Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
JUDUL KASUS : HIPERBILIRUBIN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Anatomi Fisiologi
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di sebelah atas
dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Berwarna merah
kecoklatan, lunak dan mengandung amat banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari
lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah 1).Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak 2).
Sintesa kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma (fibrinogen, protrombin
dan globulin) 3). Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat
besi (Ferritin) 4). Detoksikasi menghancurkan hormon hormon steroid dan
berbagai obat-obatan 5). Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah,
pembentukan terjadi hanya pada 6 bulan masa kehidupan awal fetus 6). Sekresi
bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin unconjugated menjadi conjugated
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir
dengan panjang sekitar 7,5 cm dan dapat menampung 50 ml cairan empedu.
Cairan empedu adalah cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan yang
dihasilkan terus menerus dalam jumlah 500 1000 ml/hari, merupakan zat esensial
dalam pencernaan dan penyerapan lemak, suatu media yang dapat mengekskresikan
zat-zat tertentu yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal.
Metabolisme bilirubin terdiri dari empat tahap :
1. Produksi. Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat pemecahan
haemoglobin (menjadi globin dan hem) pada sistem retikulo endoteal (RES).
K E P E RAWATA N A N A K I I | 2
dari norma\l yang ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus (Wong, 2008).
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa membran
dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi,
2010).
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin
dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke
K E P E RAWATA N A N A K I I | 3
2.
rendah.
g. Sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin.
h. Kelainan kongenital (rotor syndrom) dan dubin hiperbilirubinemia.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
pada hipoalbuminemia atau akibat pengaruh obat-obatan tertentu seperti
sulfadiasine.
a. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang secara langsung dapat merusak sel hati dan darah merah
seperti toksoplasmosis dan shipilis.
b. Gangguan ekskresi yang terjadi di ekstar atau intra hepatik
c. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya ileus obstruktif
2.1.4 Patofisiologi
Diagram Metabolisme Bilirubin
ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM
GLOBI
N
Terjadi pada
BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK
Limpha,
Makofag
K E P E RAWATA N A N A K I I | 4
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN
Terjadi dalam
plasma darah
MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN GLUKORONAT/
GULA RESIDU
Hati
BILIRUBIN
DIREK
BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI
KE KANDUNG EMPEDU
BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE
& FECES
Melalui
Duktus
Billiaris
K E P E RAWATA N A N A K I I | 5
PHATWAY
Destruksi
SDM
Protein plasma
Bilirubin
Akumulasi
Globin
Hemoglobin
Heme
Kejaringan
Iron
Empedu
Ekskresi
Bilirubin
Urobilinogen
Menurun
menurun
dalam feses
dalam urine
K E P E RAWATA N A N A K I I | 6
K E P E RAWATA N A N A K I I | 7
K E P E RAWATA N A N A K I I | 8
a. Tranfusi Pengganti
b. Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
c. Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Jenis darah yang ditransfusikan :
1. Menggunakan golongan darah O Rh (-), bila billirubin disebabkan oleh
inkompatibilitas golongan darah Rh.
2. Pada inkompatabilitas golongan darah ABO darah yang dipakai golongan
darah O Rh (+).
3. Golongan darah sama dengan bayi, jika tidak berkaitan dengan proses
aloimunisasi Jika tidak memungkinkan golongan darah O yang kompatibel
dengan serum ibu.
4. Jika tidak ada, golongan darah O dengan titer A atau anti B < 1/256.
Persiapan :
1. Jumlah darah yang dipakai antara 140 180 ml/kg BB.
2. Transfusi sebaknya melalui pembuluh darah umbilikus.
Alat-alat yang dipersiapkan:
1. Kateter tali pusat.
K E P E RAWATA N A N A K I I | 9
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya bekuan darah, larutan NaCl
Heparin (4000 U Heparin dalam 500 ml cairan NaCl) Kran 3 cabang dan
jarum.
Pelaksanaan :
1. Terlebih dahulu mengambil 10 20 ml darah bayi dikirim ke lab untuk
pemeriksaan serologic, biakan, G6PD dan biliruin.
2. Transfusi dilakukan dengan menyuntikkan darah secara perlahan sejumlah
darah yang dikeluarkan.
3. Dilakukan pengeluaran dan penyuntikkan sebanyak 10 20 ml setiap kali
secara bergantian untuk menghindari bekuan darah dan hypoxemia.
4. Setiap 100 ml transfusi dilakukan pembilasan dengan larutan Na.Cl heparin &
pemberian 1 ml kalsium glukomat.
5. Transfusi tukar dapat dilakukan berulang jika bilirubin indirek pasca tranfusi >
20 mg / dl. Perhatikan kemungkinan komplikasi transfusi tukar seperti :
Asidosis.
Bradikardi.
Aritmia.
Henti jantung.
6. Komplikasi pasca transfusi : Hiperkalemia, Hipernatremia, Hipoglikemia.
d. Therapi Obat
1. Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
2. Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
2.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 10
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah
TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
Reflek hisap pada bayi menurun, malas minum, tidur terus, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan.
Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang
kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.
Selain kuning, apakah bayi tampak pucat? Rabalah hepar dan lien/limpa.
Periksa sejauh mana bayi nampak kuning.
Adakah gejala irritable, gelisah, kejang, terutama meliuk-liuk.
b. Riwayat penyakit
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
c. Pemeriksaan penunjang :
1. Hasil Laboratorium :
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
2. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
3. Kurangnya volume cairan tubuh b.d tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi,
diare.
4. Resiko terjadi injury (internal) berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan
kadar bilirubin.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Diagnosa 1
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Tidak ada luka / lesi pada kulit
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 11
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan respirasi dalam batas normal
Tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna kulit
Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi
Monitor intake dan output
Diagnosa 3
Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototherapi, dan diare.
Tujuan
: setelah diakukan tidakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan cairan tubuh adekuat
Kriteria hasil :
Cairan adekuat
Intervensi :
Catat jumlah dan kualitas feses
pantau turgor kulit
pantau intake output
beri air diantara menyusui atau memberi botol.
Diagnosa 4
Resiko terjadi Injuri (Internal) b/d peningkatan serum bilirubin
Tujuan
Kriteria hasil :
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 12
Intervensi :
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
Tujuan
Kriteria Hasil :
Keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya
Intervensi :
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang
benar
Sediakan informasi pada keluarga pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
Data bayi
Tanggal dirawat
: By. Ny. R
Jenis kelamin
: 12 - 12 - 2014
Tgl Lahir/usia
: Perempuan/12 12 - 2014
: Ny. R
: SLTA
: IRT
: 24 tahun
Diagnosa Medis
: Hiperbilirubinemia
Alamat
Riwayat bayi
Apgar score
:5-6
Usia Gastasi
: 37 minggu
Berat badan
: 2860 panjang 46
Komplikasi persalinan
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 14
a.
b.
c.
d.
e.
Aspirasi mekonium
( )
Denyut jantung janin abnormal ( - )
Masalah lain
(-)
Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat : ada
Ketuban pecah dini (), berapa jam: -
Riwayat ibu
Usia
Gravida
Partus
Abortus
24 tahun
Komplikasi kehamilan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tidak ada
Perawatan antenatal
Ruptur plasenta/plasenta previa
Preeklamsia/eklamsi
Suspect Sepsis
Persalinan prematur/post matur
Masalah lain
:
ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Jenis persalinan
a. Perpaginam
b. Section
(- )
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 15
Telinga: Normal
()
Hidung
: Normal
Abdormal
(-)
6. Abdomen
a) Lunak (ya) tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
b) Lingkar perut
: 32 cm
c) Liver
: Kurang 2 cm () lebih 2 cm ( )
7. Toraks
a) Simetris (ya )
Asimetris ( )
b) Retraksi
: Drajat 1 ( ) Drajat 2 ( ) Drajat 3 ( )
c) Klavikula
: normal ( ) Abnormal ( )
8. Paru paru
a) Suara nafas kanan kiri sama ( ya )
tidak terdengar ( )
b) Bunyi nafas disemua lapang paru : terdengar enurun ( ya )
tidak terdengar ( )
c) Suara nafas bersih ( ya )
ronchi ( )
rales ( )
sekresi ( )
d) Respirasi spontan ( ya )
alat bantu : tidak ada
9. Jantung
a) Bunyi normal sinus rytm (NSR) ( ), frekuensi : 136x/menit
b) Murmur ( )
PMI ( )
c) Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
10. Ekstremitas
a) Gerak bebas ( ya )
Drainase ( )
Nadi perifer
Keras
Brakial kanan
Ya
Brakial kiri
Ya
Femoral kanan
Ya
Femoral kiri
Ya
Lemah
11. Umbilikus
a) Normal (ya )
Drainase ( )
b) Jumlah pembuluh darah
c) Ekstremitas atas : Normal ( ya )
Normal ( ) sebutkan
d) Ekstremitas bawah normal ( ya )
Abnormal ( )
12. Genetalia
Perempuan normal (ya)
Laki laki normal ( )
Abnormal
( )
13. Anus : Paten (ya)
imperforate ( )
14. Spinal : Normal (ya)
Abnormal ( )
15. Kulit
a) warna
: pink ( )
pucat ( )
jaundice (ya )
Tidak ada
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 16
b) sianosis pada
: Kuku (ya ) sirkumoral ( ) periobital ( ) seluruh tubuh ( )
c) Kemarahan (rash): ( )
d) Tanda lahir
: tidak ada
16. suhu
a) Lingkungan :
1. Penghangat radian (ya)
2. pengatur suhu
(ya)
3. Inkubator
(ya)
4. suhu ruangan
( )
5. Boks terbuka
( )
b) Suhu kulit : 36,7c
Riwayat Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
:
: tidak ada
:
: Sunda
: Islam
: Sunda
: ASI eksklusif
:
IBU
TINGKAH LAKU
AYAH
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil Nama
Kontak Mata
10. Orang terdekat yang dapat dihubungi : 11. Orang tua berespon terhadap penyakit
: ya ()
tidak ( )
: ya ()
tidak ( )
Respon: Orang tua percaya pada penanganan rumah sakit dan yakin anaknya bisa
sembuh.
13. Riwayat anak lain:
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 17
Riwayat Persalinan
Riwayat Imunisasi
Dosis
Indikasi
Kontraindikasi
Efek Samping
sensitif pada
Hipersensitivitas
Reaksi
penyakit-
terhadap
hipersensitivitas,
penyakit
sefalosporin,
Infeksi saluran
penderita ginjal
nafas bagian
berat.
dll.
Septikemia
Hipersensitivitas,
1% - 10%
bakterial
penderita dengan
( termasuk
riwayattoksik
Untuk
pengobatan
dengan infeksi
yang
disebabkan
oleh bakteri
Cefotaxime
125 mg
bawah, infeksi
saluran kemih
dll.
Amikasin
10 mg
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 18
sepsis
neonatal),
infeksi berat
pada saluran
napas, infeksi
pada luka
bakar dll.
serius terhadap
: Ototoksisitas
aminoglikosida
(auditor), Ototoksis
karena adanya
(vestibular);Ginjal :
sensitif silang
nefrotoksisitas;<1%
obat golongan
ini
eosinofilia
Hasil Laboratorium
Pada tanggal: 15 Desember 2014
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
Bilirubin Total
18,0 mg/dl
Direct
0,5
HASIL
Bilirubin Total
12,5 mg/dl
Direct
0,8
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 19
Etiologi
Masalah
Gangguan konjugasi
Gangguan
Bilirubin
integritas kulit
Peningkatan bilirubin
unkonjugasi dalam darah
Foto therapy
Kekurangan
volume cairan
DO:
tubuh
tinggi
sempurna.
Pasien terpasang OGT
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 20
Foto therapy
Resiko tinggi
injury
DO:
Pasien tampak mendapatkan therapy
Blue Light.
tinggi
Efek therapy
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 21
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
Kekurangan volume
Setelah dilakukan
1. Kaji reflek
cairan tubuh
tindakan 3x 24
berhubungan dengan
jam diharapkan
hisap bayi
2. Beri minum
tidak adekuatnya
masalah volume
cairan, peningkatan
cairan dapat
teratasi dengan
sekunder foto
kriteria hasil:
therapy ditandai
dengan:
DS: -
1. Reflek
menghisap
pasien lebih
kuat.
2. OGT bisa
DO:
1. Pasien
tampak
belum
mampu
menghisap.
2. Pasien
terpasang
OGT.
3. Mukosa bibir
kering.
4. Tampak
sedang
mendapatkan
INTERVENSI
melalui OGT
3. Catat jumlah
intake dan
output
(frekuensi,
konsistensi
feses).
4. Timbang
BB/hari
RASIONAL
1. Kemampuan
reflek
menghisap dan
menelan yang
lemah dapat
menyebabkan
kebutuhan
nutrisi tidak
terpenuhi.
2. Menjamin
keadekuatan
intake cairan
3. Mengidentifikas
dilepas.
3. Mukosa bibir
i tingkat
lembab.
4. Therapy
pedoman untuk
bluelight
dehidrasi dan
penggantian
dihentikan.
5. Penurunan BB
cairan.
4. Mengetahui
tidak lebih
adanya
10% perhari.
peningkatan
atau penurunan
BB/hari.
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 22
therapy blue
light.
2
Gangguan integritas
Setelah dilakukan
kulit berhubungan
tindakan 3x24
jam diharapkan
3 jam.
2. Kaji warna
(ekresi bilirubun
masalah pasien
radiasi efek
teratasi dengan
bluelight) ditandai
kriteria hasil:
dengan:
1. Kulit tidak
DS: -
jaundice.
2. Sklera normal
DO:
atau tidak
1. Kulit pasien
tampak
jaundice.
2. Sklera
ikterik.
3. Bilirubin
total:18,0
ikterik.
3. Bilirubin
dibawah 12
mg/dl.
4. Kulit tampak
bersih dan
1. Hipotermia
membuat bayi
cenderung pada
strees dingin.
2. Warna kulit
kekuningan
sampai jingga
yang semakin
pekat
menandakan
konsentrasi
bilirubin indirek
dalam darah
tinggi.
3. Menghindari
adanya
penekanan pada
lembab.
kulit yang
mg/dl.
4. Kulit tampak
terlalu lama
kering.
sehingga
mencegah
terjadinya
dekubitus atau
irtasi pada kuit
bayi.
4. Mencegah kulit
pucat.
5. Mencegah
pemajanan sinar
yang terlalu
Resiko tinggi
1. Kaji BBL
lama.
1. BBL sangat
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 23
berhubungan dengan
injuri
terhadap adanya
rentan terhadap
efek radiasi
berhubungan
hiperbilirubinne
hiperbilirubinem
dengan efek
radiasi
jam selama 5
Ds :
Do :
Ds.
1. pasien tampak
sedang
mendapat
Do.
- pasien
therapy blue
tampak
light selama 24
sedang
jam
2. Bilirubin total :
18,0 mg/dl
2. - Bilirubin
direk : 0,5
mg/dl
mendapat
hari pertama
kehidupan
2. Perhatikan dan
dokumentasikan
warna kulit dari
kepala, sclera
dan tubuh
3. Monitor kadar
ia
2. Mengetahui
adanya
hiperbilirubinem
ia secara dini
3. Mengetahui
adanya
peningkatan
kadar bilirubin
dan menentukan
therapy blue
bilirubin dan
tindakan
light selama
kolaborasi bila
selanjutnya.
24 jam
ada peningkatan
- Bilirubin
total : 18,0
mg/dl
- Bilirubin
direk : 0,5
mg/dl
kadar bilirubin
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 24
: -------
Tanggal Pengkajian
: 15 12 14
Usia
Ruang Praktek
: Alamanda
: 4 hari
Dx. Medis
DP
Waktu
08.00
Implementasi
Evaluasi
1. Mengobservasi ttv
S:N : 130 x/mnt
S : 36,5 0c
O : - reflex hisap lemah
P : 48 x/mnt
2. Mengkaji reflek hisap bayi
- Ogt masih terpasang
- Mukosa bibir kering
(do. Reflek hisap lemah)
- N: 130x/m, S: 36,5C, P:
3. Membantu memberi
48x/m.
12.00
: Hiperbilirubinemia
Pantau tt / 3 jam
Kaji rfefleks hisap dan
menelan
Catat intake & output
cairan
Timbang bb/ hari
S:-
light
2. Mengatur suhu /3 jam :
O: -
36,40c
3. Mengkaji warna kulit
4. Kulit tampak jaundice
5. Melakukan tindakan
masase pada daerah
sendi / menonjol
6. Menggunakan baby oil
Paraf
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 25
S:
O: -
Pasien tampak
jaundice derajat 3
mg/dl
Bilirubin direk : 0,5
mg/dl
tubuh,dan sklera
Lanjutkan therapy
pototherapy
Cek bilirubin setelah 24
jam
1. Mengobservasi TTV
N : 136 x/mnt
S : 36,8 C
P : 48 x/mnt
2. Mengkaji refleks hisap :
DO : pasien tampak
menghisap kuat
3. Memberikan minum
melalui dot
4. Memberi asi melalui OGT
DO : 7cc/3 jam
5. Mencatat intake dan
output
6. Menimbang BB bayi
Do : 2380 gr
S: O: -
melalui oral
OGT masih terpasang
Mukosa bibir kering
Balance cairan
Intake : 62 cc
Output+iwl : 30 cc
Total : + 32 cc
Observasi TTV
Bantu dalam pemberian
ASI
Catat intake dan output
Timbang BB/hari
S: O: -
Kulit,tubuh sudah
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 26
joundice
3. Mengkaji sklera pasien
- Sklera tampak ikterik
4. Melakukan masase pada
daerah sendi yg menonjol
DO : menggunakan baby oil
tidak kuning
-
16-122014
08.00
jaundice
- Sklera sedikit ikterik
3. memberikan therapy blue
light
kuning
Sklera tidak ikterik
17-12-
1. Melakukan observasi
2014
TTV
N = 132x/mnt
S = 36,9o C
R = 44x/mnt
2. Mengkaji reflek hisap
3. Mencatat intake dan
15.00
output
Intake = netek ke ibu
Output = 4. Motivasi ibu untuk
lebih sering menyusui
light
S = - ibu pasien mengatakan
bayi nya sudah mau menyusui
O=-
Oot di lepas
Terapi obat di
disukusikan
Infus di lepas
Bayi menyusui ke ibu
nya
A = Masalah teratasi
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 27
P = Intervensi dipertahankan
-
15.20
S=O=
-
sclera
-
punggung saja
Bil total = 12,5 mg/dl
15.30
S: -
light (lanjutan)
2. Mengukur suhu kulit /3jam O: - pasien tampak tenang
DO : 36,9 C
- Pasien sudah
3. Mengkaji warna kulit
DO: kulit tidak jaundice
dipindahkan dari
4. Melakukan tindakan
inkubator
massase pada daerah sendi
- Warna kulit pasien
dan memberikan baby oil
ke seluruh tubuh
tampak kemerahan
Fothotherapy tampak
sedang diberikan
Suhu tubuh 36,9 C
jam
Kaji warna kulit per 8
jam
Lakukan tindakan
massase bila perlu
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 28
18-1214
1. Pasien pulang
- Memotivasi untuk selalu
memberi ASI
- Memitovasi orangtua
untuk menjemur bayi
selama 15 menit sehari
setiap pagi
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Journal Yang Mendukung
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna
kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Hiperbillirubin
merupakan suatu keadaan dimana kadar billirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi menimbulkan
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 29
K E P E R A W A T A N A N A K I I | 30
b. Kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir masih relatif tinggi yaitu sebesar 34,8%
dengan sebagian besar usia kehamilan kurang bulan (37 minggu) yaitu sebesar 77,2%,
dan jenis persalinan normal sebesar 70,7%. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai
diskolorasi kulit, mukosa membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin
dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi, 2010).
c. Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,001) antara
bersalin (kurang bulan) dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir.
4.3 Saran
a. Kepada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin dan
teratur dan asupan gizi yang seimbang, dan pada ibu bersalin disarankan untuk
memberikan ASI. Eksklusif sedini mungkin sebagai upaya pencegahan Hiperbillirubin
pada bayi baru lahir.
b. Kepada petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit Dustira disarankan agar
menganjurkan kepada setiap ibu bersalin untuk melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) dan memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bersalin khususnya mengenai
cara menyusui yang benar, pemberian ASI Eksklusif tanpa jadwal, dan mengenai
tanda bahaya pada bayi baru lahir. Selain itu, dalam upaya mencegah dan
mengantisipasi timbulnya ikterus patologis yang akan menyebabkan Hiperbillirubin
maka disarankan agar melakukan berbagai penanganan yang cepat dan akurat sedini
mungkin.Jurnal Kesehatan Kartika 24 .
c. Kepada peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk Kepada peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya
diharapkan agar lebih menggali faktor-faktor lain yang berhubungan dan
mempengaruhi terhadap kejadian. Hiperbillirubin pada bayi baru lahir sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif dan akurat.