You are on page 1of 12

Kelainan Biokimiawi pada

Gejala sesak

Bagian Biokimia
FK-UISU
SM.RAJA.

Ventilasi : suatu proses mekanik yg


mengatur pergerakan udara dari/ke
tractus respiratorius.
Respirasi : pertukaran gas antara
lingkungan/atmosfir dengan tubuh.
Sewaktu inspirasi,diaphragma dan otot
interkostal berkontraksi sehingga volume
rongga dada bertambah,akibatnya udara
luar terisap kedalam alveoli paru setelah
melalui hidung,faring,trakhea, bronchi,
bronchioli dan alveoli.

Alveoli adalah ruangan kecil yang


dilapisi oleh dinding yang sangat tipis
dan dikelilingi banyak kapiler,dan disini
terjadi pertukaran gas antara paru dan
darah.
Pada waktu ekspirasi terjadi keadaan
sebaliknya,yaitu recoil pada jaringan
elastik dari paru dan thorax,diagrafma
dan otot interkostal berelaksasi
sehingga volume ruang thoraks
berkurang dan gas ditolak keluar.

Biasanya ekspirasi bersifat pasif,tetapi


pada ekspirasi aktif, otot abdomen
berkontraksi dan diafragma ditekan
keatas.
Kecepatan dan dalamnya (rate and
depth) ventilasi maupun respirasi dapat
mengontrol kadar oksigen dan karbon
dioksida darah.Kemoreseptar didapati
pada medulla,arteria karotis dan arkus
aorta.

Kemoreseptar inilah yang bekerja


mengatur kecepatan dan dalamnya
pernafasan sehingga pertukaran gas O2
dan CO2 , dapat dikendalikan.
Hiperventilasi terjadi pada keadaan
dimana kebutuhan akan oksigen sangat
mendesak. Dalam keadaan demikian
pC02 alveolus rendah dan pO2
meninggi.

Kemoreseptor sentral di medulla


sangat sensitif terhadap perubahan
kadar H+ cairan otak (CSF),namun tidak
sensitif terhadap perubahan H+ darah
karena H+ tidak melewati Blood Brain
Barrier.
Meningkatnya [H'] merangsang
ventilasi, demikian juga sebaliknya.
Gas CO2, dapat menembus blood-brain
barrier sehingga peningkatan CO2
darah juga menyebab kan peningkatan
CO2 cairan interstitial otak.

Selanjutnya peninggian CO2 ini diikuti


peninggian H+ -walaupun ion ini tidak
menembus blood-brain barrier,apalagi
sistem buffer cairan otak sangat kurang.
Kenaikan
H+ CSF yang berasal dari kenaikan CO2
dapat meningkatkan ventilasi sampai 15
kali ventilasi normal.

Kemoreseptor perifer {karotis dan arkus


aorta) tidak sensitif terhadap perubahan
pH,tetapi sangat sensitif terhadap
perubahan pO2 dan pCO2.
Meningginya pCO2 dapat merangsang
baik kemoresptor sentral maupun
kemoreseptor perifer sehingga respiratory
rate meninggi dan lebih banyak CO2
dikeluarkan melalui paru-paru.

Hiperkapnia ( C02 } merupakan stimulus


yang lebih baik untuk neningkatkan
ventilasi jika dibanding dengan anoksemia
{pO2 rendah}.
Hiperventilasi dan peninggian respiratory
rate dapat dijumpai pada keadaan demam
dan pada individu yang tinggal didaerah
pegunungan. Sedang hipoventilasi dapat
terjadi pada temperatur tubuh yang
rendah, dan keracunan alkohol atau
morfin.

You might also like