Professional Documents
Culture Documents
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Disusun Oleh:
Nina Zabrina Dwisaputri
FK-UII/01.711.144
Dokter Pembimbing:
Dr. Betty Ekawati, Sp. KK
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Telah dipresentasikan dan disetujui oleh pembimbing
Pada tanggal :
Juli 2007
Disusun Oleh:
Nina Zabrina Dwisaputri
FK-UII/01.711.144
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul... i
Halaman Pengesahan. ii
Kata Pengantar.. iii
Daftar Isi.iv
Bab I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang. 1
I.2. Tujuan... 2
Bab II. Tinjauan Pustaka
II.1. Definisi... 3
II.2. Etiologi .. 3
II.3. Patofisiologi..... 4
II.4. Gejala Klinis.... 6
II.5. Patologi dan Histopatologi. 8
II.6. Diagnosis Banding. 9
II.7.Komplikasi... 9
II.8. Penatalaksanaan... 9
II.9. Prognosis... 10
Bab III. Kesimpulan... 12
Daftar Pustaka.... 13
Bab I
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian
eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan
tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.
Di mana pun jamur bisa hidup, terutama di lingkungan yang cocok baginya
berkembang biak. Manusia itu termasuk salah satu tempat bagi jamur untuk tumbuh, di
samping bakteri dan virus.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit
tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat
mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang
disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.
Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan
toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya
bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris.
Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis
jamur yang menyerang.
Masyarakat perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya
bila ingin terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu
atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan bahkan
masuk ke organ dalam tubuh.
I.2. Tujuan
Penulisan refrat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan untuk mengetahui dan memahami
tentang definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, patologi, diagnosis banding, faktor
resiko, pengobatan, pencegahan dan Pitiriasis Versikolor.
Bab II
Tinjauan Pustaka
II.1. Definisi
Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin (Ballon, 1889) adalah
penyakit jamur superfisialais yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subjektif,
berupa bercak bersquama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama
meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai
atas, leher, muka dan kepala yang berambut.
II.2. Etiologi
Pityriasis versikolor disebabkan oleh jamur dari genus Malassezia yang biasa
ditemukan pada kulit normal. Biasanya spesies Malassezia jarang tumbuh pada area
seboroik (kulit kepala, wajah dan dada) tanpa menyebabkan kemerahan. Pada beberapa
individu mereka tumbuh lebih aktif pada kulit yang terpapar matahari untuk alasan yang
tidak diketahui.
Tipe pucat dari pitiriasis versikolor di sebabkan oleh produksi kimiawi dari
Malassezia yang difus dan merusak fungsi sel pigmen pada permukaan kulit.
II.3. Patofisiologi
Tinea versikolor disebabkan oleh dimorfik, organisme lipofilik, Malassezia furfur,
yang hanya bisa di kultur pada media enriched dengan ukuran asam lemak C12-C14.
M.furfur sekarang ini di percaya sebagai nama organismenya. Pityrosporon orbiculare,
Pityrosporon ovale, dan Malasezia ovalis merupakan sinonim untuk M.furfur. M.furfur
merupakan flora normal pada kulit manusia dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-100%
anak-anak.
Sebelas spesies dari M.furfur yang digambarkan dengan Malassezia globasa
menjadi bentuk yang sering diisolasi dari seseorang dengan tinea versikolor. Organisme
bisa ditemukan pada kulit sehat dan pada regio kulit yang sakit. Pada pasien dengan dengan
penyakit klinis, organisme yang ditemukan stage jamur (spora) dan bentuk filamen (hifa).
Faktor awal untuk berubahnya jamur saprofit menjadi parasit, bentuk morfologi myceal
meliputi predisposisi genetik, hangat, lingkungan, immunosupresi, malnutrisi dan Cusshing
Disease. Human peptide cathelicidin LL-37 memainkan peran pada agen pertahanan kulit
untuk ogmanisme ini.
Meskipun M.furfur merupakan komponen flora normal, hal ini juga dapat
menyebabkan patogen oportunis. Organisme ini juga dipertimbangkan untuk menjadi faktor
penyakit kulit lain, meliputi Pityrosporum folliculitis, papillomatosis confluen dan retikulat,
dermatitis seboroik dan beberapa bentuk dermatitis atopik.
II.4. Gejala Klinis
Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di
badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur
sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfloresensi bila dilihat
dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan
biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia
berpenyakit tersebut.
Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan
berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh
toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
Penyakit ini sering terlihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua
tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada berbagai faktor yang mempengaruhi
infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan
steroid dan malnutrisi.
II.5. Patologi
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis
versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale
yang berbetuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai
dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi
patogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh
defesiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara dan keringat.
II.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, peneriksaan fluoresensi, lesi kulit
dengan lampu Wood, dan sediaan langsung.
Fluoresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan,
dan pada KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat berkelompok.
Tinea versikolor disebabkan oleh organisme Pityrosporum ovele. Hal ini terjadi
pada dewasa muda. pada pemeriksaan lampu Wood menghasilkan fluoresensi kuning-hijau
pucat. Pada pemeriksaan mengunakan KOH didapatkan spaghetti and meatballs dengan
hifa dan spora.
Skin scrapings taken from patients with Pityriasis versicolor stain rapidly when mounted in 10%
KOH, glycerol and Parker ink solution and show characteristic clusters of thick-walled round, budding yeastlike cells and short angular hyphal forms up to 8um in diameter (ave.mm diam.). These microscopic features
are diagnostic for the causative agent Malassezia furfur and culture preparations are usually not necessary.
Lebih sering terjadi pada seseorang dengan kulit berminyak atau lembab.
4. Iklim
Obat obat lain yang berkhasiat pada penyakit ini adalah salisil spiritus 10%; derivatderivat azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol; sulfur prsipitatum
dalam bedak kocok 4-20%; toksilat; tolnaftat, dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus
25% dapat pula digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. Jika
sulit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200 mg sehari
selama 10 hari.
II.9. Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan
lampu Wood dan sediaan langsung negatif.
Bab III
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Djuanda, A et al. 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta. Hal 97-98.
Kevin Berman, 2006, Tinea Versicolor, Atlanta Center for Dermatologic Disease,
Medline Plus.com
Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Hal 141-142.
Mansjoer A., Suprohaita., Wardhani W.I., dan Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi III, Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius FK UI. Hal 136-138.
David Ellis,