You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuntikan dengan intravena melalui port selang infus semakin sering
dilakukan. Lebih dari 70% klien dengan pemberian cairan intravena di rumah
sakit di Indonesia menerima tindakan ini. Dengan alasan mempermudah
pemberian obat, mempercepat efek yang diharapkan, bersamaan dengan
pemberian cairan intravena dan tidak menambah prosedur invasif. Sebenarnya
tindakan ini bukan tanpa resiko. Menurut Potter&Perry (1997) obat akan bereaksi
dengan cepat karena obat masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Bila
terjadi efek samping juga timbul lebih cepat. Selain itu dapat mengiritasi dinding
pembuluh darah sehingga timbul rasa nyeri serta mendorong terjadinya plebitis.
Namun dalam keadaan darurat yang dibutuhkan reaksi obat cepat, teknik ini
sangat menguntungkan.
Banyak variasi dari prosedur tindakan ini. Yaitu bolus intravena,
mencampur obat dalam volume cairan yang besar, melalui infus piggyback serta
titrasi kontinyu dengan syring pump. Dari variasi tersebut, paling banyak dipakai
di unit rawat inap adalah penyuntikan bolus intravena melalui port selang infus.
Karena prosedur ini paling praktis dan tidak banyak membutuhkan peralatan.
Di Kabupaten Kebumen khususnya di Rumah Sakit Umum Kebumen,
dari studi pendahuluan pada 13 Januari 2007 didapatkan data 75% pasien yang
mendapatkan terapi cairan intravena juga mendapatkan obat dengan bolus
intravena. Selain itu juga didapatkan adanya variasi diantara perawat dalam
melakukan prosedur ini. Dari wawancara pada 20 perawat yang dinas pagi di
ruang rawat inap Penyakit Dalam dan Bedah, 15 (75%) perawat disaat
menginjeksikan obat melalui port selang infus, aliran infus dihentikan dengan
alasan untuk mencegah refluks obat. Sedangkan 5 (25%) perawat kadang
menghentikan aliran infus dengan alasan untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien. Obat yang sering menimbulkan nyeri adalah Deksamethason (75%),
kloramphenikol (20%) dan diazepam (5%). Pada bulan Desember 2006 dan
Januari 2007 didapatkan data 30 pasien mendapatkan injeksi deksamethason 5

mg/ml. Selain itu 100% perawat ketika kuliah hanya mendapatkan teori
memberikan injeksi intravena langsung ke vena dan tidak diajarkan mengenai
teori memberikan injeksi intravena melalui port selang infus. Ketrampilan ini
hanya mereka dapatkan ketika praktik klinik dan setelah bekerja. Sehingga
pelaksanaannya bervariasi sesuai dengan pengalaman empirik masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Tingkat nyeri pada tindakan pemberian injeksi I.V bolus deksametason 5
mg melalui port selang infus tanpa menghentikan aliran infus
2. Tingkat Tingkat nyeri pada tindakan pemberian injeksi I.V bolus
deksametason 5 mg melalui port selang infus dengan menghentikan aliran
infus
3. Perbedaan tingkat nyeri pada penyuntikan deksamethason 5 mg per bolus
intravena dengan cara mengalirkan dan mengentikan aliran infus

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tingkat nyeri pada tindakan pemberian injeksi I.V bolus
deksametason 5 mg melalui port selang infus tanpa menghentikan aliran
infus
2. Mengetahui tingkat Tingkat nyeri pada tindakan pemberian injeksi I.V
bolus deksametason 5 mg melalui port selang infus dengan menghentikan
aliran infus
3. Mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada penyuntikan deksamethason 5
mg per bolus intravena dengan cara mengalirkan dan mengentikan aliran
infus

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pendidikan


1. Pengertian Pendidikan Secara Luas
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang
mempelajari pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial
dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
2. Pengertian Pendidikan Secara Sempit
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang diupayakan sekolah
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubunganhubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
3. Definisi Pendidikan Berdasarkan Fungsi
a. Pendidikan Sebagai Proses Transfarmasi Budaya
Sebagai proses transfarmasi budaya dari satu generasi ke generasi
yang lain, nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transfarmasi dari
generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transfarmasi yaitu nilainilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa
tanggung jawab dan lain-lain.
b. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan suatu
kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran
yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa dan oleh
mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas
usaha sendiri.
c. Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

Diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali


peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga
memiliki

bekal

dasar

untuk

bekerja. Pembekalan dasar

berupa

pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran.


4. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 108) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada
kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta UndangUndang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
5. Pendidikan Menurut Para Ahli
a) Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan
bahwa: pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing
dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya
kesempurnaan.
b) Aristoteles (filosof terbesar Yunani yang lahir pada tahun 384SM-322
SM) mengatakan bahwa: pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk
pengajaran.
c) Ibnu muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H143 H) mengatakan bahwa: pendidikan itu ialah yang kita butuhkan
untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita
seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk
mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan
rohani..
d) Rousseau

(filosof

Prancis,

1712-1778

M)

mengatakan

bahwa:

pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada
pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya
diwaktu dewasa.

e) James mill (filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa: pendidikan


itu harus menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi orang yang
senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan untuk dirinya terutama dan
untuk orang lain selainnya.
f) John dewey (filosof Chicago, 1859 M-1952 M) mengatakan bahwa:
pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan
karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan-peninggalan
budaya lama masyarakat manusia.
g) Jean-jacques

rousseau

(filosof

swiss

1712-1778)

menurutnya:

pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, tetapi kita membutuhkannya diwaktu dewasa.
h) Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda ahli ini
merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: pendidikan adalah
bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dangan
bantuan orang lain.
i) Ki hajar dewantara (bapak pendidikan nasional indonesia, 1889-1959)
merumuskan pengertian pandidikan sebagai berikut: pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan badi pekerti (karakter,
kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras dangan alam dan
masyarakatnya.
j) Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah
pendidikan disekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah
untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan
seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan
tertentu.

1.2 Unsur-Unsur Pendidikan


Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subyek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik).
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
7. Tempat

dimana

peristiwa

bimbingan

berlangsung

(lingkungan

pendidikan).
a) Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah
subyek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu

yang

membutuhkan

bimbingan

individual

dan

perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
b) Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik ialah orang yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.
Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang
tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan dan masyarakat.
c) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh

melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode,


serta alat-alat pendidikan.

d) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode
melihat efesiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan
atas alat yang preventif dan yang kuratif.
Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan, penyuntikan deksamethason 5
mg bolus intravena melalui port selang infus tanpa menghentikan aliran infus, terbukti
lebih efektif dibandingkan dengan penyuntikan deksamethason 5 mg bolus intravena
melalui port selang infus dengan menghentikan aliran infus.

3.2 Saran
1. Setiap perawat sebelum memberikan obat intravena hendaknya mengetahui
secara pasti tentang sifat obat, efek samping, cara pengenceran dan rute
pemberian serta kecepatan penyuntikan obat.

2. Dalam memberikan obat, perawat harus tetap memperhatikan prinsip 6 (enam)


benar.

3. Setiap instansi rumah sakit hendaknya memiliki standar prosedur yang baku
mengenai teknik pemberian dan penggunaan obat terutama obat dan cairan
intravena.

4. Dalam kurikulum pembelajaran pendidikan keperawatan dimasukkan muatan


tentang ketrampilan berbagai cara pemberian obat intravena sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga akan dihasilkan lulusan yang siap bekerja dan
cepat beradaptasi dengan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Tirtaraharja, 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Ihsan, 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Rineka Cipta
Notoadmojo, 2003. Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Bloom,B.S.. 1971. Taxonomy of Educational Objectives.
Anglin G.J.. 1991. Instructional Technologi past,present,and future USA: libraries
unlimited Inc.

You might also like