You are on page 1of 7

Menakar Suara Nahdlatul Ulama (NU) Dalam

Pilihan Umum Presiden 2014

Abstraksi : Indonesia sebagai negara yang berkedaulatan rakyat atau sering disebut sebagai
negara yang berdemokrasi menjalankan demokrasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara tidak langsung adalah dengan pembentukan lembaga perwakilan rakyat
dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat sebagai perlembagaan kedaulatan rakyat. Sebagai
negara demokrasi juga maka pelaksanan kedaulatan rakyat itu dilaksanakan melalui
pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota lembaga perwakilan rakyat dan pemimpin
dalam Negara ini, baik itu pemimpin daerah maupun pemimpin Negara (Presiden). Dalam
kaca mata politik pemilihan Presiden sangatlah menarik untuk di ikuti karena dalam
pemilihan tersebut akan menentukan nasib dari bangsa ini selama satu periode ke depannya
(5 tahun). Penduduk Indonesia mayoritas adalah beragama islam di mana ada 87 persen
warga Indonesia adalah orang muslim.. Sedangkan 35 persen dari penduduk Indonesia adalah
warga Nahdlatul Ulama (BPS,2010). Oleh karena itu suara Nahdlatul Ulama sangat
berpengaruh dalam pemilihan umum di Negara ini.

Kata Kunci : Pilihan Umum Presiden (PilPres), Suara Nahdlatul Ulama

Pendahuluan
Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu sarana demokrasi. Pesta demokrasi
yang merupakan perwujudan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan
rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Melalui pemilu, setidaknya dapat dicapai tiga
hal. Pertama, lewat pemilu kita dapat menguji hak hak politik rakyat secara masif dan
serempak. Kedua, melalui pemilu kita dapat berharap terjadinya proses rekrutmen politik
secara adil, terbuka, dan kompetitif. Ketiga, dari pemilihan umum kita menginginkan adanya
pola pergiliran kekuasaan yang damai.
Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga
perwakilan, yaitu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Namun, setelah
amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres),
yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga
pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan
pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari rezim pemilu.
Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara yang
demokrasi haruslah dapat dilaksanakan dengan baik, wilayah Negara Indonesia yang luas dan
jumlah penduduk yang besar dan menebar di seluruh nusantara serta memiliki kompleksitas
nasional menuntut penyelenggara pemilihan umum yang profesional dan memiliki
kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pemilihan umum Presiden yang dilaksanakan 5 tahun sekali akan melibatkan
seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih, di mana dalam pemilihan itu akan
berlangsung suatu perjudian yang akan membawa nasib bangsa Indonesia kedepan akan

seperti apa.berubah menjadi baik, atau malah justru sebaliknya. Dalam hal ini para calon
Presiden akan berlomba-lomba untuk meraih suara terbanyak demi menjadi orang nomor satu
di Negara ini. Salah satu suara organisasi yang diperebutkan adalah suara organisasi
Nahdlatul ulama dimana dewasa ini telah kita ketahui bahwa organisasi masyarakat yang
terbesar di Negara ini adalah Nahdlatul Ulama. Hamper menyentuh 50 persen penduduk
Indonesia adalah warga Nahdlatul Ulama. Maka dari itu tidak heran jika para calon presiden
berlomba-lomba untuk mendapatkan suara Nahdlatul Ulama untuk Menang dalam
Pemilihan Presiden tersebut.

SUARA NU DALAM PILPRES 2014


Nahdlatul Ulama atau yang sering disebut NU adalah sebuah organisasi keagamaan
terbesar yang ada di Negara Indonesia. Sekitar 47 persen umat Islam di Indonesia mengaku
sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU) yang jumlahnya mencapai sekitar 60 juta orang.
sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia suara nahdiyin (sebutan untuk warna NU) sangat
berpengaruh dalam penentuan pemilihan presiden, tidak terkecuali pemilihan presidenyang
baru saja di helat pada tanggal 9 juli kemarin.
Saat ini suara Nahdiyin sudah sangat dinamis tidak seperti dulu yang masih mengikuti
para kyai, sekarang warga nahdiyin sangat cair dalam dalam menentukan pilihannya,dalam
artian keberadaan tokoh-tokoh NU dalam salah satu kubu kandidat belum tentu menjamin
bisa mendongkrak suara dari kalangan nahdliyin. Apalagi saat ini tokoh-tokoh NU tersebar
diberbagai partai politik baik di partai islam maupun di partai ideologis atau kebangsaan
seperti PDIP, GOLKAR, PKB, DEMOKRAT dan sebagainya. Bahkan sekarang ini
Organisasi-organisasi sayap NU pun memberikan dukungan yang berbeda, meskipun dalam
soal agama warga nahdliyin memang patuh dan taat pada kyai.
Dalam PILPRES kali ini yang hanya di ikuti oleh dua pasang calon saja yaitu
Prabowo-Hatta yang di usung oleh partai Gerindra beserta Koalisi merah putihnya dan Joko
Widodo-Jusuf Kalla yang di usung oleh partai PDIP, dan partai koalisinya. Dalam upaya
untuk memperoleh lebih banyak suara dua pasangan CAPRES dan CAWAPRES itu saling
berupaya untuk meraih dukungan suara dari warga Nahdliyin. Diantara langkah strategis
mereka yaitu dengan menggandeng ataupun merangkul para tokoh-tokoh Nahdliyin, misalnya
saja kemarin kubu Prabowo-Hatta menggandeng ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj,
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Ketua Umum PP Ikatan Sarjana
Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Maskur Musa.

Sedangkan di kubu Jokowi-Jusuf Kalla mereka sukses menarik tokoh NU seperti


mantan ketua umum PBNU Hasyim Muzadi dan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar
Parawansa, serta bisa berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa yang notabene itu adalah
partainya Orang Nahdlatul Ulama.
Pada PilPres kemarin Suara Nahdliyin yang kurang lebih 60 juta itu tersebar ke
hampir semua Partai. Dimana suara terbanyak dari Nahdliyin tersebut malah kepada PDIP
dengan 14 persen suara, kemudian di susul GOLKAR dengan 12 persen dan PKB dengan 11
persen dan sisanya tersebar hampir keseluruh partai politik di Indonesia (Kuskrido dalam exit
poll indicator).
Berdasarkan hasil riset yang diperoleh dari Lembaga Survei Pol-Tracking suara
Nahdliyin lebih banyak mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dari pada pasangan
Prabowo Subianto-Hattarajasa. Pasangan Jokowi-JK unggul dengan memperoleh 48,1 persen
suara dan pasangan Prabowo-Hatta hanya memperoleh 41,7 persen suara. Dari hasil tersebut
dan hasil pemilihan presiden yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-JK dapat diketahui
betapa berpengaruhnya Nahdlatul Ulama dalam Proses Pemilihan Presiden khususnya
ditahun 2014 ini.

KESIMPULAN
Dari apa yang sudah di uraikan penulis maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
pemilihan presiden 2014 kali ini masing masing calon presiden saling berebutsuara nahdliyin
karena nahdliyin merupakan organisasi masyarakat tersebesar di Indonesia dengan anggota
yang kurang lebih 60 juta jiwa. Meskipun saat ini suara nahdliyin sudah tersebar di hampir
semua partai islam maupun nasionalis namun suara warga nahdliyin masih sangat
diperhitungkan dan diperebutkan oleh pasangan calon presiden. Hal itu terbukti dari berbagai
upaya yang dilakukan oleh masing-masing calon presiden dengan merangkul para tokoh elite
Nahdlatul Ulama dalam PILPRES kali ini. Hasil akhir pun menunjukkan bahwa pasangan
Jokowi-JK menang dalam PILPRES kali ini. Hal itu tidak terlepas dari dukungan warga
Nahdliyin yang mayoritas mendukung Pasangan tersebut. Meskipun Suara Nahdliyin tersebar
di berbagai partai politik akan tetapi bagaimana upaya yang dilakukan oleh pasangan JokowiJK ternyata mampu meraup suara warga Nahdliyin secara mayoritas dan tidak terlepasnya
juga dari Partai Kebangkitan Bangsa yang mengusungnya dalam PILPRES kali ini. Hal itu
bisa juga membuktikan bahwa warga Nahdliyin saat ini sudah punya keleluasaan untuk
menentukan pilihannya dan tidak harus selalu taat dan patuh pada kyai dalam hal pilihan hak
demokrasinya, meskipun dalam konteks agama warga Nahdliyin masih sangat menjungjung
tinggi dan menghormati para kyai.

DAFTAR PUSTAKA
Sobary, Mohammad. 2010. NU Dan KEINDONESIAAN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(GoogleBook)

http://www.muslimedianews.com/2014/05/jumlah-warga-nu.html
www.bps.go.id/
www.poltracking.com/

You might also like