You are on page 1of 11

Lembaga Swadaya Masyarakat/Non

Governmental Organization
Pengertian LSM/NGO
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi non-pemerintah yang independen
dan mandiri, dan karena itu bukan merupakan bagian atau berafiliasi dengan lembaga-lembaga
negara dan pemerintahan. (Kode Etik LSM Bab 1 No. 1).Lembaga swadaya masyarakat adalah
organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah
masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup. (UU No. 4 Tahun
1982 Pasal 1 Ayat 12).
LSM juga sering dikenal dengan NGO (Non-governmental organization). Sesuai dengan
namanya, NGO pada dasarnya memiliki pengertian singkat sebagai organisasi yang tidak berada
secara langsung dalam struktur pemerintahan ataupun tidak ada koordinasi langsung dari
pemerintah dan merupakan badan yang bersifat mandiri. LSM dapat berdiri jika terdapat
kesamaan visi dan misi sekelompok orang yang membentuk organisasi dengan kebebasan segala
perbedaan yang terdapat di masyarakat seperti agama, suku, ras, golongan, dan gender tapi tetap
berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001
tentang Yayasan , maka secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

1.

2.

3.

Peranan LSM/NGO
Peranan NGO penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini disebabkan
karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah untuk masyarakat
disalurkan melalui NGO. Sejak tahun 1970-an, NGO telah bertambah banyak dari sebelumnya
mencoba untuk mengisi ruang yang tidak akan atau tidak dapat diisi oleh pemerintah. Berikut
peranan LSM/NGO :
Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur
Membangun perumahan, menyediakan infrastruktur seperti sumur atau toilet umum,
penampungan limbah padat dan usaha berbasis masyarakat lain.
Mendukung inovasi, ujicoba dan proyek percontohan
NGO memiliki kelebihan dalam perancangan dan pelaksanaan proyek yang inovatif dan
secara khusus menyebutkan jangka waktu mereka akan mendukung proyek tersebut. NGO dapat
juga mengerjakan percontohan untuk proyek besar pemerintah karena adanya kemampuan
bertindak yang lebih cepat dibandingkan dengan pemerintah dengan birokrasinya yang rumit.
Memfasilitasi komunikasi

4.

5.

6.

a.

b.
c.
d.
e.

NGO dapat memfasilitasi komunikasi ke atas, dari masyarakat kepada pemerintah, dan ke
bawah, dari pemerintah kepada masyarakat. Komunikasi ke atas mencakup pemberian informasi
kepada pemerintah tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh masyarakat,
sedangkan komunikasi ke bawah mencakup pemberian informasi kepada masyarakat tentang apa
yang direncanakan dan dikerjakan oleh pemerintah. NGO juga dapat memberikan informasi
secara horizontal dan membentuk jejaring (networking) dengan organisasi lain yang melakukan
pekerjaan yang sama.
Bantuan teknis dan pelatihan
Institusi pelatihan dan NGO dapat merancang dan memberikan suatu pelatihan dan bantuan
teknis untuk organisasi berbasis masyarakat dan pemerintah.
Penelitian, Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi yang efektif terhadap sifat partisipatif suatu proyek akan
memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat dan staf proyek itu sendiri.
Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin
NGO menjadi jurubicara dan perwakilan orang miskin dan mencoba untuk mempengaruhi
kebijakan dan program pemerintah. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara mulai dari unjuk
rasa, proyek percontohan, keikutsertaan dalam forum publik untuk memformulasi kebijakan dan
rencana pemerintah, hingga mengumumkan hasil penelitian dan studi kasus terhadap orang
miskin. Jadi, NGO memainkan peran mulai dari advokasi kepada orang miskin hingga
implementasi program pemerintah; dari penghasut (pembuat opini) dan pengkritik hingga rekan
kerja dan penasehat; dari sponsor proyek percontohan hingga mediator.
Beberapa bidang yang digeluti oleh NGO, antara lain :
Pendidikan masyarakat dan pengembangan kesehatan
Pendidikan seks dan kontrasepsi, kesehatan umum, pembuangan limbah/ sampah, penggunaan
air, vaksinasi, pelayanan konsultasi remaja.
Penanganan kesehatan khusus
HIV/AIDS, Hepatitis B, pemulihan kecanduan obat.
Masalah sosial masyarakat
Kenakalan (kejahatan) remaja, remaja yang meninggalkan rumah, anak jalanan, prostitusi.
Lingkungan hidup
Pendidikan konsumsi energi dan air, pelestarian gunung dan hutan
Ekonomi
Pinjaman dan usaha mikro, pelatihan keahlian (komputer, teknisi, katering, menjahit, dll),
promosi dan distribusi produk (bazaar, dll), pembentukan koperasi, konsultasi keuangan, bantuan
mencari kerja dan pengembangan karir.

f.

g.

1.

2.

3.

4.

Pengembangan
Pembangunan sekolah, pembangunan infrastruktur, pembangunan dan operasional pusat budaya,
bantuan ahli untuk pertanian dan kelautan.
Isu perempuan
Hak anak dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami kekerasan, terapi
kelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual, hotline counseling
(konseling via telepon khusus untuk perempuan), bantuan hukum untuk perempuan, mendorong
minat baca dan tulis.
Teori-teori Mengenai LSM/NGO
Teori evolusi
Teori ini awalnya dikembangkan oleh Frederick Hegel kemudian oleh Auguste Comte,
yang menjelaskan bahwa perubahan merupakan hal yang natural, kontinyu, keharusan dan
berjalan melalui sebab yang sama. Teori ini sangat berpengaruh terhadap hampir semua teori
perubahan social dan pembangunan setelahnya. Teori ini menganggap masyarakat bergerak dari
masyarakat miskin non-industri sebagai primitive dan akan berevolusi ke masyarakat industri
yang lebih komplek dan berbudaya. Teori ini melihat tradisi sebagai suatu masalah.
Teori structural functionalism
Teori ini dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Persons, terori ini memandang
masyarakat sebagai suatu system yang terdiri atas bagian yang saling berkaitan (agama,
pendidikan, struktur politik, keluarga dan sebagainya). Masing-masing bagian secara terusmenerus mencari keseimbangan dan harmoni antara mereka. Interrelasi tersebut dianggap bisa
terjadi karena adanya consensus, dan suatu pola yang non normative dianggap akan melahirkan
gejolak. Jika hal ini terjadi maka masing-masing pihak akan cepat menyesuaikan diri untuk
mencapai keseimbangan lagi. Teori ini menganggap perubahan masyarakat tidak ditetapkan
berapa lama evolusinya. Dan konflik dalam suatu masyarakat dilihat sebagai tidak berfungsinya
integrasi social dan keseimbangan. Oleh karena itu harmoni dan integrasi dipandang sebagai
fungsional, bernilai tinggi dan harus ditegakkan, sedangkan konflik harus dihindarkan.
Teori Modernisasi
Menurut Hutington (1976) proses modernisasi bersifat revolusioner (perubahan cepat dari
tradisi ke modern), komplek (melalui banyak cara), sistematik, global (akan mempengaruhi
semua manusia), bertahap (melalui langkah-langkah), homoginisasi dan progressive. Teori ini
dipergunakan dikalangan interdisiplin, seperti: sossilogi, psikologi, ilmu politik, ekonomi,
antropologi dan bahkan agama. Ukuran modernitas bagi teori ini adalah suatu masyarakat yang
menurut mereka modern adalah masyarakat barat.
Teori Human Capital

5.

6.

7.

Teori ini dikembangkan oleh Theodore Shultz (1961) yang menekankan pada kemampuan
productive dari sumberdaya manusia sebagai modal investasi bagi proses pembangunan. Teori
ini menganggap keterbelakangan masyarakat adalah faktor internal negara atau masyarakat itu
sendiri. Upaya untuk meningkatkan investasi pada human capital mereka lihat sebagai hasil dari
cepatnya pertumbuhan ekonomi.
Teori Marxists
Teori evolusi dan structural fungsionalisme diatas menjelaskan bahwa perubahan terjadi
secara pelahan dan damai serta mengabaikan konflik sebagai suatu dimensi perubahan social.
Sedangkan menurut Marx, masyarakat terpolarisasi dalam dua kelas, yang selalu konflik, yakni
yang mengekploitasi dan diekploitasi. Marx melihat masyarakat berkembang dari masyarakat
komunis primitive, kemudian perbudakan, feudal, kapitalis, sosialis dan akhirnya menuju
komunisme, perubahan tersebut melalui suatu konflik. Menurut Marx, konflik terletak antara
kelas berjuis dan ploretar. Dalam system kapitalis, proses ekploitasi Kepada kelas proletar (buruh
yang menghasilkan produksi) oleh kelas borjuis (majikan tidak bekerja tetapi menguasai alat
produksi) diselenggarakan oleh kelas menengah. Hasil ekploitasi itu selanjutnya didistribusikan
pada berbagai pihak dalam bentuk pajak, bunga bank, sewa tanah, riset dll. Sebagai imbalan,
lembaga-lembaga yang didalamnya terdapat kelas menengah mendukung kelas borjuis dengan
memberi legitimasi terhadap ekploitasi tersebut dalam bentuk norma, penekanan maupun
penindasan. Jika kesadaran buruh meningkat konflik kelas tak dapat dikendalikan maka
perubahan pun terjadi.
Teori Dependency
Teori ini berlawanan dengan teori evolusi dan modernisasi, teori dependency menekankan
hubungan baik dengan masyarakat sendiri, seperti masalah struktur social, cultural, ekonomi dan
politik. Asumsi dasar dari teori ini adalah keterbelakangan dan pembangunan adalah konsep
yang saling berkaitan dengan berkembangnya masyarakat diluarnya. Kata ketergantungan
dipakai untuk memberi tekanan bahwa hubungan kemajuan di tingkat pusat dan keterbelakangan
di tingkat daerah atau pelosok desa adalah akibat dari proses sejarah dan disengaja.
Kerangka pemikiran ini berakar pada teori Marx tentang ekploitasi, artinya
keterbelakangan di negara Dunia ketiga adalah akibat dari kapitalisme di Barat. Pemikiran Lenin
tentang imperialisme juga mewarnai teori ini, dimana transfer sumber dapat terjadi dengan
berbagai cara: baik melalui hubungan kolonialisme maupun operasi perusahaan multi nasional.
Artinya menjajah negara lain tidak lagi seperti zaman kolonialisme dulu, tetapi cukup membuat
para pemimpin negara miskin / Dunia ketiga memiliki sikap, nilai dan interest pada negara kaya.
Teori Liberasi
Dekat dengan teori Marxist dan Dependency adalah teori liberasi. Teori ini menolak Marx
dan Dependency tetapi memberi alternatif fokus terhadap keterbelakangan dan bagaimana

mengatasinya. Teori ini menagaskan bahwa tidak ada harapan bagi orang miskin tanpa adanya
perubahan mendasar dalam struktur masyarakat dan struktur yang lebih luas dalam sosioekonomi, politik dan budaya. Teori ini lebih menekankan pada pendekatan humanitik dari pada
pendekatan structural, dengan asumsi masyarakat terbelakang ditindas oleh pemegang kekuasaan
dalam masyarakat mereka sendiri. Paulo Freire (1972) sebagai salah satu tokoh dari teori ini
menfokuskan perlunya pendidikan dalam liberalisasi dan pembangunan. Dalam pembangunan
menurut Paulo Freire lebih menekankan pada keadilan ketimbang soal harta kekayaan.
Pengelompokan LSM/NGO
World Bank membagi NGO ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. NGO Operasional
Tujuan utamanya adalah perancangan dan implementasi proyek pengembangan. Kelompok
ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan, material atau tenaga relawan, untuk
menjalankan proyek dan program mereka. Proses ini umumnya membutuhkan organisasi yang
kompleks. NGO operasional ini masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar :
a. Organisasi berbasis masyarakat yang melayani suatu populasi khusus dalam suatu daerah
geografis yang sempit
b. Organisasi Nasional yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang berkembang
c. Organisasi Internasional yang pada dasarnya berkantor pusat di negara maju dan menjalankan
operasi di lebih dari satu negara yang sedang berkembang.
2. NGO Advokasi
Tujuan utamanya adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja
untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau atas isu itu. Organisasi ini
pada dasarnya berusaha untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan pengetahuan dengan
melakukan lobi, kegiatan pers dan kegiatan-kegiatan aktivis. NGO ini pada dasarnya bekerja
melalui advokasi atau kampanye atas suatu isu dan tidak mengimplementasikan program.
Kelompok ini menjalankan fungsi yang hampir sama dengan kelompok operasional, namun
dengan tingkatan dan komposisi yang berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan
ukuran yang lebih kecil. NGO dapat pula dikelompokkan berdasarkan orientasi dan tingkat
operasi :
a. Berdasarkan Orientasi
1) Orientasi Amal (Charitable) sering melibatkan kerja pola top-down dengan sedikit partisipasi
penerima manfaat. Kegiatan NGO diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan makanan pada orang
miskin, pakaian dan obat-obatan, perumahan, sekolah, dll. NGO ini dapat juga melakukan
aktifitas bantuan pada bencana alam atau bencana akibat perbuatan manusia.

2)

3)

4)

b.
1)

2)

3)
4)

Orientasi pelayanan mencakup NGO yang aktifitasnya berupa penyediaan jasa pelayanan
kesehatan, perencanaan keluarga atau pelayanan pendidikan yang programnya dirancang oleh
NGO dan masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam implementasinya dan dalam penerimaan
layanannya.
Orientasi partisipasi dicirikan dengan proyek kelola sendiri (self-help projects) dimana
penduduk setempat dilibatkan dalam implementasi proyek dengan cara memberi bantuan uang
tunai, peralatan, lahan, bahan-bahan, tenaga kerja, dll. Dalam proyek pengembangan masyarakat
yang klasik, partisipasi dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan dilanjutkan kepada tahap
perencanaan dan implementasi.
Orientasi pemberdayaan tujuannya adalah membantu orang miskin untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi yang
mempengaruhi kehidupan mereka, dan untuk meningkatkan kesadaran mereka akan kekuatan
potensial yang mereka miliki untuk mengendalikan kehidupan mereka. Kadang-kadang,
kelompok ini berkembang secara spontan akibat adanya suatu masalah atau isu, dan NGO
memainkan peranan fasilitasi dalam perkembangan mereka.
Berdasarkan tingkatan operasi
Organisasi berbasis masyarakat muncul dari inisiatif orang-orang itu sendiri. Ini dapat mencakup
klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi jiran, organisasi agama atau pendidikan. Ada
banyak variasi dari jenis ini. Sebagian didukung oleh NGO, atau badan bilateral atau
internasional, dan yang lainnya independen dari bantuan pihak luar. Sebagian bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat miskin kota atau membantu mereka memahami hak-hak
mereka dalam memperoleh akses kepada layanan yag dibutuhkan sementara yang lain terlibat
dalam penyediaan layanan itu sendiri.
Organisasi perkotaan (Citywide Organizations) mencakup organisasi seperti Rotary atau Lions
Club, kamar dagang dan industri, koalisi bisnis, kelompok etnis dan pendidikan dan asosiasi
organisasi masyarakat. Sebagian berdiri untuk tujuan tertentu namun menjadi terlibat dalam
membantu orang miskin sebagai satu dari banyak kegiatannya, sementara yang lain dibentuk
untuk tujuan khusus yaitu membantu orang miskin.
NGO nasional mencakup organisasi seperti Palang Merah (Red Cross), organisasi profesi, dll.
Sebagian di antaranya memiliki cabang di suatu negara dan membantu NGO setempat.
NGO internasional mulai dari badan sekuler seperti organisasi Save the Children, OXFAM,
CARE, Ford and Rockefeller Foundations hingga kelompok yang didasarkan oleh agama.
Kegiatan mereka bervariasi dari pencariaan dana hingga implementasi proyek.
Kekuatan dan Kelemahan LSM/NGO
Kekuatan dari NGO adalah sebagai berikut :

a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.
h.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Jaringan grassroots yang kuat.


Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam mengadaptasi situasi setempat
dan merespon terhadap kebutuhan setempat dan oleh karenanya mampu mengembangkan
proyek-proyek yang terintegarasi dan juga proyek-proyek sektoral.
Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan dan menciptakan bantuan
yang sesuai dengan kebutuhan.
Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif
Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan
Efektifitas biaya.
Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari tetangga terdekat hingga tingkat
tertinggi pada pemerintahan.
Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
Kelemahan NGO :
Keterbatasan keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah)
Keterbatasan kapasitas institusi/kelembagaan
Tertutupnya/kurangnya komunikasi intern organisasi dan/atau koordinasi
Intervensi dalam skala yang kecil
Kurangnya pemahaman akan konteks sosial ekonomi yang lebih luas
Sikap terpola (paternalistic) membatasi tingkat keterlibatan partisipatif dalam desain
program/proyek.
Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
Kepemilikan teritorial dari suatu daerah atau proyek mengurangi kerjasama antara badanbadan, terlihat seperti ancaman atau adanya persaingan.

Referensi :
Arisandi. ( ). Pengertian LSM. [Online]. Tersedia : http://arisandi.com/pengertian-lsm/
Mahottama, Shaka. (
).Selembar Catatan Mengenai NGO. [Online]. Tersedia :
http://bulletinbiru.blogdrive.com/archive/8.html
Wikipedia.
( ). Lembaga
Swadaya
Masyarakat. [Online].
Tersedia :http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Swadaya_Masyarakat
. (2009). Peranan LSM dalam Perubahan Sosial Di Indonesia. [Online].
Tersedia : http://ind.lakpesdam-ponorogo.org/2009/12/27/peranan-lsm-dalam-perubahan-sosialdi-indonesia/

Lembaga Swadaya Masyarakat


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi
non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO).
Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. Maka secara
garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :

Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara

Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba)

Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan
para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi

Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum organisasi
non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

Jenis dan kategori LSM[sunting | sunting sumber]


Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada dapat di kategorikan
sbb :

Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan biaya
bagi kegiatan ornop lain.

Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatanya.

Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan


berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum,
ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.

Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan
memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan
kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah

Sebuah laporan PBB tahun 1995 mengenai pemerintahan global memperkirakan ada sekitar 29.000
ONP internasional. Jumlah di tingkat nasional jauh lebih tinggi: Amerika Serikat memiliki kira-kira 2
juta ONP, kebanyakan dibentuk dalam 30 tahun terakhir. Russia memiliki 65.000 ONP. Lusinan
dibentuk per harinya. Di Kenya, sekitar 240 NGO dibentuk setiap tahunnya.

Dasar Hukum[sunting | sunting sumber]


Lembaga swadaya masyarakat secara hukum dapat didirikan dalam dua bentuk: [1]

Organisasi Massa, yakni berdasarkan Pasal 1663-1664 Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata (KUHPerdata), serta UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan ("UU
Ormas").

Badan Hukum, yakni berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64, serta UU No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 ("UU Yayasan").

Era Otonomi Daerah[sunting | sunting sumber]


Pada era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki peran dalam mengatur dan membina
lembaga swadaya masyarakat di daerah.[2] Pemerintah daerah juga dapat membuat Peraturan
Daerah untuk mengatur lebih lanjut segala sesuatu tentang LSM. Sebagai contoh adalah Peraturan
Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat. [3]

Referensi[sunting | sunting sumber]


1.

^ Purnamasari, Irma D. Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan


Usaha (hal. 33-34).

2.

^ Hanapiah, Pipin. Pemberdayaan Ormas dan LSM: Dimensi Peraturan Perundangundangan.

3.

^ Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004 tentang Lembaga Swadaya
Masyarakat.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU
Gaffar, Affan. 2002. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Jordan, Lisa dan Peter Van Tuijl, 2009 Akuntabilitas LSM Politik, Prinsip, dan Inovasi,
Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia.
KORAN
Hengki Seprihadi, 2001. 29 Oktober. Panwaslu Selidiki Penggunaan APBD Oleh Istri
Gubernur. Koran Harian Tribun Pekanbaru. Hlm 2.
M. Dawan Rahardjo. 1994. 9 November. Tiga Dasar Teori tentang LSM. Harian Umum
Republika, hlm 4.

________________________________________
1 Lisa Jordan dan Peter Van Tuijl, Akuntabilitas LSM Politik, Prinsip, dan Inovasi,
Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2009, hlm. 226.
2 Ibid,. hlm. 230.
3 M. Dawan Rahardjo. 1994. 9 November. Tiga Dasar Teori tentang LSM. Harian
Umum Republika, hlm 4.
4 Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002, hlm.204
5 Ibid,.
5 Hengki Seprihadi, 2001. 29 Oktober. Panwaslu Selidiki Penggunaan APBD Oleh
Istri Gubernur. Koran Harian Tribun Pekanbaru. Hlm 2.
6 Lisa Jordan dan Peter Van Tuijl, Op. Cit,. Hlm 246-247.

You might also like