Professional Documents
Culture Documents
Tipe II : dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian posterior
acetabulum.
Tipe III : dislokasi dengan fraktur tepi acetabulum yang kominutif.
Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar acetabulum.
Tipe V : dislokasi dengan fraktur caput femur.
Dislokasi anterior
Lebih jarang dibandingkan dislokasi posterior, kurang lebih 10-15% dari
seluruh dislokasi panggul1,2,3,4,5.
Mekanisme
Pada bagian anterior panggul terdapat ligamentum iliofemoral yang sangat
kuat. Ligamentum ini berperan untuk menahan caput femoris agar tidak
terdislokasi ke arah anterior. Jika terjadi dislokasi anterior biasanya caput femur
akan melewati ligamentum ini melalui sisi medialnya. Pada dislokasi panggul
anterior jarang disertai fraktur acetabulum.
Dislokasi anterior menyebabkan panggul ekstensi, abduksi dan rotasi
eksternal. Hal ini jelas terlihat pada saat pasien berbaring.
Pada dislokasi anterior ekstremitas tidak tampak memendek karena adanya
perlekatan otot yang menjaga caput tidak berpindah ke arah atas1,4.
tungkai dalam keadaan fleksi, rotasi eksterna dan abduksi. Pemeriksaan radilogis
tampak caput femur terletak pada foramen obturator, posisi femur sangat abduksi
dan eksorotasi.
Untuk tipe pubik dan iliaka, tungkai dalam keadaan rotasi eksterna (90),
abduksi ringan (15-20) dan ekstensi dan sering dapat diraba caput femoris
berada pada daerah SIA pada dislokasi tipe iliaka dan berada dekat pubikum pada
dislokasi tipe pubik.
Pada pemeriksaan radiologis tampak caput femoris terletak pada tulang
pubis, inferolateral terhadap acetabulum. Femur ekstensi, eksorotasi dan sedikit
abduksi.
Gambaran radiologis dalam posisi obliq memperlihatkan caput femur
berada di bawah acetabulum pada regio foramen obturator. Fraktur dislokasi pada
dislokasi anterior jarang terjadi. Fraktur biasanya malah terjadi pada caput femur
dibandingkan acetabulum. Pada dislokasi panggul sentral, paha mengalami memar
dan posisi kaki berada pada posisi normal. Regio trochanter dan panggul terasa
sakit. Pergerakan ringan dari panggul masih dapat dilakukan1,2,3,4,5.
Pemeriksaan radiologis meliputi foto pelvis, proyeksi diambil secara obliq
dan anterio-posterior, karena pada dislokasi interpretasi hanya dengan satu
proyeksi tidak dapat dilakukan Shentons line harus diperhatikan. Tambahan foto
radiologis untuk ekstremitas pada sisi yang sama seringkali bermanfaat untuk
mencari lokasi fraktur yang lain.
Sumber pustaka lain menyebutkan selain foto di atas, pengambilan foto
posterior pelvis dan lateral dari panggul juga amat perlu.
Jika pada pemeriksaan radiologis pelvis antero-posterior ditemui
kecurigaan adanya fraktur acetabulum maka harus dilakukan pemeriksaan foto
pelvis proyeksi miring obturator dan miring iliaka untuk mengidentifikasi secara
lebih jelas fraktur acetabulum.
Dikatakan bahwa fraktur acetabulum dengan fragmen < 20-25% dari
dinding acetabulum tidak akan mempengaruhi stabilitas panggul, sedangkan
fragmen > 40-50% akan menyebabkan instabilitas sehingga dapat terjadi dislokasi
yang berulang.
2. Fiksasi
Jika kondisi telah stabil pasca reposisi, traksi atau gips digunakan untuk
immobilisasi. Latihan aktif dan pasif diawali pada minggu kedua, weight bearing
secara bertahap sekitar 3-4 minggu3.
Pada kondisi yang disertai fraktur acetabulum pasien setelah reposisi
dilakukan imobilisasi dengan gips spika dalam posisi netral agar lebih stabil hasil
reposisinya (ekstensi, abduksi dan rotasi eksternal) selama 8 minggu3.
Pada dislokasi panggul sentral, dilakukan traksi sentral dengan beban 7 kg,
dipertahankan selama 4 minggu. Pada tipe II dislokasi posterior, setelah reposisi
fragmen yang besar difiksasi dengan screw. Pada tipe III biasanya dilakukan
reduksi tertutup dan apabila ada fragmen yang terjebak dalam acetabulum
dikeluarkan melalui tindakan operasi. Tipe IV dan V juga dilakukan reduksi
secara tertutup dan apabila bagian fragmen yang lepas tidak tereposisi maka harus
dilakukan reposisi dengan operasi. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa yang
terpenting adalah tirah baring dengan atau tanpa traksi sampai pasien merasa
enak, baru setelah itu early weight bearing, hal tersebut tidak terbukti
meningkatkan kejadian komplikasi4.
3. Mobilisasi
Setelah pemasangan traksi, gips atau traksi dilepas. Kemudian pasien
difoto lagi, jika fraktur yang menyertai dislokasi sudah tidak ada dan tanda-tanda
nyeri (miositis osifilikans) tidak ada, pasien diperbolehkan weight bearing3.
Pada dislokasi panggul sentral, setelah traksi dilepas, pasien non weight
bearing, weight bearing baru boleh dilakukan setelah 8 minggu3.
Pada dislokasi panggul yang disertai fraktur, dimana caput femur
menembus acetabulum, setelah dilakukan traksi selama 6 minggu, pada minggu 8
pasien dapat berjalan dengan menggunakan kruk4.