You are on page 1of 28

PERECAAA PEMBAGUA PEMBAGKIT LISTRIK TEAGA

AIR (AIR) DI PROVISI SUMATERA UTARA

Febry Ardianto
2208100178
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh opember

Abstrak
Provinsi Sumatera Utara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam,
terutama pada panas bumi yang mempunyai potensi terbesar kedua seIndonesia setelah Jawa Barat seharusnya dimaksimalkan sebagai
pembangkit energi listrik. Namun dengan memperhatikan aspek
lingkungan ternyata ada juga potensi sumber daya alam yang merupakan
energi baru terbarukan yang lebih layak dimanfaatkan sebagai sumber
energi dari pembangkit yang dapat dibangun, yaitu dengan sumber energi
air. Dengan air dapat diprediksi bahwa akan ada banyak kelebihan, seperti
pengaruhnya pada efek gas rumah kaca. Dengan emisi karbon yang lebih
sedikit, pembangkit ini akan ramah lingkungan. Dengan sumber energi air,
tarif dasar listrik di provinsi Sumatera Utara akan lebih murah, dan di
samping itu juga dapat memakmurkan masyarakat sekitar. Karena dengan
pembangunan pembangkit ini akan dapat menyerap tenaga kerja, baik saat
proses pembangunan pembangkit maupun saat pembangkit itu dijalankan
dan bermunculan industri-industri karena adanya pasokan daya listrik yang
lebih dengan dibangunnya pembangkit ini.

A. LATAR BELAKAG
Sumatera utara salah satu daerah di Indonesia yang krisis listrik karena
daya mampu tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini. Pada waktu beban puncak
(WBP) defisit 150 MW. Dengan demikian tambahan pembangkit listrik baru
sangat diharapkan.
Diperkirakan 5 tahun ke depan Sumatera utara membutuhkan tambahan
energi listrik sebesar 1.000-1.200 MW untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Hal ini merupakan tugas kita bersama, bukan saja tugas pemerintah.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan langkah-langkah
dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik dengan melakukan koordinasi ke
pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan dan juga menjajaki calon investor
lokal maupun asing. Potensi energi primer jumlahnya cukup besar di Sumatera
Utara yang belum dimanfaatkan, baik potensi migas, air, panas bumi maupun
potensi biomassa.
Potensi migas di lima kabupaten yaitu Langkat, Deliserdang, Binjai,
Medan dan Tapanuli Selatan dengan total cadangan minyak bumi lebih kurang
35.000 MSTB (ribu stok tank barel) dan gas bumi lebih kurang 380.000
MMSCFD (juta standard kubik feet perhari). Potensi panas bumi Sumatera Utara
termasuk nomor dua terbesar di Indonesia setelah Jabar dan potensi air yang
dapat membangkitkan energi listrik sekitar 3.500 MW. Potensi biomassa di
antaranya produksi sawit sekitar 13 juta ton per tahun. Saat ini telah dilakukan
penelitian di pusat penelitian kelapa sawit untuk pengembangan bio diesel untuk
menggantikan solar sebagai bahan bakar.
Pemerintah juga menyinggung tentang rencana penambahan suplay gas ke
Sumatera Utara serta beberapa pembangunan pembangkit listrik mengatasi krisis
listrik di Sumatera utara, seperti : PLTU Batubara Labuhan Angin di Tapanuli
Tengah, PLTA Asahan I di Tobasa dan PLTA Asahan III di Tobasa/Asahan,
PLTU Batubara Kuala Tanjung, PLTU Batubara di Belawan dan Langkat.

B. KODISI EXISTIG
Kondisi kelistrikan Sumatera Utara mengalami krisis yang parah sejak
tahun 2002-2007. Dengan kondisi rasio elektrifikasi 75,54 persen, ratio desa
berlistrik 82,50 persen, artinya masih terdapat lebih kurang 500 ribu rumah tangga
di Sumatera utara yang belum terlistriki. Sekarang krisis itu mulai berkurang,
namun jika terjadi perbaikan salah mesin gas turbin (GT) maka saat beban puncak
akan krisis karena daya dan kebutuhan hampir sama.
Kemampuan pasokan listrik di Sumatera Utara total daya mampu
pembangkit PLN sebesar 1.273 MW yang berasal dari :
-

unit Belawan 743 MW

unit tersebar 330 MW

PLTU Pelabuhan Angin unit 1 dan 2 sebesar 200 MW


Total daya mampu itu, katanya, masih berkurang karena harus ditransfer

ke Riau (Sumatera bagian tengah) sebesar 18 MW sehingga daya mampu menjadi


1.255 MW ditambah transfer PT Inalum ke PLN, total keseluruhan sebesar 1.350
MW. Beban puncak diperkirakan 1.200 MW, sehingga cadangan hanya 150 MW.
Karena banyaknya mesin-mesin pembangkit yang menjalani perawatan, cadangan
itu menjadi defisit.
Sebenarnya pihak PLN mampu menyediakan pasokan listrik sebagaimana
kebutuhan masyarakat Sumatera Utara jika mesin-mesin tidak menjalani
perawatan. Perawatan ini dikarenakan sebagian mesin pembangkit itu tidak dapat
dipergunakan secara keseluruhan karena telah lama dipergunakan, bahkan ada
yang lebih dari 40 tahun sehingga membutuhkan perawatan. Akibatnya,
pembangkit mengalami defisit pasokan listrik sehingga harus memberlakukan
pemadaman bergilir
Pasokan daya listrik untuk Sumatera Utara dibayangi krisis kendati
perawatan (maintenance) pembangkit besar yang ada (existing) tidak bisa
ditangani secara cepat oleh manajemen PLN setempat. Perawatan pembangkit
besar seperti terhadap Gas Turbin (GT) 1 dan 2 di PLTG Sicanang saat ini,
menyebabkan daya mampu pasokan listrik Sumatera Utara, drop hingga
kehilangan daya 150 Mega Watt (MW). Drop daya listrik 150 MW ini
menyebabkan daya mampu kelistrikan Sumatera Utara dari 1.350 MW menjadi

1.200 MW dengan beban puncak sebesar 1.200 MW antara pukul 18.00 hingga
24.00 WIB. Akibat drop daya listrik di PLTG Sicanang itu, kemampuan daya
pembangkitan hanya bisa memproduksi listrik sebesar 900 MW. Apabila tidak
ada perawatan besar di pembangkit yang ada, maka listrik Sumatera Utara
sebenarnya sudah aman. Makanya, kondisi aman pasokan listrik Sumatera Utara
belum bisa dijamin termasuk setelah listrik dari PLTU Labuhan Angin sebesar 2 x
115 MW masuk sistem, apabila tidak ada perawatan besar di pembangkit yang
ada.
Kondisi pasokan listrik untuk Sumatera Utara yang cukup riskan itu terus
diantisipasi dengan mempercepat jadwal masuk sejumlah pembangkit baru yang
kini tengah dibangun ke sistem kelistrikan daerah tersebut. Progres itu antara lain
dari PLTA Asahan I berdaya 2 x 90 MW yang masuk sistem akhir Maret 2010.
Kemudian LOG III berdaya 105 MW di Belawan yang masuk sistem awal
Februari 2010, serta pengadaan sejumlah PLTU kecil sebanyak 13 unit, enam di
antaranya di Sumatera Utara termasuk Nias dan Nias Selatan, dan tujuh sisanya di
Aceh.

C. POTESI EBT DA ETT

a. Potensi Energi Baru-Terbarukan (EBT)


POTENSI TENAGA AIR/HYDRO (MW)

POTENSI PANAS BUMI (MWe)

Potensi yang dapat dimanfaatkan di Sumatera Utara jika dimaksimalkan


sepenuhnya dibangun pembangkit dapat mencapai 1263 MW untuk PLTA dan
2413 MWe untuk PLTP. Setidaknya jika dimanfaatkan sebagian saja potensi ini
maka akan menghasilkan daya yang relatif sangat besar dapat memasok daya
kebutuhan listrik di Sumatera Utara. Namun, hal itu pastinya memiliki faktorfaktor penghambat juga dalam pembangunannya, seperti keadaan geografis yang
tidak memungkinkan, dan lain sebagainya.
Potensi panas bumi Sumatera Utara termasuk nomor dua terbesar di
Indonesia setelah Jawa Barat. Potensi biomassa di antaranya produksi sawit
sekitar 13 juta ton per tahun.

b. Potensi Energi Tak Terbarukan (ETT)

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa potensi batubara untuk Sumatera
Utara dapat mencapai (52,50/453,30 x 1005) = 11,58% dari potensi yang dimiliki
negeri ini. Hal ini menunjukkan bahwa potensi batubara di Sumatera Utara sangat
besar.

Untuk cekungan migas dan minyak bumi juga terlihat demikian, yaitu
potensinya sangat besar dalam sumber daya energy tak terbarukan yang nantinya
dapat dioptimalkan untuk pembangunan suatu pembangkit.

D. AALISA ASPEK KEHIDUPA MASYARAKAT


a. Analisa Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1-4 Lintang Utara dan 98-100
Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km, dengan batasbatas sebagai berikut.
- Sebelah utara

: Provinsi Aceh dan Selat Malaka

- Sebelah barat

: Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia

- Sebelah timur : Selat Malaka


- Sebelah selatan : Provinsi Riau, Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia

b. Analisa Kondisi Kependudukan


Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) :
- Tahun 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa dengan
kepadatan penduduk adalah 143 jiwa per km.

- Tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara adalah seramai 11,85 juta jiwa
dengan kepadatan penduduk meningkat menjadi 165 jiwa per km.
Sedangkan kadar peningkatan pertumbuhan penduduk Sumatera Utara
selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun.

c. Analisa Kondisi Sosial dan Perekonomian


Berdasarkan data tahun 2006 tingkat pengangguran di Sumatera Utara
relatif tinggi, mencapai angka 11,51 %. Lebih tinggi dari angka rata-rata nasional.
Ini bertolakbelakang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang
angkanya lebih tinggi dari angka rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun berdasarkan data BPS SU, tingginya tingkat pengangguran itu
bukan terjadi di daerah perdesaan tapi di daerah perkotaan seperti Sibolga, Padang
Sidempuan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Medan , Binjai, Tebing Tinggi.
Fenomena ini berbeda dengan fenomena nasional dimana pengangguran terjadi di
daerah perdesaan.
Fenomena ini mengatakan telah terjadi arus perpindahan penduduk yang
besar dari desa ke kota (urbanisasi) yang membikin daerah perkotaan menjadi
padat dan kumuh dipenuhi oleh angkatan kerja pendatang. Arus ini menjadi beban
masyarakat kota, dalam bentuk hilangnya kenyamanan hidup di kota.
Daerah perkotaan sebenarnya belum siap menerima perpindahan penduduk
secara besar besaran karena menyangkut pada terbatasnya fasilitas sarana kota
seperti pemukiman, air bersih, listrik, rumah sakit dan sekolah dll. Namun dilain
pihak daerah perkotaan mendapatkan pekerja yang berharga murah yang dapat
dimanfaatkan bagi pembangunan kota dan sebagai pekerja industri.
Di samping itu kehadiran angkatan kerja ini membuat UMK tumbuh dan
membantu masyarakat di dalam mendapatkan barang kebutuhan harian yang
mereka butuhkan. Laporan yang juga menarik adalah menyangkut pada
perdagangan luar negeri. Perdagangan luar negeri terus meningkat dengan hasil
net export plus.
Artinya nilai ekspor yang berjalan lebih tinggi dari nilai impor sehingga
terjadi surplus pada neraca perdagangan Sumatera Utara. Secara sadar harus
diakui bahwa kegiatan perdagangan luar negeri adalah salah satu andalan kegiatan

ekonomi Sumatera Utara. Di samping bisa mendatangkan devisa, perdagangan


luar negeri banyak berperan didalam menciptakan kesempatan kerja pada sektor
kegiatan ekonomi primer.
Masyarakat di daerah perdesaan, penghasil barang-barang primer,
mendapatkan manfaat dari kegiatan perdagangan luar negeri, dalam bentuk
kesempatan kerja dan pendapatan karena barang ekspor Sumatera Utara pada
umumnya adalah barang-barang primer
Pemerintah provinsi Sumatera Utara harus fokus pada kegiatan
perdagangan luar negeri karena kegiatan itu mampu menciptakan lapangan kerja ,
pendapatan dan menghasilkan devisa. Barang primer bagi negara mitra luar negeri
dijadikan bahan baku bagi memutar kegiatan ekonominya. Artinya bahan baku
yang mereka impor justru dapat menciptakan kegiatan ekonomi serta menciptakan
peluang kerja di sana.

d. Analisa Kondisi Lingkungan


Pembangkit Listrik Tenaga Air pada umumnya digerakkan oleh air yang
debitnya diatur oleh bendungan. Dampak-dampak dari sebuah bendungan dapat
diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
Emisi Gas Rumah Kaca (Green House Gas)
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dikenal sebagai pembangkit listrik
yang "green", tanpa emisi gas rumah kaca atau "green house gas". Apakah
memang seperti itu? Riset menunjukkan bahwa PLTA tidaklah terlalu "green"
seperti persepsi yang diyakini selama ini. PLTA mampu merusak iklim.
Menurut pakar lingkungan yang juga konsultan dari Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), Eric Duchemin, imej yang "green" untuk PLTA
(hydro power) adalah imej yang salah. PLTA, selain memproduksi listrik, juga
memproduksi Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4) dalam jumlah yang
besar. Bahkan, dalam beberapa kasus, ditemukan fakta dimana PLTA
memproduksi CO2 dan Metana dalam jumlah yang lebih besar daripada
pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak, gas, batubara).
Penyebab utama dari Green House Gas ini datang dari pelepasan
kandungan karbon dalam jumlah yang besar dari tanaman dan pohon-pohon yang

terendam air dan membusuk pada saat bendungan dialiri dengan air. Tanaman dan
pohon-pohon ini membusuk di dasar bendungan tanpa menggunakan oksigen dan
menghasilkan timbunan methane (gas rawa) di dalam air. Gas Metana ini lepas ke
atmosfer pada saat air bendungan dialirkan ke turbin air.
Apakah hal ini berlangsung terus menerus?
Sesuai dengan musimnya (musim kemarau, musim hujan dll), permukaan
air bendungan akan terus berubah, naik turun sesuai dengan debit pasokan air.
Pada saat permukaan air bendungan rendah (misal pada musim kemarau),
tanaman di sekitar bendungan akan mulai tumbuh lagi, dan pada saat permukaan
air bendungan naik, tanaman-tanaman ini akan terendam dan terulang proses yang
sama dengan di atas.
Dampak terhadap lingkungan di sekitar bendungan:
Besar dampak dari sebuah bendungan, baik dari sisi aliran upstream
maupun downstream,adalah berbanding lurus dengan ukuran bendungan. Kondisi
sungai sebelum ada bendungan memungkinkan adanya variasi debit alami
sepanjang tahun. Kondisi yang bervariasi ini, baik debit maupun suhu air,
memungkinkan kelangsungan hidup berbagai organisme dan vegetasi di
sepanjang aliran sungai.
Pada saat bendungan selesai dibangun, debit air akan berubah sesuai
dengan pengaturan yang diinginkan oleh manusia - bukan secara alami lagi. Air
bendungan yang dialirkan secara terkontrol, akan datang dari bagian bawah
bendungan dimana suhu airnya relatif lebih dingin dan konstan. Perubahan suhu
air ini, yang tadinya bervariasi sesuai dengan musim dan menjadi konstan, akan
merubah ekosistem di sungai downstream dari bendungan. Selain itu, juga dikenal
dampak perubahan komposisi kimia dari air dengan adanya bendungan, dimana
air yang dilepas dari bendungan ke sungai downstream cenderung memiliki
kandungan garam terlarut yang lebih tinggi dan kandungan oksigen yang lebih
rendah dibandingkan dengan komposisi air di sungai tanpa bendungan.
Selain hal di atas, masih ada dampak dari penguapan (evaporasi) dari
bendungan. Permukaan air di bendungan pada umumnya begitu luas, jauh lebih
luas daripada sungai tanpa bendungan. Perluasan permukaan ini mempermudah
timbulnya penguapan air. Oleh karena itu, diperlukan pasokan air yang lebih

banyak lagi untuk memelihara jumlah air di dalam bendungan agar bendungan
tersebut dapat berfungsi secara sempurna.
Dari sisi erosi dan sedimentasi, sebagian besar sedimen yang datang dari
sungai upstream akan tertahan di bendungan. Air yang dilepaskan dari bendungan
ke sungai downstream mengandung sedimen yang sangat rendah, sehingga sungai
downstream akan mengalami erosi tanpa ada material sedimen pengganti. Hal ini
sudah terjadi di bendungan Glen Canyon di wilayah Grand Canyon di Amerika
Serikat, dimana setelah konstruksi pada tahun 1963, tercatat erosi di wilayah
sepanjang pantai karena kekurangan sedimen yang datang dari sungai upstream.
Pada tahun 1990, pantai-pantai ini terancam hilang karena erosi yang terus
menerus.

e. Analisa Teknologi
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi
listrik. Energi listrik yang dibangkitkan dari ini biasa disebut sebagai
hidroelektrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah motor yang
dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun,
secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah
waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.
Pembangkit tinggi tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi
potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan
turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik(dengan bantuan
generator).

Gambaran prinsip kerja PLTA

Dari gambar di atas dapat dilihat prinsip kerja dari PLTA yang akan
dibangun. Waduk/dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar
karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga
berfungsi untuk pengendalian banjir. contoh waduk Jatiluhur yang berkapasitas 3
miliar kubik air dengan volume efektif sebesar 2,6 miliar kubik. Dam ini
digunakan untuk menampung air akan diatur keluar-masuknya ke intake (nomor
2) oleh main stop valve (nomor 7). Untuk pengamannya, ada surge tank (nomor 6)
untuk mengantisipasi jika ada tekanan air yang tiba-tiba naik ketika katup valve
ditutup.
Kemudian aliran air akan masuk menerjang turbin (nomor 8). Turbin
berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air akan
memukul sudusudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin ini
dihubungkan ke generator (nomor 9). Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti
turbin Francis, Kaplan, Pelton, dll.

Gambar turbin yang terhubung dengan generator

Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.


Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet di dalam
generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC.
Generator akan tersambung ke transformator step up untuk dinaikkan tegangannya
untuk keperluan transmisi.
Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara
mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada teknologi
baru yang dikenal dengan pumped-storage plant, yang mana air yang digunakan
untuk memutar turbin dapat dioptimalkan lagi dengan dikirimkan ke waduk
utama. Prinsip pumped-storage plant memiliki dua penampungan yaitu:

Waduk Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA konvensional. Air
dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan listrik.

Waduk cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin ditampung di
lower reservoir sebelum dibuang di sungai. Pada saat beban puncak air dalam
lower reservoir akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada
Waduk utama tetap stabil.
Rumus menghitung jumlah listrik yang dihasilkan bila diketahui jumlah

debit air dan tinggi (jarak terjun) air pada pembangkit listrik tenaga air adalah
daya(kW) = 9,8.H.Q dimana gravitasi dikalikan tinggi/jarak terjun dikalikan debit
air maka hasilnya daya KW. Kemudian dikalikan juga dengan efisiensi-efisiensi
yang ada dalam proses pembangkitan energi listrik seperti efisiensi turbin,
efisiensi generator, edan efisiensi yang lainnya.

Transformator yang terhubung dengan generator tadi digunakan untuk


menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak banyak terbuang saat
dialirkan melalui transmisi. Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari
PLTA ke rumahrumah atau industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di
turunkan lagi dengan travo step down.
Besarnya listrik yang dihasilkan PLTA tergantung dua faktor sebagai
berikut :
1. Berapa besar air yang jatuh.
Semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar tenaga yang dihasilkan.
Biasanya, tinggi air jatuh tergantung tinggi dari suatu bendungan. Semakin
tinggi suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh maka semakin besar tanaga
yang dihasilkan. Ilmuwan mengatakan bahwa tinggi jatuh air berbanding lurus
dengan jarak jatuh. Dengan kata lain, air jatuh dengan jarak dua satuan maka
akan menghasilkan dua satuan energi lebih banyak.
2. Jumlah air yang jatuh.
Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga
yang lebih banyak. Jumlah air yang tersedia tergantung kepada jumlah air yang
mengalir di sungai. Semakin besar sungai akan mempunyai aliran yang lebih
besar dan dapat menghasilkan energi yang banyak. Tenaga juga berbanding
lurus dengan aliran sungai. Dua kali sungai lebih besar dalam mengalirkan air
akan menghasilkan dua kali lebih banyak energi.

F. AALISA KEPUTUSA
Setelah melihat beberapa aspek kondisi dalam kehidupan masyarakat,
maka dengan dioperasikannya PLTA baru, maka penyaluran listrik ke pelanggan
semakin besar, daya pasok ke pelanggan dapat terpenuhi. Bukan saja membuat
kenyamanan warga semakin bertambah tetapi juga semakin menggerakkan
potensi ekonomi. Dengan adanya tambahan arus listrik, pengusaha di Sumatera
Utara dapat membangun pabrik baru seperti industri pengolahan kelapa sawit.
Dan dengan bertambahnya jumlah industri, maka lapangan pekerjaan juga
semakin terbuka termasuk bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini
mengingat juga bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara merupakan

jumlah terbesar keempat di negeri ini, tentunya dengan dibangkitkannya


pembangkit energi listrik maka industri-industri pun bermunculan dan menyerap
banyak tenaga kerja.
PLTA ini selain untuk menambah daya mampu, proyek tersebut akan
semakin menekan biaya pokok produksi listrik di Sumatera Utara, karena biaya
pokok produksinya akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit
berbahan bakar minyak. Sebagai perbandingan, BPP (Penetapan Biaya Pokok
Penyediaan) listrik di Sumatera Utara saat ini rata-rata mencapai Rp 1.700 per
Kwh, karena 75 persen pembangkit di sistem kelistrikan Sumatera Utara
menggunakan BBM berupa solar dari jenis high speed diesel (HSD) maupun
marine fuel oil (MFO).
Tetapi dari segi negatif pembangunan PLTA ini masih lebih banyak
manfaatnya, terkait dengan isu krisis energi tak terbarukan yang semakin marak
maka pembangunan pembangkit dengan sumber energi dari energi baru
terbarukan alangkah baiknya bila proyek tetap dijalankan. Meskipun sebenarnya
masih terdapat efek rumah kaca namun pengaruh ini tidaklah sebesar dampak
yang diakibatkan oleh emisi pembangkit dari pembangkit lain seperti PLTU.
Memang untuk biaya awal berupa pembebasan tanah dan pembangunan
dam mahal, tapi ongkos keseluruhan lebih murah ketimbang memakai
BBM/batubara yang operasional costnya sangat mahal.
Sebagai contoh bendungan Jatiluhur luasnya 8300 hektar (ini sudah
termasuk luas sungai yang tak perlu dibebaskan). Biaya pembebasan tanah @ Rp
100 ribu/m2 = Rp 8,3 trilyun. Namun bendungan ini sudah berdiri sejak tahun
1967 (40 tahun lebih) dan menghasilkan listrik 187,5 Megawatt.
Total investasi paling maksimal Rp 15 trilyun. Tapi selain menghasilkan
listrik bisa jadi sumber air minum PAM dan juga irigasi bagi petani, peternakan
ikan, dan wisata air.
Sebaliknya jika pakai BBM yang biayanya Rp 1380/kWh dalam waktu 40
tahun akan menghabiskan Rp 90 trilyun. Ini jika harga minyak stabil seperti
sekarang. Yang jelas BBM akan terus naik harganya karena jumlahnya makin
sedikit. Memakai BBM sebagai sumber listrik cuma menguntungkan pengusaha
Migas. Ada pun jika pakai batubara yang biayanya Rp 400/kWh maka total biaya

operasionalnya Rp 26 trilyun. Dari sisi listrik saja sudah kalah. Belum dilihat
manfaat lain seperti sumber air minum, irigasi, peternakan ikan, wisata air, dsb.
Jadi kita harus berpikiran ke depan. Tidak berpikir pendek. Jadi dalam 40
tahun, biaya yang dikeluarkan untuk listrik dengan memakai air hanya Rp 15
trilyun, sementara dengan BBM mencapai Rp 90 trilyun dan Batubara Rp 26
trilyun (belum termasuk biaya pembangkit listriknya).
Mahalnya biaya listrik yang memakai BBM/Batubara tentu akhirnya
rakyat yang menanggungnya. Pemerintah tinggal menaikkan tarif listrik. Selesai.
Tapi rakyat yang harus membayar. Sebaliknya dengan memakai PLTA, selain
murah, rakyat juga diuntungkan dengan tarif listrik yang murah tanpa harus
subsidi. Sementara selain listrik, pemerintah juga dapat keuntungan dari penjualan
air PAM dan juga irigasi, peternakan ikan, dan wisata air.
Dengan dasar-dasar inilah perencanaan pembangunan PLTA di Propinsi
Sumatera Utara diperlukan dikarenakan manfaatnya yang begitu signifikan
mengenai kebutuhan energi listrik dari energi baru terbarukan untuk
menanggulangi dan mengantisipasi krisis energi di dunia pada masa yang akan
dating.

G. KOMPOE PERALATA DA SCHEDULE PEMBAGUA


Struktur
Menatap sebuah PLTA, kita akan menemui empat bagian utama yakni
waduk atau bendungan, saluran pelimpah (pembawa air), gedung sentral
(powerhouse), dan serandang hubung (switchyard) atau unit transmisi yang
mengalirkan produksi listrik ke konsumen.
Waduk atau Dam
Sesuai dengan kondisi alam, pengembangan PLTA dapat dibagi atas 2
jenis yaitu : tipe waduk dan tipe aliran langsung. Tipe waduk dapat berupa
bendungan (reservoir) dan keluaran danau (lake outlet), sedangkan tipe aliran
langsung dapat berupa aliran langsung sungai (run-off river) dan aliran langsung
dengan bendungan pendek (run-off river with low head dam).
Sedangkan waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan
untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat

manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu
dialiri air sampai waduk tersebut penuh.
Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan
air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik,
menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya,
pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti
pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua
tujuan di atas.
Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama
lebih dari 150 m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam ketinggianmedium antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.
Sebuah bendungan Pengukur overflow dam didisain untuk dilewati air.
weir adalah sebuah tipe bendungan pengukur kecil yang digunakan untuk
mengukur input air. Bendungan check dam adalah bendungan kecil yang didisain
untuk mengurangi dan mengontrol arus soil erosion.

Switchyard
Switchyard ialah saluran air yang digunakan untuk mengairkan air yang
berasal dari bendungan. Saluran ini terhubung dengan powerhouse. Pada saluran
ini air memiliki energi kinetic yang sangat besar, karena dipengaruhi oleh tekanan
air yang disebabkan ketinggian bendungan. Semakin tinggi bendungan dan
semakin banyak jumlah air, maka semakin besar pula energi kinetic yang
dihasilkan.

Powerhouse
Terdiri atas Turbin dan Generator. Turbin adalah alat yang dapat merubah
energi kinetic air menjadi energi mekanik, sedangkan generator ialah alat yang
digunakan untuk merubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
pembangkit tenaga listrik.. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi
energi mekanis. Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga
listrik. Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air

menjadi energi mekanis, turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin
impuls dan turbin reaksi.

1. Turbin Impuls
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozle. Air keluar
nozle yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu turbin. Setelah
membentur sudu arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan
momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar. Turbin impuls adalah
turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nosel tekanannya adalah
sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan tekanan
ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan.

2. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set
sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih
alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang
paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan
pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan
pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk
turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa
nosel. Dengan demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu
lebih kecil.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih
kurang 150 meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.

3. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin
pelton turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran
air dari nozle membentur sudu pada sudut 20 o. Kecepatan putar turbin turgo lebih

besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin
ke generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.

4. Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 litres/sec hingga 10 m3/sec dan
head antara 1 s/d 200 m.
Turbin crossflow menggunakan nozle persegi panjang yang lebarnya
sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir
keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat
masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu
yang dipasang pada sepasang piringan paralel.

5. Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat
berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai
turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada
dalam rumah turbin.

6. Turbin Francis
Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang
diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di
bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah
mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis
dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang
dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air

penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.

7. Turbin Kaplan & Propeller


Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin
ini tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu.

Generator Listrik
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanikal. Sebelum hubungan antara magnet dan listrik
ditemukan, generator menggunakan prinsip elektrostatik. Mesin Wimshurst
menggunakan induksi elektrostatik atau "influence". Generator Van de Graaff
menggunakan satu dari dua mekanisme:
1. Penyaluran muatan dari elektroda voltase-tinggi.
2. Muatan yang dibuat oleh efek triboelectric menggunakan pemisahan dua
insulator
Generator elektrostatik tidak efisien dan berguna hanya untuk eksperimen
saintifik yang membutuhkan voltase tinggi.
Pada 1831-1832 Michael Faraday menemukan bahwa perbedaan potensial
dihasilkan antara ujung-ujung konduktor listrik yang bergerak tegak lurus
terhadap medan magnet. Dia membuat generator elektromagnetik pertama
berdasarkan efek ini, menggunakan cakram tembaga yang berputar antara kutub
magnet tapal kuda. Proses ini menghasilkan arus searah yang kecil.

Desain PLTA
Rekayasa di bidang PLTA telah berkembang dengan pesat. Ditemukannya
turbin-turbin yang mempunyai efisiensi tinggi, penggunaan pembangkit listrik
tenaga pompa, dan tunnel dalam PLTA banyak mempengaruhi konsep dalam
mendesain PLTA. Secara umum ada 5 tahapan sebelum pembangunan PLTA
dapat terwujud. Tahapan tersebut adalah :
- Studi Pendahuluan (Preliminary Study)
- Studi Kelayakan

- Studi Dampak Lingkungan


- Desain Rinci
Pembangunan, yang dibagi menjadi 3 tahapan lagi yaitu : persiapan
konstruksi, pekerjaan utama, dan memonitor data hidrologi. Persiapan konstruksi
meliputi pembuatan akses jalan atau memperbaiki jalan yang sudah ada dan
mempersiapkan sumber tenaga untuk keperluan konstruksi. Mulai dari studi
pendahuluan sampai pembangunan diperlukan waktu yang berkisar antara 7
sampai 15 tahun, tergantung dari besar atau kecilnya proyek. Untuk dapat
membuat desain suatu PLTA diperlukan survey dan studi tentang berbagai aspek.
Survei dan studi yang diperlukan tersebut adalah :
- Survei topografi
- Studi geologi dan fondasi
- Studi meteorologi dan hidrologi
- Penyelidikan material bangunan
- Studi sarana komunikasi
- Studi dampak lingkungan, dan
- Studi tata letak.

Prinsip Kerja
Prinsip kerja PLTA pada dasarnya adalah sebagai berikut.
Energi Potensial Air pada dam yang memiliki ketinggian

Energi Kinetik Air yang bergerak melalui reservoir

Energi Mekanik Putaran pada turbin

Energi Listrik Putaran rotor generator

Sementara prinsip kerja suatu PLTA secara umum adalah menghimpun air
dalam waduk atau bendungan atau kolam tando tahunan yang berfungsi dasar
untuk menampung air dan menaikkan tinggi tekan air (head) yang merupakan
potensi air sungai lalu menyalurkannya ke turbin dalam gedung sentral yang

terletak lebih rendah dari waduk. Selanjutnya turbin menyalurkan energi air ke
generator yang akan mengubahnya menjadi energi listrik.
Prinsip dasar pembangkitan energi PLTA adalah pokok hukum
hidrodinamika persamaan Bernoulliyang merupakan turunan dari hukum
kekekalan energi dalam fluida yang secara matematis adalah :
P + v2 + gh = konstan,
Yakni P (pressure) adalah tekanan, (dibaca: rho) merupakan massa jenis
dan v (velocity) adalah kecepatan aliran, dan g (gravity) yakni gaya gravitasi bumi
dan h (height) adalah tinggi zat cair.
Dengan kata lain terdapat hubungan antara tekanan, kecepatan aliran dan
letak (tinggi atau rendah) terhadap aliran air. Sehingga semakin tinggi letak air
maka semakin besar tekanan air yang berefek semakin tingginya kecepatan air
untuk menggerakkan turbin dan energi listrik yang dihasilkan pun semakin besar.
Dalam hubungan dengan reservoir air maka h (height) adalah beda
ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar dari kincir
air/turbin air.
Adanya udara bertekanan tinggi yang timbul akibat pengisian saluran
pelimpah atau pipa pesat juga diperhitungkan dengan adanya pipa udara atau pipa
gelombang yang diletakkan di ujung saluran pelimpah sebelum pintu masuk pipa
pesat. Udara bertekanan tinggi tersebut dapat merusak turbin bila tidak diserap
oleh pipa gelombang.
Air yang mengalir menuju turbin juga menghasilkan arus balik yang
bergelombang tinggi akibat pengaturan pemasukan air dalam turbin oleh
penggerak turbin sehingga terjadi penolakan sebagian arus air. Arus balik ini
dapat memperlambat arus air menuju turbin dan meningkatkan pukulan tekanan
air (over pressure) terhadap dinding saluran pipa pesat. Dalam kasus seperti ini
dibutuhkan tangki gelombang yang berfungsi sebagai penyangga yang menyerap
peningkatan guncangan tekanan dengan cara menampung arus balik tersebut.
Air yang mengalir melalui pipa-pipa selalu mempunyai head dan tinggi
kinetik. Pada pintu pemasukan ke penggerak turbin (turbine runner), tinggi tekan
dapat secara utuh diubah menjadi tinggi kinetik dalam keadaan tekanan jet air
keluar dari satu atau lebih mulut pipa pemancar (nozzle) dan mengenai sudu-sudu

roda. Pada kondisi seperti ini pancaran jet bebas akan menjadi tekanan atmosfer.
Pada jenis turbin Francis yang digunakan PLTA Cirata yang termasuk turbin
tekan atau turbin reaksi dan bekerja dengan aliran air bertekanan, penggerak
turbin langsung mengubah tenaga kinetik dan tenaga tekanan menjadi tenaga
mekanik secara bersamaan.
Turbin-turbin hidrolik berhubungan erat dengan generator. Poros
penggerak turbin berhubungan langsung dengan generator sehingga tenaga
mekanik yang diproduksi dialirkan ke generator yang memiliki kumparan kawat
rotor dan stator yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Stator
adalah susunan rangka baja yang dipipihkan sebagai inti magnet dan berbentuk
medan magnet yang merupakan kepala rotor. Dengan berputarnya rotor karena
perputaran poros turbin yang dihubungkan dengan poros generator, energi
mekanik dari turbin memasuki medan magnet dan berubah menjadi energi listrik.
Potensi tenaga air di seluruh Indonesia secara teoretis diperkirakan sekitar
75.000 MW yang tersebar pada 1.315 lokasi. Tenaga air merupakan salah satu
potensi sumber energi yang sangat besar, tetapi pemanfaatannya masih jauh di
bawah potensinya. Dari potensi tersebut diperkirakan sebesar 34.000 MW dapat
dikembangkan untuk pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas cukup
besar, yaitu 100 MW ke atas. Tenaga air dibagi dalam tiga kategori yaitu skala
besar, mini, dan mikro. Belum ada ketentuan secara jelas mengenai pembagian
skala tersebut. Tampaknya setiap negara mempunyai ukuran yang berbeda.
Namun, secara umum tenaga air (hidro) skala besar mempunyai kapasitas diatas
10 MW, mini berkapasitas 200 kW sampai 10 MW, dan mikro berkapasitas
sampai 200 kW.
Pemanfaatan tenaga air skala besar untuk pembangkit tenaga listrik sampai
dengan tahun 2000 mencapai 4.208 MW atau hanya sekitar 5,6% dari potensi
yang ada. Namun, potensi tenaga air yang berada di Pulau Jawa telah
dikembangkan secara optimal, yaitu telah dikembangkan sekitar 2.389 MW atau
53% dari total potensi yang ada. Sedangkan mini dan mikrohidro, potensinya
sekitar 460 MW, dan yang sudah dimanfaatkan sekitar 64 MW yang pada
umumnya dimanfaatkan untuk listrik perdesaan.

Menurut jenis arusnya, sistem tenaga listrik dikenal dengan sistem arus
bolak-balik (AC) dan sistem arus searah (DC). Pada sistem AC, penaikkan dan
penurunan tegangan, medan magnet putarnya mudah dilakukan. Maka
berdasarkan kemudahan tersebut, hampir di seluruh dunia menggunakan sistem
tenaga listrik AC, walaupun sistem DC juga mulai dikembangkan dengan
pertimbanganpertimbangan tertentu. Sementara sistem AC tidak dapat disimpan,
sehingga dalam memenuhi permintaan konsumen, pusat listrik harus dioperasikan
sesuai dengan permintaan konsumen yang berubah dari waktu ke waktu.
Sistem tenaga listrik dibangkitkan dalam pusatpusat listrik dan disalurkan
ke konsumen melalui jaringan saluran tenaga listrik. Tenaga listrik dibangkitkan
dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU dan
PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu
dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada dipusat
listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mem punyai tegangan 150 kV yang
disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV
yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa
kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan
dengan kabel tanah, maka saluran transamisi kebanyakkan berupa saluran udara.
Kerugian saluran transmisi menggunakan kabel udara adalah adanya gangguan
petir., kena pohon dan lainlain. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran
transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan
tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah
atau yang juga disebut tegangan distribusi primer.
Tegangan distribusi primer yang digunakan pada saat ini adalah tegangan
20 kV. Jaringan setelah keluar dari GI disebut jaringan distribusi, sedangkan
jaringan antara Pusat Listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga
listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka kemudian tenaga listrik
diturunkan tegangannya dalam gardugardu distribusi menjadi tegangan rendah
dengan tegangan 380/220 Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan
Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen)
melalui Sambungan Rumah.

Dalam praktek karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan


banyak transformator distribusi, maka Gardu Distribusi seringkali disederhanakan
menjadi transformator tiang. Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar
tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah, melainkan disambung
langsung pada Jaringan Tegangan Menengah, bahkan ada pula yang disambung
pada jaringan Transmisi Tegangan Tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.
Setelah tenaga listrik melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM),
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah, maka tenaga listrik
selanjutnya melalui alat pembatas daya dan KWH meter. Dari uraian tersebut,
dapat dimengerti bahwa besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan
sepenuhnya oleh para pelanggan, yaitu tergantung bagaimana para pelanggan
akan menggunakan alat alat listriknya, yang harus diikuti besarnya suplai tenaga
listrik dari Pusat-pusat Listrik. Proses penyampaian tenag a listrik dari Pusat-pusat
Listrik

Aspek Ekonomi
Biaya pembangkitan PLTA relatif rendah bila dibandingkan dengan
pembangkit tenaga listrik lainnya. Secara umum biaya investasi bervariasi antara
2.000 - 3.000 US $/kW. Sedangkan biaya operasi dan perawatan berkisar antara 3
- 15 US $/kW. Biaya pembangkitan PLTA dapat murah karena :
-

tidak memerlukan biaya untuk bahan bakar

umur teknis PLTA yang panjang bahkan dapat lebih dari 50 tahun

keandalan yang tinggi sehingga dapat mengurangi jumlah unit cadangan yang
diperlukan, dan

pembangunannya dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan


pada saat pembangunan.
Untuk keperluan pengembangan PLTA dan industri sangat memerlukan

investor asing. Peran pemerintah diharapkan untuk membangun infrastruktur


sedangkan investor asing untuk pembangunan industri serta PLTA. Biaya yang
diperlukan untuk keperluan tersebut dirangkumkan pada tabel di bawah ini. Total
perkiraan biaya untuk tahap awal antara 12.600 - 26.900 juta dolar Amerika.

Perkiraan Biaya Investasi untuk Tahap Awal

Kelebihan PLTA
PLTA mempunyai kelebihan dibandingkan pembangkit tenaga listrik
lainnya. Beberapa keunggulan PLTA di antaranya :
1. Proses start-upnya cepat (10 15 menit)
2. Sistem pengoperasiannya lebih mudah diatur (pengaturan beban dan
frekwensi mudah)
3. Biaya produksi listriknya murah karena air diperoleh dengan gratis
4. Ramah lingkungan (tidak begitu banyak menghasilkan polusi)
5. Reservoir air dapat digunakan untuk banyak keperluan; seperti untuk
perikanan, irigasi dan pengendalian banjir
6. Tidak rawan kerusakan (karena bagian-bagian yang bergeraknya dioperasikan
dalam kondisi dingin)
7. Masa guna melebihi 50 tahun dan dapat diperpanjang lagi melalui renovasi
kerena PLTA termasuk jenis energi yang terbarukan.
8. Tingkat efisiensi dapat di atas 90 %.
9. Peran PLTA dalam jaringan listrik disamping untuk substitusi tenaga termal
juga dapat berfungsi sebagai pemikul beban puncak karena dapat cepat
mengikuti perubahan beban tanpa harus mengorbankan efisiensi.

PEUTUP
a. Kesimpulan
Dengan memperhatikan aspek-aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh
pembangunan pembangkit listrik tenaga air, tentunya harus dipetimbangkan
secara matang mengenai perencanaan pembangunan PLTA di Sumatera Utara.
Masih banyak yang perlu disempurnakan dengan data-data yang lebih teliti.
Meskipun demikian dari studi ini terlihat pembangunan PLTA mempunyai
prospek yang baik. Beberapa aspek dalam pengembangan ini dan sebagian ada
juga kelemahannya yang masih memerlukan perhatian yang lebih serius untuk
menanggulanginya.
b. Saran
Untuk pembangunan PLTA diperlukan schedule yang matang dan
pertimbangan dari beberapa aspek. Banyak studi-studi yang selanjutnya dapat
dilakukan untuk mencari kelemahan dan mencari solusi dari perencanaan
pembangunan pembangkit ini demi kemakmuran masyarakat Propinsi Sumatera
Utara.

Referensi
http://www.beritasore.com/2010/01/23/kelistrikan-sumut-masih-krisis/
http://www.pdfcontact.com/download/7030220/
http://www.antarasumut.com/berita-sumut/pln-berharap-segera-realisasikanpembangunan-plta-asahan-3/
http://www.scribd.com/doc/18575456/PEMBANGKIT-LISTRIK-TENAGA-AIRPLTA-SKALA-BESAR-MAMBERAMO

You might also like