Professional Documents
Culture Documents
HUKUM :
KELUARNYA BAYI DARI RAHIM
IBUNYA SEBELUM SAATNYA
DILAHIRKAN (0 - 9 BULAN)
MEDIS :
JANIN YANG BELUM LAIK HIDUP
DI LUAR RAHIM IBU
(< 20 MINGGU ATAU
< 1000 GRAM)
PEMBAGIAN ABORTUS :
1. SPONTAN : (10 - 15 %)
KEHAMILAN NORMAL
2. PROVOCATUS (DISENGAJA):
ABORTUS PROVOCATUS
:
MEDISINALIS (ATAS INDIKASI
MEDIS IBU DAN ATAU JANIN)
JANIN
Pasal 76
a. < kehamilan 6 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan ps 77
Aborsi tdk aman + bermutu + bertanggung
jawab : dengan paksaan dan tanpa
persetujuan perempuan yang bersangkutan,
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
tidak profesional, tanpa mengikuti standar
profesi dan pelayanan yang berlaku,
diskriminatif, atau lebih mengutamakan
imbalan materi dari pada indikasi medis.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
ALASAN ABORSI
Darurat/gawat (penyelamatan nyawa)
Sejarah
Kejiwaan
Sosial
Eksistensial
TAZAHUM :
MENDAHULUKAN
hukum menyempitkan > memberikan
keluasan.
yg tdk ada penggantinya > ada
penggantinya.
sesuatu yg sdh ditentukan > sesuatu yg
berikan pilihan.
yg lebih penting/pokok/ushul > yg
penting/cabang/furu.
yg lebih berbahaya > yg berbahaya.
A.F. Mohsen Ibrahim. 1997
Jenis sanksi :
Etis
Hukum
Administratif
Sosial
Sanksi Etis :
oleh MKEK IDI
teguran lisan
penasehatan
pengucilan dari kelompok
teguran tertulis/peringatan
penyekolahan kembali
(reschooling)
usulan pencabutan ijin praktek
(Permenkes 916/97)
Sanksi Hukum :
oleh Pengadilan
Negeri/Tinggi/MA
Sanksi Administratif :
oleh MDTK/Depkes MKDKI
penundaan perpanjangan ijin
praktek
pencabutan ijin praktek (oleh
Depkes)
pemindahan tempat kerja
Sanksi Sosial
oleh masyarakat
pemberitaan pers
pemboikotan
penyebarluasan aib
pemerasan (oleh oknum)
kerja bakti/sosial : sabbatical life
dll
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
PEMBUKTIAN (KUMULATIF)
Pengakuan penggugur langsung/tidak.
Pengakuan perempuan pelaku/korban.
Janin/orok yg msh hidup dlm kandungannya
Sebab kematian janin bukan akibat
penyakit/abortus spontan
Janin = anak kandung perempuan
penggugur.
Janin dikeluarkan/dihentikan kehamilannya
oleh pelaku secara paksa (sengaja)
Saksi mata yg memperkuat.
KESULITAN BUKTI
(Forensik)
Pencampuran > 1 janin dlm 1
tempat yg sama
DD/ Blighted ovum
Sulit memilah (DD/) abortus
spontan dgn abortus imminens
disengaja
ETIKA DEONTOLOGIS
SEMUA ABORSI ADALAH MELANGGAR
SUMPAH DOKTER
saya akan menghormati setiap hak
hidup insani mulai dari saat
pembuahan
SEMUA ABORSI ADALAH MELANGGAR
KODE ETIK KEDOKTERAN
(PS. 10 KODEKI-IDI)
setiap dokter senantiasa mengingat
kewajibannya menghormati kehidupan
manusia sejak saat pembuahan
= Hk positif RI
Etika
deontologis
Prolife
Prochoice
Etika
Teleologis Kenyataan Sos
Pro Life
Dilema
Etik
Pro
Choice
Hak Janin
Hak Ibu
Sejarah/
nekrofilia/
agresi
Ekses
Medikalisasi
Profesional
ABORSI
Dikte Kekuasaan
Pok Pro Choice
Govt
Will (-)
Kelemahan
Suara Hati
Dewan
Sensor
Tokoh
Ulama
Budayawan/
Ethicist
Wakil
Pemerintah
Dewan
Sensor
Fuqaha
Sosiolog/
Feminist
Dokter Non SpOG
Pelaksana
Psikolog/
Psikiater
Ahli Lainnya
Pasien
/Klien
Dewan
Sensor
OK
Dr =
Pelaksana
No !
Panti
Asuhan
Analisis Sosioyuridis
Legalisasi Aborsi
Perhatikan disinsentif &
insentif sosial dan yuridis
Kompromikan antara pro
choice & pro life (seimbang)
Disinsentif yuridis
Semua penggugur & promotor
kena sanksi (KUHP) : korban =
pelaku (peremp)
Sulit/tak mungkin ada pelaporan
delik : hidden/semi-organized
crime
Tak ada sanksi bagi laki-laki
penyebab hamil nirkehendaki
Sulitnya pembuktian (kumulatif)
Disinsentif sosial
Pilihan terlogis perempuan
korban (sekaligus pelaku)
Struktur budaya masyarakat :
aib/malu keluarga
Pengaruh NKKBS / gagal KB
Abuse OKNUM medis
Insentif sosial
Penghasilan amat besar & MUDAH
bagi pelaku non ibu
Berlindung dibalik otonomi
keluhuran profesi = WCC
Menunjang program KB
Sikap permisif-modern thd free sex
Kehendak politik pem (-)
Kebijakan kriminal hulu - hilir (-)
Insentif yuridis
PERLUASAN INDIKASI MEDIK
MENJADI INDIKASI SOSIAL
KETIDAKJELASAN HUKUM =
KESEPAKATAN PROFESI A/D
KESULITAN PEMBUKTIAN
HUKUM
Professional-Occupational Crime
DR, berlindung kemuliaan/jabatan profesi
Hidden Crime
Ilegal-kolektif, need banyak, mahal
Semi-Organized Crime
Calo, pemilik/pemodal, keamanan, perijinan
Spektrum Kejahatan Aborsi
Penanggulangan Aborsi
(legal)
PP TMT segera dibentuk
Sementara blm : Hak diskresi
Menkes/Kadinkes setempat menjabarkan
TMT dgn catatan :
Dilema etis : Dewan Sensor Aborsi
(cegah medikalisasi berlebihan/White C.
Crime profesional medis)
Etika Sosial : Tarif murah/gratis.
Dokter pelaksana terpisah & diberi
kebebasan memilih/menolak setiap saat.