Professional Documents
Culture Documents
Kebijaksanaan Weda meliputi cara kerja kosmos pada segala tingkatan dari pinda
(mikrokosmos) sampai pada Brahmanda (makrokosmos). Seperti yang dinyatakan oleh
Swami Sri Bharati Krsna Tyirthaji Maharaja, seorang sarjana Weda dan matematika,
bahwa: ”Kata Weda memiliki arti awal sebagai sumber utama dan khazanah tak terbatas
dari segala pengetahuan.” Tidak hanya berhubungan dengan apa yang disebut spiritual
atau materi dunia lain, tetapi juga pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang biasa
digambarkan sebagai duniawi murni dan juga terhadap cara pencairan oleh manusia
sedemikian rupa guna mencapai keberhasilan yang sempurna pada segala arah yang
diamati.
Sebagai akibat dari keuniversalan Weda, ia hanya berurusan dengan kehidupan dunia luar
dan kegiatan manusia, seperti juga keberadaan yang ada di dalamnya, dalam jiwa atau
kesadaran tertinggi. Bukti yang terbaik tentang epistemologi ”pengetahuan keilmuwan”
ini ditemukan dalam Wedanta Chandogia Upanisad. Di sini si pencari
Brahmawidya/teologi diminta oleh gurunya seberapa jauh ia telah maju dalam belajar dan
mencari keahlian dalam pokok-pokok permasalahan seperti sejarah (itihasa), literatur
(purana), matematika (rasia vidya), ekonomi (nidhi-vidya), filsafat/logika (vakya-vidya),
etika dan politik (ekayatana), fisika (bhuta-vidya), ilmu kemiliteran (ksatrya-vidya),
astronomi (naksatra-vidya), sosial-psikologi (jana-vidya). Wedangnga juga termasuk
pokok-pokok permasalahan ini seperti siksa (ilmu pengucapan kata-kata), chanda (ilmu
perpajakan), vyakarana (ilmu tata bahasa), nirukta (etimologi), kalpa (ilmu tentang
kewajiban pribadi, keluarga dan masyarakat).
Keangkuhan Itu
Dalam Wedanta-Srimad Bhagavatam, Narada mengatakan bahwa, ”Manusia di bumi ini
didatangi oleh jenis mada, keangkuhan yang berbeda. Seorang pangeran angkuh, seorang
sarjana kadang-kadang angkuh. Tetapi ada keangkuhan dari suatu jenis berbeda: berbeda
dari yang lainnya dan yang jauh lebih buruk. Adalah keangkuhan yang lahir dari sri,
kekayaan. Sebab dengan kekayaan, manusia terlibat dengan perempuan, dengan
perjudian, dengan bermabukan dan manakala keangkuhan hebat seperti itu mendatangi
dia, manusia kehilangan perspektif, menjadi tuli dan digerogoti oleh para buta-kala dan
akan melanggar peraturan-peraturan azas legalitas yang telah disahkan oleh banyak
orang, bukan pribadi. Maka manusia akan kehilangan pengendalian dirinya dan ia
menjadi tanpa keramahan. Ia memperdaya dirinya ke dalam pemikiran bahwa badan ini
permanen. Hanya orang bodoh yang menganggap badan ini abadi. Karena ia tidak
mengetahui perbedaan antara badan dan penghuni di dalamnya: Deha dan Dehin itu. Bagi
cendekiawan/intelektual yang ditutupi keangkuhan satu-satunya pengobatan adalah
kemiskinan. Hanya orang miskin yang mengetahui bahwa ia sama dengan binatang.
Vidyamada, keangkuhan karena pengetahuan, dhanamada, keangkuhan karena kekayaan,
kulamada keangkuhan karena kelahiran: ’seorang yang tidak menderita ketiga penyakit
mada itu, tentu saja mustahil untuk ditemukan. Hanya orang miskin yang bebas dari
mada ini dan penderitaannya adalah tapa yang ia laksanakan menuju dunia yang lebih
kekal sebanding dunia ini. Tetapi seorang sadaka yang mempunyai ketenangan batin biar
bagaimana pun, tidak hanya perasaan selain bhakti kepada Narayana; Tuhan Yang Esa.
Tidak ada manfaatnya bagi orang yang tercela yang mabuk dengan kekuasaan.”
Berdasarkan ulasan di atas pada Hari Raya Galungan ini, yang perlu diingat bahwa
kebajikan atau dharma harus didasarkan kebenaran, telah didefinisikan segi hukum
keadilan dan keselarasan, yang bersatu padu dalam struktur alam semesta, seperti
dikehendaki Tuhan. Oleh karena itu, bagi si pencari kebenaran, kebajikan/dharma akan
berarti menuntun suatu kehidupan yang adil dan harmonis dalam semua hubungan
dengan yang lainnya pada berbagai tingkatan, baik di rumah maupun dalam masyarakat,
bangsa dan sebagainya.
* Kebijaksanaan Weda meliputi cara kerja kosmos pada segala tingkatan dari pinda
(mikrokosmos) sampai pada Brahmanda (makrokosmos).
* Tiga pilar ilmu pengetahuan dunia terdapat di dalam kitab suci Hindu (Weda) yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
* Hari raya Galungan ini, yang perlu diingat bahwa kebajikan atau dharma harus
didasarkan kebenaran, telah didefinisikan segi hukum keadilan dan keselarasan, yang
bersatu padu dalam struktur alam semesta, seperti dikehendaki Tuhan.
* Bagi si pencari kebenaran, kebajikan/dharma akan berarti menuntun suatu kehidupan
yang adil dan harmonis dalam semua hubungan dengan yang lainnya pada berbagai
tingkatan, baik di rumah maupun dalam masyarakat, bangsa dan sebagainya.