Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tingginya
pertambahan
penduduk
yang
akan
menyebabkan
sebanyak IUD 5,97%, MOW 1,05%, MOP 0,27%, Kondom 7,98%, Implan 6,50%,
Suntik 49,04%, Pil 29,19% (Depkes RI, 2010).
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut
di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas
KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak
sama (BKKBN, 2004).
Cakupan pemakaian alat kontrasepsi pada pria di negara lain seperti Malaysia
16%, Bangladesh 14%, Iran 13%, Amerika 35%, dan Jepang 80%. Hal ini sangat
penting, sebab peran pria dalam KB akan memberikan kontribusi yang sangat
signifikan terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah
kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005).
Idealnya, dalam pelaksanaan program KB nasional, penggunaan kontrasepsi
merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga
metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri.
Pasangan suami istri harus saling mendukung dalam pemilihan dan penggunaan
metode kontrasepsi karena kesehatan reproduksi, khususnya KB bukan hanya urusan
pria atau wanita saja (Suprihastuti, 2003).
Peserta KB di Indonesia masih didominasi oleh perempuan. Pemerintah
dengan berbagai sumber daya yang telah ada berupaya untuk meningkatkan
kesetaraan pria dalam ber-KB. Namun hasilnya masih belum seperti yang diharapkan
(BKKBN, 2004).
Usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Rata-rata cakupan peserta KB
aktif pada tahun 2010 adalah sekitar 75,4%, dimana Provinsi dengan persentase
peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu (89,9%), Gorontalo (85,6%), dan Bali
(85,3%). Sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah Papua (48,4%),
Maluku Utara (58,2%), dan Kepulauan Riau (64%). Pada tahun 2010 sebesar 76,5%
peserta KB aktif masih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek
terutama suntik (47,19%) dan Pil KB (26,81%). Sebaliknya metode MOP (Metode
Operasi Pria) yang paling rendah proporsi penggunaannya yaitu hanya sebesar
0,68%. Sebagian besar peserta KB aktif adalah perempuan yaitu sebesar 96,82% dan
3,18% lainnya adalah laki-laki (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif di Provinsi Pemerintah
Aceh dengan jumlah PUS 776.140 orang, peserta KB Baru sebanyak 197.755
(25,48%), peserta KB Aktif sebanyak 593.025 (76,41%). Peserta KB Baru yang
menggunakan metode kontrasepsi IUD 2.438 (1,23%), MOW 644 (0,33%), MOP 22
(0,01%), kondom 33.691 (17,04%), Implan 3.496 (1,77%), Suntik 83.222 (42,08%),
Pil 74.242 (37,54%). Peserta KB Aktif yang menggunakan metode kontrasepsi IUD
11.993 (2,02%), MOW 4.479 (0,76%), MOP 187 (0,03), Implan 11,746 (1,98%),
Kondom 51.698 (8,72%), Suntik 267.195 (45,06%), Pil 245.727 (41,44%) (Depkes
RI, 2010).
pada
keberhasilan
program.
Sebagian
besar
masyarakat
dan
oleh masyarakat yaitu: faktor medik mekanik dan faktor sosial budaya (sosial
ekonomi, sosio demografi, pengetahuan).
Pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan,
terutama pada perempuan. Banyak faktor yang memengaruhi perempuan dalam
pemakaian alat kontrasepsi. Green dalam Notoatmodjo (2007) menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Perilaku itu ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam karakteristik,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor
pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan sosial, ketersediaan
atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing
factors) yang terwujud dalam dukungan dari orang terdekat, dukungan sikap dan
perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan determinan pemakaian
alat kontrasepsi pada wanita PUS yaitu penelitian Sulistio (2010), bahwa ada empat
variabel independen yang memiliki hubungan dengan pemilihan alat KB, yaitu
variabel umur ibu, pendidikan, jumlah anak hidup, dan umur anak terakhir. Demikian
juga penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2007) mengenai beberapa faktor yang
berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada wanita di Kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes menunjukkan ada hubungan umur, pendidikan, pengetahuan,
komunikasi KB, ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan, peran
petugas, dengan pemakaian alat kontrasepsi.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah determinan pemakaian alat
kontrasepsi pada wanita PUS di wilayah kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Gayo
Lues.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh determinan pemakaian alat
kontrasepsi pada wanita PUS di wilayah kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Gayo
Lues.