You are on page 1of 30

K E P E RAWATA N A N A K I I | 1

BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
JUDUL KASUS : HIPERBILIRUBIN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Anatomi Fisiologi

Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di sebelah atas
dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Berwarna merah
kecoklatan, lunak dan mengandung amat banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari
lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah 1).Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak 2).
Sintesa kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma (fibrinogen, protrombin
dan globulin) 3). Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat
besi (Ferritin) 4). Detoksikasi menghancurkan hormon hormon steroid dan
berbagai obat-obatan 5). Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah,
pembentukan terjadi hanya pada 6 bulan masa kehidupan awal fetus 6). Sekresi
bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin unconjugated menjadi conjugated
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir
dengan panjang sekitar 7,5 cm dan dapat menampung 50 ml cairan empedu.
Cairan empedu adalah cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan yang
dihasilkan terus menerus dalam jumlah 500 1000 ml/hari, merupakan zat esensial
dalam pencernaan dan penyerapan lemak, suatu media yang dapat mengekskresikan
zat-zat tertentu yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal.
Metabolisme bilirubin terdiri dari empat tahap :
1. Produksi. Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat pemecahan
haemoglobin (menjadi globin dan hem) pada sistem retikulo endoteal (RES).

K E P E RAWATA N A N A K I I | 2

Hem dipecah oleh hemeoksigenase menjadi bilverdin, dan oleh bilirubin


reduktase diubah menjdai bilirubin. Merupakan bilirubin indirek / tidak
terkonjugasi.
2. Transportasi. Bilirubin indirek kemudian ditransportasikan dalam aliran darah
hepatik. Bilirubin diikat oleh protein pada plasma (albumin), selanjutnya secara
selektif dan efektif bilirubin diambil oleh sel parenkim hepar atau protein
intraseluler (ligandin sitoplasma atau protein Y) pada membran dan ditransfer
menuju hepatosit.
3. Konjugasi. Bilirubin indirek dalam hepar diubah atau dikonjugasikan oleh
enzim Uridin Difosfoglukoronal Acid (UDPGA) atau glukoronil transferase
menjadi bilirubin direk atau terkonjugasi yang bersifat polar dan larut dalam air.
4. Ekskresi. Bilirubin direk yang terbentuk, secara cepat diekskresikan ke sistem
empedu melalui membran kanalikuler. Selanjutnya dari sistem empedu
dikskresikan melalui saluran empedu ke sistem pencernaan (usus) dan
diaktifkan dan diabsorpsi oleh bakteri / flora normal pada usus menjadi
urobilinogen. Ada sebagian kecil bilirubin direk yang tidak diabsorpsi
melainkan dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorpsi melalui
sirkulasi enterohepatik.
2.1.1 Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin lebih

dari norma\l yang ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus (Wong, 2008).
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa membran
dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi,

2010).
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin
dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan

berwarna kuning (Azis Alimul, 2010).


KLASIFIKASI
Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama
pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak
terkonjugasi.

Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke

dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.


Ikterus kolestatik

K E P E RAWATA N A N A K I I | 3

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan


bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya
adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam

urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.


Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.

penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin


Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang

tinggi dan berat badan tidak bertambah.


2.1.3 Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidak
sesuaian golongan darah ibu dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
b. Perdarahan tertutup biasanya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terjadi pada bayi hipoksia dan asidosis.
d. Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phospat Dehidrogense)
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannnya pregnan 3 (alfa), 20
(beta), dan diol (steroid).
f. Kurangnya enzim glukoronil transferase pada keadaan berat badan lahir

2.

rendah.
g. Sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin.
h. Kelainan kongenital (rotor syndrom) dan dubin hiperbilirubinemia.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
pada hipoalbuminemia atau akibat pengaruh obat-obatan tertentu seperti
sulfadiasine.
a. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang secara langsung dapat merusak sel hati dan darah merah
seperti toksoplasmosis dan shipilis.
b. Gangguan ekskresi yang terjadi di ekstar atau intra hepatik
c. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya ileus obstruktif

2.1.4 Patofisiologi
Diagram Metabolisme Bilirubin
ERITROSIT

HEMOGLOBIN
HEM

GLOBI
N
Terjadi pada

BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK

Limpha,
Makofag

( tidak larut dalal air )

K E P E RAWATA N A N A K I I | 4

BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN

Terjadi dalam
plasma darah

MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN GLUKORONAT/
GULA RESIDU

Hati

BILIRUBIN

DIREK
BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI
KE KANDUNG EMPEDU

BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE
& FECES

Melalui
Duktus
Billiaris

K E P E RAWATA N A N A K I I | 5

PHATWAY
Destruksi

SDM

Protein plasma

Bilirubin

Akumulasi

Globin

Hemoglobin

Heme

Kejaringan

Iron

- Unkonyugasi bilirubin Joundice


- Glukoronic acid

Konyugasi dari hati enzim glucoronil transferase


Konyugasi bilirubin
Glukoronicle

Empedu

Ekskresi

Penyuatuan bilirubin, urobilinogen & sterkobilin

Bilirubin

Urobilinogen

Menurun

menurun

dalam feses

dalam urine

Ekresi (warna) pada feses


urine

K E P E RAWATA N A N A K I I | 6

2.1.5 Gambaran Klinik


Kulit berwarna kuning sampe jingga
1. Pasien tampak lemah
2. Nafsu makan berkurang
3. Reflek hisap kurang
4. Urine pekat
5. Perut buncit
6. Pembesaran lien dan hati
7. Gangguan neurologik
8. Feses seperti dempul
9. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
10. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
11. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
baru
12. lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
14. dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
2.1.6 Komplikasi
1. Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )
2. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
4. Kematian.
5. Kernikterus.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
a. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
b. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
c. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
d. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

K E P E RAWATA N A N A K I I | 7

Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of


fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan
Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara
memfasilitasi ekskresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya
yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer
yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati. Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat
menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar
Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang
dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada
24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah. Terapi
sinar tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruksi usus/bayi
dengan enteritis. Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek
> 10 mg/dl ditandai dengan ikterus pada hari I dan bayi dengan proses hemolisis.
Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar. Terapi sinar terdiri
dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang berventilasi, energi
cahaya yang optimal (350-470 nanometer), 50 cm. Dibagian bawah kotak lampu
dipasang fleksiglasdengan jarak biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang
tidak bermanfaat untuk penyinaran). Usahakan bagian tubuh terpapar seluasluasnya, posisi bayi diubah setiap 1 2 jam (menyeluruh). Saat penyinaran Kedua
mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya.
Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala. Dihentikan bila kadar
billirubin < 10 mg/dl. Lamanya penyinaran biasa/tidak > 100 jam.
Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
enteritis, hypertermi, dehidrasi, kelainan kulit (ruam), gangguan minum, letargi,
iritabilitas.
2.1.8 Penatalaksanaan

K E P E RAWATA N A N A K I I | 8

a. Tranfusi Pengganti
b. Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
c. Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Jenis darah yang ditransfusikan :
1. Menggunakan golongan darah O Rh (-), bila billirubin disebabkan oleh
inkompatibilitas golongan darah Rh.
2. Pada inkompatabilitas golongan darah ABO darah yang dipakai golongan
darah O Rh (+).
3. Golongan darah sama dengan bayi, jika tidak berkaitan dengan proses
aloimunisasi Jika tidak memungkinkan golongan darah O yang kompatibel
dengan serum ibu.
4. Jika tidak ada, golongan darah O dengan titer A atau anti B < 1/256.
Persiapan :
1. Jumlah darah yang dipakai antara 140 180 ml/kg BB.
2. Transfusi sebaknya melalui pembuluh darah umbilikus.
Alat-alat yang dipersiapkan:
1. Kateter tali pusat.

K E P E RAWATA N A N A K I I | 9

2. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya bekuan darah, larutan NaCl
Heparin (4000 U Heparin dalam 500 ml cairan NaCl) Kran 3 cabang dan
jarum.
Pelaksanaan :
1. Terlebih dahulu mengambil 10 20 ml darah bayi dikirim ke lab untuk
pemeriksaan serologic, biakan, G6PD dan biliruin.
2. Transfusi dilakukan dengan menyuntikkan darah secara perlahan sejumlah
darah yang dikeluarkan.
3. Dilakukan pengeluaran dan penyuntikkan sebanyak 10 20 ml setiap kali
secara bergantian untuk menghindari bekuan darah dan hypoxemia.
4. Setiap 100 ml transfusi dilakukan pembilasan dengan larutan Na.Cl heparin &
pemberian 1 ml kalsium glukomat.
5. Transfusi tukar dapat dilakukan berulang jika bilirubin indirek pasca tranfusi >
20 mg / dl. Perhatikan kemungkinan komplikasi transfusi tukar seperti :
Asidosis.
Bradikardi.
Aritmia.
Henti jantung.
6. Komplikasi pasca transfusi : Hiperkalemia, Hipernatremia, Hipoglikemia.

d. Therapi Obat
1. Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
2. Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
2.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 10

a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah
TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
Reflek hisap pada bayi menurun, malas minum, tidur terus, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan.
Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang
kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.
Selain kuning, apakah bayi tampak pucat? Rabalah hepar dan lien/limpa.
Periksa sejauh mana bayi nampak kuning.
Adakah gejala irritable, gelisah, kejang, terutama meliuk-liuk.
b. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau

golongan darah A,B,O).


Infeksi
Hematoma
gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan
ibu menderita DM.

c. Pemeriksaan penunjang :
1. Hasil Laboratorium :

Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.

Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
2. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
3. Kurangnya volume cairan tubuh b.d tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi,
diare.
4. Resiko terjadi injury (internal) berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan
kadar bilirubin.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Diagnosa 1
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Tidak ada luka / lesi pada kulit

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 11

Perfusi jaringan baik


Melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Intervensi :
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Diangnosa 2
Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan
panas.
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan suhu dalam rentang normal.

Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan respirasi dalam batas normal
Tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna kulit
Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi
Monitor intake dan output
Diagnosa 3
Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototherapi, dan diare.
Tujuan
: setelah diakukan tidakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan cairan tubuh adekuat
Kriteria hasil :
Cairan adekuat
Intervensi :
Catat jumlah dan kualitas feses
pantau turgor kulit
pantau intake output
beri air diantara menyusui atau memberi botol.
Diagnosa 4
Resiko terjadi Injuri (Internal) b/d peningkatan serum bilirubin
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan tidak ada resiko injury.

Kriteria hasil :

Klien terbebas dari injury

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 12

Intervensi :

Kolaborasi Fototerapi sesuai advis dan Protkol RS.

Catat waktu pemberian fototerapi.

Tempatkan bayi secara telanjang (kecuali popok) dibawah lampu dengan


plexigus untuk melindungi bayi dari sinar UV.

Tutup kedua mata bayi saat penyinaran.

Monitor hantaran energi.

Cek tingkat bilirubin setiap 4 8 jam.

Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan keluarga dapat mendapat pengetahuan mengenai penyakit
yang diderita anaknya.

Kriteria Hasil :
Keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya
Intervensi :

Jelaskan patofisiologi dari penyakit

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang
benar

Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

Sediakan informasi pada keluarga pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 13

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
Data bayi
Tanggal dirawat

: By. Ny. R

Jenis kelamin

: 12 - 12 - 2014

Tgl Lahir/usia

: Perempuan/12 12 - 2014

Nama orang tua

: Ny. R

Pendidikan orang tua

: SLTA

Pekerjaan orang tua

: IRT

Usia ayah ibu

: 24 tahun

Diagnosa Medis

: Hiperbilirubinemia

Alamat

: Jln. Tegalega Rt 03/01 kel.tegalega kec.Bogor tengah kota


bogor

Riwayat bayi
Apgar score

:5-6

Usia Gastasi

: 37 minggu

Berat badan

: 2860 panjang 46

Komplikasi persalinan

: ada ( ), tidak ada ( - )

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 14

a.
b.
c.
d.
e.

Aspirasi mekonium
( )
Denyut jantung janin abnormal ( - )
Masalah lain
(-)
Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat : ada
Ketuban pecah dini (), berapa jam: -

Riwayat ibu
Usia

Gravida

Partus

Abortus

24 tahun

Komplikasi kehamilan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tidak ada
Perawatan antenatal
Ruptur plasenta/plasenta previa
Preeklamsia/eklamsi
Suspect Sepsis
Persalinan prematur/post matur
Masalah lain

:
ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

Jenis persalinan
a. Perpaginam
b. Section

: Partus spontan di tolong bidan tgl 12-02-2014 Jam 9:05 wib


:Alasan

Pengkajian Fisik Neonatus


( Instruksi : beri tanda cek ( ) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-data di bawah ini.
Gambar semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom tambahan bila d perlukan ).
1. Refleks
Moro ( - )
Menggenggam
( )
Menghisap ( - )
2. Tonus/aktifitas
Aktif
( ) Latergi ( - )
Kejang ( - )
Menangis keras
( ) Lemah ( - )
Melengking ( -)
Sulit menangis
(-)
3. Kepala/leher
Fontanel anterior
lunak ( - )
Tegas
()
Datar ( - )
Menonjol
( - ) Cekung
Sutura sagitalis tepat ( ) Terpisah ( - ) Menjauh (- )
Gambaran wajah
simetris ( ) Asimetris (- )
Molding : caput seccedaneum ( - ) cephalohematoma ( - )
4. Mata
: Bersih
( ) Sekresi
(-)
5. THT

(- )

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 15

Telinga: Normal
()
Hidung
: Normal

Abdormal

(-)

6. Abdomen
a) Lunak (ya) tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
b) Lingkar perut
: 32 cm
c) Liver
: Kurang 2 cm () lebih 2 cm ( )
7. Toraks
a) Simetris (ya )
Asimetris ( )
b) Retraksi
: Drajat 1 ( ) Drajat 2 ( ) Drajat 3 ( )
c) Klavikula
: normal ( ) Abnormal ( )
8. Paru paru
a) Suara nafas kanan kiri sama ( ya )
tidak terdengar ( )
b) Bunyi nafas disemua lapang paru : terdengar enurun ( ya )
tidak terdengar ( )
c) Suara nafas bersih ( ya )
ronchi ( )
rales ( )
sekresi ( )
d) Respirasi spontan ( ya )
alat bantu : tidak ada
9. Jantung
a) Bunyi normal sinus rytm (NSR) ( ), frekuensi : 136x/menit
b) Murmur ( )
PMI ( )
c) Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
10. Ekstremitas
a) Gerak bebas ( ya )
Drainase ( )

Nadi perifer

Keras

Brakial kanan

Ya

Brakial kiri

Ya

Femoral kanan

Ya

Femoral kiri

Ya

Lemah

11. Umbilikus
a) Normal (ya )
Drainase ( )
b) Jumlah pembuluh darah
c) Ekstremitas atas : Normal ( ya )
Normal ( ) sebutkan
d) Ekstremitas bawah normal ( ya )
Abnormal ( )
12. Genetalia
Perempuan normal (ya)
Laki laki normal ( )
Abnormal
( )
13. Anus : Paten (ya)
imperforate ( )
14. Spinal : Normal (ya)
Abnormal ( )
15. Kulit
a) warna
: pink ( )
pucat ( )
jaundice (ya )

Tidak ada

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 16

b) sianosis pada
: Kuku (ya ) sirkumoral ( ) periobital ( ) seluruh tubuh ( )
c) Kemarahan (rash): ( )
d) Tanda lahir
: tidak ada
16. suhu
a) Lingkungan :
1. Penghangat radian (ya)
2. pengatur suhu
(ya)
3. Inkubator
(ya)
4. suhu ruangan
( )
5. Boks terbuka
( )
b) Suhu kulit : 36,7c
Riwayat Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Struktur keluarga (genogram 3 generasi )


Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran
Budaya
Suku
Agama
Bahasa utama
Perencanaan makan bayi
Masalah social yang penting
Hubungan orang tua dan bayi

:
: tidak ada
:
: Sunda
: Islam
: Sunda
: ASI eksklusif
:

IBU

TINGKAH LAKU

AYAH

Menyentuh

Memeluk

Berbicara

Berkunjung

Memanggil Nama

Kontak Mata

10. Orang terdekat yang dapat dihubungi : 11. Orang tua berespon terhadap penyakit

: ya ()

tidak ( )

Respon: Orang tua mengatakan khawatir pada bayinya.


12. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi

: ya ()

tidak ( )

Respon: Orang tua percaya pada penanganan rumah sakit dan yakin anaknya bisa
sembuh.
13. Riwayat anak lain:

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 17

Jenis Kelamin Anak

Riwayat Persalinan

Riwayat Imunisasi

14. Obat-obatan saat ini


Nama Obat

Dosis

Indikasi

Kontraindikasi

Efek Samping

sensitif pada

Hipersensitivitas

Reaksi

penyakit-

terhadap

hipersensitivitas,

penyakit

sefalosporin,

peradangan iritatif dan

Infeksi saluran

penderita ginjal

nyeri pada penyuntikan

nafas bagian

berat.

dll.

Septikemia

Hipersensitivitas,

1% - 10%

bakterial

penderita dengan

( termasuk

riwayattoksik

Untuk
pengobatan
dengan infeksi
yang
disebabkan
oleh bakteri

Cefotaxime

125 mg

bawah, infeksi
saluran kemih
dll.

Amikasin

10 mg

Susunan saraf pusat:


Neurotoksisitas;Telinga

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 18

sepsis
neonatal),
infeksi berat
pada saluran
napas, infeksi
pada luka
bakar dll.

serius terhadap

: Ototoksisitas

aminoglikosida

(auditor), Ototoksis

karena adanya

(vestibular);Ginjal :

sensitif silang

nefrotoksisitas;<1%

obat golongan

:;Reaksi alergi, dispnea,

ini

eosinofilia

Hasil Laboratorium
Pada tanggal: 15 Desember 2014
JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

Bilirubin Total

18,0 mg/dl

Direct

0,5

Pada Tanggal: 17 Desember 2014


JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

Bilirubin Total

12,5 mg/dl

Direct

0,8

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 19

3.2 ANALISA DATA


Data ( DS dan DO )
DS: DO:

Etiologi

Masalah

Gangguan konjugasi

Gangguan

Bilirubin

integritas kulit

Kulit pasien tampak kuning


(jaundice).
Sklera tampak ikterik.
Hasil Lab : Bilirubin Total: 18,0
mg/dl.

Pemecah bilirubin berlebih

Suplai bilirubin melebihi


kemampuan hepar
Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin
unkonjugasi dalam darah

Gangguan integritas kulit


DS: -

Foto therapy

Kekurangan
volume cairan

DO:

tubuh

Kemampuan reflek menghisap

Sinar dengan intensitas

pasien tampak belum kuat/

tinggi

sempurna.
Pasien terpasang OGT

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 20

Mukosa bibir pasien tampak kering.


Pasien mendapat therapy Blue Light.

Intake dan output tidak


adekuat

Kekurangan volume cairan


tubuh
DS: -

Foto therapy

Resiko tinggi
injury

DO:
Pasien tampak mendapatkan therapy

Sinar dengan intensitas

Blue Light.

tinggi

Efek therapy

Resiko tinggi injury

3.3 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan. Penngkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapy ditandai dengan pasien
belum mampu menghisap, mukosa bibir kering, terpasang OGT, dan sedang
mendapatkan therapy bluelight.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritan kimia (ekresi bilirubin
berlebihan) ditandai dengan kulit joundice, sklera ikterik, hasil bilirubin total: 18,0
mg/dl.
3. Resiko tinggi injury berhubungan dengan efek radiasi (foto therapy) ditandai dengan
pasien kulitnya tampak kuning, pasien tampak mendapatkan therapy.

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 21

3.4 RENCANA KEPERAWATAN


NO
1.

PERENCANAAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN

Kekurangan volume

Setelah dilakukan

1. Kaji reflek

cairan tubuh

tindakan 3x 24

berhubungan dengan

jam diharapkan

hisap bayi
2. Beri minum

tidak adekuatnya

masalah volume

cairan, peningkatan

cairan dapat

IWL dan efek

teratasi dengan

sekunder foto

kriteria hasil:

therapy ditandai
dengan:
DS: -

1. Reflek
menghisap
pasien lebih
kuat.
2. OGT bisa

DO:
1. Pasien
tampak
belum
mampu
menghisap.
2. Pasien
terpasang
OGT.
3. Mukosa bibir
kering.
4. Tampak
sedang
mendapatkan

INTERVENSI

melalui OGT
3. Catat jumlah
intake dan
output
(frekuensi,
konsistensi
feses).
4. Timbang
BB/hari

RASIONAL
1. Kemampuan
reflek
menghisap dan
menelan yang
lemah dapat
menyebabkan
kebutuhan
nutrisi tidak
terpenuhi.
2. Menjamin
keadekuatan
intake cairan
3. Mengidentifikas

dilepas.
3. Mukosa bibir

i tingkat

lembab.
4. Therapy

pedoman untuk

bluelight

dehidrasi dan
penggantian

dihentikan.
5. Penurunan BB

cairan.
4. Mengetahui

tidak lebih

adanya

10% perhari.

peningkatan
atau penurunan
BB/hari.

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 22

therapy blue
light.
2

Gangguan integritas

Setelah dilakukan

1. Ukur suhu per

kulit berhubungan

tindakan 3x24

dengan iritan kimia

jam diharapkan

3 jam.
2. Kaji warna

(ekresi bilirubun

masalah pasien

radiasi efek

teratasi dengan

bluelight) ditandai

kriteria hasil:

dengan:

1. Kulit tidak

DS: -

jaundice.
2. Sklera normal

DO:

atau tidak

1. Kulit pasien
tampak
jaundice.
2. Sklera
ikterik.
3. Bilirubin
total:18,0

ikterik.
3. Bilirubin
dibawah 12
mg/dl.
4. Kulit tampak
bersih dan

kulit per 8 jam.


3. Massase pada
daerah yang
menonjol.
4. Jaga kebersihan
kulit bayi dan
berikan baby
oil atau
pelembab.
5. Kolaborasi
dalam
pemeriksaan
bilirubin per 24
jam.

1. Hipotermia
membuat bayi
cenderung pada
strees dingin.
2. Warna kulit
kekuningan
sampai jingga
yang semakin
pekat
menandakan
konsentrasi
bilirubin indirek
dalam darah
tinggi.
3. Menghindari
adanya
penekanan pada

lembab.

kulit yang

mg/dl.
4. Kulit tampak

terlalu lama

kering.

sehingga
mencegah
terjadinya
dekubitus atau
irtasi pada kuit
bayi.
4. Mencegah kulit
pucat.
5. Mencegah
pemajanan sinar
yang terlalu

Resiko tinggi injuri

Resiko tinggi

1. Kaji BBL

lama.
1. BBL sangat

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 23

berhubungan dengan

injuri

terhadap adanya

rentan terhadap

efek radiasi

berhubungan

hiperbilirubinne

hiperbilirubinem

dengan efek

mia setiap 2-4

radiasi

jam selama 5

Ds :
Do :

Ds.

1. pasien tampak
sedang
mendapat

Do.
- pasien

therapy blue

tampak

light selama 24

sedang

jam
2. Bilirubin total :
18,0 mg/dl
2. - Bilirubin
direk : 0,5
mg/dl

mendapat

hari pertama
kehidupan
2. Perhatikan dan
dokumentasikan
warna kulit dari
kepala, sclera
dan tubuh
3. Monitor kadar

ia
2. Mengetahui
adanya
hiperbilirubinem
ia secara dini
3. Mengetahui

adanya
peningkatan
kadar bilirubin
dan menentukan

therapy blue

bilirubin dan

tindakan

light selama

kolaborasi bila

selanjutnya.

24 jam

ada peningkatan

- Bilirubin
total : 18,0
mg/dl
- Bilirubin
direk : 0,5
mg/dl

kadar bilirubin

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 24

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN


Nama Mahasiswa

: -------

Nama Pasien : By. Ny. R

Tanggal Pengkajian

: 15 12 14

Usia

Ruang Praktek

: Alamanda

Jenis Kelamin : Perempuan

: 4 hari

Dx. Medis
DP

Waktu
08.00

Implementasi

Evaluasi

1. Mengobservasi ttv
S:N : 130 x/mnt
S : 36,5 0c
O : - reflex hisap lemah
P : 48 x/mnt
2. Mengkaji reflek hisap bayi
- Ogt masih terpasang
- Mukosa bibir kering
(do. Reflek hisap lemah)
- N: 130x/m, S: 36,5C, P:
3. Membantu memberi
48x/m.

minum via OGT : 3cc / 3


jam
4. Mencatan intake & output
cairan
Intake : 3 cc + 265
Output : (BAK : 13 CC
+150 cc + 20 cc)
5. Menimbang bb : 2360 grm

12.00

: Hiperbilirubinemia

A : masalah belum teratasi


P : interfensi dilanjutkan
-

Pantau tt / 3 jam
Kaji rfefleks hisap dan

menelan
Catat intake & output

cairan
Timbang bb/ hari

1. Memberikan therapy blue

S:-

light
2. Mengatur suhu /3 jam :

O: -

36,40c
3. Mengkaji warna kulit
4. Kulit tampak jaundice
5. Melakukan tindakan
masase pada daerah
sendi / menonjol
6. Menggunakan baby oil

Kulit tampak kuning


Sclera ikterik
Kulit tampak kering

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
-

Pantau suhu /3 jam


Kaji warna kulit /8 jam
Lakukan masase bila
perlu

Paraf

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 25

1. Mengkaji BBL terhadap


bilirubinemia
DO : Hasil lab
Bilirubin total : 18,0
mg/dl
Bilirubin direk : 0,5
mg/dl
2. Mencatat warna kulit,

S:
O: -

Pasien tampak
jaundice derajat 3

Sclera kuning/ ikterik


Bilirubin total : 18,0

mg/dl
Bilirubin direk : 0,5
mg/dl

tubuh,dan sklera

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan
-

Lanjutkan therapy

pototherapy
Cek bilirubin setelah 24
jam

1. Mengobservasi TTV
N : 136 x/mnt
S : 36,8 C
P : 48 x/mnt
2. Mengkaji refleks hisap :
DO : pasien tampak
menghisap kuat
3. Memberikan minum
melalui dot
4. Memberi asi melalui OGT
DO : 7cc/3 jam
5. Mencatat intake dan
output
6. Menimbang BB bayi
Do : 2380 gr

1. Mengukur suhu per 4 jam


DO : 36,8 c
2. Mengkaji warna kulit
- Kulit tampak tidak

S: O: -

Refleks hisap kuat

Bayi mampu minum

melalui oral
OGT masih terpasang
Mukosa bibir kering
Balance cairan
Intake : 62 cc
Output+iwl : 30 cc
Total : + 32 cc

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan
-

Observasi TTV
Bantu dalam pemberian

ASI
Catat intake dan output
Timbang BB/hari

S: O: -

Kulit,tubuh sudah

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 26

joundice
3. Mengkaji sklera pasien
- Sklera tampak ikterik
4. Melakukan masase pada
daerah sendi yg menonjol
DO : menggunakan baby oil

tidak kuning
-

Kulit tampak kering

A : Masalah belum teratasi


P : intervensi di lanjutkan
-

Ukur suhu /4 jam


Kaji/pantau warna

kulit,tubuh dan sklera


Berikan masase pada
sendi

16-122014

1. Mengkaji kadar bilirubin


S=- DO = 2. Menilai warna kulit kepala O = - hasil bilirubin lab

08.00

dan tubuh pasien


DS = DO = - kulit sudah tidak

jaundice
- Sklera sedikit ikterik
3. memberikan therapy blue
light

Bil. Total = 18,0 mg/dl


Bil. Direk = 0,5 mg/dl
Warna kulit tidak

kuning
Sklera tidak ikterik

A = Masalah belum teratasi


P = Intervensi dilanjutkan

17-12-

1. Melakukan observasi

2014

TTV
N = 132x/mnt
S = 36,9o C
R = 44x/mnt
2. Mengkaji reflek hisap
3. Mencatat intake dan

15.00

output
Intake = netek ke ibu
Output = 4. Motivasi ibu untuk
lebih sering menyusui

Pantau warna kulit,

kepala dan tubuh pasien


Lanjutkan therapy blue

light
S = - ibu pasien mengatakan
bayi nya sudah mau menyusui
O=-

bayi tampak tenang

Oot di lepas
Terapi obat di

disukusikan
Infus di lepas
Bayi menyusui ke ibu
nya

A = Masalah teratasi

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 27

P = Intervensi dipertahankan
-

Pantau TTV/3 jam


Pantau intake dan
output

Motivasi ibu untuk sering


menyusui.
2

15.20

1. Mengkaji bilirubin pasien


- Bil total = 12,5 mg/dl
- Bil direk = 0,8 mg/dl
2. Mengkaji warna kulit,

S=O=
-

tubuh, kepala, leher, dan

pasien sudah tidak


kuning lagi, tinggal di

sclera
-

punggung saja
Bil total = 12,5 mg/dl

A = masalah teratasi sebagian


P = Intervensi dipertahankan
3

15.30

1. Memberi therapy blue

S: -

light (lanjutan)
2. Mengukur suhu kulit /3jam O: - pasien tampak tenang
DO : 36,9 C
- Pasien sudah
3. Mengkaji warna kulit
DO: kulit tidak jaundice
dipindahkan dari
4. Melakukan tindakan
inkubator
massase pada daerah sendi
- Warna kulit pasien
dan memberikan baby oil
ke seluruh tubuh

tampak kemerahan
Fothotherapy tampak

sedang diberikan
Suhu tubuh 36,9 C

A: massalah teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan
-

Pantau suhu tubuh per 3

jam
Kaji warna kulit per 8

jam
Lakukan tindakan
massase bila perlu

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 28

18-1214

1. Pasien pulang
- Memotivasi untuk selalu
memberi ASI
- Memitovasi orangtua
untuk menjemur bayi
selama 15 menit sehari
setiap pagi

S: keluarga pasien mengatakan


mengerti
O: keluarga tampak mengerti
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pasien Pulang

BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Journal Yang Mendukung
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna
kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Hiperbillirubin
merupakan suatu keadaan dimana kadar billirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi menimbulkan

kern ikterus dan jika tidak ditanggulangi dengan baik akan

menyebabkan keterbelakangan mental. Angka kejadian hiperbillirubin pada bayi baru


lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada pada tahun 2009 mencapai 278 kasus dari
1.139 persalinan. Faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya pada bayi kurang
bulan dan jenis persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
faktor-faktor pada ibu bersalin dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir di
Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi tahun 2009. Penelitian ini mengunakan metode

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 29

deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini


sebanyak 92 ibu yang bersalin di Rumah Sakit Dustira Cimahi dengan teknik
pengambilan sampel random sampling melalui teknik lotere. Pengumpulan data berupa
data sekunder yaitu dari catatan rekam medik Ruang Perinatalogi Rumah Sakit Dustira
Cimahi dan dianalisis secara univariat dan bivariat melalui chisquare test. Hasil
penelitian diperoleh bahwa kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
Dustira Tingkat II Cimahi pada tahun 2009 masih relatif tinggi (34,8%) dengan sebagian
besar usia kehamilan kurang bulan (77,2%), dan jenis persalinan normal (70,7%). Hasil
uji statistik diperoleh p-value 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor usia kehamilan ibu bersalin dan jenis persalinan dengan kejadian
Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun
2009.
Disarankan bagi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara rutin dan teratur
dan asupan gizi yang seimbang, dan pada ibu bersalin disarankan untuk memberikan ASI
Eksklusif sedini mungkin. Selain itu, kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Dustira
agar menganjurkan setiap ibu bersalin untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
sebagai upaya pencegahan Hiperbillirubin pada bayi baru lahir.

4.2 Kesimpulan Journal dan Asuhan Keperawatan


Hiperbilirubinemia adalah dimana keadaan kadar bilirubin dalam darah melebihhi batas
ambang normal, biasanya lebih dari 12 mg/dl. Deteksi dini akan mengurangi faktor
resiko komplikasi lainnya yang bisa terjadi pada bayi penderita hiperbilirubin. Bayi yang
mengidap atau kadar bilirubinnya lebih dari 12 mg/dl harus segera mendapatkan tindakan
fototherapy yang dimana fungsi fototherapy ini untuk memecah bilirubin yang ada dalam
peredaran darah menjadi larut dalam air dan akan terbuang melalui urin dan keringat
bayi.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa membran dan
sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi, 2010).

K E P E R A W A T A N A N A K I I | 30

b. Kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir masih relatif tinggi yaitu sebesar 34,8%
dengan sebagian besar usia kehamilan kurang bulan (37 minggu) yaitu sebesar 77,2%,
dan jenis persalinan normal sebesar 70,7%. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai
diskolorasi kulit, mukosa membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin
dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi, 2010).
c. Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,001) antara

faktor usia kehamilan ibu

bersalin (kurang bulan) dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir.
4.3 Saran
a. Kepada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin dan
teratur dan asupan gizi yang seimbang, dan pada ibu bersalin disarankan untuk
memberikan ASI. Eksklusif sedini mungkin sebagai upaya pencegahan Hiperbillirubin
pada bayi baru lahir.
b. Kepada petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit Dustira disarankan agar
menganjurkan kepada setiap ibu bersalin untuk melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) dan memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bersalin khususnya mengenai
cara menyusui yang benar, pemberian ASI Eksklusif tanpa jadwal, dan mengenai
tanda bahaya pada bayi baru lahir. Selain itu, dalam upaya mencegah dan
mengantisipasi timbulnya ikterus patologis yang akan menyebabkan Hiperbillirubin
maka disarankan agar melakukan berbagai penanganan yang cepat dan akurat sedini
mungkin.Jurnal Kesehatan Kartika 24 .
c. Kepada peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk Kepada peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya
diharapkan agar lebih menggali faktor-faktor lain yang berhubungan dan
mempengaruhi terhadap kejadian. Hiperbillirubin pada bayi baru lahir sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif dan akurat.

You might also like