Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
NOMOR:
/
/ MEM//2004
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN
SISTEM ALAT UKUR DAN OPERASI SERAH TERIMA
PADA KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
c. Alat Ukur adalah peralatan yang dapat berdiri sendiri atau merupakan
bagian peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran kuantitas dan/atau
kualitas minyak dan gas bumi termasuk untuk mengukur aliran, tekanan,
suhu, tinggi permukaan cairan, dan komposisi minyak dan gas bumi.
d. Sistem Alat Ukur adalah suatu rangkaian Alat Ukur dan perlengkapannya
yang merupakan kesatuan sistem yang tidak terpisahkan yang
dipergunakan untuk pengukuran kuantitas dan/atau kualitas minyak dan
gas bumi, menurut klasifikasi Legal dan Operasi.
e. Meter adalah alat yang diperuntukan atau dipakai bagi pengukuran
kuantitas aliran min yak dan gas bumf.
f.
atau
Pasal 3
(1) Penggunaan Peralatan dan Sistem Alat Ukur pada kegiatan usaha minyak
dan gas bumi meliputi perencanaan , pembangunan , pemeriksaan,
pengoperasian dan pemeliharaan.
(2) Peralatan dan Sistem Alat Ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib memenuhi keselamatan kerja dan standar sesuai ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Pasal 4
(1) Dalam melaksanakan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mengajukan
perencanaan sistem alat ukur kepada Direktorat Jenderal.
(2) Perencanaan Sistem Alat Ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
paling sedikit memuat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Piping
&
Program
pemeriksaan teknis , pengujian teknis dan kalibrasi
pembangunan sistem alat ukur (Inspection Test Plan).
(3) Dalam hal perencanaan sistem alat ukur sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1 ) dan ayat ( 2) telah lengkap , wajib dipresentasikan pada Direktorat
Jenderal.
(4) Berdasarkan hasil evaluasi atas presentasi , Direktur Jenderal memberikan
persetujuan atau penolakan atas perencanaan sistem alat ukur atau
perencanaan modifikasi sistem alat ukur paling lama 10 (sepuluh) had
kerja setelah dilaksanakannya presentasi.
(5) Dalam hal Direktur Jenderal menolak atas perencanaan sistem alat ukur
dan perencanaan modifikasi sistem alat ukur wajib memberikan alasanalasan penolakannya.
(6) Dalam hal Direktur Jenderal tidak memberikan persetujuan atau penolakan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), pengajuan
perencanaan Sistem Alat Ukur yang diajukan sebagaimana dimaksud
dalam ayat ( 1) dianggap disetujui dan Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap dapat memulai pembangunan sistem alat ukurnya.
Pasal 5
(1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dapat
melaksanakan
pembangunan sistem alat ukur untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
(2) Dalam hal Badan usaha atau Bentuk Usaha Tetap tidak melakukan sendiri
pembangunan sistem alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat menunjuk pihak lain sebagai perakit dan perekayasa sistem alat
ukur.
Pasal 6
a.
b.
c.
Gas
Minyak dan produk cair
lainnya di fasilitas uji
pabrik
Automatic Tank Gauging
(ATG) di fasilitas uji
abrik.
ATG pada sistem tangki
ukur untuk serah terima
Pemakaian
Tekanan
Psi
K9 /cm
Te V
eratur
C
Ket---- - --
Kalibrasi Prover
0,5
0,05
Temp.
Provin g Meter
Pen ukuran
0,5
0,5
0,25
0,5
MPMS 7.2
API
h. Timbangan
Maksimum
keslahan
yang
dibolehkan
Klas II
Klas III
Klas IV
+05e
05m550.000
05m55.000
05m5500
05_m550
t1e
t 1.5
5.000 <m
200.000 < m
:5 20.000
20.000 < m 5 100.000
Terhadap Sistem Alat Ukur Meter Legal untuk minyak bumi , gas bumi dan
hasil olahan paling sedikit dilengkapi dengan :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Meter kerja
Alat Ukur Tekanan
Alat Ukur Suhu
(2)
(3)
(4)
Sistem Tangki Ukur Legal untuk LPG, LNG, Minyak Bumi dan hasil
olahan harus dilengkapi Tabel Volume Tangki, Alat Ukur Tinggi Permukaan
Cairan, Alat Ukur Temperatur dan Alat Pengambil Contoh.
(5)
Sistem Alat Ukur Timbangan Legal untuk Liquified Petroleum Gas (LPG)
dan hasil olahan kilang yang berbentuk padat harus dilengkapi dengan
alat pencatat timbangan dan/atau indikator.
(6)
Alat ukur legal wajib ditera dan tera ulang sesuai dengan peraturan yang
berlaku disaksikan oleh petugas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
(7)
(8)
(9)
Sistem Alat Ukur Operasi wajib ditera dan ditera ulang oleh ahli yang
ditunjuk pemilik disaksikan oleh Inspektur Migas.
BAB III
(1)
(2)
Sistem alat ukur Legal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
Sistem Alat Ukur Utama dan Sistem Alat Ukur Cadangan (back up) yang
terintegrasi dan memenuhi syarat.
(3)
(4)
Dalam hal sistem alat ukur utama sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
tidak dapat digunakan, dapat digunakan alat ukur cadangan yang
memenuhi syarat.
Pasal 12
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap bertanggung jawab dan menjamin
atas operasi dan kelangsungan beroperasinya sistem alat ukur dan wajib
melaksanakan pemeriksaan teknis secara berkala sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1) Dalam hal penggunaan peralatan dan sistem alat ukur tidak dapat memenuhi
ketentuan keselamatan kerja , ketelitian (accuracy), ketidaktetapan
(repeatability), unjuk kerja ( performance), wajib diperbaiki apabila tidak dapat
diperbaiki tidak boleh digunkan dan wajib dilaporkan kepada
Direktur
Jenderal.
(2) Pelaporan peralatan dan sistem alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), memuat latar belakang tidak digunakannya alat ukur atau sistem alat
ukur dan langkah -langkah perbaikan yang telah dilakukan.
Pasal 15
Pasal 17
Sistem Tangki Ukur Darat
(1)
Sistem Tangki Ukur Darat terdiri atas tabel volume tangki, alat ukur tinggi
permukaan cairan , pengambil contoh dan alat ukur suhu, alat ukur
densiti/API yang syah.
(2)
Alat Ukur Tiggi Permukaan Cairan dan Tangki Ukur wajib ditera dan tera
ulang sesuai dengan peraturan yang berlaku
(3)
Sistem tangki ukur darat dapat digunakan sebagai alat ukur utama untuk
lapangan yang memproduksi minyak mentah kurang dari 3000 barrel
perhari atau setara.
(4)
Sistem tangki ukur darat hanya dapat digunakan sebagai sistem alat ukur
cadangan (back up) untuk pengukuran Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
hasil olahan kilang minyak bumi.
(5)
Sistem tangki ukur darat tidak dapat digunakan sebagai alat ukur utama
kecuali sistem meter tidak dapat digunakan/rusak.
Pasal 18
Sistem Tangki Ukur Terapung
(1) Sistem alat ukur tangki terapung terdiri atas tabel volume tangki, alat ukur
tinggi permukaan cairan, alat ukur suhu, alat ukur densiti/API, dan alat
ukur tekanan.
(2) Sistem tangki ukur terapung hanya dapat digunakan sebagai alat
cadangan (back up).
(3) Tangki Ukur dan Alat Ukur Tiggi Permukaan Cairan wajib ditera dan tera
ulang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(4) Dalam hal tidak terdapatnya perubahan tabel volume tangki sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), lembaga yang berwenang wajib menjamin
kebenaran tabel volume tangki.
(5) Tanker yang digunakan sebagai sistem tangki ukur terapung wajib
memiliki sertifikat class yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang
dan dilakukan verifikasi Teknis serta Keselamatan Kerja oleh Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 18
Tangki Kapal LNG
(1) Sistem alat ukur tangki terapung LNG terdiri atas tabel volume tangki, alat
ukur tinggi permukaan cairan , alat ukur suhu , alat ukur densiti /API, dan alat
ukur tekanan yang syah.
(2) Tangki Terapung Liquified Natural Gas (LNG) digunakan sebagai sistem alat
ukur utama.
(3) Untuk menjamin kehandalan Alat ukur tinggi permukaan cairan yang
digunakan pada Kapal LNG harus dilengkapi dengan cadangan yang
memadai.
(4) Tangki Ukur dan Alat Ukur Tiggi Permukaan Cairan wajib ditera dan tera
ulang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Dalam hal tidak terdapatnya perubahan tabel volume tangki sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), lembaga yang berwenang
wajib menjamin
kebenaran tabel volume tangki secara periodik.
(6) Tanker LNG yang digunakan sebagai sistem tangki ukur terapung wajib
memiliki sertifikat class yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang dan
dilakukan verifikasi Teknis serta Keselamatan Kerja oleh Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi.
BAB VI
FASILITAS SERAH TERIMA MINYAK DAN GAS BUMI
Pasal 19
(1) Pelabuhan Khusus yang difungsikan sebagai Terminal serah terima minyak
dan gas bumi harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang.
(2) Terminal Serah Terima Minyak Mentah harus dilengkapi dengan sistem alat
ukur utama dan cadangan , labolatorium serah terima, alat penyerahan,
sistem pengaman kerangan akhir,
alat hitung (Calculator) minimal
mempunyai tampilan angka dua belas digit.
prosedur
(6) Fasilitas instalasi serah terima minyak dan gas bumi harus dirancang,
dikonstruksi dan dioperasikan sesuai dengan peraturan dan kaidah
keteknikan yang balk.
(7)
(8)
(9)
(1) Stasiun Serah Terima Gas Bumi harus dilengkapi dengan sistem alat ukur
utama dan cadangan , labolatorium serah terima gas,
sistem pengaman,
alat hitung (Calculator) minimal mempunyai tampilan angka dua belas digit
(2) Stasiun pengukur Serah Terima Gas Bumi harus menggunakan sistem alat
ukur, dalam hal sistem meter dilengkapi dengan flow computer harus
dilengkapi dengan sistem alat ukur cadangan.
(3) Badan dan Bentuk Usaha Tetap wajib memelihara fasilitas serah terima agar
dapat berfungsi dengan baik.
(4) Fasilitas instalasi serah terima harus dilengkapi dengan sistem keselamatan
kerja , alat pemadam kebakaran , alat komunikasi dan peralatan pencegahan
pencemaran lingkungan.
(1)
(2)
(3)
b.
c.
d.
e.
f.
(4)
Terhadap sistem meter minyak dan hasil olahannya harus diuji sesuai
prosedur penyerahan yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal untuk
mendapatkan Meter Faktor.
(5)
Terhadap sistem meter yang tidak dilengkapi dengan alat uji wajib
dilakukan pengujian meter di lembaga yang syah atau cara lain yang
disetujui pihak yang berwenang minimal satu tahun sekali untuk
mendapatkan Meter Faktor.
(6)
(7)
Pasal 22
(1)
(2)
(3)
Perbedaan
pengukuran
volume
antara
Pengiriman
( Stasiun
Penyerahan/Kapal ) dengan pengukuran volume di Stasiun/Terminal
Penerima
maksimum 0,5% (untuk Carry Insurance Freight atau
penerimaan legal).
(4)
(5)
(6)
Apabila Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap tidak dapat mengevaluasi
sendiri terhadap akurasi, unjuk kerja dan operasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) maka Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dapat
menggunakan
pihak lain yang mempunyai
kompetensi
untuk
mengevaluasi.
BAB VII
PROSEDUR
Pasal 23
(1)
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mempunyai Prosedur Serah
Terima Minyak atau Gas Bumi yang disetujui oleh Direktur Jenderal
sebelum Sistem Alat Ukur dioperasikan.
(2)
Prosedur serah terima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurangkurangnya berisi seperti pada lampiran.
(3)
Pasal 24
Jasa Penunjang
(1)
(2)
Untuk dapat menjamin syarat teknik dan purna jual Perusahaan Jasa
termaksud pada butir ( 1) wajib mendapat rekomendasi dari Direktur
Jenderal.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
j.
1.
k
I
Pasal 25
Produk Alat Ukur
(1)
Alat ukur yang akan dipergunakan pada kegiatan usaha minyak dan gas
bumi wajib diverifikasi oleh Inspektur migas.
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(4)
(5)
(6)
(7)
Pasal 26
Pembiayaan
Pembiayaan yang timbul akibat dari Keputusan Menteri ESDM ini dibebankan kepada
Instansi, Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap, atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
(8)
Alat Ukur Utama dan perlengkapannya yang akan dipasang pada Sistem Alat
Ukur wajib berpedoman pada Daftar Agen, Perakit / Perekayasa sistem alat ukur
migas yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 27
Ketentuan Penutup
Hal-hal yang belum diatur di dalam ketentuan ini akan ditenukan kemudian.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
2004
Purnomo Yusgiantoro
Tembusan :
1. Menteri Dalam Negeri
2. Sekretaris Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
3. Inspektur Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral