You are on page 1of 15

Hubungan Peran Keluarga Dan Stres Dengan Frekuensi Kekambuhan Dyspepsia Pada

Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup Propinsi Bengkulu Tahun 2013

The Relationship between Families Role and Stress with The Frequency of Recurrence in
Patients With Dyspepsia in Internal Diseases Polyclinic of Curup General Hospital in
Bengkulu Province in 2013

( Mariza Arfianti : STIKes Dehasen, email arfiantimariza@yahoo.com Hp


085375353678)
(Agung Riyadi, Hilza Novrinda, Reni Marlinda)
Abstract. Dyspepsia is a disease that affects many people. The cases of dyspepsia in the
world reach 13-40% of the total population each every year. The results of researches showed
that in Europe, USA and Oceania, dyspepsia prevalence varies between 5% to 43%. In
Indonesia in 2010 it became the tenth greatest disease categories in outpatient units. In Curup
Hospital in 2012 there were about 290 people were old patients and the rest were new
patients. These data proved that the recurrence of dyspepsia rate is still high. The purpose of
this research was to determine the relationship between the role of family and stress in
relapse frequency of dyspepsia in patients in internal diseases polyclinic of Curup general
hospital in 2013.
The type of the research was a descriptive analytic research with cross sectional study
design. The sample was dyspepsia patients. The sample was taken by using an Accidental
sampling technique. The data was collected by using questionnaires. The research data were
then processed with a computer-assisted data analysis using statistical test Chi Square Test.
The results showed the majority of dyspepsia patients (69.1%) with a frequency rarely
relapsed, most patients dyspepsia (66.2%) with good family roles, most of dyspepsia patients
(36.0%) were suffering from mild stress and only partially small dyspepsia patients (12.5%)
who experienced severe stress and research shows there was a relationship between the role
of the family (p = 0.038), stress (p = 0.046) with the frequency of recurrence of the disease in
in internal diseases polyclinic of Curup general hospital in 2013.
It is expected to avoid the stress to avoid the recurrence of dyspepsia disease through
regular exercises, recommended diet from doctor, healthy living behavior and devout carry
out commands according to the religion.
Keyword; Family role, stress, Dyspepsia Recurrence

ABSTRAK. Dyspepsia merupakan penyakit yang banyak diderita manusia. Kasus dyspepsia
didunia mencapai 13 40 % dari total populasi setiap tahun. Hasil study menunjukkan
bahwa di Eropa, Amerika Serikat dan Oseania, prevalensi dyspepsia bervariasi antara 5%
hingga 43 %. Di Indonesia pada tahun 2010 untuk kategori 10 penyakit terbesar pada unit
rawat jalan. Di RSUD Curup tahun 2012 sekitar 290 orang adalah pasien lama dan selebihnya

adalah pasien baru. Data ini membuktikan bahwa tingkat kekambuhan pasien dyspepsia
masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peran
keluarga dan stres dengan frekuensi kekambuhan dyspepsia pada pasien di poliklinik
penyakit dalam RSUD Curup Tahun 2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan Cross Sectional Study. Sampel penelitian ini adalah pasien dyspepsia.
Pengambilan sampel dengan Accidental Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
bantuan kuesioner. Data penelitian kemudian diolah dengan bantuan komputer dengan analisa
data menggunakan uji statistik Chi Square Test.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien dyspepsia (69,1%) dengan
frequensi jarang kambuh, sebagian besar pasien dyspepsia (66,2%) dengan peran keluarga
baik, sebagian dari pasien dyspepsia (36,0%) menderita stress ringan serta hanya sebagian
kecil pasien dyspepsia (12,5%) yang mengalami stress berat dan ada penelitian menunjukkan
ada hubungan antara peran serta keluarga (p=0,038), stres (p= 0,046) dengan frequensi
kekambuhan dyspepsia di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup tahun 2013.
Diharapkan menghindari stres agar dyspesianya tidak kambuh melalui olahraga rutin,
mengkonsumsi makanan yang dianjurkan dokter, berperilaku hidup sehat serta taat
melaksanakan perintah agama sesuai dengan keyakinannya

Kata Kunci : Peran Serta Keluarga, Stres, Kekambuhan Dispepsia

PENDAHULUAN

indonesia, tetapi juga didunia. Kasus


dyspepsia didunia mencapai 13 40 %

Dyspepsia

merupakan

penyakit

yang banyak diderita manusia berdasarkan


penelitian pada populasi umum didapatkan
bahwa 15 30 orang dewasa pernah
mengalami dyspepsia dalam beberapa hari,
dyspepsia merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang terjadi tidak hanya di

dari total populasi setiap tahun. Hasil study


menunjukkan bahwa di Eropa, Amerika
Serikat dan Oseania, prevalensi dyspepsia
bervariasi antara 5% hingga 43 % (WHO,
2010).

Angka

insiden

dyspepsia

terdiri dari rasa tidak enak / sakit diperut

diperkirakan antara 1 8%. Di Inggris dan

bagian atas yang menetap atau mengalami

Skandanavia

angka

kekambuhan. Dyspepsia disebabkan oleh

prevalensinya berkisar 7 41 % tetapi

beberapa hal, antara lain menelan udara,

hanya 10 20% yang mencari pertolongan

regurgitasi (alir balik) asam dari lambung,

medis.

iritasi lambung (gastritis), kanker lambung,

dilaporkan

Insiden

dyspepsia

pertahun

diperkirakan antara 1 -8 %, di Negara

peradangan

Barat prevalensi yang dilaporkan 23% dan

ketidakmampuan

41%. Sekitar 4% penderita berkunjung ke

produknya dan kecemasan atau deprepsi,

dokter, umumnya mempunyai keluhan

jika dalam jangka waktu yang lama pasien

dyspepsia.

Pasifik,

yang menderita dyspepsia komplikasi yang

dyspepsia juga merupakan keluhan yang

mungkin muncul yaitu pendarahan gastro

banyak dijumpai prevalensinya sekitar 10

intestinal, stenosis, pylorus dan perforasi

20% (WHO, 2010).

(Corwin, 2000 ).

Di

daerah

Asia

Di Indonesia pada tahun 2010

kandung

empedu,

mencerna

susu

dan

Peran keluarga juga merupakan

untuk kategori 10 penyakit terbesar pada

faktor

unit rawat jalan, dyspepsia berada pada

dyspepsia. Kelurga sangat berperan dalam

urutan

pasien

merawat anggota keluarga yang sakit,

sebanyak 220.357 jiwa, untuk provinsi

karena keluarga merupakan orang yang

Bengkulu

dyspepsia

terdekat yang berperan dalam menindak

berdasarkan data dari dinas kesehatan ada

lanjuti tindakan yang akan dilakukan pada

893 pasien pada tahun 2011 (dinas

anggota

kesehatan Bengkulu 2011).

dyspepsia.

ke-6

dengan

jumlah

Dyspepsia

jumlah

pasien

adalah

penyebab

dari

kekambuhan

keluaraga

yang

menderita

Ketidak

pedulian

keluarga

merupakan

terhadap salah satu anggota keluarganya

kumpulan keluhan / gejala klinis yang

yang sakit seperti tidak adanya tindak

lanjut keluarga ataupun proteksi keluarga

pengeluaran asam lambung yang bisa

terhadap

yang

menyebabkan

oleh

gangguan pencernaan pada perut bagian

penderita dyspesia akan menyebabkan

atas/dyspepsia yang menetap/mengalami

sering kambuhnya penyakit dyspepsia.

kekambuhan

Keluarga merupakan tempat dirawatnya

mengalami kekambuhan/ berulang biasa

anggota

untuk

mempunyai jarak atau frekuensi. Dalam

dan

penelitian yang dilakukan oleh Brande

pada

Wc.Wiliam dan Billy Mach terhadap 1.100

makanan-makanan

seharusnya

tidak

keluarga

mendapatkan
menciptakan

dikonsumsi

yang

sakit

kenyamanan
suasana

nyaman

penderita dyspepsia (Olypia C, 2013).

responden

penderita

pada

mengalami

pasien

dyspepsia

menunjukkan

bahwa

Faktor lain yang menyebabkan

kekambuhan dyspepsia disebabkan oleh

kekambuhan dyspepsia adalah stres. Stres

stress berat. Hal ini diduga melalui

adalah respon tubuh yang sifatnya non

aktivitas

spesifik terhadap setiap tuntutan beban

menaikkan

atasnya. Setiap orang tidak bisa lepas dari

intermiten (Olypia C, 2013).


Frekuensi kekambuhan dyspepsia

syaraf

simpatis

asam

yang

lambung

dapat
secara

stres, masalahnya adalah bagaimana hidup


adalah

terjadinya

kembali

serangan

beradaptasi dengan stres tanpa harus


dyspepsia dalam jangka waktu yang tidak
mengalami distres, sudah lama dketahui
terlalu lama biasanya kekambuhan lebih
bahwa stres atau ketegangan jiwa ( rasa
dari 2x sama dengan diagnosa pasti
tertekan, murung, rasa marah, dendam,
dyspepsia dari kunjungan pertama sampai
rasa

takut,

rasa

bersalah

dapat
dengan kunjungan berikutnya,sedangkan

merangsang peningkat produksi hormon


kekambuhan
dalam

tubuh

seperti

adrenalin

itu

sendiri

adalah

dan
kembalinya suatu penyakit setelah nampak

kortikosteroid (Keliat, 1999). Dimana


nya mereda, kekambuhan menunjukkan
hormon

tersebut

dapat

meningkatkan
kembali gejala-gejala penyakit sebelumnya

cukup parah dan mengganggu aktifitas

adalah pasien lama(kambuh) yang berobat

sehari-hari dan memerlukan rawat inap

di poli penyakit dalam RSUD Curup pada

dan rawat jalan yang tidak terjadwal dan

tahun 2010, pada tahun 2011 terdapat

penyebab kekambuhan yaitu tidak teratur

sebanyak 346 pasien sekitar 212 orang

minum obat,dosis obat tidak sesuai,tidak

adalah

ada

sebanyak

dukungan

keluarga

dan

adanya

pasien

lama

(kambuh)

dan

449 pasien di poliklinik

masalah yang tidak teratasi (Dorland,

penyakit dalam RSUD Curup tahun 2012

2002).

dan sekitar 290 orang adalah pasien lama


Berdasarkan data yang diperoleh
dan selebihnya adalah pasien baru. Data

tahun 2012 dari 449 pasien yang menderita


ini

membuktikan

bahwa

tingkat

dyspepsia di poli penyakit dalam RSUD


kekambuhan
Curup

yang

mengalami

pasien

dyspepsia

masih

kekambuhan
tinggi.

sekitar 65% setiap bulan nya dengan

Berdasarkan latar belakang diatas

frekuensi kunjungan 2-3x dalam satu bulan

peneliti

dan

penelitian dan menjelaskan Hubungan

sisanya

35%

adalah

pasien

tertarik

Peran

20-65 tahun, tapi yang sering mengalami

Frekuensi Kekambuhan Dyspepsia pada

kekambuhan

Pasien di Poliklinik Penyakit Dalam

penyakit dalam RSUD Curup, tahun

dan

melakukan

baru,dengan rata-rata umur berkisar antara

berusia > 40 tahun. (Poli

Keluarga

untuk

Stres

dengan

RSUD Curup Tahun 2013.

2013).
Berdasarkan data yang diperoleh
dari

Medical

Record

RSUD

Curup

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian dan Sampel

terdapat 227 pasien dan sekitar 158 orang


Jenis penelitian yang digunakan
dalam

penelitian

adalah

pendekatan

Cross

Sectional

dimana

dengan

variable independent (Peran keluarga dan

menggunakan deskriptif analitik dengan

stres) dan variable dependent (Frequensi

kekambuhan

dispepsia)

secara

untuk diisi langsung oleh penderita yang

bersamaan (Notoatmojo, 2002). Sampel

ditemani oleh peneliti sehingga melalui

pada

pengisian kuesioner ini diperoleh data

penelitian

dyspepsia

yang

ini

diukur

adalah

datang

pasien
ke

tentang hubungan antara peran keluarga

poliklinik penyakit dalam RSUD Curup

dan stress dengan frekuensi kekambuhan

tahun 2012 yang diambil menggunakan

dyspepsia, yang kemudian diolah dengan

teknik accidental sampling dan memenuhi

bantuan komputer dengan analisa data

kriteria

menggunakan uji statistik Chi Square Test.

inklusi

berobat

sehingga

mewakili

populasi.

penderita

dispepsia

dianggap

Sebanyak
terpilih

136
sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

responden penelitian.

Hasil

Pengukuran
Penelitian

ini

1. Distribusi Frekuensi Kekambuhan

dilakukan

di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup


tahun 2013, untuk mengetahui hubungan

Dyspepsia, Peran Keluarga dan


Stres di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Curup Tahun 2013
Tabel

menunjukkan

bahwa

antara peran keluarga dan stress dengan

sebagian besar responden (69,1%) adalah

frekuensi kekambuhan dyspepsia.

pasien dengan frequensi dyspepsia jarang

Data dikumpulkan oleh peneliti

kambuh. Sebagian besar responden yaitu

pendekatan

(66,2%) dengan peran keluarga baik dan

terhadap pasien dyspepsia yang datang

hampir sebagian dari responden menderita

berobat ke poli penyakit dalam RSUD

stress ringan (36,0%) serta hanya sebagian

Curup, yang memenuhi syarat yang sudah

kecil responden yang mengalami stress

ditentukan kemudian dijadikan sampel

berat (12,5%).

dengan

cara

melakukan

dengan memberikan lembar kuesioner

2. Hubungan
Peran
Keluarga
dengan Frequensi Kekambuhan
Dyspepsia di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Curup Tahun 2013
Berdasarkan tabel 2 diketahui
dari 46 responden dengan peran
keluarga kurang hampir sebagian
43,5% mengalami dyspepsia yang
sering kambuh, sedangkan dari 90
responden dengan peran keluarga
baik

sebagian

besar

75,6%

mengalami dyspepsia yang jarang


kambuh.
Hasil

analisis

Chi-Square

maka secara statistik Ho ditolak dan


diterima,

hubungan
keluarga

artinya

antara
dengan

terdapat

peran

serta

frequensi

kekambuhan dyspepsia di Poliklinik


Penyakit Dalam RSUD Curup tahun
2013. Analisis hubungan 2 variabel
menunjukan nilai OR 2,37 (95% CI:
(1,11-5,0),

kali

untuk

mengalami

kekambuhan dyspepsia.
3. Hubungan
Stres
dengan
Frequensi
Kekambuhan
Dyspepsia di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Curup Tahun 2013
Berdasarkan
tabel
3
diketahui dari 17 responden yang
mengalami stres berat sebagian
kecil 23,5% mengalami dyspepsia
yang

sering

kambuh,

dari

27

responden yang mengalami stres


sedang hampir sebagian responden
29,6% mengalami dyspepsia yang

diperoleh nilai = 0,038 < 0.05,

Ha

artinya

penderita

dyspepsia yang memiliki peran


keluarga kurang mempunyai resiko

sering kambuh, dari 49 responden


yang mengalami stres ringan hampir
sebagian responden 44,9% juga
mengalami dyspepsia yang sering
kambuh dan dari 43 responden yang
tidak

mengalami

seluruh

stress

responden

menyatakan

dyspepsia

hampir
81,4%
jarang

kambuh.
Hasil analisis Chi-Square diperoleh
nilai = 0,046 < 0.05, maka secara
statistik

Ho

ditolak

dan

Ha

diterima, artinya terdapat hubungan

antara

stres

dengan

kekambuhan

frequensi

dyspepsia

menunjukkan kembali gejala gejala

di

penyakit sebelumnya cukup parah dan

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

mengganggu aktivitas sehari hari dan

Curup tahun 2013.

memerlukan rawat inap dan rawat jalan


yang

tidak

terjadwal

dan

penyebab

kekambuhan yaitu tidak teratur minum

Pembahasan

obat , dosis obat tidak sesuai, tidak ada


Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa sebagian besar pasien Dyspepsia


adalah pasien dengan frequensi dyspepsia
jarang kambuh. Sebagian besar pasien
Dyspepsia memiliki peran keluarga baik
dan

hampir

sebagian

dari

dukungan keluarga dan adanya masalah


yang

tidak

teratasi,faktor

penyebab

kekambuhan biasa nya bisa dari klien itu


sendiri

atau

lingkungan

sekitar

nya

misalnya keluarga (Dorland,2002).

pasien
Hasil

Dyspepsia menderita stress ringan dan

silang

penelitian

yang mengalami stress berat.


Frekuensi kekambuhan dyspepsia

responden dengan peran keluarga kurang

adalah

terjadinya

kembali

serangan

dyspepsia dalam jangka waktu yang tidak


terlalu lama biasanya kekambuhan lebih
lebih dari 2 kali sama dengan diagnose
pasti dyspepsia dari kunjungan pertama
sampai dengan kunjungan berikutnya.
Sedangkan kekambuhan itu sendiri adalah
kembalinya
nampaknya

suatu

penyakit

mereda.

setelah

Kekambuhan

menunjukkan

sebagian

43,5%

dari

pada

hanya sebagian kecil pasien Dyspepsia

hampir

ini

tabulasi

46

mengalami

dyspepsia yang sering kambuh, sedangkan


dari 90 responden dengan peran keluarga
baik sebagian besar 75,6% mengalami
dyspepsia yang jarang kambuh. Analisis
Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara peran serta keluarga
dengan frequensi kekambuhan dyspepsia
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup
tahun 2013 (p<0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan

orang yang dapat diandalkan, menghargai

adanya kesamaan teori yang dikemukakan

dan menyayangi kita. Sedangkan menurut

oleh Savitri (2006) yang menyatakan

Yastroki (2005) mengatakan bahwa peran

kekambuhan dyspepsia dapat dikarenakan

serta keluarga dapat membantu dalam

oleh

perawatan dan penyembuhan pasien.

kurangnya

perhatian

keluarga

terhadap penyakit dyspepsia yang diderita


oleh salah satu keluarga.

Susanti,

Ada

banyak

menyebabkan

faktor

kambuhnya

yang

dyspepsia

Penelitian

yang

dilakukan

(Harahap, 2009). Menurut Annisa (2009,

(2011)

tentang

frequensi

dikutip

kekambuhan

dyspepsia

dari

Djojoroningrat,

2001),

berhubungan

penyebab timbulnya dispepsia diantaranya

dengan peran keluarga didalam perawatan

karena faktor diet dan lingkungan, sekresi

maupun terapi yang dijalaninya.

cairan asam lambung, fungsi motorik

Menurut Gottlieb (2003) peran

lambung,

persepsi

viseral

lambung,

keluarga sebagai informasi verbal atau

psikologi dan infeksi Helicobacter pylori

non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau

dan faktor keluarga. Menurut Susanti

tingkah laku yang diberikan oleh orangorang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran

dan

hal-hal

yang

dapat

membrikan keuntungan emosional atau


berpengaruh

pada

tingkah

(2011), sindroma dispepsia dipengaruhi


oleh

peran

menangani

serta
dyspepsia,

keluarga
tingkat

dalam
stres,

makanan dan minuman iritatif dan riwayat


penyakit (gastritis dan ulkus peptikum).

laku
Semakin rendah peran keluarga, maka

penerimanya.

Pendapat

senada

dikemukakan juga oleh Sarason, (2003)


yang mengatakan bahwa peran keluarga
adalah keberadaan, kesediaan dari orang-

semakin tinggi risiko untuk mengalami


sindroma dyspepsia (Herman, 2004).

Hasil tabulasi silang pada penelitian

yang menyatakan bahwa ada hubungan

ini menunjukkan dari 17 responden yang

antara

mengalami stres berat sebagian kecil

mahasiswa dengan terjadinya kekambuhan

23,5% mengalami dyspepsia yang sering

dyspepsia.

kambuh,

dari

responden

stres

yang

dialami

yang

Menurut Susanti (2011), sindroma

mengalami stres sedang hampir sebagian

dyspepsia dipengaruhi oleh tingkat stress.

responden 29,6% mengalami dyspepsia

Semakin

yang sering kambuh, dari 49 responden

semakin tinggi risiko untuk mengalami

yang mengalami stres ringan hampir

sindroma dyspepsia.

sebagian

27

tingkat

responden

44,9%

juga

tinggi

Secara

tingkat

umum,

stres,

stres

maka

dapat

mengalami dyspepsia yang sering kambuh

dibedakan menjadi dua, yaitu stres fisik

dan

tidak

dan stres psikologis. Stres fisik terjadi,

seluruh

misalnya karena luka bakar, infeksi yang

responden 81,4% menyatakan dyspepsia

sampai masuk ke pembuluh darah atau

jarang kambuh

sepsis, adanya trauma, sedang dalam

dari

43

mengalami

responden

stress

yang

hampir

Analisis

Chi-Square

perawatan setelah pembedahan, adanya

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

henti napas, gagal ginjal, dan kerusakan

antara stres dengan frequensi kekambuhan

saraf. Semua keadaan di atas menimbulkan

dyspepsia di Poliklinik Penyakit Dalam

stres fisik yang cukup serius sehingga

RSUD Curup tahun 2013 (p<0,05).

secara tidak langsung dapat menyebabkan

Penelitian ini sesuai dengan hasil

iritasi

pada

lambung.

Adapun

stres

penelitian yang dilakukan oleh Nurul

psikologis lebih bersifat ketegangan atau

Khotimah

tekanan mental yang dirasakan internal di

dyspepsia

(2011)

tentang

mahasiswa

sindroma
Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

dalam diri (Tarigan 2003).

Faktor stres erat kaitannya dengan

Kesimpulan

berbagai rangkaian reaksi tubuh yang


merugikan kesehatan. Gangguan psikis
atau konflik emosi yang menimbulkan
gangguan psikosomatik ternyata diikuti
oleh perubahan fisiologis dan biokemis
seseorang.

Perubahan

fisiologis

ini

berkaitan dengan adanya gangguan pada


sistem saraf otonom vegetatif, sistem
endokrin, dan sistem imun. Ada beberapa
mekanisme yang sudah dibuktikan dan
beberapa diantaranya terkait dengan sistem
hormonal, dimana stres akan menyebabkan
otak mengaktifkan sistem hormon untuk
memicu sekresinya. Stres paling banyak
memicu sekresi hormon kortisol, dimana
hormon ini selanjutnya akan berkerja
mengkoordinasi seluruh sistem dalam
tubuh

termasuk

jantung,

paru-paru,

peredaran darah, metabolisme, dan sistem


imunitas

tubuh

dalam

reaksi

yang

ditimbulkannya (Harahap 2007).

Berdasarkan hasil penelitian


tentang

hubungan

peran

keluarga dan stress dengan frekuensi


kekambuhan dyspepsia di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Curup Tahun
2013,

dapat

ditarik

kesimpulan

sebagai berikut :
1. Dari

136

pasien

dyspepsia

sebagian besar (69,1%) dengan


frekuensi jarang kambuh.
2. Dari

136

pasien

dyspepsia

sebagian besar (66,2%) dengan


peran keluarga baik
3. Dari

136

sebagian
stress

pasien

dyspepsia

(36,0%)

menderita

ringan

serta

hanya

sebagian kecil (12,5%) yang


mengalami stress berat.
4. Ada hubungan antara peran serta
keluarga

dengan

kekambuhan
Poliklinik

KESIMPULAN DAN SARAN

antara

frequensi

dyspepsia
Penyakit

RSUD Curup tahun 2013.

di

Dalam

5. Ada

hubungan

antara

stres

DAFTAR PUSTAKA

dengan frequensi kekambuhan


dyspepsia di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Curup tahun 2013

Corwin , Elizabeth. J. 2000. Buku Saku


Patofisiologis. Jakarta: EGC

Saran
Kepada

pihak

Rumah

Sakit

diharapakan dapat memberikan informasi


kepada pasien/klien yang berhubungan
dengan peran keluarga dan stress dengan
frekuensi kekambuhan dyspepsia, sehingga
pasien bisa mengerti tentang penyakit yang
dideritanya serta kenapa dyspepsia yang ia
derita sering kambuh. Kepada institusi
pendidikan diharapkan dapat memberikan
bahan referensi bagi mahasiswa Stikes
Dehasen dan dapat dijadikan sebagai
referensi pembanding tentang hubungan
peran kelurga dan stres dengan frekuensi
kekambuhan dyspepsia .

Annisa, 2009. Hubungan Karakteristik Ibu


dengan Kekambuhan Dyspepsia.
Skripsi Universitas Sumatra Utara

Davey Patrick. 2006. At a Glance


Medicine Terjemahan Annisa
Ramalia dan Cut Novianty.
Penerbit Erlangga : 2006
Depkes RI (2010). Profil Kesehatan di
Indonesia.
di
akses
dari
http//www.google.co.id
pada
tanggal 15 februari 2013
Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2011.
Profil Dinkes Propinsi Bengkulu
Dorland,
Newman.
2002.
Kamus
Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta :
EGC
Effendi, Nasrul. 1998. DasarDasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat
(Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Friedman , Marlyn. 1999. Keperawatan
Keluarga Teori dan Praktek Alih
Bahasa Ina Debora. Jakarta :
EGC.
Gottlieb, 2003. Faktor Resiko Dyspepsia.
Diakses tanggal 21 Mei 2013
dari : http://repository.usu.ac.id
Harahap, Y. 2009. Karakteristik penderita
dispepsia rawat inap di Rumah
Sakit Martha Friska Medan
Tahun 2007. Diakses tanggal 21
Mei 2013
dari :
http://repository.usu.ac.id.

Jauh . Diakses Senin, 18


Maret
2013.
http://www.rumahfahima.o
rg/en/artikel/kesehatan/70
5-mengenal-penyakitmaag-lebih-jauh.html

Herman, B. 2004. Fisiologi pencernaan


untuk kedokteran. Padang :
Andalas University Press
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan
Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika .
Keliat, Budi, Ana. 1999. Penatalaksanaan
stres. Jakarta : EGC
Laporan Buku Register Poli penyakit
dalam RSUD Curup, Jumlah
Penderita Dyspepsia.
M.

Hardjana, Agus. Buku Konflik


Ditempat
Kerja,
Kategori
Psikologi Tahun 1994

Mansjoer, Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta


Kedokteran edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta
Medical Record RSUD CURUP .2013
Mudjia

Rahardjo, 2012. Etika


Penelitian. Diakses dari
www.
Mudjiarahardjo.com/materi
.kuliah.org.
Tanggal
29
April 2013

Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian


Kesehatan.
Jakarta : Rineka
cipta.
Nurul

Khotimah, 2011. Hubungan


Peranserta Keluarga Dengan
Stres
dengan
Kekambuhan
Dyspepsia

Nursalam. 2002. Konsep dan Penerapan


Metedologi Penelitian Kesehatan
Edisi Revisi. Jakarta.: Salemba
Medika.
Olivia, Chyntia . 2013. Mengenal
Penyakit Maag Lebih

Panchmatia,
2010.
Dispepsia
dan
Penatalaksanaannya
http://www.dispepsia.org/e
n/artikel/kesehatan Diakses
29 April 2013
Paula. J, Christin & Jannet. W, Kenney.
2001. Pengertian dan Defenisi
Peran
di
akses
dari
http://dr.suparyanto.blogspot.com
tanggal 10 januari 2013
Sarason, 2003. Penatalaksanaan
Dyspepsia. Jakarta : Rineka cipta.
Savitri,

2006.
Faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kejadian
dyspepsia
di
Puskesmas
Ngemplak Tahun 2006.

STIKES Dehasen Bengkulu. 2013. Buku


Pedoman Karya Tulis Ilmiah.
Bengkulu
Susanti, A. (2011). Faktor risiko dispepsia
pada
mahasiswa
Institut
Pertanian Bogor (IPB). Diakses
tanggal 15 Mei 2013 dari :
http://fema.ipb.ac.id/index.php
Tanumidjojo,
dkk.
2004.
Penerimaan Diri dan Stres
Pada Penderita Diabetes
Mellitus. Jakarta
WHO,

2010. Penderita Dispepsia.


http://www.dispepsia.org/e
n/artikel/kesehatan Diakses
29 April 2013.

Daftar Tabel
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kekambuhan Dyspepsia, Peran Keluarga dan Stres di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Curup Tahun 2013
No
1

Variabel
Frequensi Kekambuhan Dyspepsia
a. Sering Kambuh
b. Jarang Kambuh
Total

Frekuensi

Persentase

42
94
136

30,9
69,1
100

46
90
136

33,8
66,2
100

17
27
49
43
136

12,5
19,9
36,0
31,6
100

Peran Keluarga
a. Kurang
b. Baik
Total
Stres
a. Stres Berat
b. Stres Sedang
c. Stres Ringan
d. Tidak stress
Total

Tabel 2
Hubungan Peran Keluarga dengan Frequensi Kekambuhan Dyspepsia
Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup Tahun 2013
Peran
Keluarga
Kurang
Baik
TOTAL

Freq.Kambuh Dyspepsia
Sering Kambuh
Jarang Kambuh
N
%
N
%
20
43,5
26
56,5
22
24,4
68
75,6
42
30,9
94
69,1

TOTAL
n
46
90
136

%
100
100
100

0,038

OR
(95% CI)

2,37
(1,11-5,0)

Tabel 3
Hubungan Stres dengan Frequensi Kekambuhan Dyspepsia
Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Curup Tahun 2013
Stres
Stres Berat
Stres Sedang
Stres Ringan
Tidak Stres
TOTAL

Freq.Kambuh Dyspepsia
Sering Kambuh
Jarang Kambuh
N
%
N
%
4
23,5
13
76,5
8
29,6
19
70,4
22
44,9
27
55,1
8
18,6
35
81,4
42
30,9
94
69,1

TOTAL
n
17
27
49
43
136

%
100
100
100
100
100

0,046

You might also like