Professional Documents
Culture Documents
pembangunan
konsep
semestinya
tidak
dilepaskan
dari
peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); (d) ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan); (e) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan
(alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode);
(g) tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan
(Hartoto, 2009:1).
Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya
dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya
metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan
metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung
jawab dalam pendidikan adalah guru.
2.1.1
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan sendiri adalah studi yang sistematis terhadap proses
Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran
biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar,
materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran
biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang
cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi
belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang
berlatih dan bermain.
Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang
memiliki
sejumlah
besar
pengetahuan
tertentu
dan
berkewajiban
tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya
memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu
terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian
bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan
harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus
dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu
subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan
tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan
bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi penengah di
dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang
setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).
Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber
informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila
sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi
pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan
kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan
belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik
belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk
mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).
Deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar
dikatakan berhasil apabila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya
sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri
menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai learning
to be (Supriadi, 2006:1).
Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi
berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu
lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam
buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motifmotif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).
Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti
mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik.
Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan
lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang
biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada
kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang
familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat
memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya
melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah
orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara
membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).
Fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator dapat
dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim
dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:
perilaku
belajar
yang merupakan
totalitas
penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara
berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
2.1.1.2 Perhatian
Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan
memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
dapat dieksploitasi 2 sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu
(Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan
peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta
didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.
2.1.1.3 Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan
merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek
didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi,
2006:2).
Seseorang belajar musik penglihatan dan pendengaran adalah dua hal
yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca
notasi sedangkan pendengaran sangat penting untuk membedakan benar atau
tidaknya nada (intonasi).
2.1.1.4 Ingatan
Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya
ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi
kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan
sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan.
Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui
kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
(Supriadi, 2006:2).
Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek
didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutanurutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula
dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan
sebagainya (Supriadi, 2006: 2).
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau
mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik.
Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah
seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.
Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian
berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan
tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan
psikolog pendidikan, peserta didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
2.1.1.5 Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan
konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.
Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir
dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses
pembelajaran
adalah
mengembangkan
kemampuan
ini
dan
bukannya
2.2 Ekstrakurikuler
Hampir semua Sekolah dasar, Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu
menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler
biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai
dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah
yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih
profesional dari luar.
Ekstrakurikuler sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau
universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada
setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan
ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,
dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini
diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk
merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini
sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian,
dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu
sendiri (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).
Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler,
yaitu:
a. Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut, b. Adanya
seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut, c. Memiliki sejumlah
melakukan
pengembangan
materi
pembelajaran.
Rincian
pendidikan
yang
kemudian
atas
prakarsa
sendiri
dapat
meningkatkan
yang dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa
dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk
wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta
didik dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan
ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal, beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat
meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2013).
Akhirnya
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
tujuan
pendidikan
ekstrakurikuler secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan
bakat peserta didik di sekolah, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari
atas tujuan dari pada kurikulum sekolah.