You are on page 1of 23

1.

Osteomyelitis
Adalah proses peradangan/infeksi pada tulang dan persendian
Dibagi dua:
- akut :
a.
b.
c.
d.
-

pembengkakan
terbanyak di metafise krn vasa yang berkelok2
leukositosis, LED meningkat
tanda2 peradangan RCTDF

kronis :
a.
b.
c.
d.

fistel (+), pus (+)


atrofi otot
sequester (+)
involucrum pembentukan jar baru yang berasal
dari dasar periosteum yang terangkat
Osteomilitis akut contoh kasus anak dengan panas 5 hari disertai
nyeri berjalan , rewel , sebagai dokter apa yang kamu lakukan
- anamnesa untuk mencari focus infeksi ( ispa , parotitis ,
paringitis - streptococcus )
- pemeriksaan fisik ( rom menurun , tanda peradangan )
- pemeriksaan penunjang ( darah rutin leukositis, LED ,
CRP ,kultur darah dan pus bila ada
- rawat inap imobilisasi pada kaki yang sakit dan rehidrasi
bila pasien dehidrasi
- Antibiotik broad spectrum menunggu kultur ( advis cefotaksim
4x 250 mg )
- Terapi suportif dan simtomatik
- Evaluasi ( klinis dan laborat perbaikan ? )
- Bila anak makin rewel mungkin antibiotic tidak sesuai
karena makin berkembang mendesak ruang interoseus
sehingga tekanan meningkat nyeri , maka lakukan drilling
pada daerah tempat luka
2. Indikasi amputasi :

Menurut Appley :
Dead
: kematian atau hampir mati karena trauma, kelainan
vaskuler
Dangerous : keadaan bahaya karena infeksi yang mengarah
sepsis, tumor ganas, crush injury
Damn Nuisance : keadaan yang sangat mengganggu, cont
gangguan fungsi berat, infeksi kronis berulang
- Indikasi Lainnya :
Mengancam kelangsungan hidup penderita
Kematian jaringan baik
Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan
atau benda asing saja), sensibilitas anggota gerak hilang sama

sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau osteomielitis


yang disertai dengan kerusakan hebat.
Kelainan kongenital
Type amputasi :
Provisional amputation (amputasi sementara) :
- Bila penyembuhan primer tidak memungkinkan
- Amputasi dilakkan sedistal mungkin
- Reamputasi dilakukan jika kondisi sudah baik
Definitive end-bearing amputation
- ketika beban akan diberikan pada ujung potongan
- jaringan parut tidak di terminal
- Ujung tulang harus keras,tidak berongga
- Harus dipotong melalui atau dekat sendi
Definitive non-end-bearing amputation
- Jenis yang paling umum
- ekstrimitas atas dan sebagian besar ekstrimitas bawah

Prinsip Amputasi :
Amputasi tertutup
Ujung puntung amputasi tertutup rapat
Tourniket
Level Amputasi
Flap kulit
Otot
Saraf
Vasculer
Tulang
Drain

Amputasi terbuka Kulit dibiarkan terbuka


Membutuhkan 2 kali operasi untuk penutupan sekunder digunakan
pada infeksi dan cedera parah dengan kontaminasi luas pada
jaringan lunak
Jenis amputasi terbuka:
1. Amputasi terbuka dengan flap kulit.
2. Amputasi terbuka sirkuler sering memerlukan amputasi ulang

Perawatan pemasangan prostesis definitif


dengan 2 metode balutan kaku dan balutan lembut

Balutan kaku
Membalut luka post operasi dengan gips dalam kamar operasi di
akhir tindakan.
Keuntungan : mencegah edema, mempercepat sembuhnya
luka, maturasi puntung cepat, mengurangi rasa sakit pasca operasi.
Waktu pemasangan Protesis :
Segera setelah operasi
Segera setelah puntung baik, 7 10 hari
Segera setelah puntung sembuh.
Berdasarkan pada Usia, aktivitas penderita, kemampuan bag
Rehabilitasi medik dalam pembuatan Protesis yang baik.
Balutan kaku harus di buka dan diperiksa hari ke 7 10 hari, jika ada
tanda infeksi (+), diperiksa lebih awal.pemakaian balutan kaku ini
diteruskan sampai pemasangan protesis definitif (4 8 minggu
pasca operasi)
Balutan Lunak
Perawatan luka konservatif balutan lembut
Puntung dielevasi dengan mengganjal tempat tidur,
Drain dilepas 48 72 jam pasca op dan jahitan dilepas 10 14 hari
Komplikasi :
Komplikasi dini :
Seperti
kompliksi
operasi
umunya
meliputi
perdarahan
sekunder,infeksi,kerusakan kulit penutup dan terjadinya gangren

Komplikasi lanjut :
Ekzim pada kulit sangat sering dan pembengkakan purulen dapat
terjadi pada lipat paha
Ulserasi pada sirkulasi yang kurang
Jika terlalu banyak otot yan ditinggal pada ujung amputasi
menghasilkan bantalan yang tidak nyaman yang dapat
menyebabkan ketidak cocokan protease
Arteri : Sirkulasi yang tidak baik ekan menyebabkan dingin,biru
yang akan cepat menyebabkan ulkus
Syaraf : Setiap pemotongan saraf selalu membentuk pentolan atau
neuroma dan sering menyebabkan nyeri dan sakit
Sendi : sendi di atas yang diamputasi dapat kaku dan mengakami
deformitas
Tulang : Dapat terbentuk spur pada ujung tulangtapi biasanya tidak
nyeri
Amputasi anak anak

Semua prinsip pd dewasa dipakai di anak


Pada anak-anak diutamakan disartikulasi oleh karena epifisial plate
tdk terganggu
Dapat terjadi terminal over growth ujung tulang terus melebihi
pertumbuhan jaringan lunak sehingga akan menembus kulit dan jar
lunak.
Pemasangan protesis extremitas superior saat anak belajar duduk
( 4-6 bulan ) dan pada extremitas superior saat anak mulai belajar
merangkak atau berdiri (8 12 bln )
Dibagi 2 kategori : kongenital dan didapat
Evaluasi Penyembuhan Amputasi

Tekanan Perfusi Kulit


Penilaian tekanan Oksigen transkutan
test fluorescein
test USG Doppler

Batas amputasi anggota gerak atas

Batas amputasi anggota gerak bawah

Waktu untuk pemasangan prostesis:


Immediate
Prompt - ~7-10 hari ketika puntung sembuh
Early - ~ 3 minggu setelah puntung sembuh
Late setelah puntung matur dan kemungkinan kecil luka operasi
terbuka

3.
Klasifikasi neoplasma primer tulang
1. Osteogenik
1. Osteosarkoma (Osteogenik sarkoma)
2. Surface osteosarkoma (parosteal sarkoma; periosteal
sarkoma)
2. Kondrogenik
1. Benign kondroblastoma
2. Kondromyxoid fibroma
3. kondrosarkoma
3. Fibrogenik
1. Fibrosarkoma tulang
2. Malignant fibrous histiositoma (MFH)
4. Angiogenik
1. Angiosarkoma tulang
5. Myelogenik
1. Multiple myeloma
2. Ewings saarkoma
3. Hodgkin lymphoma tulang
4. Non-hodgkin lymphoma tulang

5. Skeletal retikulosis
6. Leukemia
6. Uncertain origin
1. Giant cell tumor of the bone (GCT)

Osteosarcoma : High-grade malignant spindle cell tumor yang


muncul dalam tulang
Ciri khas produksi osteoid tumor, atau tulang yang belum
matang, secara langsung dari stroma sel kumparan ganas
Biasa timbul pada metafisis tulang panjang pada anak muda
Ciri-ciri Klinik dan Pemeriksaan Fisik
Terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.
Pada pasien > 40 tahun penyakit yang mendahului seperti
penyakit Paget, radiasi pada tulang, exostosis herediter multipel
atau fibrous displasia polikistik.
Lokasi paling umum adalah
tulang di sendi lutut (50%) dan
bagian proximal humerus (25%).
80-90% dari OS terjadi di tulang panjang, tulang axial jarang
terkena
Keluhan yang paling umum nyeri,
Px fisik massa jaringan lunak yang tegas terfiksasi pada tulang
dibawahnya
Radiologis
peningkatan sklerosis intrameduler (disebabkan oleh tumor
tulang atau kalsifikasi dari kartilago),
daerah radiolusens (disebabkan oleh tulang non osifikasi),

pola destruksi resapan dengan batas yang tidak tegas,


kerusakan korteks,
peningkatan periosteal dan
perluasan extraosseus dengan osifikasi jaringan lunak

Tiga kategori OS:


OS sklerotik (32%),
OS osteolitik (22%) dan
campuran (46%)
Diagnosis banding OS osteolitik
tumor sel giant,
kista aneurisma tulang,
fibrosarkoma dan
MFH.
Gambaran mikroskopis
Stroma ganas yang menghasilkan matriks tulang yang atipikal
Sel pleomorfik berisi inti yang hiperkromatik dan irreguler.
Gambaran mitosis yang atipikal
Matriks eosinofil yang tipis, seperti tali sepatu, yang dianggap
sebagai osteoid ganas
Penanganan
Amputasi
Kemoterapi neoadjuvant reseksi penyelamatan tungkai
Chondrosarcoma:

Tumor sel kumparan tulang ganas primer kedua terbanyak


Kelompok heterogen dari tumor yang jaringan neoplastik
dasarnya adalah kartilago tanpa adanya bukti pembentukan
osteoid langsung
5 tipe kondrosarkoma sentral, perifer, mesenkim,
differentiated dan clear cell.
Kondrosarkoma Sentral dan Perifer
Klinis dan Pemeriksaan Fisik

usia >40 tahun


tempat yang paling umum adalah pelvis, femur dan gelang
bahu
Klinis bergantung pada lokasi
Radiologis
Kondrosarkoma sentral memiliki dua pola radiologis
yang berbeda.
Satu berupa lesi litik kecil berbatas tegas dengan
daerah transisi yang sempit dan sklerosis
disekitarnya dengan kalsifikasi yang suram
Tipe kedua tidak memiliki batas sklerotik dan
sulit dilokalisir.
Sebaliknya kondrosarkoma perifer massa besar
dengan ciri-ciri kalsifikasi menonjol dari tulang

Mikroskopis
Kondrosarkoma dibagi 3 grade yaitu grade I, II dan III
grade I peningkatan jumlah kondrosit dalam suatu
matriks yang kondroid hingga mxyoid fokal.
grade II daerah dengan selularitas yang meningkat
dengan variasi jumlah sel yang jelas, inti atipik yang
bermakna dan bentuk pleomorfik
grade III menunjukkan selularitas yang lebih hebat,
sering dengan daerah sel kumparan, dan aktifitas
mitosis yang menonjol

Pengelolaan pembedahan
Giant cell Tumor ;

Tumor residif lokal yang agresif dengan potensi metastasis


yang rendah
Ciri-Ciri Klinik dan Pemeriksaan Fisik
perempuan > laki-laki.
Delapan puluh persen dari GCT di tulang panjang terjadi
setelah pematangan tulang;
75% diantaranya terjadi di sendi lutut.
Efusi sendi atau fraktur patologis sering terjadi.
lokasi lain vertebra (2-5%) dan sacrum (10%).
Radiologis
lesi litik eksentrik tanpa produksi matriks yang terjadi
pada akhir tulang panjang
batas yang tidak tegas dengan area transisi yang luas.
GCT meruapkan juxtaepifise dengan komponen
metafise

Mikroskopis
Stromanya sel poligonal yang menjadi kumparan
berisi inti bulat di tengah.
Tersebar merata di seluruh stroma adalah jinak, sel
giant multinuklear.
Fokus kecil dari matriks osteoid, yang dihasilkan oleh
sel stroma jinak dapat diamati, namun matriks
khondroid tidak pernah terbentuk.
Pengobatan
Pembedahan
Cryosurgery
MFH :

Tumor tulang grade tinggi yang secara histologis sama


dengan jaringan lunak menyamainya.
Produksi osteoid (-)
Merupakan penyakit pada masa dewasa.
Tempat paling umum adalah ujung metafisis dari tulang
panjang, terutama disekitar lutut.
Radiologis
lesi osteolitik yang berhubungan dengan kerusakan
korteks yang nyata,
reaksi korteks atau periosteal minimal dan tidak ada
bukti terbentuknya matriks
Pengobatan
Kemoterapi adjuvant
Pembedahan

FIBROSARCOMA
Jarang terjadi
kumpulan serabut kolagen yang saling terjalin (pola tulang
ikan) tanpa adanya bukti tumor tulang atau pembentukan
osteoid.
Fibrosarkoma biasanya terjadi pada usia pertengahan.
Tulang panjang adalah yang paling sering terkena

Radiologis
lesi radiolusens yang menunjukkan reaksi periosteal
dan kortikal minimal.
Gambaran radiografisnya berhubungan dekat dengan
grade histologis dari tumor
Tumor grade rendah berbatas tegas, sedangkan lesi
grade tinggi menunjukkan batas yang tidak tegas

EWING SARCOMA

Sarkoma tulang kedua terbanyak pada anak-anak.


Lesinya ditandai dengan sel kecil, bulat yang terdiferensiasi
dengan jelek serta homogenositas yang nyata. Asal sel
aslinya tidak diketahui

Ciri-Ciri Klinik dan Pemeriksaan Fisik


cenderung terjadi pada anak-anak kecil,.
Secara khusus tulang pipih dan aksial (50-60%) yang
terkena.
Ketika tulang panjang terlibat, paling sering adalah
daerah proksimal atau diafisis.
tanda sistemik seperti demam, mual, kehilangan berat
badan, leukositosis dan anemia

Radiologis
lesi radiolusens yang sangat destruktif tanpa adanya
bukti pembentukan tulang
Pola yang khas terdiri dari kerusakan menembus atau
moth-eaten yang berhubungan dengan peningkatan
periosteal
Secara khusus terdapat peningkatan periosteal
berlapis atau keadaan seperti terbakar matahari
Mikroskopis
Sarang besar dan lapisan sel bulat yang relatif serupa
bersifat khusus.
Lapisannya sering diisi dengan trabecula kolagen yang
saling menyilang.
Sel-selnya berisi inti bulat dengan amplop inti yang
berbeda.
Nukleoli tidak umum dan aktifitas mitosisnya minimal.
Kadang-kadang terdapat bentuk seperti rossete,
Di daerah disekitar tumor nekrotik
Pengobatan
Kemoterapi
Radiasi
Pembedahan

Multipel Myeloma :
Pemeriksaan Klinik dan Fisik
terjadi pada dewasa tua, dan
sering datang dengan gejala dan tanda yang
berhubungan dengan supresi sum-sum tulang,
hiperkalsemia, dan gagal ginjal.
Nyeri tulang dan fraktur spontan vertebra (+)
Tanda khas radiografi dari penyakit ini adalah lesi osteolitik
multipel (punched out) yang melibatkan baik tulang axial
maupun ekstremitas.
Tumor Jinak Tulang :

Osteokhondroma Tunggal dan Multipel (Exostosis)


merupakan tumor jinak tulang yang paling banyak.
bentuk khas terfiksasi atau bertangkai
Enchondroma
Enchondroma jarang menimbulkan nyeri kecuali ada fraktur
patologis
nyeri merupakan tanda agresifitas lokal atau mungkin
keganasan
Terapi kuretase

Khondroblastoma, Osteoblastoma dan Osteoid Osteoma


produksi khondroid dan osteoid jinak yang belum matang
terjadi pada epifisis dari tulang anak-anak yang belum matang
merupakan lesi jinak yang agresif dengan angka kekambuhan
yang tinggi setelah kuretase sederhana

Osteoid Osteoma
Ciri-Ciri Klinik dan Pemeriksaan Fisik
Nyeri terlokalisir
Tempat anatomi yang paling sering terkena adalah femur dan
tibia, meskipun tulang lainnya seperti tulang kepala, vertebra
dan tulang-tulang kecil tangan dan kaki dapat terkena
Radiologis
Tumor dapat ditemukan pada bagian tulang manapun.
Posisinya yang relatif ke korteks, periosteum dan spongiosa.
Tempat paling sering adalah intrakortikal
nidus (lesi) yang radiolusens tetapi sering tertutup oleh reaksi
tulang putih dan padat yang terangsang sebagai respon
terhadap tumor
Kista Aneurisma Tulang
tumor jinak pada anak-anak, yang terjadi khas sebelum
maturitas tulang
tidak pernah menjadi ganas.
sering melibatkan daerah metafisis dari tulang panjang atau
vertebra
Secara radiografi, ABC bersifat eksentrik, litik dan meluas,
yang ditandai dengan destruksi korteks dan peningkatan
periosteal

4. STABILITAS VERTEBRA

Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus


dipertimbangkanyaitu kompleks posterior (kolumna
posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna
anterior) (Denis, 1983).
Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan


duapertiga bagian anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus
vertebralis
2. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior
dari corpusvertebralis, diskus dan annulus vertebralis
3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi
permukaan, arkustulang posterior, ligamen interspinosa dan
supraspinosa
Metode ini dipakai untuk menilai fraktur daerah torakolumbal dan daerah cervical. Kolom
Tengah (Middle Column) adalah kunci dari stabilitas.

KLASIFIKASI MAGERL
Klasifikasi ini dipakai untuk menilai fraktur daerah torakolumbal.

5. Spinal cord syndroma


Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak
langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian.1
Klasifikasi
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan
ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini penting untuk
meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. Teknik yang paling sering digunakan
adalah pemeriksaan sacral sparing (2,3). Data di Amerika Serikat menunjukkan urutan
frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula spinalis traumatika sbb : (1) tetraplegi

inkomplet (29,5%), (2) paraplegi komplet (27,3%), (3) paraplegi inkomplet (21,3%), dan (4)
tetraplegi komplet (18,5%) (4)Telah pustaka ini secara kualitatif membahas berbagai aspek
klinik dan epidemiologi mielopati servikal akibat trauma.

Tabulasi perbandingan klinik lesi komplet dan inkomplet


Karakteristik

Lesi Komplet

Lesi Inkomplet

Motorik

Hilang di bawah lesi

Sering (+)

Protopatik (nyeri, suhu)

Hilang di bawah lesi

Sering (+)

Propioseptik (joint position,

Hilang di bawah lesi

Sering (+)

Vibrasi)
Sacral sparing

negatif positif

Ro. vertebra

Sering fraktur,

Sering normal

luksasi, atau listesis


MRI (Ramon, 1997, data 55 Hemoragi (54%),
pasien cedera medula spinalis; Kompresi (25%),
28 komplet, 27 inkomplet)

Kontusi (11%)

Edema (62%),
Kontusi (26%),
normal (15%)

Terdapat 5 sindrom utama cedera medula spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord
Injury Association yaitu :

(1) Central Cord Syndrome,


(2) Anterior Cord Syndrome,
(3) Brown Sequard Syndrome,
(4) Cauda Equina Syndrome, dan
(5) Conus Medullaris Syndrome.
Lee menambahkan lagi sebuah s
Lee menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu Posterior
Cord Syndrome.

Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi. Sering terjadi
pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi lesi yang paling
sering adalah medula spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra C4-C6. Sebagian
kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinya cedera adalah
akibat penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteofit
atau material diskus dari anterior
Bagian medula spinalis yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling
banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita
gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan
dapat meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cidera.
Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome menunjukkan hipoisointens pada T1 dan
hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya edema. Gambaran khas Central Cord
Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen pada ekstremitas atas dibanding ektremitas
bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara pada
ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas neurologik
permanen.
Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5
dengan kerusakan paling hebat di medula spinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik
dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.
Etiologi
Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai
daerah servikal dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompressi, atau
rotasi tulang belakang.didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur
toraks.
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan
kerusakan pada sumsum tulanmg belakang dapat beruypa memar, contusio, kerusakan
melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan.

Kelainan sekunder pada sumsum belakang dapat doisebabkan hipoksemia dana


iskemia.iskamia disebabkan hipotensi, edema, atau kompressi.

Nama Sindroma
Central cord syndrome

Pola dari lesi saraf


Kerusakan
Cedera pada posisi Menyebar ke daerah sacral.
sentral dan sebagian Kelemahan
pada daerah lateral.

otot

ekstremitas

atas

dan

Dapat sering terjadi ekstremitas bawah jarang


pada daerah servikal

terjadi

pada

Brown- Sequard

bawah
Anterior dan posterior Kehilangan

Syndrome

hemisection

ekstremitas
ipsilateral

dari proprioseptiv

dan

medulla spinalis atau kehilangan fungsi motorik.


cedera

akan

menghasilkan medulla
Anterior cord syndrome

spinalis unilateral
Kerusakan
pada Kehilangan
anterior dari daerah motorik

funsgsi
dan

sensorik

putih dan abu- abu secara komplit.


Posterior cord syndrome

medulla spinalis
Kerusakan
pada Kerusakan

proprioseptiv

anterior dari daerah diskriminasi dan getaran.


putih dan abu- abu Funsgis
Cauda equine syndrome

motor

medulla spinalis
terganggu
Kerusakan pada saraf Kerusakan
lumbal

atau

sensori

sacral lumpuh

flaccid

samapi ujung medulla ekstremitas


spinalis

kontrol

juga
dan
pada

bawah

dan

berkemih

dan

defekasi.
Sedangkan secara lebih spesifik lagi, Holdsworth membuat klasifikasi Spinal Cord
Injury (SCI) sebagai berikut :
1. Cedera Fleksi
Cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior, dan
selanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus vertebra dan

mengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera semacam ini dikategorikan


sebagai cedera yang stabil.
2. Cedera Fleksi-Rotasi
Beban fleksi-rotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior dan kadang
juga terdapat pada prosesus artikularis, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya dislokasi
fraktur rotasional yang dihubungkan dengan slice fracture korpus vertebra. Cedera ini
merupakan cedera yang paling tidak stabil.
3. Cedera Ekstensi
Cedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior dan
menimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama kolum vertebra
dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil. Cedera kompresi vertical
mengakibatkan pembebanan pada korpus vertebra dan dapat menimbulkan burst fracture.
Cedera robek langsung (direct shearing) biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan
oleh pukulan langsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser, fraktur
prosesus artikularis serta ruptur ligamen.
Berdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan Whitesides mengkategorikan
cedera spinal menjadi cedera stabil dan cedera non-stabil. Cedera stabil mencakup cedera
kompresi korpus vertebra baik anterior atau lateral dan burst fracture derajat ringan.
Sedangkan cedera yang tidak stabil mencakup cedera fleksi-dislokasi, fleksi-rotasi, dislokasifraktur (slice injury), dan burst fracture hebat.
4. Cedera Stabil Fleksi
Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umum
ditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera ini menimbulkan
rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumah sakit selama beberapa hari
istirahat total di tempat tidur dan observasi terhadap paralitik ileus sekunder terhadap
keterlibatan ganglia simpatik. Jika baji lebih besar daripada 50 persen, brace atau gips dalam
ekstensi dianjurkan. Jika tidak, analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan.
Ketidaknyamanan yang berkepanjangan tidak lazim ditemukan.
5. Fleksi ke Lateral dan Ekstensi
Cedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dan defisit
neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien dapat diberikan berupa analgetik dan
korset.
6. Kompresi Vertikal

Tenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial yang terdiri dari 2 jenis : (1) protrusi
diskuske dalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi pada
pasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra kedalam tulang berpori
yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisit neurologik tidak terjadi. Terapi
yang dapat diberikan berupa analgetik, istirahat ditempat tidur selama beberapa hari, dan
korset

untuk

beberapa

minggu.

Meskipun fraktura ledakan agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadikarena


masuknya fragmen ke dalam kanalis spinalis. CT-Scan memberikan informasi radiologik
yang lebih pada cedera. Jika tidak ada keterlibatan neurologik, pasien ditangani dengan
istirahat di tempat tidur sampai gejala-gejala akut menghilang. Direkomendasikan juga untuk
menggunakan brace atau jaket gips untuk menyokong vertebra yang dapat digunakan selama
3 atau 4 bulan. Jika ada keterlibatan neurologik, fragmen harus dipindahkan dari
kanalisneuralis. Pendekatan bisa dari anterior, lateral atau posterior. Stabilisasi dengan batang
kawat, plat atau graft tulang penting untuk mencegah ketidakstabilan setelah dekompresi.
7. Cedera Tidak Stabil Rotasi-Fleksi
Kombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi dengan
vertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil, pasien harus ditangani
dengan hati-hati untuk melindungi medula spinalis dan radiks. Fraktura dislokasi ini paling
sering terjadi pada daerah transisional T10 sampai L1 dan berhubungan dengan insiden yang
tinggi dari gangguan neurologik. Setelah radiografik yang akurat didapatkan (terutama CTScan), dekompresi dengan memindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal
menggunakan berbagai alat metalik diindikasikan.
8. Fraktura Potong
Vertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat trauma parah.
Pedikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Jika cedera terjadi pada daerah toraks,
mengakibatkan paraplegia lengkap. Meskipun fraktura ini sangat tidak stabil pada daerah
lumbal, jarang terjadi gangguan neurologi karena ruang bebas yang luas pada kanalis neuralis
lumbalis. Fraktura iniditangani seperti pada cedera fleksi-rotasi.
9. Cedera Fleksi-Rotasi
Change fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabuk pengaman.
Terjadi pemisahan horizontal, dan fraktura biasanya tidak stabil. Stabilisasi bedah
direkomendasikan.
6. Line/ garis imaginer pada pelvis photo :

Pada AP standar , garis iliopectineal ( juga disebut garis iliopubic ) meluas dari perbatasan
medial sayap iliac , di sepanjang perbatasan superior ramus pubis superior 2-4 berakhir pada
simfisis pubis . Baris ini dipandang sebagai margin bagian dalam cincin panggul dan
mendefinisikan kolom anterior panggul . Seperti disebutkan di atas , kolom anterior baik
ditunjukkan oleh 45- derajat anterior radiografi miring .
Fraktur memperpanjang melalui kolom anterior mengganggu kontur baris ini . Selain itu ,
jalur ini dapat menebal pada pasien dengan penyakit Paget atau pada pasien dengan familial
hiperfosfatasia idiopatik .Garis ilioischial juga mulai di perbatasan medial iliac sayap dan
meluas di sepanjang perbatasan medial iskium tersebut 2-4 untuk berakhir pada tuberositas
iskia .
Fraktur memperluas melalui kolom posterior panggul mengganggu kontur garis
ilioischial.
Garis Kline adalah garis yang ditarik sepanjang sumbu panjang aspek
superior dari leher femoralis , yang biasanya akan berpotongan epiphysis.
The Shenton garis adalah garis lengkung halus yang menghubungkan aspek
medial leher femoralis dengan permukaan bawah ramus pubis superior . Sebuah
garis horizontal yang menghubungkan kartilago triradiate ( Hilgenreiner
line) dan tegak lurus terhadap garis ini melalui tepi lateral dari
acetabulum ( Perkins line) mendefinisikan empat kuadran di mana , di
pinggul normal, kepala femoral harus di kuadran dalam lebih rendah .

You might also like