mengetahui bagaimana hasil belajar kedua kelompok siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata nilai postes siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Inquiry Training (kelas eksperimen) adalah sebesar 70,375. Sedangkan siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol) diperoleh rata-rata
nilai postes sebesar 63,125. Ini membuktikan hasil belajar siswa yang mengunakan model
pembelajaran inquiry training lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Pokok Materi Fluida Statik X Semester II SMA Santa Maria Medan
Tahun pelajaran 2014 / 2015 .
dengan
menerapkan
pembelajaran
konvensional?
c. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar
smiswa kelas X Semester II di SMA Santa Maria Medan pada materi pokok Fluida Statik
T.P 2014/2015 ?
d. Bagaimanakah aktivitas yang dilakukan siswa kelas X Semester II di SMA Santa Maria
Medan pada materi pokok Fluida Statis T.P 2014/2015 selama mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training?
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X Semester II di SMA Santa Maria
Medan pada materi pokok Fluida Statis T.P 2014/2015 dengan menerapkan model
pembelajaran inquiry training ;
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional ;
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil
belajar siswa kelas X Semester II di SMA Santa Maria Medan pada materi pokok
Fluida Statis T.P 2014/2015 ;
4. Untuk mengetahui aktivitas belajar yang dilakukan siswa kelas X Semester II di
SMA Santa Maria Medan pada materi pokok Fluida Statis T.P 2014/2015 dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training .
1.6 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat temuan penelitian ini ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru fisika untuk dijadikan sebagai salah satu
model pembelajaran alternative dalam upaya peningkatan hasil belajar fisika di
sekolah ;
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjut untuk dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran inquiry
training dalam mengajarkan fisika di sekolah.
1.7 Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dari peneliti adalah :
1. Pemahaman siswa tentang fluida statis sebelum kegiatan adalah sama ;
2. Pembelajaran akan lebih efektif bila merupakan suatu proses yang aktif ;
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training dapat meningkatkan hasil belajar.
1.8 Defenisi Operasional
Untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan pendidikan, maka berikut ini
diajukan beberapa defenisi operasional yang mengacu pada penelitian, antara lain :
1. Model pembelajaran Inquiry training merupakan model yang telah dikembangkan
oleh Richard Suchman ( 1926 ) untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam
meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini melibatkan siswa
dalam versi versi kecil tentang jenis jenis prosedur yang digunakan oleh para
sarjana untuk mengolah pengetahuan dan menghasilkan prinsip prinsip.
Didasarkan pada konsepsi metode ilmiah, model ini mencoba mengajarkan siswa
beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah Menurut joyce ( 2009 : 200 ).
2. Pembelajaran konvensional merupakan metode pengajaran yang berpusat pada
guru sehingga dengan menerapkan pengajaran konvensional ini siswa hanya
sebagai pendengar dan menyebabkan anak didik menjadi pasif.
3. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik menurut Sardiman ( 2011 : 20).
4. Hasil belajar adalah melukiskan tingkat ( kadar ) pencapaian siswa atas tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
5. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi
belajar mengajar menurut Sardiman ( 2011 : 96 ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
Ada beberapa defenisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Cronbach memberikan defenisi : Learning is shown by a change in behavior as a
result of experience;
Hasil belajar adalah melukiskan tingkat ( kadar ) pencapaian siswa atas tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Hasil belajar itu tercermin / terpancar dari kepribadian siswa berupa
perubahan tingkah lakunya setelah mengalami proses belajar mengajar. Ini berarti, bahwa
hasil belajar itu menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik Menurut Ratna Tanjung ( 2013 : 11 ).
2.1.3
Aktivitas Belajar
Mengapa didalam belajar diperlukan aktivitas ? Sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga
mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Frobel mengatakan bahwa manusia sebagai pencipta . Dalam ajaran agama pun
diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang kedua ( setelah Tuhan ). Secara alami
anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu suatu organisme yang
berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus
bekerja sendiri.
Montessori juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga tenaga untuk
berkembang sendiri, membentuk sendiri. Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan
baik secara rohani maupun teknis.
Parkhurst menegaskan bahwa ruang kelas harus diubah sedemikian rupa menjadi
laboratorium pendidikan yang mendorong anak didik bekerja sendiri. J. Dewey sendiri juga
menegaskan bahwa sekolah harus dijadikan tempat kerja. Sehubungan dengan itu, ia
menganjurkan pengembangan metode metode proyek, problem solving, yang merangsang
anak didik untuk melakukan kegiatan. Semboyan yang ia populerkan learning by doing.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut diatas, jelas
bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain,
bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak
mungkin berlangsung dengan baik menurut Sardiman ( 2011 : 95 97 ).
2.1.3.1 Prinsip Prinsip Aktivitas
Prinsip prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang
perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan seseorang
subjek belajar/subjek didik, dapatlah diketahui bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam
belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu yang
menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam
belajar mengajar, yakni siswa dan guru.
Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis
besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa dan ilmu jiwa modern.
10
11
Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa antara lain
dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memerhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawning activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereperasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, emlihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
2.1.4
Model Pembelajaran
12
tentang jenis jenis prosedur yang digunakan oleh para sarjana untuk mengolah pengetahuan
dan menghasilkan prinsip prinsip. Didasarkan pada konsepsi metode ilmiah, model ini
mencoba mengajarkan siswa beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah.
Suchman mengembangkan modelnya dengan menganalisis metode metode yang
telah digunakan oleh para peneliti kreatif, khususnya para ilmuwan fisika. Saat dia
mengidentifikasi unsur unsur proses penelitian mereka, dia membentuknya menjadi model
instruksional yang kemudian kita kenal dengan latihan penelitian ini. Model latihan
penelitian dirancang untuk membawa siswa secara langsung kedalam proses ilmiah melalui
latihan latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut kedalam periode waktu yang
singkat. Apa pengaruhnya ? Schlenker ( 1991 ) melaporkan bahwa latihan penelitian akan
meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan
keterampilan keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Dia juga
melaporkan bahwa model ini sebenarnya tidak lebih efektif dari pada metode metode
pengajaran konvensional dalam hal pemerolehan informasi, tetapi latihan ini seefisien metode
pengulangan dan pengajaran yang dibarengi dengan pengalaman pengalaman laboratorium.
Ivany ( 1969 ) dan Collins ( 1969 ) melaporkan bahwa metode tersebut akan bekerja dengan
baik asalkan ada banyak pertentangan, yang memunculkan teka teki dan membangkitkan
rasa ingin tahu, dan ada materi materi instruksional yang dapat digunakan siswa untuk
mengeksplorasi topik topik penelitian. Baik siswa sekolah dasar maupun sekolah lanjutan
dapat memperoleh keuntungan dari model ini ( Voss , 1982 ). Dalam salah satu siswa siswa
yang tuli, seraya menganjurkan agar siswa siswa yang memiliki cacat panca indera ikut
dapat diajarkan melalui metode ini.
2.1.4.3 Tujuan Model Pembelajaran Inquiry Training
Model latihan penelitian berawal dari sebuah kepercayaaan dalam upaya
pengembangan para pembelajar yang mandiri ; metodenya mensyaratkan partisipasi aktif
siswa dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan hasrat yang
besar untuk tumbuh berkembang ; dan latihan penelitian memanfaatkan eksplorasi kegairahan
alami mereka, memberikan mereka arahan arahan khusus sehingga mereka dapat
mengeksplorasi bidang bidang baru secara aktif. Tujuan umum latihan penelitian adalah
membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang mumpuni untuk
meningkatkan pertanyaan pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa
13
keingintahuan mereka. Untuk itulah, Suchman tertarik untuk membantu siswa meneliti secara
mandiri, tetapi dalam cara yang disiplin.
Latihan penelitian dimulai dengan menyajikan kejadian yang sedikit membingungkan
( puzzling event ) pada siswa. Suchman percaya bahwa para individu yang hadapkan pada
situasi semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk menyelesaikannya. Setiap Bruner
dan Taba, Suchman percaya bahwa pada proses penelitian dapat meningkat dan bahwa
mereka dapat diajarkan prosedur prosedur ilmiah secara langsung.
Dengan demikian, teori Suchman adalah :
1. Siswa meneliti secara alamiah ketika mereka sedang menghadapi persoalan
( kebingungan ) ;
2. Mereka dapat sadar dan belajar menganalisis strategi strategi berpikirnya ;
3. Strategi strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan dapat ditambahkan
pada strategi yang telah dimiliki siswa sebelumnya ;
4. Penelitian kooperatif dapat memperkaya pemikiran dan membantu siswa belajar
tentang ketidakmestian, sifat pengetahuan yang selalu berkembang, dan
menghargai penjelasan alternatif Menurut joyce ( 2009 : 202 203 ).
2.1.4.4 Struktur Pengajaran Pada Model Pembelajaran Inquiry Training
Latihan penelitian memiliki lima tahap :
1.
2.
3.
4.
14
memiliki dua fungsi : ekplorasi ( eksploration ) dan pengujian langsung ( direct testing ).
Eksplorasi mengubah sesuatu untuk melihat apa yang akan terjadi tidak semestinya
dibimbing oleh sebuah teori dan hipotesis, tapi bagaimana eksperimentasi tersebut
dilaksanakan untuk menawarkan gagasan gagasan baru bagi suatu teori. Tahap keempat ,
guru meminta siswa mengolah data dan merumuskan suatu penjelasan. Beberapa siswa
memiliki kesulitan dalam membuat lompatan intelektual ( the intelectual leap ) antara
memahami informasi itu. Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian
mereka. Mereka mungkin menentukan pertanyaan pertanyaan yang sangat kreatif, cara
cara bertanya yang produktif dan tidak, atau jenis informasi yang mereka butuhkan dan tidak
mereka peroleh. Tahap ini penting seandainya kita ingin membuat proses penelitian sebagai
suatu kesadaran dan mulai mencoba untuk mengembangkannya secara sistematis menurut
Joyce ( 2009 : 206 209 ).
2.1.4.5 Proses Inquiry Training
Gulo ( 2002 ) menyatakan, bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan
Menurut Trianto ( 2009 : 168 ).
2.1.4.6 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry Training
Keunggulan pendekatan Inkuiri dapat diringkas di dalam antara lain :
1) Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan hanya pengetahuan yang relevan dengan
sebuah isu yang diamati ;
2) Pendekatan ini memungkinkan siswa dapat memandang konten dalam sebuah cara
yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan
data untuk pemecahan masalah ;
3) Siswa instrinsik pendekatan ini sangat memotivasi siswa ;
4) Pendekatan ini juga memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat karena
kurang lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan kurang mengarahkan
aktivitas aktivitas yang didominasi oleh guru ;
5) Pendekatan ini memberikan nilai transfer yang unggul jika dibandingkan dengan
metode metode lainnya.
15
16
Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh
guru adalah model pembelajaran konvensional. Salah satu contoh dari pembelajaran
konvensional adalah metode ceramah. Biasanya guru mencapai tujuan instruksionalnya
dengan menggunakan kata kata. Salah satu cara yang dapat dipergunakan guru yaitu
berceramah. Kelemahan kelemahan yang menyolok misalnya, tidak dapat memberi siswa
kesempatan untuk mempraktekkan perilaku yang relevan ( selain mencatat ) ceramah masih
dapat bermanfaat bagi siswa, berapa pun usianya. Tujuan utama suatu ceramah ialah
menyajikan ide. Ceramah memungkinkan si guru menyampaikan topik dengan perasaan ;
dapat lewat cara penyampaiannya, dapat dengan intonasi tertentu, dengan tekanan suaranya,
ataupun dengan gerak gerik tangannya. Topik yang sederhana dapat dibuat menarik ; atau
sebaliknya, yang menarik dapat membosankan Menurut James & Eva ( 2005 : 79 80 ).
17
Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan
dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan standar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/
2.1.6
Materi Pembelajaran
A. Statika Fluida
Ada tiga macam keadaan atau fase zat, yaitu : padat, cair dan gas. Pada fase padat, zat
akan mempertahankan bentuk dan ukurannya yang tetap. Pada fase cair, zat memiliki volume
tertentu tetapi memiliki bentuk yang berubah ubah sesuai wadahnya.
Pada fase gas, zat tidak memiliki bentuk dan volume yang tetap. Gas memiliki
kecenderungan untuk menyebar dan memenuhi ruang atau wadahnya. Zat cair dan gas
memiliki kemampuan untuk mengalir. Oleh karena itu, keduanya sering disebut sebagai
fluida atau zat alir. Materi fluida yang akan kita pelajari dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
hidrostatika yang membahas fluida yang diam dan hidrodinamika yang membahas fluida
yang bergerak.
2.1.6.1 Massa Jenis
Massa jenis ( ) suatu zat yang didefinisikan sebagai perbandingan antara massa
zat ( m ) dan volume zat ( V ).
Secara matematis, massa jenis dirumuskan dengan
m
=
V
Dalam satuan SI, satuan massa jenis adalah kg / m3 , sedangkan dalam sistem cgs
satuan massa jenis adalah g / cm 3.
2.1.6.2 Tekanan
a. Definisi Tekanan
18
F
A
19
Pg = P + P 0
Sekarang kita akan menghitung tekanan didasar bejana berisi fluida statik yang massa
jenisnya dan luas penampangnya A. Tekanan total yang dialami dasar bejana disebabkan
oleh berat fluida diatasnya dan gaya tekan dari luar.
Bagian atas fluida yang berhubungan langsung dengan udara luar akan dikenai gaya
tekan ke bawah, sebesar Fatas = P0 A.
Bagian dasar bejana akan dikenai gaya tekan sebesar Fatas ditambah berat fluida di
atasmya, yaitu w = mg ;
Fdasar = Fatas + mg.
Dengan mengingat bahwa m = V dan V= hA kita peroleh
Fdasar = Fatas + Vg atau Fdasar = Fatas + hAg
Tekanan pada dasar bejana yang luas permukaannya A adalah
20
Pdasar =
Atau
Pdasar = P0 + hg
Tekanan yang ditimbulkan oleh fluida statik disebut dengan tekanan hidrostatik.
Tekanan hidrostatik berbanding lurus dengan kedalaman ( h ) dan massa jenis fluida ( ).
Titik titik di dalam fluida yang mempunyai kedalaman yang sama selalu mempunyai
tekanan yang sama, tidak bergantung pada bentuk bejana.
2.1.6.3 Hukum Pokok Hidrostatika
Sebelum kita mempelajari Hukum Hidrostatika, lakukan dulu percobaan botol air mineral
yang dilubangi. Jika percobaan tersebut anda lakukan dengan benar, kekuatan air yang
memancar keluar dari keempat lubang di tanah pada jarak mendatar yang sama dari pinggiran
botol. Dapat kita simpulkan bahwa semua titik yang terletak pada bidang datar yang sama
di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan ( mutlak ) yang sama. Pernyataan inilah
yang kita sebut sebagai hukum pokok Hidrostatika. Misalnya pipa U mula mula kita isi air (
massa jenis = 1 g/cm3). Sesuai hukum pokok hidrostatika, ketinggian kolom air pada kedua
kaki pipa akan sama. Kemudian kedalam kaki kiri kita tuangkan minyak ( massa jenis = 0,8
g/cm3). Sesuai hukum pokok hidrostatika, ketinggian cairan pada kedua kaki tidak akan sama.
Pada bidang batas yang melalui titik A pada kaki kiri dan titik B pada kaki kanan, zat cairnya
masih sejenis, yaitu air. Sesuai hukum pokok hidrostatika, tekanan di kedua titik ini adalah
sama. Tekanan hidrostatis karena ketinggian adalah gh, sehingga diperoleh
PA = PB
mghm = agha
ha = mghm / a
2.1.6.4 Prinsip Pascal
Sebagai fluida, atmosfer bumi memberikan tekanan pada semua benda yang
bersentuhan dengannya, termasuk fluida yang ada di permukaan bumi. Tekanan atmosfer
21
yang bekerja pada suatu fluida akan diteruskan keseluruh bagian fluida. Hal itu dikemukakan
oleh seorang filsuf dan ilmuwan perancis, Blaise Pascal. Prinsip Pascal atau sering disebut
dengan Hukum Pascal menyatakan bahwa :
Tekanan yang diberikan pada fluida dalam ruang tertutup akan diteruskan kesegala
arah dengan sama besar. Gambar 1.3 Prinsip Pascal.
F1 F 2
=
A 1 A2
2.1.6.5 Hukum Archimedes
Jika benda dicelupkan kedalam zat cair, zat cair memberikan gaya angkat pada benda
itu. Gaya ini menyebabkan berat benda seakan akan berkurang. Fakta ini pertama kali
dikemukakan oleh Archimedes sehingga dikenal sebagai Hukum Archimedes, yang
menyatakan bahwa :
Bila sebuah benda kita masukkan kedalam zat cair, benda tersebut akan mendapat
gaya keatas ( gaya Archimedes atau gaya apung ) yang besarnya sama dengan berat
zat cair yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Secara matematis, Hukum Archimedes dirumuskan sebagai :
FA = fluida V g
Dengan :
FA = Gaya apung ( Gaya Archimedes ) ;
22
b. Melayang
Pada benda melayang, besarnya gaya Archimedes Fa sama dengan berat benda w =
mg , jadi,
FA = mg
fluida g Vt = b Vb g
23
akan tetapi, volume benda yang tercelup sama dengan volume benda V b. Jadi, syarat
benda melayang adalah fluida = b. Pada benda melayang massa jenis benda sama dengan
massa jenis zat cair.
c. Tenggelam
Pada saat tenggelam, besar gaya Archimedes FA lebih kecil dari pada berat benda mg.
Dalam hal ini volume benda yang tercelup Vt sama dengan volume benda Vb. Akan tetapi,
benda bertumpu pada dasar bejana sehingga ada gaya normal N sehingga berlaku :
FA + N = w
N = b Vb g - fluida g Vt
Gaya normal N selalu positif sehingga b > fluida. Jadi, benda akan tenggelam dalam
fluida jika massa jenis benda itu lebih besar dari pada massa jenis fluida.
2.1.6.6 Visikositas
Saat bergerak diatas lantai kasar, sebuah balok akan mengalami gaya gesek yang
arahnya berlawanan dengan arah gerak. Begitu pula dengan fluida. Fluida yang mengalir
melalui suatu permukaan yang diam akan mengalami gesekan yang berlawanan arah dengan
arah alirannya. Kecenderungan untuk mengahambat aliran dalam fluida ini disebut
visikositas. Fluida seperti air memiliki visikositas lebih tinggi dari pada udara, sedangkan
fluida seperti madu dan sirup dicirikan dengan visikositasnya yang tinggi.
Visikositas fluida berhubungan dengan gaya gesekan antarlapisan fluida ketika satu
lapisan bergerak melewati lapisan yang lain. Pada zat cair, visikositas disebabkan terutama
oleh gaya kohesi antar molekul, sedangkan pada gas, visikositas muncul karena tumbukan
antar molekul.
Fluida ideal yang sering kita gunakan dalam pembahasan memiliki nilai visikositas
nol. Hal ini karena interaksi antarmolekul dalam fluida ideal diabaikan. Aliran fluida ideal
bersifat laminer, setiap titik memiliki kelajuan yang sama.
Gaya yang menyebabkan aliran fluida sejati itu diperoleh oleh selisih tekanan pada
panjang tertentu pipa. Eksperimen menunjukkan bahwa :
24
P1 P2
vL
A
Nilai kesebandingan antara selisih tekanan dan vL/A berhubungan dengan suatu
konstanta yang disebut koefisien visikositas fluida ( ). Visikositas didefenisikan sedemikian
rupa sehingga selisih tekanan dirumuskan dengan :
P1 P2 = 8
vL
A
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa satuan koefisien visikositas adalah
N.s / m2. Satuan lain yang kadang digunakan adalah poise, diambil dari nama ahli fisiologis
Prancis, Jean Louis Poiseuille ( 1799 1869 ) yang didefinisikan sebagai :
1 poise = 1 dyne.s / cm2 = 0,1 N.s / m2.
Gejala visikositas dapat diamati ketika kita menjatuhkan sebutir kelereng kedalam
gelas kaca yang berisi minyak goreng. Kelereng akan bergerak diperlambat akibat gesekan
dengan fluida. Besar gaya gesekan dapat dihitung :
f = 6 rv
dengan adalah kekentalan fluida dan r adalah jari jari kelereng. Ketika kelereng
dijatuhkan kedalam minyak goreng, pada selang waktu tertentu kelereng akan mengalami
kecepatan tetap. Kecepatan itu disebut kecepatan batas ( terminal velocity ). Saat berada
dalam minyak goreng, kelereng mengalami tiga gaya yaitu gaya berat ( w ), gaya Archimedes
( FA ), dan gaya gesekan fluida ( f ). Karena kelereng bergerak dengan kecepatan konstan,
maka F = 0 atau
f = w FA
Dengan substitusi f = 6 rv ; w = bVbg ; FA = fluidaVbg; maka persamaan menjadi :
6 rv = bVbg - fluidaVbg = (b - fluida ) Vb g
4 3
r
sehingga diperoleh :
3
25
2
2 g r (b )
9v
fluida
F
L
Dimana :
F = Gaya Permukaan ( N ) ;
L = Panjang Benda ( m )
= Tegangan Permukaan ( N/m )
Untuk benda sepanjang l yang memiliki dua permukaan , tetap berlaku dengan substitusi L =
2l.
=
F
2l
Kerangka Konseptual
Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui
model model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini
dikarenakan model model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seorang
berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara cara mengolah informasi.
26
Discovery merupakan bagian dari inquiry , atau inquiry merupakan perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar ; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran ; dan
(3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri. Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
a. Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengandung siswa berdiskusi ;
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis ;
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H0
: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok Fluida Statik di kelas X SMA Semester II Santa Maria
Medan T.P 2014 / 2015.
Ha
belajar siswa pada materi pokok Fluida Statik di kelas X SMA Semester II Santa Maria
Medan T.P 2014 / 2015.
Sudjana ( 2005 : 243 )
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara yang digunakan
untuk melakukan suatu penelitian, agar memperoleh hasil yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu
perlakuan terhadap terhadap 2 kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitian ini adalah di Kelas X SMA
Santa Maria Medan Jalan Palang Merah No. 15 Medan Maimun yang akan dilaksanakan pada
Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester Genap SMA
Santa Maria Medan Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 2 kelas paralel.
3.2.2
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini 2 kelas
yang diambil secara cluster random sampling yaitu penerikan sampel dengan proses
pengacakan yang disajikan sebagai 1 kelas eksperimen (X 1) dengan model pembelajaran
Inquiry Training dan 1 kelas kontrol (X2) dengan strategi pembelajaran konvensional.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas (X)
Yang menjadi variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran
pelatihan inkuiri ( Inquiry Training) dengan model pembelajaran konvensional
3.3.2
28
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu hasil belajar Fisika siswa Kelas X SMA
Santa Maria Medan Tahun Ajaran 2014 / 2015.
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yaitu siswa.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada hasil belajar
siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran Inquiry Training dengan pembelajaran
konvensional.
3.4.2
Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
diberi perlakuan berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pengajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training. Sedangkan pada kelas kontrol diberi
perlakuan yaitu pengajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Untuk mengtahui hasil belajar siswa, yang diperoleh dengan menerapkan dua perlakuan
tersebut maka pada siswa deberikan tes. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian (Two group, pre-test, pos-test design)
Kelas
Tes awal/pretes
Eksperimen
Kontrol
T1
T1
Perlakuan
Tes
X1
X2
akhir/postes
T2
T2
penelitian dengan menggunakan quasi eksperimen yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya
29
akibat sesuatu yang dikenakan pada subjek didik. Dengan memberi perlakuan pada kelompok
sampel penelitian yang dilakukan melalui Model Pembelajaran Inquiry Training.
Agar kedua kelas homogen maka proses penelitian ini dilaksanakan melalui tahap
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Postes
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Pengolahan/Analisis Data
Penarikan Kesimpulan
30
31
Sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah berupa test awal dan test
akhir materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Bentuk test yang diberikan yaitu bentuk
pilahan berganda yang terdiri dalam lima pilihan jawaban dengan jumlah soal 10 butir. Soal
yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah diberi 0. Alat pengumpul data sebelum
digunakan terlebih dahulu dicari validitas, dengan menggunakan validitas isi, yang akan
divalidkan 3 orang validator yang ahli dibidangnya.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Materi Fluida statik
No
1
2
Massa Jenis
Tekanan
C2
4
C3
6
7
Klasifikasi
C4
C5
C6
Jumlah
1
4
5
3
3
4
5
3.6.2
9
3
3
10
2
1
1
C4=Analisis
C2=Pemahaman
C5=Sintesis
C3=Aplikasi/Penerapan
C6=Evaluasi
1
1
2
1
10
Lembaran Observasi
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan yang
akan diamati. Dalam proses observasi, observer (pengamat) tinggal memberikan tanda pada
peristiwa yang muncul. Dari hasil observasi yang dilakukan maka akan diperoleh data
tentang aktivitas siswa pada saat penerapan model Inquiry Training pada pokok Fluida Statik.
32
x 100
3.7.2
Kategori Ketuntasan
Sangat tuntas
Tuntas
Cukup Tuntas
Kurang Tuntas
Sangat Kurang Tuntas
Data aktivitas siswa selama pembelajaran diamati oleh pengamat dan dianalisis
dengan menggunakan penskoran. Aktivitas yang diamati oleh pengamat ada 6 hal yaitu
kerjasam dalam kelompok, menyajikan hasil diskusi, mengajukan pertanyaan, memberikan
jawaban, menyampaikan ide atau pendapat, membuat kesimpulan. Setiap aktivitas diberikan
skor dengan skor minimal adalah 1 dan maksimal adalah 4. Sehingga kategori untuk aktivitas
dapat dihitung dalam persentase sebagai berikut:
Persentase aktivitas =
x 100 %
Hasil ini dapat dibagi dalam 4 kategori yang diberikan oelh tabel berikut:
Kategori
Amat Aktif
Aktif
Cukup Aktif
Buruk
Nilai
A
B
C
D
33
Dimana :
Xi
N
ix 2
S=
= rata-rata skor
Xi
= jumlah skor
2. Uji Normalitas
Uji ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas dari dat menggunakan rumus uji Liliefors dengan langkahlangkah sebagai berikut: (Sudjana.2005)
a. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi
b. Skor mentah X1, X2,....,Xn, dijadikan bilangan baku Z1,Z2,.....,Zn dengan rumus:
X i X
S
Zi =
Dimana :
= rata-rata sampel
34
e. Menghitung selisih F(Zi) S(Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya yang tersebar
dinyatakan dengan Lo
f. Untuk kenormalan data maka dibandingkan antara nilai Lo dengan nilai kritis L dari
daftar L pada uji Liliefors
Kriteria penilaian :
Jika Lo Ltabel maka data berdistribusi normal
Jika Lo Ltabel maka data tidak berdistribusi normal.(Sudjana.2005)
3. Uji Homogenitas
Untuk menguji apakah kedua kelompok homogen, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ho:
H1:
F = varians terkec il
Ha=
35
Dengan :
X
X
Bila data penelitan berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis
menggunakan uji t dengan rumus yaitu:
t=
X 1 X 2
1 1
s
+
n1 n2
S2 =
Dengan:
n1+ n21
t = distribusi t
n1= jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol
S 21 = varians kelas eksperimen
s 22 = varias kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah : terima Ho jika t t1- dimana t1- didapat dari daftar
distribusi t dengan dk=(n1 + n2-2) dan peluang (1- ) (ttabel dipetoleh dari daftar distribusi
untuk =0.05). Untuk harga t yang lain Hoditolak.
Jiak pengolahan data menunjukkan bahwa t
lebih dari nilai t
t1-
t1-
kesimpulan kemampuan siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model Inquiry
36
Training) lebih besar dibandingkan kemampuan siswa pada kelas kontrol (dengan
menggunakan pembelajaran konvensional).
Jika pengolahan data menunjukkan bahwa t
diperoleh kurang dari nilai t
t1-
t1-
kesimpulan kemampuan siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model Inquiry
Training) sama dengan hasil belajar siswa pada kelas kontrol (dengan meodel pembelajaran
konvensional).
37
DAFTAR PUSTAKA
Eva & James, dkk. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis . Jakarta : PT Rineka Cipta.
Istarani. 2011 . 58 Model Pembelajaran Inovatif . Medan : Media Persada.
Joyce, Bruce,dkk. 2011. Model of Teaching (Model Model Pembelajaran ). Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Jurubahasa & Fitriani . 2013 . Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Pengukuran Kelas Vii Semester I Mts N 2
Medan T.P 2012/2013. Medan : Jurusan Fisika UNIMED.
Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan . Bandung : Refika Utama.
Ngalimun. 2013 . Strategi dan Model Pembelajaran . Yogyakarta : Aswaja Pressindo .
Purwoko & Fendi . 2010 . Fisika 2 SMA Kelas XI . Jakarta : Yudhistira.
Sardiman A. M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Gravindo
Persada.
Sudjana. 2005 . Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Tanjung, Ratna & Turnip, Betty M. 2013. Evaluasi Hasil Belajar Fisika . Medan : Unimed
Press.
Trianto. 2011 . Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . Jakarta : Putra Grafika.
http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/
38
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SANTA MARIA MEDAN
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/Dua
Materi Pokok : Fluida Statis
Alokasi Waktu : 4 x 3 JP
39
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui
pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan ,
melaporkan, dan berdiskusi
3.7. Menerapkan hukum-hukum pada fluida statik dalam kehidupan sehari-hari Indikator:
3.7.1. Menjelaskan defenisi Massa Jenis
3.7.2. Menyimpulkan Percobaan Hukum Pascall
3.7.3. Menyimpulkan definisi Tekanan
3.7.4 Menyimpulkan tentang Hukum Pokok Hidrostatika
3.7.4 Menjelaskan Karakteristik Tekanan Atmosfer dan Tekanan Ukur
3.7.5 Menjelaskan Karakteristik Tekanan Zat cair dalam Fluida Statik
3.7.6. Menyimpulkan percobaan Hukum Archimedes.
3.7.7. Menjelaskan karakteristik Tegangan Permukaan
3.7.8. Menentukan Viskositas
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses mencari informasi, menanya, dan berdiskusi peserta didik dapat memahami
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang fluida statis serta mampu
membangun sikap ilmiah dan keterampilan prosedural melalui proses mencoba, mengasosiasi
dan mengomunikasikannya dalam presentasi dan laporan tertulis
40
1. Diberikan fenomena botol bocor, peserta didik diharapkan dapat menjelaskan karakteristik
Hukum utama hidrostatis dengan benar.
2. Diberikan gambar mesin hidrolik, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan
karakteristik Hukum Pascall dengan benar.
3. Diberikan permasalahan mesin hidrolik, peserta didik diharapkan mampu menentukan
gaya yang dihasilkan oleh mesin hidrolik.
4. Diberikan data hasil percobaan, peserta didik diharapkan dapat menyimpulkan percobaan
Hukum Archimedes dengan benar.
5. Diberikan contoh penerapan dari Tegangan Permukaan , peserta didik diharapkan dapat
menentukan tegangan permukaan dengan benar.
6. Diberikan Gambar tentang Tegangan Permukaan, peserta didik diharapkan dapat mengerti
tentang gambar tegangan permukaan
7. Diberikan data hasil percobaan hukum Stokes, peserta didik diharapkan mampu
menentukan Viskositas cairan dengan Hukum Stokes dengan benar.
8. Diberikan program PhET, peserta didik diharapkan mampu melakukan percobaan Hukum
utama Hidrostatis dengan benar.
9. Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh, peserta didik diharapkan mampu mengolah
dan menyajikan data percobaan Hukum Hukum utama Hidrostatis dengan benar.
10. Berdasarkan hasil percobaan, peserta didik diharapkan mampu menyajikan hasil
percobaan Hukum Hukum utama Hidrostatis dengan benar.
11.Dijelaskannya tentang contoh contoh penerapan Hukum Archimedes, peserta didik
diharapkan mampu melakukan percobaan Hukum Archimedes dengan benar.
12. Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh, peserta didik diharapkan mampu mengolah
dan menyajikan data percobaan Hukum Archimedes dengan benar.
13. Berdasarkan hasil percobaan, peserta didik diharapkan mampu menyajikan hasil
percobaan Hukum Archimedes dengan benar.
41
14. Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh, peserta didik diharapkan mampu mengolah
dan menyajikan data percobaan Hukum Stokes dengan benar.
15. Berdasarkan hasil percobaan, peserta didik diharapkan mampu menyajikan hasil
percobaan Hukum Stokes dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
Fakta
Konsep
Tekanan
Gaya angkat
Kecepatan terminal.
Prinsip
Prosedur
42
Demonstrasi
Eskperimen
Diskusi kelompok
Tanya jawab
WAKTU
15 MENIT
Pendahuluan
Membuka pelajaran dengan membaca doa yang dipimpim oleh
salah
satu peserta didik.
Merefleksi hasil kompetensi (KD) sebelumnya tentang elastisitas
dan
gaya pegas.
Menjelaskan kaitan Hukum utama Hidroststis dengan Hukum
Newton
(KD sebelumnya) dan gerak getaran (KD yang akan datang)
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Bertanya dan menagih secara lisan tugas baca mencari informasi
tentang Hukum utama Hidroststis (buku, internet, atau modul).
Melaksanakan
pretes
tentang
karakteristik
Hukum
utama
Hidroststis.
Kegiatan Inti
Mengamati
55 MENIT
43
Menanya
Mencoba
menilai
keterampilan
mencoba,
peserta
didik
44
Penutup
20 MENIT
Archimedes
Memberikan tugas baca tentang Hukum Archimedes.
Melaksanakan postes.
Menutup pelajaran dengan membaca doa yang dipimpim oleh
salah satu peserta didik.
WAKTU
20 MENIT
Pendahuluan
Archimedes
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Melaksanakan pretes tentang hukum Archimedes.
Kegiatan Inti
120 MENIT
Mencoba
Archimedes.
Guru menilai sikap peserta didik dalam kerja kelompok dan
pemecahan
masalah
hukum
45
untuk Hukum
Guru menilai keterampilan mengolah dan menalar
Mengomunikasikan
masalah
Guru menilai keterampilan menyaji dan berkomunikasi
Penutup
20 MENIT
Pertemuan Keempat
RINCIAN KEGIATAN
Pendahuluan
Stokes.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Mengamati
Menanya
WAKTU
20 MENIT
55 MENIT
46
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
kelompok
Guru menanggapi hasil presentasi untuk memberi penguatan
diskusi
Peserta didik menyerahkan laporan praktikum melalui email,
15 MENIT
47
H. Penilaian
1. Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja
kelompok, kinerja presentasi, dan laporan tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan
melalui tes tertulis.
2. Aspek dan Instrumen penilaian
pada aktivitas peran serta, kualitas visual presentasi, dan isi presentasi
Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada
Medan,
November 2014
_________________________
______________________
NIP.
NIP.
48
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Lampiran 2
a. Lembar Observasi dan kinerja presentasi
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI
DAN KINERJA PRESENTASI
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Program
: XI/MIPA
Kompetensi
: KD 3.6 dan 4.6
Observasi
N
o
1.
Ak
t
(1)
Kinerja Presentasi
tgjwb
Kerjsm
Prnsrt
Visual
Isi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Jml
Sko
r
Nila
I
49
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Keterangan pengisian skor
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang
Lampiran 3
FORMAT PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
(PORTOFOLIO)
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Peminatan
: XI/MIA
Materi Pokok
No
Aspek Penilaian
Skor
ratarata
Nilai
Lampiran 4
SOAL SOAL
SOAL PRETES
Jawaban
Pertanyaan
Bentuk
Regresi
Data
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Penyajian
Kejujuran
Ketelitian
Visual
50
51
2. Tekanan yang diberikan pada fluida dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah
dengan sama besar . Yang menyatakan kalimat di atas adalah....
a.
b.
c.
d.
e.
Archimedes
Pascal
Newton
Boltzman
Hidrostatik
3. Sebuah balok es terapung didalam bejana berisi air. Jika diketahui massa jenis es dan air
masing-masing adalah 0,90 g/cm3 dan 1 g/cm3 maka bagian es yang terendam dalam air
adalah...
a. 90 %
b.75%
c.65%
d.25%
e.10 %
4. Pada fase gas, Zat tidak memiliki bentuk dan volume yang tetap. Gas memiliki
kecenderungan untuk menyebar dan memenuhi ruang atau wadahnya. Yang memiliki
kemampuan untuk mengalir adalah zat ...
a.
b.
c.
d.
e.
5. Perhatikan Gambar :
Gambar bejana berhubungan yang berisi air.Tekanan hidrostatis yang paling besar berada di
titik...
52
a.A
d.D
b.B
e.E
c.C
SOAL POSTES
1. Sebuah benda terapung diatas permukaan air yang berlapiskan minyak dengan 50%
volume benda berada didalam air, 30% didalam minyak dan sisanya berada diatas permukaan
minyak. Jika massa jenis minyak = 0,8 g/cm3 maka massa jenis benda tersebut adalah....
a.0,62 g/cm3
b.0,68 g/cm3
c.0,74 g/cm3
d.0,78 g/cm3
e. 0,82 g/cm3
2. Sebuah wadah berisi air ( massa jenis 1.000 kg/m3) setinggi 70 cm. Besarnya tekanan
hidrostatis yang bekerja pada dasar wadah tersebut adalah........ (g=9,8 m/s2)
a.6,86 Pa
b.6860 Pa
53
c.68,6 Pa
d. 686000 Pa
e. 686 Pa
3. Dimensi ML-1T-2 menyatakan dimensi a.Gaya
b.Daya
c.Momentum
d.Massa
e.tekanan
4. Diketahui berat sebuah benda di udara 100 N, sedangkan bila ditimbang dalam air
54
Lampiran 5
LEMBAR KERJA SISWA 1
Judul
Tujuan
JUMLAH
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
4 buah
1 buah
1 buah
55
Air
secukupnya
Prosedur Kerja:
1. Isi kaleng pertama dengan air sampai penuh, kemudian tutup rapat dengan selotip, maka
akan jadi silinder pejal
2. Biarkan kaleng kedua kosong, dan jadikan sebagai silinder berongga
3. Buat lintasan bidang miring dari papan ujian dan batu bata, ketinggian kedua lintasan
harus sama
4. Luncurkan secara bersamaan silinder berongga dengan silinder pejal, perhatikan apa yang
terjadi
5. Luncurkan secara bersamaan kelereng (bola pejal) dengan bola pingpong (bola berongga)
perhatikan apa yang terjadi
6. Luncurkan secara bersamaan silinder pejal dengan kelereng (bola pejal) perhatikan apa
yang terjadi
7. Luncurkan secara bersamaan silinder berongga dengan bola pingpong (bola berongga)
perhatikan apa yang terjadi
8. Luncurkan secara bersamaan silinder pejal dengan bola pingpong (bola berongga)
perhatikan apa yang terjadi
9. Luncurkan secara bersamaan silinder berongga dengan kelereng (bola pejal) perhatikan
apa yang terjadi
Pertanyaan:
1. Apa yang terjadi ketika silinder berongga dengan silinder pejal diluncurkan secara
bersamaan?
2. Apa yang terjadi ketika kelereng (bola pejal) dengan bola pingpong (bola berongga)
diluncurkan secara bersamaan?
3. Apa yang terjadi ketika silinder pejal dengan kelereng (bola pejal) diluncurkan secara
bersamaan?
56
4. Apa yang terjadi ketika silinder berongga dengan bola pingpong (bola berongga)
diluncurkan secara bersamaan?
5. Apa yang terjadi ketika silinder pejal dengan bola pingpong (bola berongga) diluncurkan
secara bersamaan?
6. Apa yang terjadi ketika silinder berongga dengan kelereng (bola pejal) diluncurkan secara
bersamaan?
7. Apa kesimpulan dari semua percobaan tersebut?