You are on page 1of 7

DEFINISI ROKOK

II.1 Definisi Rokok dan Komposisi Rokok


Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.4
Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya dibagi menjadi tiga jenis menurutSitepoe, M
(1997), yaitu:4
Rokok Putih adalah rokok dengan bahan baku atau isi hanya daun tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek adalah rokok dengan bahan baku atau isi berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Klembak adalah rokok dengan bahan baku atau isi berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :
1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
Satu satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku tembakau
dan cengkeh hanyalah Indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan perbandingan
tembakau dan cengkeh adalah 60:40. Sedangkan pembungkusannya, rokok di gulung
dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok
kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol jagung atau disebut rokok klobot,
dan dengan tembakau sendiri atau disebut rokok cerutu. Lapisan pembungkus rokok
kretek dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam,
sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga warna
rokok tetap putih. Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter
digunakan untuk menyaring bahan bahan yang berbahaya yang dalam asap rokok yang
dihisap.

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya
komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen
lainnya terkondensasi. Dengan demikian, komponen asap rokok yang dihisap oleh
perokok terdiri atas bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%).5
Rokok merupakan produk yang berbahaya karena di dalam rokok terkandung kurang
lebih 4.000 zat kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya bersifat
karsinogenik.3 Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain: 3,5
1.

Nikotin, merupakan zat yang dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan
darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya. Setiap batang rokok rata-rata mengandung
nikotin 0,1-1,2 mg nikotin dan jumlah tersebut mampu mencapai otak dalam waktu
15 detik.

2.

Karbon monoksida (CO), gas ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah sehingga karbon monoksida ini dapat
mengurangi suplai oksigen tubuh. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang
dari 1%, sementara dalam darah perokok mencapai 4 15%.

3.

Tar, umumnya digunakan sebagai pelapis jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu,
berupa penumpukan zat kapur, nitrosamine, dan B-naphtylamine, serta cadmium, dan
nikel yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga
mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar
dalam rokok berkisar 24 45 mg.

4.

Arsenik, sejenis unsur kimia berbahaya yang digunakan untuk membunuh serangga.
Arsenik terdiri dari unsur-unsur nitrogen oksida dan ammonium karbonat yang dapat
merusak kerja tubuh.

5.

Ammonia, merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen.
Ammonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh.

6.

Formic Acid, zat yang tidak berwarna, bisa bergerak bebas dan dapat mengakibatkan
lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Bertambahnya zat tersebut
dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

7.

Acrolein, adalah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat tersebut sedikit
banyak mengandung alkohol. Cairan ini sangat menganggu kesehatan.

8.

Hydrogen Cyanide,merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan
sangat efisien untuk menghalangi pernafasan. Cyanideadalah salah satu zat yang
mengandung racun yang sangat berbahaya.
9.

Nitrous Oksida, adalah sejenis gas yang tidak berwarna, yang apabila terhisap, dapat
menyebabkan rasa sakit.

10. Formaldehyde, merupakan zat yang banyak digunakan sebagai pengawet


laboratorium.
11. Phenol, yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik,
seperti kayu dan arang. Phenol terikat pada protein, yang dapat menghalangi aktivitas
enzim.
12. Acetol merupakan hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang
bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
13. Hydrogen sulfide,sejenis gas beracun yang dapat menghalangi oksidasi enzim (zat
besi yang berisi pigmen).
14. Pyridine adalah cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam yang biasanya
digunakan sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15. Methyl Chloride, merupakan compound organic yang dapat beracun.
16. Methanol, meminum dan menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan.
II.2 Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan
Pengaruh rokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang.
Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak
penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya
berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskular, berbagai
jenis kanker, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian klasik
dokter-dokter di Inggris yang dipantauselama 40 tahun tentang kematian per 100.000
orang akibat penyakit jantung iskemikyang berhubungan dengan kebiasaan merokok
adalah 1025 kasus kematian denganjumlah rokok yang dihisap lebih dari 25 batang per
hari. Sedangkan 802 kasuskematian dengan jumlah rokok yang dihisap 1-14 batang per
hari. Bagi orang yang tidak merokok, asap tembakau selalu tidak menyenangkankarena
berbau, mencekik, dan mengiritasi hidung dan mata. Tetapi baru dalam 20 tahun terakhir
penelitian menunjukkan bahwa menghirup asap rokok orang lain juga
sangatmembahayakan.
Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan

tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.Bersumber dari data
Yayasan Jantung Indonesia tahun 2010, sebanyak 20-60% lebih penduduk pria dunia
adalah perokok dan 10-50% untuk wanitanya. Di Indonesia diperkirakan 50-59% pria
adalah perokok, dan pada wanita mencapai 10%. Di kalangan remaja kebiasaan merokok
juga sudah demikian mengkhawatirkan, 3-60% remaja (30% remaja pria dan mencapai
10% remaja wanita) mengkonsumsi rokok.3
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar
mukus bertambah banyak (hiperplasia). Sedangkan, pada saluran napas kecil, terjadi
peradangan sehingga terjadi penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan
fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal inilah yang menjadi dasar
terjadinya penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Berdasarkan penelitian sebelumnya,
dikatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko utama terjadinya PPOK, temasuk
emfisema paru, bronkitis kronik, dan asma.2,6
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan
karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan
bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali
lebih sering.
Banyak penelitian telah membukttikan adanya hubungan merokok dengan penyakit
jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO
melaporkan lebih dari setengah kematian disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah,
dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survey
Depkes RI tahun 1986 dan 1992 mendapatkan bahwa peningkatan kematian akibat
penyakit jantung dari 9,7 % menjadi 16%. Merokok menjadi faktor utama penyebab
penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung
koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.5
Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke)
dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang
dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang
disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah
ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 43 jenis diantaranya bersifat
karsinogenik, dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping,
misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping
dari pada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat
bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.6

II.3 Kebijakan Terkait Rokok


II.3.1 Kebijakan WHO-FCTC
WHO-FCTC adalah suatu konvensi atau treaty, yaitu suatu bentuk hukum internasional
dalam pengendalian masalah tembakau, yang mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum (internationally legally binding instrument) bagi negara-negara yang
meratifikasinya. Naskah FCTC dirancang sejak tahun 1999 dan selesai disusun oleh
WHO pada bulan Februari 2003 setelah melalui enam kali pertemuan negosiasi
internasional dan beberapa kali pertemuan-pertemuan regional. Pemerintah Indonesia
berperan aktif dalam semua pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh
Intergovernmental Negotiating Body (INB) di Geneva (sebanyak enam kali), maupun
dalam pertemuan regional antara negara-negara anggota WHO Kawasan Asia Tenggara
(WHO SEARO) dan ASEAN. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Departemen
Kesehatan, Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
Departemen Keuangan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Naskah FCTC telah
disepakati secara aklamasi dalam sidang WHA (World Health Assembly), yaitu forum
pengambilan keputusan tertinggi WHO pada bulan Mei 2003. FCTC dinyatakan efektif
apabila telah ada minimal 40 (empat puluh) negara yang meratifikasinya. WHO dalam
upayanya mengantisipasi serbuan rokok dan tembakau ke negara-negara berkembang
menyelenggarakan Framework Convention Tobacco Control(FCTC). WHO-FCTC
merupakan perjanjian internasional pertama yang dinegosiasikan di bawah naungan
WHO. WHO-FCTC dikembangkan untuk menanggapi globalisasi epidemi tembakau dan
merupakan perjanjian berbasis bukti yang menegaskan kembali hak semua orang untuk
standar kesehatan tertinggi. Konvensi ini merupakan tonggak untuk promosi kesehatan
masyarakat dan memberikan dimensi hukum baru untuk kerjasama kesehatan
internasional.2,5
WHO-FCTC bertujuan untuk melindungi generasi sekarang dan mendatang dari
kerusakan kesehatan, sosial, lingkungan, dan konsekuensi ekonomi dari konsumsi
tembakau, serta paparan terhadap asap tembakau.14 Pokok-pokok kebijakan FCTC yang
harus dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat antara lain, 1)
Peningkatan cukai; 2) Larangan iklan menyeluruh; 3) Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
yang komprehensif; 4) Peringatan kesehatan berbentuk gambar; 5) Program berhenti
merokok dan; 6) Pendidikan masyarakat.1
WHO-FCTC dimana dalam buku panduannya dijelaskan mengenai strategi pengendalian
bahaya tembakau atau yang lebih dikenal dengan MPOWER yang terdiri dari 6 upaya
pengendalian bahaya tembakau yang meliputi: 1) Monitor prevalensi penggunaan
tembakau dan pencegahannya; 2) Perlindungan terhadap asap tembakau; 3) Optimalisasi
dukungan untuk berhenti merokok; 4) Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau; 5)

Eliminasi iklan, promosi dan sponsor tembakau serta; 6) Raih kenaikan cukai
tembakau.2Di Indonesia sendiri pemerintah telah menyusun berbagai peraturan yang
mengatur perlindungan terhadap masyarakat akibat bahaya merokok, salah satunya
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan.3Indonesia sebagai salah satu inisiator WHO FCTC dan pemimpin ASEAN
justru belum meratifikasi WHO FCTC ini. Hal ini dikarenakan penanggulangan masalah
rokok di Indonesia saat ini masih merupakan dilema yang sulit untuk dipecahkan, di satu
sisi rokok merupakan pemasok devisa terbesar, yaitu sekitar Rp.17 triliun. Namun di sisi
lain bahaya merokok bagi kesehatan sangat besar sekali.5,7
II.3.2 Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia
II.3.2.1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
disusun sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 44 UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan dalam rangka menimbang bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang
bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat, oleh
karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan .Peraturan pemerintah ini
merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2000 tentang pengendalian tembakau. Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2003 mencakup aspek yang berkaitan dengan ukuran dan jenis pesan
peringatan kesehatan, pembatasan waktu bagi iklan rokok di media elektronik, pengujian
kadar tar dan nikotin. Peraturan Pemerintah ini tidak memuat pembatasan kadar
maksimum tar dan nikotin.
Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan penanggulangan bahaya akibat
merokok dan implementasi pelaksanaannya di lapangan. Hal ini dilakukan agar upaya
penanggulangan tersebut lebih efektif,efisien, dan terpadu, maka diperlukan peraturan
perundang-undangan dalam bentuk Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Rokok
Bagi Kesehatan, dalam hal ini Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003. Peraturan
pemerintah ini bertujuan untuk mencegah penyakit akibat penggunaan rokok bagi
individu dan masyarakat dengan melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi
penyakit yang fatal dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat
penggunaan rokok, melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari dorongan
lingkungan dan pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap
rokok, dan meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, kemampuan dan kegiatan masyarakat
terhadap bahaya kesehatan terhadap penggunaan rokok. Penyelenggaraan pengamanan
rokok bagi kesehatan dilaksanakan dengan pengaturan meliputi: 1) kandungan kadar
nikotin dan tar; 2) persyaratan produksi dan penjualan rokok; 3) persyaratan iklan dan

promosi rokok; 4) penetapan kawasan tanpa rokok.10,11


II.3.2.2 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009
Peraturan Daerah Kota Palembang No. 7 Tahun 2009 dibuat sebagai upaya preventif guna
memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat perokok dan bukan perokok,
karena asap rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, baik perokok aktif maupun perokok pasif dan perlu adanya pengaturan
mengenai kawasan tanpa rokok.6 Penetapan kawasan tanpa roko berazaskan
keseimbangan kesehatan manusia dan lingkungan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan
keserasian, keadilan dan transparansi serta akuntabilitas. Kawasan tanpa rokok ini
ditetapkan berdasarkan prinsip bahwa 100% kawasan tersebut merupakan kawasan tanpa
rokok, tidak ada ruang merokok di tempat umum atau tempat kerja tertutup, dan
pemaparan asap rokok pada orang lain melalui kegiatan merokok, atau tindakan
mengizinkan dan atau membiarkan orang merokok di kawasan tanpa rokok adalah
bertentangan dengan hukum.7
Peraturan daerah ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya
paparan asap rokok orang lain, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat
bagi masyarakat, serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak
buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.7
Berdasarkan Perda Kota Palembang No. 7 Tahun 2009 pasal 8, ada tujuh kawasan yang
termasuk dalam kawasan tanpa rokok, yaitu tempat umum, tempat kerja, tempat ibadah,
arena kegiatan anak anak, angkutan umum, tempat pelayanan kesehatan dan termasuk
kawasan proses belajar-mengajar. Institusi kesehatan dalam hal ini Universitas
Sriwijayamerupakan salah satu kawasan belajar-mengajar yang merupakan tempat yang
dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan mengajar atau pendidikan dan pelatihan yang
seharusnya juga termasuk dalam kawasan tanpa rokok.8,9

You might also like