You are on page 1of 6

Take Home Elektrodinamika (FI5001)

Produksi X-Rays & Aplikasinya di Bidang Kesehatan


(Makalah)
Delfi Iskardyani
20213031
Wahyu Srigutomo, Ph. D
A. Pendahuluan
X-rays adalah suatu bentuk dari radiasi pengion
elektromagnetik yang memiliki frekuensi yang
sangat tinggi dan panjang gelombang yang pendek.
Panjang gelombangnya berkisar antara 0.001 10
nm. X-rays ditemukan oleh Roentgen pada tahun
1895, saat mempelajari sinar katoda dalam tabung
gas, yang mampu menembus bahan, memproduksi
floresense, mengionisasi gas dan menghitamkan
film. Skematik dari tabung X-rays dapat dilihat dari
gambar berikut:

Gambar 1. Digram skematik tabung X-rays (Sumber:


Jacaranda Physics 1 2nd Edition)

Anoda :
X- rays dapat dihasilkan dengan baik jika
anodanya terbuat dari bahan dengan Z tinggi dan
titik leleh tinggi, biasanya digunakan tungsten
dengan nilai Z = 74 dan T = 3370oC.
Biasanya dilakukan penggagungan dua logam
(tembaga + tungsten). Ketika elektron menumbuk
anoda sebagian menghasilkan X- rays dan
sebagian lagi menghasilkan panas. Semakin
dalam (ketebalan) plat yang ditembus X- rays
tingkat energinya berbeda-beda (semakin
kecil)dan dikenal dengan peristiwa heel effect.
Untuk diagnostik sumber elektron yang
digunakan untuk proyeksi citra harus berdimensi
kecil, biasanya dimensi filament.
Permukaan anoda biasanya dibuat miring dengan
tujuan menghasilkan a yang kecil dan untuk
membelokkan sinar.

Plat yang terus menerus dipapar elektron akan


mengalami kerusakan, karena itu anoda biasanya
dimodifikasi agar dapat berputar.
Anoda tersebut diberi
selubung untuk
menghindari pantulan sinar ke segala arah.
Selubung ini terbuat dari bahan tembaga dan
disebut juga hood. Selain itu, dipasang cooling
agar sebagian panas yang dihasilkan karena
tumbukan dapat diserap.
Katoda:
Merupakan tempat elektron dihasilkan dari proses
pemanasan, berupa filamen yang dialiri listrik.
Katoda harus memiliki hambatan listrik untuk
menghindari terjadinya disipasi
Bahan yang digunakan harus memiliki titik leleh
tinggi (tungsten).
Beda potensial di kedua ujung filamen tidak
tinggi, namun arusnya harus besar untuk
menghasilkan panas.
Jumlah elektron yang dihasilkan tergantung pada
dimensi filamen.
Beda Potensial:
Sumber tegangan PLN
Untuk katoda dibutuhkan I besar sehingga V nya
harus turun, karena itu digunakan trafo stepdown.
V antara anoda dan katodaharus besar maka
digunakan trafo step-up dan penyearah AC ke
DC agar plat anoda tetap (+) dan katoda tetap (-).
Ada dua jenis X- rays yang diketahui, yakni: Xrays karakteristik dan Bremsstrahlung.

Gambar 3. Diagram produksi X-rays karakteristik dan


Bremssstrahlung

Gambar 2. Permukaan Anoda (Sumber: Khan, 2003:29)

Keduanya sangat penting dalam fisika medis


untuk pencitraan diagnostik dan radioterapi. Jenis
X- rays ini akan dijabarkan pada poin selanjutnya.

B. Bremssstrahlung
Bremsstrahlung adalah tipe X-rays yang
terbentuk dari interaksi coulomb inelastik antara
partikel
ringan
dengan
inti
atom
(Podgorsak,2010:185). Berdasarkan massanya,
partikel bermuatan dalam fisika medis dan
dosimetri terdiri dari :
Partikel ringan : elektron e- dan positron e+, kedua
partikel ini mampu menghasilkan foton
bremsstrahlung karena massanya relatif kecil.
Partikel berat : proton p, deuteron d, partikel alfa
, ion berat seperti Li+, Be+, C+, Ne+, dst yang
memproduksi foton bremsstrahlung dalam jumlah
yang dapat diabaikan.
Sedangkan berdasarkan kecepatannya, partikel
bermuatan dibagi menjadi :
Statis dengan = 0
Bergerak dengan kecepatan tetap, = konstan
Dipercepatan dengan percepatan a = d/dt.
Dari ketiga klasifikasi di atas, hanya partikel
ringan dipercepat yang mampu menghasilkan foton
bremsstrahlung walaupun ketiganya memiliki
medan listrik yang melingkupinya. Kemudian,
hanya partikel bermuatan yang dipercepat yang
mengalami loss energy untuk menghasilkan radiasi
foton.
1. Partikel Bermuatan Dipercepat
Pada partikel bermuatan dipercepat, medan
magnet dan medan listrik non-statik tidak dapat
diseseuikan sedemikian rupa agar tidak ada energi
yang diradiasikan partikel. Sehingga, percepatan
atau perlambatan partikel akan meradiasikan
beberapa energi kinetiknya dalam bentuk foton
yakni radiasi bremsstrahlung. Medan listrik dan
medan magnet dari partikel ini dihitung dengan
Potensial Lienard-Wiechart. Untuk menentukan
bidang pada waktu t, potensial harus dikoreksi
terhadap waktu sebelumnya (waktu retardasi).
Medan listrik dan medan magnet untuk
partikel bermuatan dipercepat memiliki dua
komponen yakni : a) medan kecepatan lokal yang
meluruh seiring dengan 1/ r2, b) Medan percepatan
(radiasi) yang meluruh seiring 1/ r. Dalam fisika
medis dan dosimetri komponen 1/ r2 diabaikan,
karena nilainya menuju nol lebih cepat daripada
1/r. Medan listrik radiasi dapat dituliskan sebagai
berikut :
( )

=
atau

dengan
: vektor jarak dari partikel ke titik amat
: vektor percepatan partikel
: besar vektor percepatan
q : muatan partikel
: sudut antara dan
c : kecepatan cahaya dalam vakuum
Medan dan merambat keluar dengan
kecepatan c dan membentuk radiasi EM
(bremsstrahlung) yang dipancarkan oleh partikel
bermuatan dipercepat. Rapat energi yang
diradiasikan ditentukan oleh :
2
=
+
=
dengan

= /c dan c = 1/(

0 0)

2. Intensitas Radiasi dari Partikel


Bermuatan Dipercepat
Intensitas
radiasi
yang
dipancarkan
didefinisikan sebagai aliran energi per luasan A,
yang diperoleh dari perkalian vektor B/
dan
dikenal dengan vektor poynting sebagai berikut :
S=

dan besar vektor pointing itu adalah :


S = |S| =

Adapun karakteristik dari intensitas radiasi yang di


pancarkan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Intensitas radiasi yang dipancarkan S(r,)
berbanding lurus dengan : , kuadrat muatan
partikel;
, kuadrat percepatan partikel; dan
.
b) Intensitas radiasi yang dipancarkan S(r,)
berbanding terbalik dengan , mencerminkan
perilaku hukum kuadrat terbalik.
c) Intensitas radiasi yang dipancarkan S(r,)
menunjukkan harga maksimum sudut terhadap
arah gerak dimana
= , serta tidak ada
radiasi yang dipancarkan ke arah depan ( = 0)
atau ke arah belakang ( = ).
3. Daya yang Diemisikan oleh Partikel
Bermuatan Dipercepat Pada Radiasi EM
Daya yang dipancarkan oleh partikel bermuatan
dipercepat
untuk
menghasilkan
radiasi
bremsstrahlung
dapat
dihitung
dengan
mengintegralkan S(r,) terhadap luasan A.
dA= d = 2
sin
, maka:
P = = ( , ) dA
= ( , ) d = 2 ( , )

Sedangkan medan magnet untuk daerah radiasinya


dituliskan sebagai berikut :

=-

(1

) (

sin

)=

atau

Persamaan di atas berhubungan dengan Larmor


klasik yang memprediksi bahwa P dipancarkan
dalam bentuk gelombang radiasi bremsstrahlung
oleh partikel bermuatan dipercepat yang sebanding
dengan kuadrat partikel (q2) dan kuadrat percepatan
partikel (a2). Dari persamaan ini timbul pertanyaan
mengenai efisiensi dari produksi X-rays untuk nilai
massa m dan Ze yang bervariasi. Karena partikel ini
berinteraksi dengan absorber, maka partikel
tersebut akan mengalami interaksi coulomb dengan
orbital elektron (muatan e) dan inti (nilai Ze) dari
absorber.
Bremsstrahlung hanya diproduksi melalui
interaksi Coulomb inelastik antara partikel
bermuatan dan absorbernya. Percepatan dari
interaksi Coulomb dapat dievaluasi dengan
menyamakan gaya Newton dengan gaya Coulomb.
=

4. Relativistik Larmor
Diketahui
= = ,
Larmor klasik diperoleh :

P=

Dengan demikian, percepatan yang dialami partikel


yang berinteraksi dengan inti berbanding lurus
dengan muatan partikel itu itu sendiri dan muatan
dari inti, serta berbanding terbalik dengan massa
dari partikel bermuatan dan kuadrat jarak antara
kedua partikel yang berinteraksi.
Karena sebanding dengan
maka daya dari
radiasi bremsstrahlung berbanding terbalik dengan
, kuadrat massa partikel. Dengan demikian
untuk proton, yang memiliki massa proton relatif
lebih besar dibandingkan massa elektron,
( ) = 1.836), akan menghasilkan lebih
sedikit radiasi bremsstrahlung daripada elektron,
yakni sekitar ( ) 4 106 kali lebih
sedikit. Sedangkan daya yang dibutuhkan untuk
menghentikan radiasi partikel elekton enam kali
lipat lebih besar daripada partikel proton pada
kecepatan dan inti yang sama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa:
a) Karena berbanding terbalik dengan
, maka
untuk partikel berat dalam medium, loss energy
dari ionisasi (tumbukan) dan dari radiasi dapat
diabaikan. Sehingga daya total
=
dan
0.
b) Sedangkan untuk partikel ringan mengalami
tumbukan serta kehilangan energi radiasi dari
interaksi antara elektron tersebut dengan
elektron orbital inti. Sehingga daya total
=
+
.
c) William Duane dan Franklin L. Hunt (1915)
menyatakan
partikel
ringan
mampu
meradiasikan sejumlah energi dengan range
dari 0 - EK

=
=2
yang menghasilkan frekuensi cut-off yang
tajam pada panjang gelombang pendek di akhir
dari spectrum bremsstrahlung.

P=

5. Medan Listrik Relativistik dari Partikel


Bermuatan Dipercepat.
Kecepatan dari partikel mempengaruhi medan
listrik , dan dengan kenaikan = , medan
listrik juga semakin besar dengan ekspresi
persamaan yang berbeda dengan persamaan klasik,
yakni adanya faktor 1(1 cos )

hubungan

Untuk kasus khusus dari gerak linier (misalnya


pada akselerator Waveguide linier), daya yang
dipancarkan sebagai berikut :

( , )=

dengan

dari

Dan vektor
menjadi:
( , )=

Poyntingnya
=

sin
(1

cos )

(intensitas
(

radiasi)
)

Intensitas radiasi di atas memiliki beberapa sifat


penting yakni :
( , )
a) Intensitas
sebanding
dengan
(1 cos ) . Dalam mekanika klasik,
dimana 0 intensitas radiasi sebanding
dengan
, dan berharga maksimum pada
=

b) Seiring dengan pertambahan


, intensitas
radiasi terus naik menuju puncak, namun arah
ke depan ( = 0) dan belakang ( = ) masih
sama dengan nol.

Gambar 4. Distribusi intensitas radiasi dari dua elektron


dipercepat (Sumber : Podgorsak, 2010:196)
(1 cos ) menentukan pola
c) Fungsi
distribusi intensitas radiasi seperti pada gambar
4 di atas untuk = 0.006 ( 0) dan = 0.941.
dengan harga energi kinetic 10eV dan 1MeV
masing-masingnya.
d) Pada gambar 4, distribusi maksimum untuk
kedua nilai
adalah 1, namun pada
kenyataanya jika pada = 0.006 distribusinya
1, maka untuk = 0.941, distribusinya empat

kali lebih besar, yakni 1.44 10 , sebagaimana


ditunjukkan oleh Tabel 1 berikut:

sehingga

Tabel 1. Beberapa Parameter Produksi


Bremsstrahlung Oleh Elektron
(

10
10
10
10
10
1
10
10

0.006
0.020
0.063
0.195
0.548
0.941
0.999
0.9999

( ,
)
1.0000
1.0025
1.024
1.263
6.47
1.44 x 104
1.62 x 1011
1.64 x 1015

89.20
87.20
81.20
64.40
35.00
10.00
1.40
0.40

1.00002
1.0002
1.002
1.02
1.20
2.96
20.4
70.71

Ket:
a)

= =

b)

=
cos

( ,

d)

dimana

= 0.511

1
1

= 1
cos
1
3

1 + 15

1
1
1
3
2

1+

1
2

1
=1

1
2

1
1
1
3
2

4 1+

1 + 15 1 +

15
32

1
2

1 1

1
8

1
2

Jika kedua persamaan


di plot terhadap energi
kinetik elektron, akan diperoleh grafik sebagai
berikut:
=

c)

1 dan

c) Pada wilayah ekstrem dimana

1 + 15

)=

dimana

6. Sudut Karakteristik
Semakin besar harga , intensitas radiasi yang
dipancarkan ( , ) juga semakin besar, artinya
harga
juga semakin besar. Karakteristik dari
sudut
dijabarkan sebagai berikut:
( , ) |
=0
2 sin
(1

cos

5
(1

+ 2
=
=

5 =0

1 + 15

cos

=0

1 + 15

Adapun syarat batas dari


berikut :
a) Pada wilayah klasik

1
2

adalah sebagai

Gambar 5. Hubungan
dan Energi Kinetik
(Sumber: Google image)

) menunjukkan
Dari Tabel 1. Nilai ( ,
peningkatan distribusi foton bremsstrahlung yang
sangat signifikan saat
=
. Hal ini
menunjukkan
bahwa
peningkatan
efisiensi
produksi X-rays sejalan dengan peningkatan energy
kinetic elektron (atau positron). Jika parameter
dan
diplot terhadap energi kinetic akan
diperoleh grafik sebagai berikut :

0 menghasilkan

lim

= lim

cos

= lim

= lim
=

cos

1+

+ 1

cos

cos 0 =

b) Pada wilayah relativistic


0
lim

1 + 15

1
= lim
cos

3
=
cos 1 = 0

1 menghasilkan
1 + 15

Gambar 6. Grafik Hubungan antara Energi Kinetik dan


Normalisasi Kecepatan

Nilai
turun seiring kenaikan energi kinetik
dan mencapai 00 saat EK tinggi.

Dalam orthovoltage X-rays range


sedangkan megavoltage X-rays range

40,
5,

Intensitasnya X-rays karakteristik ini jauh lebih


besar dari pada intensitas X-rays bremsstrahlung,
serta
memiliki
sifat
diskrit,
sedangkan
bremsstrahlung bersifat kontinu.
D. Aplikasi X-Rays di Bidang Kesehatan
Secara garis besar aplikasi x-rays dalam bidang
kesehatan itu terbagi dua:
1) Diagnostic Imaging
2) Radiotheraphy Treatment

Gambar 7. Grafik Hubungan


Kinetik

dan Energi

C. X-rays Karakteristik
Elektron dari katoda yang bergerak dengan
percepatan yg cukup tinggi, dapat mengenai
elektron dari atom target (anoda) sehingga
menyebabkan elektron tereksitasi dari atom,
kemudian elektron lain yang berada pada sub kulit
yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang
ditinggalkan
oleh
elektron
tadi,
dengan
memancarkan X-rays yang memiliki energi
sebanding dengan level energi elektron. X-rays
inilah yang disebut dengan X-rays karakteristik.
Karena tingkat-tingkat energi di dalam atomatom itu terkuantisasi maka X-rays yang
dipancarkannya akan memiliki panjang gelombang
atau energi yang tertentu, sehingga X-rays ini
disebut juga X-rays monokhromatik. Sebagai
contoh, apabila X-rays ini timbul akibat transisi
elektron dari kulit L ke kulit K maka X-rays ini
akan memiliki energi E = EL - EK. Peristiwa
eksitasi ini di atur dengan kaidah seleksi.
Garis spektrum X-rays lazim dinamai K,
sehingga panjang gelombangnya sering disebut lK. Nama-nama garis spektrum lainnya adalah K.
Apabila
dibandingkan
dengan
X-rays
bremsstrahlung X-rays karakteristik tersebut
muncul secara tumpang tindih di dalam spektrum
bremsstahlung seperti terlihat pada gambar berikut
:

Gambar 8. Spektrum x-ray karakteristik yang tumpang


tindih dengan bremsstrahlung (Sumber:google image)

Salah satu modalitas diagnostic imaging


(pencitraan diagnostic) adalah x-rays. Prinsipnya
x-rays dilewatkan ke tubuh pasien kemudian terjadi
interaksi x-rays di jaringan. X-rays sebagian
dilewatkan dan sebagian lagi mengalami atenuasi.
Perbedaan atenuasi jaringan ini yang kemudian
ditangkap oleh detektor dan direkonstruksi menjadi
citra medis.
Tujuan dari pencitraan medis ini adalah untuk
mendapatkan gambaran organ tubuh pasien yang
memudahkan para dokter dalam mendiagnosa
penyakit, serta untuk mendapatkan gambaran posisi
kanker secara pasti jika akan di lakukan terapi yang
tidak lain untuk meminimalisir dampak x-rays
jaringan sehat di sekitarnya. Dari citra ini juga
dapat di tentukan ukuran berkas untuk setiap arah
penyinaran dan untuk mengevaluasi simulasi
perencanaan terapi (Radiotherapy Treatment
Planning/RTP)
Sementara dalam Radiotheraphy Treatment, xrays digunakan untuk membunuh sel kanker atau
tumor itu sendiri dengan dosis tertentu dan
beberapa kali proses penyinaran. Biasanya radiasi
ini dilakukan setelah operasi pengangkatan sel
tumor/kanker untuk memastikan tidak ada sisa-sisa
sel kanker di jaringan tubuh.
Daftar Pustaka
Cember, Herman. 2009. Introduction to Health
Physics. USA: Mc Graw Hill
Cohan, David. D. Experimental Bremsstrahlung
Yields for MeV Proton Bombardment of
Berrylium
and
Carbon.
Nuclear
Instruments and Method in Physics
Research Section B, Volume 266, Issue 8,
April 2008
Khan, Faiz. M. 2003. The Physics of Radiation
Theraphy (Third Edition). USA: Lippicott
Williams & Wilkins
Lamoureux, M. Interest of Election-Ion
Bremsstrahlung for Plasma Physics.
Radiation Physics and Chemistry, Volume
59, Issue 2, 1 agustus 2000
Manjunantha, H. C. Bremsstrahlung Dose Induced
by High energy Betha Particles (>1MeV)
in Bone. Annals of Nuclear Energy,
Volume 59, September 2013
Niranjana, K. M. K-Shell Parameters Of Some
Lantachide
Elements
Using

Bremsstrahlung. Radiation Physics and


Chemistry, Volume 107, Februsry 2014
Podgorsak, Ervin. B. 2010. Radiation Physics For
Medical Physicist (second edition). New
York:Springer
Prince, Jerry. L. 2006. Medical Imaging: Signal
and System. USA:Pearson Prentice Hall
Suetens, P. 2009. Fundamental Of Medical
Imaging. Cambridge:
Cambridge
University Press
Suyatno, Ferry. 2008. Aplikasi Radiasi Sinar- X di
Bidang Kedokteran Untuk Menunjang
Kesehatan Masyarakat. Seminar Nasional
IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta
(25-26 Agustus 2008)

You might also like