You are on page 1of 11

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No.

ISSN 1858-4330

PEMANFAATAN JAMU SEBAGAI CAMPURAN AIR MINUM


PADA TERNAK AYAM BURAS
Utilization of jamu as mixturer of drinking water at local chicken
Sitti Haruna1 dan Sumang2
Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
2
Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK
Penggunaan Antibiotik yang berlebihan dapat mengakibatkan ketergantungan pada ternak,
sehingga penggunaan jamu atau obat alami merupakan salah satu alternatif yang bisa
dilakukan untuk mengurangi penggunaan antibiotik Penelitian bertujuan untuk mengetahui
manfaat jamu sebagai campuran air minum pada temak ayam buras. Penelitian
dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan Juni 2007. Data dianalisis dengan uji
standar error, sedangkan hasil evaluasi penyuluhan digambarkan melalui garis continuum.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jamu memberikan hasil yang berbeda
nyata pada parameter konsumsi air minum, konsumsi pakan, dan berat badan bertambah
249,66 gram/minggu dibandingkan dengan tanpa perlakuan yang hanya bertambah sebesar
110,46 gram/minggu. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkat pengetahuan petani
dari 64,4 % menjadi 89,2 %, keterampilan petani dari 61,33 % menjadi 93,33 %, dan sikap
dari 63,73 % menjadi 89,84 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan
terbukti meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani.
Kata kunci: antibiotik, jamu, ayam buras

ABSTRACT
Utilization of antibiotic with high dosage can result the livestock depends it, so that
utilization of jamu or natural drug is represent one of alternative which can be done to
decreasing of utilization of antibiotic. Research aims is to knowing the benefit of jamu as
mixturer of drinking water at local chicken. Research was executed from March until June
2007. Data was analysed with standard error test, while result of extent evaluation was
plotted on continuum line. Result of research revealed that the utilization of jamu has
significant different in consume of drinking water and ransom, and body weight increased
to 249,66 gram / week compared to without treatment (increased equal to 110,46 gram /
week). Result of extent evaluation showing that the existence of farmer knowledge
increased from 64,4 % to 89,2 %, farmer skill from 61,33 % to 93,33 %, and attitude from
63,73 % to 89,84 %, so that the extent is improved the knowledge, skill and farmer
attitude.
Keyword: antibiotic, jamu, local chicken

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

PENDAHULUAN
Sub sektor petemakan dilaksanakan dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan protein hewani daging dan telur. Hal ini
seiring dengan peningkatan taraf hidup
yang memacu peningkatan permintaan
daging, dan telur sebagai sumber protein
hewani bagi masyarakat. Salah satu komoditi ternak yang menarik minat masyarakat adalah ternak ayam buras (Gallus
domisticus). Ayam buras mempunyai
peranan penting dalam kehidupan masyarakat yakni penyediaan daging dan telur,
juga memiliki rasa yang khas (Kartika dan
Said, 2003).
Pertambahan penduduk yang semakin
cepat, serta adanya kemajuan ilmu pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
mempengaruhi prilaku konsumen dalam
mengkonsumsi pangan hewani, salah satu
komoditi peternakan yang saat ini memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan adalah ayam buras.
Ayam buras meskipun tidak ada data yang
pasti seberapa besar peningkatan permintaan ayam buras tiap tahunnya, tetapi
fakta di lapangan membuktikan bahwa
permintaan daging dan telur ayam buras
hampir tak dapat diikuti oleh perkembangan populasi ayam buras itu sendiri
(Bambang, 2003). Pada tahun 2005, di
Kecamatan Polongbangkeng Utara terdapat 220,529 ekor ayam buras, dan
khusus di Kelurahan Panrannuangku sebanyak 15.685 ekor.
Jamu atau obat tradisional sudah dikenal
dan digunakan di seluruh dunia sejak
beribu tahun yang lalu (Bakri, 2002). Di
Indonesia, penggunaan obat alami yang
dikenal sebagai jamu telah meluas hingga
kini dan terus dilestarikan sebagai warisan
budaya, dan menjadi obat tradisional
bukan hanya untuk manusia, tetapi juga
untuk hewan.
Jamu untuk hewan telah di manfaatkan
oleh petani di pedesaan dan ternyata
2

ISSN 1858-4330

penggunaannya semakin meningkat pula


akhir-akhir ini berdasarkan informasi
lapangan, dengan menggunakan jamu tersebut bisa meningkatkan produktivitas,
penggunaan jamu atau obat tradisional
untuk hewan pun meningkat pula hanya
saja sosialisasi dan promosi obat atau
jamu untuk hewan kurang gencar dibanding dengan Jamu atau obat untuk
manusia (Sarwono, 2005).
Kesadaran masyarakat yang semakin
tinggi tentang keamanan bahan pangan
yang mereka konsumsi mendorong pemanfaatan tanaman tradisional dalam
usaha peternakan ayam, sehingga berpandangan ramah lingkungan. Ramah
lingkungan yang dimaksud adalah upaya
menciptakan bahan pangan dengan penjaminan keamanannya melalui upaya
memperkecil keberadaan bahan atau zat
cemaran dalam bahan pangan.
Jamu atau obat tradisional tidak kalah
dibandingkan dengan obat modern, bahkan situasi tertentu penggunaan obat atau
jamu memenuhi beberapa keunggulan di
antaranya ialah praktis, mudah didapat,
ekonomis, dan tidak ada efek samping
(Sarwono, 2005). Dengan demikian potensi yang ada di Kelurahan Panrannuangku sangat cocok untuk pemanfaatan
jamu sebagai campuran air minum merupakan paket teknologi yang sangat
sederhana.
Tujuan
Untuk mengetahui manfaat jamu sebagai
campuran air minum terhadap pertambahan berat badan ayam buras, dan
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani
dapat setelah mengikuti penyuluhan
tentang pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras.

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

BAHAN DAN METODE

Tanpa perlakuan dan P1 = Pemberian


jamu dengan dosis 30 mL / L air .

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan


Panrannuangku, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan pada tanggal 5 maret
sampai dengan 5 juni 2007.
Pelaksanaan
Cara pembuatan jamu sebagai berikut :
1. Bahan disiapkan, yaitu: kencur 375 g,
bawang putih 375 g, jahe 125 g,
lengkuas 62,5 g, temulawak 250 g.
2. Bahan di kupas dan dicuci bersih lalu
dipotong kecil-kecil .
3. Selanjutnya bahan tersebut diblender
bersama dengan daun sirih dan
mahkota dewa hingga halus.
4. Setelah semua bahan telah di haluskan, selanjutnya disaring dan diperas.
5. Siapkan larutkan molases atau air gula
dalam ember, dan tambahkan M Bio
atau Bio Plus, aduk rata dan diamkan
selama 5 menit.
6. Setelah 5 menit masukkan air perasan
dari bahan yang telah dihaluskan ke
dalam larutan molases.
7. Tambahkan air bersih hingga volumenya 10 liter, lalu masukkan bubuk
kayu manis dan aduk hingga rata.
8. Ramuan tersebut difermentasikan
selama 6 hari dalam wadah yang
tertutup rapat.
9. Sekali sehari ramuan diaduk dan
dibuka selama 5 menit kemudian
ditutup kembali.
10. Setelah 6 hari, pembuatan jamu telah
selesai.
Metode Percobaan
Percobaan dilakukan pada ayam buras
fase Grower (6 10 minggu) sebanyak 20
ekor yang terbagi dalam 4 petak kandang
dengan ukuran 60 cm x 40 cm, berisi 5
ekor ayam. Sistem Pemeliharaan secara
intensif, yaitu dengan menggunakan induk
buatan melalui demonstrasi plot dengan
dua perlakuan, yaitu: Perlakuan PO =

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada saat
penelitian berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan peternak,
kunjungan ke kelompok tani dan mengedarkan kuesioner atau daftar pertanyaan
kepada peternak. Pengambilan data sekunder dilakukan untuk melengkapi data
primer. Data sekunder dapat diperoleh
dari Kantor Kelurahan, Kantor BPP
setempat serta Dinas terkait.
Parameter Pengamatan dan Analisis
Data
Parameter yang diukur dalam penelitian
ini adalah: Konsumsi air minum, konsumsi pakan, pertambahan berat badan,
dan konversi pakan. Data hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan uji Standard Eror
(Kerlinger, 2004) untuk membandingkan
dua perlakuan yang berbeda, dengan
rumus sebagai berikut : .

SE =

Sd
n

Dimana : SE = Standar eror, Sd =


Standar deviasi, dan N =
Jumlah populasi
Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi kegiatan penyuluhan dilakukan


melalui dua tahap, yaitu pre test dan post
test dengan membagikan kuesioner
kepada petani responden sebelum dan
setelah penyuluhan. Alat ukur yang
digunakan dalam menganalisis tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani adalah skala likert. Penggunaan
skala likert didasarkan atas beberapa
keuntungan yakni pilihan ganda yang

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

sifatnya singkat, hemat, lebih mudah dan


lebih menarik dan kesimpulan dari data
yang diperoleh selanjutnya digambarkan
pada garis continuum.
Tingkat pengetahuan =

Jumlah jawaban yang benar x 100 %


Jumlah Pertanyaan

Skor yang diperoleh setiap responden


dijumlahkan. jumlah pertanyaan kuesioner
20 pertanyaan. Jawaban yang benar
bernilai 3 dan jawaban yang salah nilainya
1. Selanjutnya hasil pre test dan post test
ditabulasikan untuk mengevaluasi tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap
berdasarkan kategori nilai yang dicapai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum diukur setiap hari
berdasarkan air yang diberikan di pagi
hari di kurangi dengan sisa pada pagi hari
berikut, kemudian dijumlahkan untuk
mendapatkan konsumsi selama penelitian.

Konsumsi air minum (ml/minggu)

Untuk mengukur tingkat pengetahuan


petani digunakan rumus sebagai berikut
(Padmowiharjo, 2002):

Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan


P1 memberikan hasil rata-rata konsumsi
air minum per minggu lebih tinggi, yaitu
sebesar 1.035 ml dan berbeda nyata
dengan perlakuan P0 yang hanya mencapai 417 ml (Gambar 1).
Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat
dijelaskan bahwa bertambahnya konsumsi
air minum ayam buras disebabkan karena
pemberian konsumsi jamu yang diberikan
pada air minum. Jamu tersebut disinyalir
akan meningkatkan nafsu makan, sehingga konsumsi air minum menjadi meningkat, hal ini sejalan dengan pendapat
Sarwono (2005) yang menyatakan bahwa
jamu yang mengandung senyawa aromatik
akan meningkatkan nafsu makan pada
ternak.

1200
1000
800
600
400
200
0
P0

P1
Perlakuan

Gambar 1. Pengaruh pemberian jamu terhadap konsumsi air minum ayam buras

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

Air merupakan nutrisi yang tingkat ketersediaannya sangat vital bagi ayam
buras. Hal ini lebih disebabkan sebagian
besar tubuh ayam terdiri dari air di dalam
tubuh, air memiliki fungsi yang sangat
penting untuk proses metabolisme bahan
pakan, penyerapan zat-zat makanan, dan
proses transportasi. Dalam hal pengaturan
suhu tubuh, air mampu menyimpan panas
tubuh dan melepaskannya melalui penguapan. Air minum sangat penting dimana
air merupakan kebutuhan pokok selain
pakan.

Konsumsi Pakan

poultry shop dalam bentuk pullet/butiran


(BP 11) dengan pertimbangan bahwa
pakan memiliki kandungan gizi yang
cukup dan sesuai dengan kebutuhan gizi
yang dibutuhkan ayam pada fase pertumbuhan, pemberian pakan dilakukan
dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore
hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan
P1 memberikan hasil rata-rata konsumsi
pakan per minggu lebih tinggi, yaitu
sebesar 519 g dan berbeda nyata dengan
perlakuan P0 yang hanya mencapai 206 g
per minggu (Gambar 2).

Konsumsi pakan (g/minggu)

Pakan yang digunakan dalam penelitian


ini, yaitu pakan yang biasa dijual di

600
500
400
300
200
100
0
P0

P1
Perlakuan

Gambar 2. Pengaruh pemberian jamu terhadap konsumsi pakan ayam buras

Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan


bahwa pemberian jamu berpengaruh nyata
terhadap konsumsi pakan. Tingginya
konsumsi pakan pada ternak akibat
pemberian jamu disebabkan karena
adanya kandungan senyawa aromatik
yang terdapat pada jamu tersebut.
Kandungan senyawa aromatik ini yang

menyebakan nafsu makan ayam buras


menjadi meningkat (Sarwono, 2005).
Pemberian pakan berpengaruh langsung
pada laju pertumbuhan. Produk akhirnya
berupa ayam siap potong sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas pakan
yang diberikan. Pakan merupakan sarana
produksi yang sangat penting bagi temak
ayam buras karena berfungsi sebagai
5

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

bahan pemacu pertumbuhan tubuh dan


memacu peningkatan produksi bagi ayam
buras.
Pertambahan Berat Badan
Rata-rata hasil pengamatan pertambahan
berat badan yang telah dilakukan selama 5
minggu berturut-turut disajikan pada

Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat dilihat


bahwa perlakuan P1 memberikan rata-rata
berat badan perminggu yang lebih tinggi
yaitu 250 g dan berbeda nyata dengan
perlakuan P0 yang hanya memberikan
rata-rata berat sebesar 110 g.

Berat badan (g/minggu)

300
250
200
150
100
50
0
P0

P1
Perlakuan

Gambar 3. Pengaruh pemberian jamu terhadap berat badan ayam buras

Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pemanfaatan jamu sebagai


campuran air minum pada ternak ayam
buras secara nyata meningkatkan pertambahan berat badan. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukaan oleh
Bakri (2002), bahwa ayam yang mengkonsumsi jamu akan meningkat berat
badannya.

Konversi Pakan
Konversi pakan ransum pada ayam buras
adalah perbandingan antara jumlah
ransum yang dikonsumsi dengan jumlah
berat badan yang dihasilkan, semakin
tinggi nilai berat badan pada tingkat
konsumsi yang sama maka konversi

ransum yang berarti akan semakin efisien


penggunaan ransum oleh ayam tersebut
semakin kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 4)
dapat dilihat bahwa perlakuan P1
memberikan nilai konversi pakan yang
lebih tinggi, yaitu 2,062 dan berbeda nyata
dengan perlakuan P0 yang hanya memberikan nilai konversi pakan sebesar
1,794. Tingginya nilai konversi pakan
pada perlakuan P1 disebabkan karena
perlakuan pemberian jamu yang dapat
meningkatkan nafsu makan ayam buras
(Bakri, 2002), sehingga konsumsi pakan
meningkat seiring dengan hal tersebut,
maka konversi pakan dan berat badan juga
akan meningkat.

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

2,200

Konversi pakan

2,100
2,000
1,900
1,800
1,700
1,600
1,500
P0

P1
Perlakuan

Gambar 4. Pengaruh pemberian jamu terhadap konversi pakan

sebelum mengikuti kegiatan pe-nyuluhan


adalah:

Evaluasi Penyuluhan
Hasil Pre Test
1. Tingkat Pengetahuan

Jumlah skor yang diperoleh = 483


Skor tertinggi yang diperoleh = 25 x 3 x
10 = 750
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 10 = 250
Dengan demikian kualitas pengetahuan
tentang pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras

Kurang
0

Nilai tersebut jika diplot pada garis


kontinum, maka berada pada kategori
cukup. Kategori ini mengindikasikan
suatu kondisi dimana petani sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai pemanfaatan jamu pada ayam
buras (Gambar 5).

Cukup
250

483
x 100 % = 64,4 %
750

Mengetahui
500

750

483 (64,4 %)
Gambar 5. Tingkat pengetahuan petani sebelum penyuluhan

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

2. Tingkat Keterampilan
Jumlah skor yang diperoleh = 230
Skor tertinggi yang diperoleh = 25 x 3 x 5
= 375
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 5 = 125
Dengan demikian kualitas keterampilan
tentang pemanfaatan jamu sebagai
campuran air minum pada ternak ayam
buras sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan adalah:

Kurang
0

Nilai tersebut jika diplot pada garis


kontinum (Gambar 6), maka berada pada
kategori cukup terampil. Kategori ini
meng-indikasikan suatu kondisi dimana
petani sudah mempunyai keterampilan
yang tergolong cukup terampil mengenai
pemanfaatan jamu pada ayam buras.

Cukup
125

230
x 100 % = 61,33 %
375

Trampil
250

375

230 (61,33 %)
Gambar 6. Tingkat keterampilan petani sebelum penyuluhan

3. Skala Sikap
Hasil pre test untuk sikap adalah
Jumlah skor yang diperoleh = 239
Skor tertinggi yang diperoleh = 25 x 3 x 5
= 375
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 5 = 125
Dengan demikian kualitas sikap tentang
pemanfaatan jamu sebagai campuran air
minum pada ternak ayam buras sebelum
mengikuti kegiatan penyuluhan adalah:

Kurang
0

Nilai tersebut jika diplot pada garis


kontinum (Gambar 7), maka berada pada
kategori cukup terampil. Kategori ini
mengindikasikan suatu kondisi dimana
petani sudah berada dalam wilayah sikap
tergolong setuju dalam pemanfaatan jamu
pada ayam buras.

Cukup
125

239
x 100 % = 63,73 %
375

Setuju
250

239 (63,73 %)
Gambar 7. Skala sikap petani sebelum penyuluhan
8

375

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

buras
setelah
mengikuti
penyuluhan adalah:

Hasil Post Test


1. Tingkat Pengetahuan

Jumlah skor yang diperoleh 669


Skor tertinggi yang diperoleh 25 x 3 x 10
= 750
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 10 = 250
Dengan demikian kualitas pengetahuan
tentang pemanfaatan jamu sebagai
campuran air minum pada ternak ayam

Kurang
0

669
x 100 % = 89,20 %
750
Nilai tersebut jika diplot pada garis
kontinum (Gambar 8), maka berada pada
kategori mengetahui. Nilai ini merupakan
indikasi akan adanya suatu peningkatan
taraf pengetahuan petani setalah kegiatan
penyuluhan diadakan.
=

Cukup
250

kegiatan

Mengetahui
500

750

669 (89,20 %)
Gambar 8. Tingkat pengetahuan petani setelah penyuluhan

2. Tingkat keterampilan

Jumlah skor yang diperoleh = 350


Skor tertinggi yang diperoleh = 25 x 3 x 5
= 375
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 5 = 125
Dengan demikian kualitas keterampilan
tentang pemanfaatan jamu sebagai
campuran air minum pada ternak ayam
buras
setelah
mengikuti
kegiatan
penyuluhan adalah:

Kurang
0

Nilai tersebut jika diplot pada garis


kontinum (Gambar 9), maka berada pada
kategori terampil. Nilai ini merupakan
indikasi akan adanya suatu peningkatan
keterampilan petani setelah kegiatan
penyuluhan diadakan.

Cukup
125

350
x 100 % = 93,33 %
375

Terampil
250

375
350 (93,33 %)

Gambar 9. Tingkat keterampilan petani setelah penyuluhan

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

ISSN 1858-4330

3. Skala Sikap

337
x 100 % = 89,84 %
375
Nilai tersebut jika diplot pada garis
kontinum (Gambar 10), maka berada pada
kategori setuju. Nilai ini merupakan
indikasi akan adanya suatu peningkatan
taraf skala sikap petani setelah kegiatan
penyuluhan diadakan.
=

Jumlah skor yang diperoleh = 337


Skor tertinggi yang diperoleh = 25 x 3 x 5
= 375
Skor terendah yang dapat diperoleh = 25 x
1 x 5 = 125
Dengan demikian kualitas sikap tentang
pemanfaatan jamu sebagai campuran air
minum pada ternak ayam buras setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan adalah:

Kurang
0

Cukup
125

Setuju
250

375
337 (89,84 %)

Gambar 10. Skala sikap petani setelah penyuluhan

KESIMPULAN

1. Pemanfaatan jamu sebagai campuran


air minum pada ternak ayam buras,
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
terhadap konsumsi air minum,
konsumsi pakan sehingga berat badan
bertambah 249,66 g/minggu dibandingkan dengan tanpa perlakuan yang
hanya bertambah sebesar 110,46
g/minggu.
2. Hasil tes awal petani terhadap
pemanfaatan jamu sebagai campuran
air minum dad 25 petani responden
menunjukkan, tingkat pengetahuan
petani hanya sebesar 64, 4% atau
cukup mengetahui, keterampilan sebesar 61,33% atau cukup terampil, dan
sikap petani sebesar 63,73% cukup
setuju. Tapi setelah dilakukan penyuluhan dan selanjutnya dilakukan
post test, maka diperoleh hasil tingkat
pengetahuan petani menjadi 89,2%,
keterampilan petani menjadi 93,33%
10

dan sikap petani menjadi 89,84%.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa
setelah mengikuti penyuluhan pengetahuan keterampilan dan sikap petani
meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Bakri, B.D., 2002, Uji Adaptasi Pemberian Jamu Pada Ayam Buras
Potong, BTP, Jakarta.
Bambang, S., 2003. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swa-daya,
Jakarta.
Kartika, W. dan A. Said, 2003. Peluang
Bisnis Ayam Ras dan Buras.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Asas-asas
Kerlinger
F.N,
2004.
penelitian Behavioral (Terjemahan
L.R. Simatupang). Gajah Mada
Univ., Yogyakarta.

Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1

Padmowiharjo, 2000. Metode Penyuluhan. Universitas Terbuka, Jakarta.

ISSN 1858-4330

Sarwono. B, 2005. Jamu Untuk Temak.


Penebar Swadaya, Jakarta.

11

You might also like