Professional Documents
Culture Documents
PARADIGMA
KRITIS-TRANSFORMATIF
PrawacanaParadigma Kritis-Transformatif PMIIHassan HanafiMohammad
ArkounDasar Pemikiran Paradigma Kritis Transformatif PMIIApakah Paradigma
itu?Apakah yang disebut Teori kritis?Pengertian Kritik dalam Tradisi Teori Kritis
Kritik dalam pengertian KantianKritik dalam Arti HegelianKritik dalam Arti
MarxianKritik dalam Arti FreudianTiga Jenis Utama ParadigmaOrder Paradigm
(Paradigma Keteraturan)Conflic Paradigm (Paradigma Konflik)Plural Paradigm
(Paradigma plural)Terbentuknya Paradigma KritisKritis dan Transformatif
Transformasi dari Elitisme ke PopulismeTransformasi dari Negara ke Masyarakat.
Transformasi dari Struktur ke KulturTransformasi dari Individu ke Massa
Paradigma Kritis Transformatif (PKT ) yang diterapkan di PMII?
Mengapa PMII memilih Paradigma Kritis Transformatif?
Oleh:
Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I
Penulis adalah Alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Mahasiswa Program Pascasarjana (S.2) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pernah menjabat Sekretaris Jendral Dewan
Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kader Kultural
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta,
Direktur Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS) Yogyakarta,
E-Mail: nuriel.ugm@gmail.com / kristeva@gmail.com
Website: www.nursayyidsantoso.blogspot.com /
www.sosiologidialektis.wordpress.com
Cp. (0282) 540437 / Hp. 085 647 634 312
Dipresentasikan pada Acara Pelatihan Kader Dasar (PKD)
PMII Rayon Fakultas Sains dan Tehnologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tanggal 4-7 Desember 2009
judul; dari tuhan ke bumi, dari keabadian ke waktu, dari taqdie ke hendak bebas, dan
dari otoritas ke akal, dari teologi ke tindakan, dari kharisma ke partisipasi massa, dari
jiwa ke tubuh, dari eskatologi ke futurology.
Mohammad Arkoun
Arkoun menilai bahwa pemikiran Islam, kecuali dalam beberapa usaha
pembaharuan kritis yang bersifat sangat jarang dan mempunyai ruang perkembangan
yang sempit sekali, belum membuka diri pada kemodernan pemikiran dan karena itu
tidak dapat menjawab tantangan yang dihadapi umat muslim kontemporer. Pemikiran
Islam dianggapnya naif karena mendekati agama atas dasar kepercayaan langsung
tanpa kritik. Pemikiran Islam tidak menyadari jarak antara makna potensial terbuka
yang diberikan wahyu Ilahi dan aktualisasi makna itu dalam sejumlah makna yang
diaktualisasikan dan dijelmakan dalam berbagai cara pemahaman, penceritaan dan
penalaran khas masyarakat teetentu ataupun dalam berbagai wacana khas ajaran
teologi dan fiqh tertentu. Pemikiran Islam juga tidak menyadari bahwa dalam proses itu
bukan hanya pemahaman dan penafsiran tertentu ditetapkan dan diakui, melainkan
pemahaman dan penafsiran lain justru disingkirkan. Hal-hal itu baru didalami oleh
berbagai ilmu pengetahuan modern, yang ingin dimasukkan arkoun ke dalam
pemikiran Islam.Karena krituknya terlalu krirtis ini, Arkoun sering memberikan jawaban
diluar kelazimanumat Islam (Uncommon Answer) ketika menjawab problem-prolem
kehidupan yang dialami umat Islam. Jawaban seperti inu terlihat jelas dalam
penerapan teori pengetahuan (theory of knowledge).
Teori pengetahuan ini meliputi landasan epistimpologi kajian tentang studi
studi agama Islam. Dalam hal ini Arkoun membedakan wacana ideologis, wacana
rasional, dan wacana profetis. Setiap wacana memiliki watak yang berbeda sehingga
diperlukan kesesuaian dengan wataknya. Selama ini orang dengan mudah
menyatakan melakukan kajian secara ilmiah, akan tetapi itu tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang muslim, melainkan juga oleh orang-orang barat yang mengideologikan
sikap mereka dalam memandang Islam. Salah satu corak ideologi adalah unsur
kemadegan (tidak dinamis), resistensi (tidak kritis) dan demi kekuatan (tidak
transformatif). Untuk merealisasikan jawaban tersebut Arkoun berusaha meletakkan
dogma, interpretasi dan teks secara proporsional. Upaya ini dilakukan untuk membuka
dialog terus-menerus antara agama dengan realitas untuk menentukan wilayahwilayah mana dari agama yang bisa didialogkan dan diinterpretasikan sesuai dengan
konteksnya. Kedua pola pikir dari intelektaual Islam di atas merupakan sedikit contoh
yang bisa dijadikan model bagaimana paradigma kritis diberlakukan dalam wilayah
pemikiran keagamaan.
Disamping kedua pemikir Islam diatas sebenarnya masih banyalk pemikir lain
yang menerapkan pemikiran kritis dalam mendekati agama, misalnya Abdullah Ahmed
An-naim, Asghar Ali Enggineer, Thoha Husein, dan sebagainya. Dari kedua contoh
diatas terlihat bahwa paradigma kritis sebenarnya berupaya membebaskan manusia
dengan semangat dan ajaran agama yang lebih fungsional. Dengan kata lain, kalau
paradigma kritis Barat berdasarkan pada semangat revolusioner sekuler dan dorongan
kepentingan sebagai dasar pijakan, maka paradigma kritis PMII justru menjadikan nilainilai agama yang terjebak dalam dogmatisme itu sebagai pijakan untuk
membangkitkan sikap kritis melawan belenggu yang kadang disebabkan oleh
pemahaman yang distortif.Jelas ini terlihat ada perbedaan yang mendasar penerapan
paradigma kritis antara barat dengan Islam (yang diterapkan PMII). Namun demikian
harus diakui adanya persamaan antara keduanya yaitu dalam metode analisa,
bangunan teoritik dan semangat pembebasan yang terkandung didalamnya. Jika
paradigma kritis ini bisa diterapkan dikalangan warga pergerakan, maka kehidupan
keagamaan akan berjalan dinamis, berjalanya proses pembentukan kultur demokratis
dan penguatan civil society akan segera dapat terwujud. Dan kenyataan ini terwujud
manakala masing-masing anggota PMII memahami secara mendalam pengertian,
kerangka paradigmatic dan konsep teoritis dari paradigma kritis yang dibangun oleh
PMII. Dalam
transformasi
konsepsional
memandang
ideologi,
memberikan
pandangan
sosial,
realitas.
untuk mewujudkan
karena
Paradigma
perspektif
PMII,
paradigma
paradigma
kritis
masyarakat
kritisdalam
hanya
kritis
kritis
4hanya
wacana
mampu
yang
saja
berhenti
komunikatif
tidak
agama
menelanjangi
cukup
pada
dandan
sosial,
untuk
dataran
berbagai
sikap
melakukan
namun
kritis
metodologis
tendensi
dalam
ia tidak
Imajinasi tentang
masyarakat
Imajinasi ilmu
pengetahuan
Asumsi dasar
Rasional, memiliki
kepentingan pribadi,
ketidakseimbangan personal
dan berpotensi memunculkan
dis integrasi sosial
Consensus,
kohesif/fungsional struktural,
ketidakseimbangan sosial,
ahistoris, konservatif, prostatus quo,dan
Sistematic,
kuantitatif
positivistic,
antiprediktif.
perubahan
8
Type ideal
Pandangan hobes
mengenai konsep dasar
Negara
Asumsi dasar
Rasional,kooperatif,
sempurna
Integrasi sosial terjadi karena
adanya dominasi, konflik
menjadi instrument
perubahan, utopia
Filsafat materialisme,
histories, holistic, dan
terapan
Type ideal
Konsep homo feber hegel
Negara Republic plato
Asumsi dasar
Manusia bertindak atas
kesadaran subyektif, memiliki
kebebasan menafsirkan
realitas/aktif
Struktur internal yang
membentuk kesadaran
manusia, kontrak sosial
sebagai mekanisme control.
Filsafat idealisme, tindakan
manusia tidak dapat
diprediksi
Type ideal
Konsep kesadarn diri
imanuel kant
Konsep kontrak sosial J.J
Rousseau
Metode verstehen Weber