You are on page 1of 10

MINI CASE REPORT

Nama Pasien

: H. tino

Tanggal Lahir

:-

Suku

: Makassar

Jenis Kelamin

: Perempuan

Anamnesis Lengkap

: Keluhan Utama : sakit pada tengkuk leher belakang,

Tanda Vital

: TD : 160/120 mmhg

Status gizi

: BB : 65 Kg, Tb: 158,


IMT:27,23 Kg/m2 (obes)

Pem. Fisis

:
Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi : -

Pem. Penunjang

:-

Diagnosis

: hipertensi Esensial

Dif. Diagnosis

: Proses akibat white coat hypertension , Proses akibat obat,


Nyeri akibat tekanan intraserebral, Ensefalitis

Perencanaan terapi :
1. Modifikasi gaya hidup ( penurunan berat badan, kurangi
konsumsi garam, perbanyak makan sayur dan buah kurangi
konsummsi makanan berlemak, rutinkan aktifitas fisik).
2. Jika dalam waktu 2 minggu observasi target penurunan
tekanan darah tidak tercapai maka dapat diberikan obatobatan inisiasi sesuai status keadaan pasien pasien.

Kajian Pustaka

Definisi
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg dan atau diastolic 90 mmHg
Epidemiologi
Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar
80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Di Indonesia
banyaknya penderita hipertensi di perkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol.
Prevalensi 6 -15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai
penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial
Factor Resiko
Factor resiko dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi
dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga
Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu :
Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)

Konsumsi alcohol berlebihan


Aktivitas fisik kurang
Kebiasaan merokok
Obesitas
Dislipidemia
Diabetes Melitus
Psikososial dan stress

Patofisiologi
Pathogenesis terjadinya hipertensi multifaktorial dan kompleks. Multifaktorial
tersebut mengatur tekanan darah untuk perfusi jaringan dan termasuk mediator
mediator hormone, permeabilitas pembuluh darah, sirkulasi darah, caliber
pembuluh darah, viskositas darah, kardiak output, elastisitas pembuluh darah, dan
stimulasi neural. Pathogenesis yang paling mungkin untuk hipertensi esensial yang
telah diusulkan dimana multi factorial termasuk predisposisi genetic, asupan garam
berlebih berinteraksi untuk terjadinya kondisi hipertensi. Meskipun genetic
memiliki kontribusi untuk memungkinkan terjadinya hipertensi esensial,
mekanisme pastinya belum dapat dipastikan.
Progress dari hipertensi esensial yaitu :
1. Pre hipertensi pada usia 10 30 tahun (dengan peningkatan cardiac output)
2. Hipertensi tahap awal pada usia 20 40 tahun (dengan peningkatan resistensi
perifer yang utama)
3. Hipertensi menetap pada usia 30 50 tahun
4. Hipertensi dengan komplikasi pada usia 40 60 tahun

Mekanisme pertama hipertensi yaitu tingginya tekanan darah. Tingginya tekanan


darah dihasilkan dari penurunan resistensi perifer pembuluh darah dan seiring
dngan stimulasi jantung karena hiperaktifitas adrenergic dan perubahan
homeostasis kalsium. Mekanisme ke dua yaitu normal atau penurunan cardiac
output dan peningkatan resistensi vaskuler sistemik karena peningkatan reaktifitas
pembuluh darah. Mekanisme lain yaitu peningkatan reabsorbsi garam dan air oleh
ginjal dimana meningkatkan volume sirkulasi darah.
Gejala Klinis
1. Anamnesis
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala
Keluhan hipertensi antara lain : sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar
debar, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan
tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi
2. Pemeriksaan fisik
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit berat ringan. Tekanan darah
meningkat (sesuai dengan criteria JNC VIII). Nadi tidak normal. Pada pasien
dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan pemeriksaan
fisik jantungnya (JVP, batas jantung dan rochi)
3. Pemeriksaan penunjang
Urinalisis (proteinuri atau albuminuri), tes gula darah, tes kolesterol (profil
lipid), ureum kreatinin, funduskopi, EKG dan foto thorax

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VIII (JNC VIII)
Tekanan Darah

Sistolik Blood Pressure

Diastolik Blood Pressure

> 60

< 150

< 90

< 60

< 140

< 90

> 18 dengan DM

< 140

< 90

Differential Diagnosis
1. Proses akibat white coat hypertension
2. Proses akibat obat
3. Nyeri akibat tekanan intraserebral
4. Ensefalitis
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup

Modifikasi gaya hidup


Penurunan

Rekomendasi

Berat Jaga berat badan ideal

Rerata Penurunan TDS


5 20 mmHg

Badan
Dietary Approaches of Diet kaya buah, sayuran, 8 14 mmHg
Stop

Hypertension produk rendah lemak

(DASH)

Pembatasan

intake Kurangi < 100 mmol per 2 8 mmHg

natrium

hari

Aktifitas fisik aerobic

Aktivitas aerobik yang 4 9 mmHg


teratur , 30 menit, hampir
setiap hari

Pembatasan

konsumsi Laki laki : dibatasi < 2x 2 4 mmHg


/ hari

alcohol

Perempuan : dibatasi < 1x


/ hari
Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Control
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan
hasil pengobatan
1. Hipertensi tanpa compelling indication
Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretic (HCT 12.5 50mg/ hari,
furosemid 2 x 20 80 mg/ hari), atau pemberian penghambat ACE
(captopril 2 x 25 100 mg/hari atau enalapril 1 2 x 2.5 40 mg/ hari),
penyekat reseptor beta (atenolol 25 100 mg/ hari dosis tunggal),
penghambat kalsium (diltiazem extended release 1 x 180 420 mg/ hari,
amilodipin 1 x 2,5 10 mg/ hari, atau nifedipin long acting 30 60 mg/
hari) atau kombinasi
Hipertensi stage 2 , bila target terapi tidak tercapai setelah observasi
selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan
diuretic , tiazid atau penghambat ACE atau antagonis reseptor AII

(losartan 1 2 x 25 100 mg/ hari) atau penyekat reseptor beta atau


penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari
masing masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hpertensi
yang diminum sekali sehari atau maksimum 2x sehari
2. Hipertensi compelling indication
Bila

target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau

ditambahhkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai


Hipertensi compelling indication
Indikasi khusus

Obat yang direkomendasikan


Diuretic

BB

ACEi

ARB

CCB

Antagonis
aldosteron

Gagal jantung

Proses infark

miokard akut
Resiko tinggi

penyakit
koroner
DM
Penyakit ginjal
kronik
Pencegahan

stroke berulang

3. Kondisi khusus lain


Obesitas dan sindrom metabolic

Lingkar pinggang laki laki > 90 cm atau perempuan > 80 cm. Toleransi
glukosa terganggu dengan GDP 110 mg/dl, tekanan darah minimal
130/85 mmHg, trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolesterol rendah < 40 mg/dl
(laki laki) dan < 50 mg/dl(perempuan)
Modifikasi gaya hidup yang intensif dengan terap utama ACE, pilihan lain
reseptor A II, penghambat kalsium dan penghambat

Hipertensi ventrikel kiri


Tatalaksana tekanan darag agresif termasuk penurunan berat badan, restriksi
asupan natrium dan terai dengan semua kelas antihipertensi kecuali
vasodilator langsung, yaitu hadralazin dan minoksidil
Penyakit Arteri Perifer
Semua kelas hipertensi, tatalaksana factor resiko dan pemberian aspirin
Lanjut usia
Diuretic (tiazid) mulai dosis rendah 12.5 mg/ hari
Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta
Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor , antagonis kalsium, vasodilator.
Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama
kehamilan
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri
Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
Aterosklerosis pembuluh darah
Retinopati
Stroke atau TIA

Infark myocard
Angina pectoris
Gagal jantung
Prognosis
Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol
Pembahasan
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg dan atau diastolic 90 mmHg,

yang dibagi dalam beberapa kondisi

tingkatan, dan penanganannya didasarkan pada ada tidaknya komplikasi ataupun


keadaan khusus yang dialami oleh pasien. Berdasarkan tinjauan pada pasien
tersebut, didapatkan tekanan darah sistolik 160 mmhg dan diastolic 120 mmhg.
Berat badan 65 kg, tinggi badan 158 cm, dengan indeks masa tubuh 27,23 kg/m2,
dan didapatkan keluhan sering tegang pada leher belakang. Pada kasus tersebut
dokter belum memberikan intervensi dengan pemberian obat-obatan, sesuai
langkah awal penanganan hipertensi, dokter melakukan observasi selama 2 minggu
sampai 1 bulan dengan menganjurkan melakukan terapi modifikasi gaya hidup.
Dan jika tidak turun-turun dalam waktu yang telah diitentukan, baru dokter akan
memberikan obat.
Daftar Pustaka
1. Dirjen Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman Pengendalian Hipertensi.
Kemkes. 2013

You might also like