Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan K3
Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua system manajemen seperti
Manajemen Lingkungan, Manajemen mutu dan lainnya. Kebijakan merupakan
roh dari semua system, yang mampu memberikan spirit dan daya gerak untuk
keberhasilan suatu usaha.
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut
partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap peserta diberi arahan dan
pemikiran yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil. Setiap kebijakan
mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap
kategori fungsionaris perusahaan (Direksi, Manajer, Penyelia, dan Mandor).
Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen pucuk
pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja.
Oleh karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang
diharapkan mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi
sehingga program K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan baik.
Namun demikian, suatu kebijakan hendaknya jangan hanya bagus dan indah
diatas kertas tetapi tidak ada implementasi atau tindak lanjutnya sehingga akan
sia-sia belaka. Tanpa adanya kebijakan yang dilandasi dengan komitemen yang
kuat, apapun yang direncanakan tidak akan berhasil dengan baik.
Frank Bird dalam bukunya Commitment, menyebutkan bahwa komitmen
adalah niat atau tekad untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi daya dorong
yang sangat kuat untuk mencapai tujuan. Tekad dan keinginan tersebut, akan
tercermin dalam sikap dan tindakannya tentang K3. Tanpa komitmen dari semua
unsure dalam organisasi, khususnya para pimpinan, pelaksanaan K3 tidak akan
berjalan dengan baik. Komitmen bukan sekedar diucapkan atau dituangkan
dalam tulisan dan instruksi, tetapi harus diwujudkan secara nyata dalam tindakan
dan sikap sehari-hari.
Berbagai bentuk komitmen yang dapat diwujudkan oleh pimpinan dan
manajemen dalam K3 antara lain:
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja,
pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang
dalam rangka peningkatan kinerja K3.
Kebijakan K3 harus tertulis dan formal karena:
1. Kebijakan K3 sebagai pedoman kerja sehari-hari.
sebagai
suatu
dokumen
yang
mencerminkan
nilai-nilai
12. Kebijakan ini sebaiknya dipajang di tempat kerja sebagai pengingat untuk
semua orang.
13. Kebijakan ini juga dikirimkan ke semua kantor manajemen agar para
manajer ingat akan kewajiban mereka terhadap aspek-aspek penting
pelaksanaan perusahaan.
2.2 Kriteria Kebijakan K3
Suatu kebijakan K3 yang baik disyaratkan memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi
Kebijakan K3 adalah perwujudan dari visi dan misi suatu organisasi,
sehingga harus disesuaikan dengan sifat dan skala organisasi.
Kebijakan K3 tentu berbeda antara suatu organisasi dengan organisasi
lainnya, tergantung sifat dan skala resiko K3 yang dihadapi, serta
strategi bisnis organisasi.
Komitmen
untuk
peningkatan
berkelanjutan
akan
3. Termasuk
adanya
komitmen
untuk
sekurangnya
memenuhi
Disamping
itu
kebijakan
tersebut
harus
5. Dikomunikasikan
Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar pekerja
memahami maksud dan tujuan kebijakan K3, kewajiban serta peran
semua pihak dalam K3. Komunikasi kebijakan K3 dapat dilakukan
melalui berbagai cara atau media, misalnya ditempatkan di lokasilokasi kerja, dimasukkan dalam buku saku K3, website organisasi atau
bahan pembinaan dan pelatihan.
mengetahui
kebijakan
K3
tersebut,
mereka
dapat
organisasi
secara
menyeluruh,
misalnya
rencana
Kinerja K3
Kebijakan K3 disusun dengan mempertimbangkan kinerja K3
sebelumnya, sehingga kebijakan K3 dapat menjadi pedoman untuk
peningkatan berkelanjutan. Kinerja K3 secara berkala harus dievaluasi
melalui kajian manajemen. Dengan demikian, kebijakan K3 juga
bersifat dinamis dan harus disempurnakan secara berkala.
(kontraktor
atau
pemasok)
untuk
memiliki
system
Peningkatan berkelanjutan
Kebijakan K3 juga harus dapat memberikan ruang untuk peningkatan
berkelanjutan. Masalah K3 akan selalu timbul selama organisasi masih
hidup atau beroperasi. Karena itu, upaya K3 harus terus-menerus
ditingkatkan. Kebijakan K3 harus mempertimbangkan hal tersebut.
Peran pekerja
Adanya peran pekerja dalam pengembangan dan penyusunan
kebijakan, sehingga akan memperoleh dukungan dan partisipasi aktif
dari semua pihak. Pengembangan K3 dapat dilakuka misalnya melaui
komite K3, P2K3, atau perwakilan pekerja lainnya sehingga mereka
merasa memiliki dan turut bertanggung jawab untuk merealisirnya.
Berdasarkan masukan yang diterima dan dihimpun dari semua pihak, disusun
kebijakan. Kebijakan ini harus ditandatangani oleh pimpinan tertinggi dalam
organisasi atau unit kegiatan. Selanjutnya kebijakan tersebut dikomunikasikan
kepada semua pihak, misalnya dalam bentuk brosur, intranet, buletin, dan
pedoman K3.
Kebijakan K3 harus mudah dimengerti, dipahami dan didokumentasikan serta
didistribusikan kepada semua pihak terkait dalam organisasi.
2.4 Organisasi
Dalam perencanaan maupun pelaksanaan kebijakan K3, banyak pihak yang
terkait yang mana disusun dalam satu kerangka organisasi. Susunan organisasi
semua
pihak,
baik
staf
maupun
lini.
Fungsionaris
lini
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
DIREKTUR
PEMASARAN
PABRIK
DIREKTUR
KEUANGAN
DIREKTUR
UMUM
Jadi,
Kesehatan
dari
bawahannya,
kemudian
mempertimbangkannya.
f) Para Pengawas wajib menjadwalkan rapat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berkala untuk meningkatkan cara bekerja yang
selamat.
4. Tanggungjawab Mandor :
Perusahaan
dalam
rangka
K3,
khususnya
dalam
6. Tanggungjawab Karyawan
a) Seluruh karyawan bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan
kearah pencegahan kecelakaan.
b) Tidak satu kerja pun yang dapat dinyatakan rampung jika
karyawan tidak memelihara keselamatan dirinya dan teman-teman
sejawatnya.
c) Seluruh karyawan harus melaporkan kepada dan meminta
pertolongan pertama dari mandor mereka untuk setiap luka betapa
pun kecilnya.
d) Kondisi, peralatan, atau perbuatan yang kurang selamat harus
segera dilaporkan kepada mandor.
e) Setiap karyawan wajib membaca, memahami, dan mematuhi
seluruh petunjuk dan arahan tentang K3.
setiap
kecelakaan,
kelompok
yang
bersangkutan
harus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan K3 merupakan bukti otentik dari komitmen manajemen dalam
pelaksanaan K3 dan menjadi acuan bagi manajemen untuk menyusun
program K3 yang akan dilaksanakan.
2. Kebijakan K3 harus tertulis dan formal hal ini diperuntukkan sebagai
pedoman kerja sehari-hari, mempermudah pelaksanaan dan pengawasannya,
serta mempermudah pekerja untuk mengikuti ketentuan dan peraturan K3
(hak dan kewajiban).
3. Keriteria kebijakan K3 adalah sesuai dengan sifat dan skala resiko K3
organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan, termasuk
adanya komitmen, didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara
serta dikomunikasikan, tersedia bagi pihak lain yang terkait dan ditinjau
ulang secara berkala.
4. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan K3 adalah
kebijakan dan objektif organisasi secara korporat, resiko dan potensi bahaya
yang ada dalam organisasi, peraturan dan standard K3 yang berlaku, kinerja
K3, persyaratan pihak luar, peningkatan berkelanjutan, ketersediaan sumber
daya, peran pekerja, dan partisipasi semua pihak.
5. Regulasi terkait kebijakan K3 yaitu Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun
2012 tentang Penerapan SMK3 pada pasal 7 dan pasal 8.
3.2 Saran