You are on page 1of 5

METASTRONGYLOSIS PADA BABI

Oleh :
Putra Anugrah
1102101010016

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014

METASTRONGYLOSIS PADA BABI

Merupakan penyakit perasit pada ternak babi, disebabkan oleh cacing Metatrongylus
sp. berpredeleksi di dalam alveoli paru-paru. Babi dapat tertular oleh larva infektif, ditandai
oleh

gejala

bronchitis

dan

pneumonia.

Metastrongylus

disebabkan

oleh

cacing Metastrongylus (apri, salmi dan pudendotectus), di Indonesia disebabkan oleh M.


apri. Cacing Metastrongylus sp. umumnya menyerang babi, juga pernah dilaporkan
menyerang rusa, domba, ternak lain dan manusia.
1. Cara Penularan
Cacing Metastrongylus sp.dewasa akan bertelur, telurnya berada di dalam
sputum dan karena proses batuk maka telur akan tertelan dan keluar bersama tinja.
Pada lingkungan yang mendukung telur akan berkembang menjadi larva stad.3 yang
bersifat infektif, atau setelah keluar bersama tinja telur cacing akan termakan oleh
cacing tanah yang selanjutnya berkembang menjadi larva infektif. Penularan terjadi
apabila babi memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium 3 atau apabila
cacing tanah mati maka larva stadium 3 terbebas dan mencemari makanan atau
minuman dan merupakan sumber pencemaran.
Induk semang antara : Cacing tanah

Octalaseum lacteum

Allolobophora calignosa

Lumbricus rubellus

Eisenia foetida

2. Gejala klinis
Cacing dewasa yang hidup pada paru-paru akan menimbulkan kerusakan
alveoli sehingga dapat terjadi bronchitis dan pnemonia sehingga gajal klinis yang
tampak berupa batuk batuk, sesak nafas dan pertumbuhan terhambat terutama pada
babi muda. Kematian biasanya terjadi akibat infeksi sekender atau tersumbatnya
alveoli dan saluran saluran udara oleh cacing dewasa.
3. Patogenesis
Babi memakan cacing tanahlarva stadium 3, larva dibebaskan didalam usus halus babi
menembus usus halus menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di

tempat tersebut larva berkembang menjadi larva stadium 4 melalui sistem limfa dan
peredaran darah menuju jantung dan paru-paru dan berkembang menjadi stadium
dewasa.
4. Perubahan paska mati
a. Makroskopis :

Noda-noda merah pucat pada paru-paru belahan bawah dan kadang pada
belahan atas

Perubahan meningkat pada hari ke 21 pasca infeksi

Emphysema ringan

Area berwarna merah pada bagian anterior atau batas bawah lobus
diafragmatika

Telur Metastrongylus yang mengandung larva


b. Mikrokopis :

Cacing muda pada bronkhiolus pada hari ke 10 atau 20 paska infeksi

Infiltrasi eosinofil pada mukosa bronkhi, peribronkhi

Hiperplasia awal pada 2-3 minggi paska infeksi

Cacing dewasa dalam bronkhi dikelilingi sel radang (eosinofil)

Sarang cacing pada paruparu

Cacing betina berukuran


besar memiliki telur pada
uterus
Cacing jantan berukuran

Berdasarkan gejala klinis dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium yaitu


menemukan telur cacing

GK/ dapat. dikacaukan dg Ascariasis & flu babi

Pemeriksaan feses yang mengandung telur (sudah berlarva)

5. Pengobatan hewan sakit dengan :

Tetramisol : 15 mg/kg BB/s.c atau dicampur ransum

Levamisol HCl : 7,5 mg/kg BB/s.c

Diethylcarbamacin : 22 mg/kg BB/s.c, 3 hari

Oxfendazol : 3mg/ kg BB selama 7 hari

Doramectin/Avermectin : 1ml/50 kg BB/i.m/s.c

6. Pengendalian
Melalui sistem perkandangan dan sanitasi yang baik sehingga cacing tanah tidak
dapat berkembang.

Daftar pustaka
Anonymouse. 2010. Nematodosis Pada Domba. www.vetmed.fkh.unair.ac.id., diakses pada 7
Desember 2014.
Anonymouse. 2012. Wednesday Slide Conference Online. http://www.askjpc.org/., diakses
pada 7 Desember 2014.
Iowa State University. 2014. Lungworm Infection (Metastrongylosis).
http://vetmed.iastate.edu/., diakses pada 7 Desember 2014.

You might also like