You are on page 1of 18

A.

Rasio Likuiditas
Adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan

untuk memenuhi

kewajiban

keuangan pada saat ditagih (S.

Munawir, 1995 hal 31).


Rasio likuiditas terdiri dari :
1. Current Ratio
Merupakan Rasio

yang digunakan untuk

mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan


aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus :
Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar)
Pada tahun 2010, CR = (227.819.168.461 / 123.450.557.939)
= 1,845
Kesimpulan:
setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 1,8 harta lancar atau perbandingannya
antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,8 : 1
1. Acid test ratio (Ratio Immediate Solvency)
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang
lebih likuid.

Rumus :
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar Persediaan) / Hutang lancar))
Pada tahun 2010, ((QR = 227.819.168.461 82.424.270.814 / 123.450.557.939))
= 1.17
Kesimpulan: rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali
sedangkan PT.COLORPACK INDONESIA 1,17 maka keadaanya sangat baik
karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
B.Ratio Solvabilitias
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana
yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu perusahaan yang
solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable
belum tentu likuid.
1. Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x
100% .pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 134.499.083.729) x 100%
= 1,04 = 100%

Kesimpulan:

perusahaan dibiayai oleh utang 100% untuk tahun 2010

menunjukan kreditor menyediakan Rp.100,- untuk setiap Rp.100


1. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa
bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus:
Total Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 275.390.730.449)
= 0,511 = 51%
Kesimpulan: pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2010
artinya bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.51,- dibiayai dengan
utang dan Rp.49 disediakan oleh pemegang saham.
C.Ratio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk
dalam ratio ini adalah
1. Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (62.009.766.595 / 516.581.827.768) 100%
= 0,12 = 12%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba
kotor dari pejualan bersih adalah sebesar 12%
1. Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah
pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus:
NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 516.581.827.768) 100%
= 0,05 = 5%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
penjualan bersih adalah sebesar 5%
1. c.

Operating Profit Margin

untuk

mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan

keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang


diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga
dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik

RUMUS:
OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (39.294.864.546 / 516.581.827.768) x 100%
= 0,07 = 7%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan,
sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa
setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia
untuk laba besar.
1. Return of Asset
adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada
dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva)
dikeluarkan dari analisis.
RUMUS:
ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 275.390.730.449) x 100%
= 0,10 = 10%
Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan adalah sebesar 10%
1. Return of Equity
Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap
satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa

besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang
diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
RUMUS:
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 134.499.083.729) x 100%
= 0,021 = 2%
Rasio Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang
erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh
penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto
dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
RUMUS:
Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Kesimpulan: dalam hasil ini tingkat pengembalian atau imbal balik perusahaan
terhadap investor setiap tahunnya adalah sebsar 2%
Yang dimaksudkan dengan Penjualan dalam formula ini adalah: total nilai
penjualan untuk periode yang diukur, 1 Jan s/d 31 Des 2012 misalnya.
Sedangkan Rata-rata Piutang adalah: Rata-rata saldo piutang untuk periode
yang sama. Menghitung nilai rata-rata ini yang kadang menjebak.
Dalam menghitung rata-rata saldo piutang, terkadang seseorang hanya
menggunakan saldo awal dan saldo akhir piutang, dijumlahkan, lalu dibagi
dua. Misalnya: Yang diambil hanya saldo piutang dagang per 31 Januari ditambah
saldo piutang dagang per 31 Desember, lalu dibagi dua. Cara ini akan

menghasilkan

nilai

rata-rata

piutang

yang

tidak

tepat.

Cara terbaik untuk menghitung nilai rata-rata piutang adalah dengan jalan:
menjumlahkan semua saldo piutang disepanjang periode (dari 31 Jan + 28 Feb +
31 Mar. dan seterusnya hingga 31 Desember), lalu dibagi total bulanatau 12
jika perusahaan menggunakan periodisasi tahunan.
C. Rasio Profitabilitas

Ilustrasi Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan


perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008:304).

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas


Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan
perusahaan

untuk

berproduksi

secara

efisien

(Sawir,

2009:18).

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan


dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif
lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,
2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:

Gross Profit Margin

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)


Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi
Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net profit margin dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin


3. Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak
terhadap total asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar
kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau
pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan kemampuan
total aset dalam menghasilkan laba.
Rentabilitas

ekonomi

mengukur

efektifitas

perusahaan

dalam

memanfaatkan seluruh sumberdaya yang menunjukkan rentabilitas ekonomi


perusahaan (Sawir, 2009:19).

Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus:

Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating


profit margin dengan asset turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung
dari (Sawir, 2009:19):

Asset Turnover

Operating Provit Margin


Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan

penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa


yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan
yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).

Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah


tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan
mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban
terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig
profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

Operating profit margin dihitung sebagai berikut:

Operating Profit Margin


4. Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
(Syamsuddin, 2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return
on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).

Return on Investment dihitung dengan rumus:

Return on Investment

Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over
5. Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan


mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan
dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau
yang sering disebut rentabilitas usaha.

Return on equity dapat dihitung dengan formula:

Return on Equity

6. Earning per share (EPS)


Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah


yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh
karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share
adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.

Earning per share dihitung dengan rumus:

D. Rasio Aktivitas

Ilustrasi Rasio Aktifitas


Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan


semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.
Jenis-jenis Rasio Aktivitas
Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
1. Total Assets Turn Over (perputaran aktiva)
Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan
total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya

total

aktiva

dalam

satu

periode

tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).

Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran


aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik
yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan
menunjukkan

semakin

efisien

penggunaan

keseluruhan

aktiva

dalam

menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat
memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau
diperbesar.

Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal
ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.

Total assets turn over dihitung sebagai berikut:

Total assets turn over


2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi
utang lancar.

Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis


terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).

Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto)


berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto,
2008:335).

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam


perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode
perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat
dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai
dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa
lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode
perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.

Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:

Perputaran modal kerja


3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva
tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang
tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh
setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan


menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau
perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau
ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan
halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:

Perputaran aktiva tetap


4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)
Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan

tendensi

untuk

adanya

overstock

(Riyanto,

2008:334).

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang


dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi
operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol
modal yang ada pada persediaan.

Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market
price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka
sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur
perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi
penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir,
2003:15).

Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio


perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio
industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua,
penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran
keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan
yaitu

persediaan

awal

ditambah

persediaan

Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:

Rasio perputaran

akhir

dibagi

dua.

5. Rata-rata umur piutang


Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta
menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau
merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan
membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan
perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari.
Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rata-rata umur piutang


6. Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang
erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang ratarata.
Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Perputaran Piutang

Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan


dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over
investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin
karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada
perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit.

TUGAS

AGRIBISNIS PETERNAKAN
Analisis ratio keuangan yang terdiri dari ratio likuiditas,
aktivitas,solvabilitas, dan ratio profitabiltas

OLEH :
LA ZIZET
L1A112031

KELAS : C

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

You might also like