You are on page 1of 20

PRESENTASI KASUS

Psoriasis Vulgaris

Disusun oleh:
Siska Paramita
111.0221.113

Moderator :
dr. Abraham Arimuko, SpKK

Dipresentasikan tanggal:
17 Juni 2013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 27 29 Juni 2013
JAKARTA
2013

BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. IF
Umur/ Tanggal lahir : 47 tahun / 9 april 1966
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Bala Raja Tangerang RT 01/01
Pekerjaan
:PNS
Suku
: Sunda
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis 12 Juni 2013
Keluhan Utama
: Bercak kemerahan dengan sisik berwarna putih pada tubuh
Keluhan Tambahan : Kadang-kadang gatal
Riwayat perjalanan penyakit :
Bercak kemerahan dengan sisik berwarna putih 11 hari SMRS, dimulai dari
punggung meluas ke kedua lengan dan tungkai. disertai rasa gatal. Selain itu pada
kepala juga terdapat bercak kemerahan dengan sisik putih yang tebal.
Penyakit ini pertama kali muncul pertama kali pada tahun 2010, bercak
kemerahan ini muncul awalnya dari punggung kemudian meluas ke dada, kedua
tangan dan kedua kaki serta di kulit kepala, bercak-bercak ini sering kali kambuh
terutama bila pasien sedang lelah, banyak pikiran, dan stress.
Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang menderita penyaki serupa
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 12 Juni 2013
Status generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran
: Compos mentis
- Tanda vital : Tekanan darah = tidak dilakukan
Nadi = 80x/ menit
RR = 18x/ menit
Suhu = afebris
- Kepala : Deformitas (-)
- Mata : Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+

- THT

: Telinga = aurikula tidak terdapat kelainan, liang telinga lapang,


serumen -/-, membran timpani intak
Hidung = deviasi septum (), mukosa normal, konka hipertrofi (-)
Tenggorokan = faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

- Thorax : Pergerakan dada simetris; suara paru vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-;
suara jantung S1-S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen : Bentuk cembung, dinding perut supel
- Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), CRT < 2 detik, pitting nail (-)
- KGB
: Tidak teraba adanya pembesaran KGB

Status dermatologis
a)

Lokasi
Efloroesensi

:Punggung, leher belakang, perut, dan lengan atas kanan dan kiri
: Terdapat plak eritematosa,lentikular dengan batas tegas ditutupi

oleh skuama diatasnya.

b) Lokasi : Skalp
Efloroesensi : terdapat plak eritematosa ditutupi oleh skuama kasar diatasnya

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tes Manipulasi:
-

Fenomena tetesan lilin : (+)


Tes Auspitz
: (+)
Fenomena Kbner
: (+)

V. RESUME
4

Pasien perempuan umur 47 tahun, datang dengan keluhan adanya bercak-bercak


kemerahan bersisik berwarna putih seperti perak pada lengan atas, badan, dan
tungkai bawah. Kadang-kadang gatal. Bercak tersebut timbul terutama pada waktu
pasien stress dan lelah.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal.Pada status
dermatologikus lokasi di Punggung, dada, perut, lengan kiri dan kanan, tungkai kiri
dan kanan terdapat Terdapat plak eritematosa bentuk lentikular dengan batas tegas
ditutupi oleh skuama diatasnya, sebagian terdapat erosi. Di scalp terdapat : terdapat
plak eritematosa ditutupi oleh skuama kasar diatasnya. Pada pemeriksaan
penunjang, fenomena tetesan lilin (+), tes Auspitz (+), fenomena kobner tidak bisa
dinilai.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis Vulgaris
VII. DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada

VIII. RENCANA/ ANJURAN PEMERIKSAAN


Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan Lab : fungsi Hepar dan ginjal
IX. PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa
- Menghindari faktor pencetus seperti lelah dan stress psikis
Medikamentosa
Sistemik
- Loratadin x 10 mg (bila perlu)

Topikal
Betamethason dipropionate 0.05%
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PSORIASIS

DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit yang termasuk dermatosis eritroskuamosayang
ditandai dengan adanya eritema dan skuama.1
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar,
berlapis-lapis dan berwarna bening seperti mika; disertai dengan fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Kbner.1,2

EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada orang kulit putih lebih
tinggi daripada penduduk dengan kulit berwarna. Psoriasis terdapat di seluruh dunia
dengan prevalensi yang berbeda untuk setiap daerah, berkisar 1% sampai 3% dari
populasi.
Menurut Johnson dan Roberts (1977) lebih dari 1 juta penduduk Amerika Serikat
menderita psoriasis. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika 1-2%, sedangkan
di Jepang 0.6%. Pada bangsa kulit hitam seperti di Afrika, jarang dilaporkan dan
demikian pula pada bangsa Indian di Amerika.
Insidens penyakit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ras, usia, jenis kelamin,
geografi, lingkungan, adat istiadat, dan sosial ekonomi. Insiden pada pria lebih banyak
daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua usia tetapi jarang terjadi pada anak
berusia dibawah 10 tahun. Insidens paling sering terjadi pada kelompok usia 15 sampai
30 tahun.4,6,7

ETIOLOGI
Etiologi secara pasti belum diketahui, namun ada faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu1,3:
a.

Faktor Genetik
Faktor genetik sangat berperan apabila orang tuanya tidak menderita psoriasis,
resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, tetapi bila salah satu orang tuanya menderita
psoriasis resikonya bisa mencapai 34-39 %.
Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan
dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : Psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan
Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27. Pada penyakit psoriasis terjadi defek pada epidermis yaitu ditemukan
peningkatan ribonuklease atau penurunan dari deoxy ribonuklease pada sel-sel
epidermis.

b. Faktor Defek Enzim pada Kulit


Pada epidermis yang normal proses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari
sedangkan pada psoriasis proses keratinisasi berlangsung 3 4 hari.
c. Faktor Stress Emosional
Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis apabila kondisi pasien tidak
stabil.Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.Adanya kemungkinan bahwa
stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi dan
dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.
d. Faktor Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut pada tonsilitis.Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan
terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan
atas.Infeksi fokal yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk
psoriasis ialah PsoriasisGutata.
e. Merokok dan alkohol

PATOGENESIS
Dalam penyakit psoriasis, proses mitosis terjadi sangat tinggi, pada orang
normal terjadi dalam 27 hari sedangkan pada psoriasis hanya terjadi 3 4

hari.

Pembentukan epidermis pada psoriasis dipercepat 3 4 hari, sedangkan pada kulit


normal lamanya 27 hari.1
Psoriasis merupakan penyakit yang disebabkan aktivitas berbagai gen yang
berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The Human
Genom Projectakan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex
(MHC) dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis.3
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya
bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan
mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor (MHC) antigen,
akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit
antibodi nukleus.3
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit. Lesi
psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama
terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.3
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah.Sel
langerhans juga berperan pada imunopatogenesis.Terjadinya proliferasi epidermis
diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada
epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis
meliputi : konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear
pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel meningkat.1,3
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan
terjadinya kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam
epidermis.Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan
kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini.cAMP epidermis sangat
menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam epidermis.3

DIAGNOSIS:
Dalam menegakkan diagnosis Psoriasis, dilakukan secara klinis (gambaran klinis dan
fenomena psoriasis), dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan histopatologi), yaitu
sebagai berikut:
GEJALA KLINIS
Gejala pertama psoriasis berupa makula dan papula eritematosa berukuran miliar
yang timbul secara tiba-tiba. Papula membesar secara sentrifugal sampai sebesar
lentikular hingga numular. Lalu beberapa makula akan bergabung memberntuk lesi
yang lebar. Makula eritomatosa yang merata dengan skuama yang tebal diatasnya
berlapis-lapis berwarna putih dan transparan seperti mika, berbentuk bulat atau lonjong,
berbatas tegas, ukurannya bervariasi dari milier hingga plakat dan sebagian berkofluensi
menjadi polisiklik. Lesi biasanya membesar secara sentrifugal dan biasanya
simetris.1,2,3,7
Fenomena ada 3 pada psoriasis, yaitu:
a.

Fenomena tetesan lilin.


Bila skuama tersebut dengan vaccinustyl atau pinggir alas gelas obyek, maka akan
terjadi garis garis putih seperti tetesan lilin yang digores disebabkan oleh karena
berubahnya indek bias.

b.

Fenomena Auspitz
Lesi dikerok sampai skuamanya habis, kemudian dikerok sedikit lebih dalam lagi
akan timbul bintik-bintik perdarahan yang disebabkan oleh papilomatosis.

c.

Fenomena Kbner
Bila ada trauma pada kulit yang normal dekat dengan tempat kelainan maka dalam
8 10 hari kemudian akan timbul lesi baru. Pada daerah yang terkena tadi.Tidak
khas untuk psoriasis oleh karena dapat timbul juga Lichen Ruber Planus dan Veruka
Plana Juvenilis.Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang
menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi
pada kulit kepala, perbatasan dengan daerah muka, ekstrimitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut dan daerah lumbo sakral. Psoriasis dapat juga menimbulkan
kelainan kuku yaitu sebanyak 50 %, yang agak khas adalah yang disebut pitting nail

atau nail pit berupa lekukan - lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas kuku yang
keras, tebal, bagian distal terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya dan
orikolisis.1,2
Disamping itu dapat juga menyebabkan kelainan sendi tapi jarang. Umumnya
bersifat poliartikular terbanyak pada sendi interfalang distal dan sering terdapat pada
usia 30 50 tahun. Sendi membesar kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik
subkorteks.3

BENTUK KLINIS 1,3


1.

PsoriasisVulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah
disebut juga Psoriasis Vulgaris.Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di
atas.

2.

Psoriasis pustulosa
Ada 2 tipe :
- Tipe Barber (tipe lokalisata)
Terdapat pustul-pustul milier dan steril pada telapak tangan dan kaki.
- Tipe Zumbusch (tipe generalisata)
Pustul terdapat kelainan psoriasisnya pada kulit yang normal juga pada pustul
yang bergerombol dan tampak sakit, demam.

3. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain
itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada
stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).

10

4.

Psoriasis seboroik
Gabungan psoriasis dan dermatitis seboroik.Skuama menjadi agak berminyak dan
lunak, predileksinya kecuali ditempat lazimnya juga ditempat seboroik.

5.

Psoriasis fleksural/ inversal


Predileksi di fleksor.

6.

Psoriasis eksudativa
Bentuk ini sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada kelainan ini
membasah (eksudatif) seperti dermatitis akut.

7.

Eritroderma psoriatik
Disebabkan pengobatan yang terlalu kuat atau penyakitnya sendiri yang
meluas.Biasanya lesi yang khas sudah tidak khas lagi karena eritema dan skuama
yang tebal dan universal.Lesi psoriasis kadang masih samar-samar yakni ditemukan
lebih eritematosa, skuama yang tebal menyeluruh, dan kulit yang lebih meninggi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
HISTOPATOLOGI
Terdapat

gambaran

yang

khas,

yaitu

hiperkeratosis,

parakeratosis,

akantosis.Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro,
di subepidermis terdapat papilomatosis dan vasodilatasi. Pada psoriasis juga tampak
hilangnya stratum granulosum.1,5
[8]

11

DIAGNOSIS BANDING 3,5


Pada diagnosis banding, perlu diketahui bahwa psoriasis memiliki tanda-tanda yang
khas seperti skuama yang kasar, transparan, berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan
fenomena Auspits. Psoriasis dapat dibedakan dengan beberapa kelainan di bawah ini:
a. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan
fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku
serta kepala.Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada
Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.Psoriasis tidak lazim
pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari
kapiler (Auspitz sign).Tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.
b. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk
oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama halus
dan sedikit tidak berlapis-lapis serta didahului oleh herald patch. Pada pitiriasis
rosea biasanya mengikuti lipatan kulit.
c. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat
terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis.Perbedaannya adalah
skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central
healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung
ditemukan jamur.
d. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis.Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering
disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik
untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran
kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.

12

e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa
dibedakan dengan biopsi.Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris
dan tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.
f. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi biasanya terjadi pada anak-anak dan biasanya memiliki riwayar
atopi pada penderita maupun keluarga penderita, seperti asma dan rhinitis
alergi.Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut,
biasanya disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.

PENGOBATAN 1,3,5
NON-MEDIKAMENTOSA:

Hindari menggaruk-menggaruk di tempat lesi karena dapat menimbulkan lesi

yang baru.
Hindari faktor pencetus lain, seperti stress, merokok, dan meminum minuman
beralkohol.

MEDIKAMENTOSA:
A. TOPIKAL
1.

Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
anti radang dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparat ter berguna
pada keadaan-keadaan:
a. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
b. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal
kurang bijaksana.
c. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat
penyakitsistemik.

13

Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
Fosil, misalnya iktiol.
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
Batubara,

misalnya

liantral

dan

likuor

karbonis

detergens.

Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter
batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan
memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun
lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, sebaliknya
psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan
konsentrasi 2-5 %. Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan
asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5 %.
2.

Kortikosteroid
Cara kerja kortikosteroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa
cara, yaitu:
Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler
atau proses mitosis.
Efek anti inflamasi karena pada psoriasis, leukositmemegang peranan
dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk
kebanyakan kasus psoriasis pada anak.Preparat hidrokortison 1%-2,5%
harus digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan maintenance.
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta
ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek
samping.Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae,
telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi
kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada
pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal
axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.
3. Antralin
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,
menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA
14

nukleus.Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata.Kekurangannya


adalah mewarnai kulit dan pakaian.Konsentrasi yang digunakan biasanya
02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.Lama pemakaian hanya
jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.
4. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi
terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya
berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni
rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa
tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
5. Tazaroten
Tazaroten

adalah

molekul

retinoid

asetilinik

topikal,

efeknya

menghambat proliferasi dan normalisasi pertanda diferensiasi keratinosit


dan menghambat proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit.
Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1
%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat
akanmempercepat

penyembuhan

dan

mengurangi

iritasi.

Efek

sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30
% kasus, juga bersifat fotosensitif.
6. Emolien
Efek emolien ialah melembabkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien
dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien
sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
B. SISTEMIK
1. Obat-obatan Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah
untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan
Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis MTX adalah
15

2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup.Dapat dicoba dengan
dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.Dapat pula
diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada
epidermis.Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih
efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan,
penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa,
dan psikosis.Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan
kromosom, aktivasi tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna,
sumsum tulang belakang, hepar, dan lien.Pada saluran cerna berupa nausea,
nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare.Jika hebat dapat terjadi enteritis
hemoragik dan perforasi intestinal.Sumsum tulang berakibat timbulnya
leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia.Pada hepar dapat terjadi
fibrosis portal dan sirosis hepatik.
2. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
3. Anti Histamin
Antihistamin bersifat simptomatik untuk mengurangi rasa gatal.Dapat diberikan
Loratadine 10 mg, 1x sehari.
4. Etretinat
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya.Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma.Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium
hiperproliferasi.

16

Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal.Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti
menghambat neutrofil.
Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum
terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut,
mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan
persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim
hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum
2 tahun setelah obat dihentikan.
5. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.Asitretin sebagai monoterapi
sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.Efek sampingnya dan
manfaatnya serupa dengan etretinat.Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya
hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120
hari.Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita
anak-anak dan wanita usia produktif.
6. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.Efeknya ialah
imunosupresif.Dosisnya

1-4

mg/kgbb/hari.Bersifat

nefrotoksik

dan

hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi


gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
7. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan
biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat
dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
8. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan

17

penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan
maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak
berespon terhadap terapi yang lain.
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet.
Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.Selanjutnya
dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit
kepala.Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai
resiko PUVA masih kontroversial.

PROGNOSIS 1,2,4
Psoriasis merupakan penyakit yang bersifat kronik residif dimana penyakit ini
hilang timbul tanpa sebab yang jelas.
Pada beberapa penderita penyakit ini dapat mengalami remisi spontan dalam
kurun waktu yang panjang.
Bentuk gutata prognosisnya lebih baik daripada bentuk yang difus. Psoriasis
arthropatika sering menyebabkan kontraktur jari-jari kaki dan tangan yang sulit
dikembalikan pada posisi semula, bahkan dapat menyebabkan kontraktur yang
permanen.
Psoriasis yang muncul pada usia muda dan mempunyai riwayat keluarga
prognosisnya lebih jelek. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2010. hal. 189-202.
2. Siregar RS. Psoriasis. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi
Pertama. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2000. hal. 116-126.
3. NN. Perjalanan Imunologis Terapi Psoriasis. 2006. Dapat diakses dari
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=6[diakses
4.

tanggal 4 Mei 2012]


Hartadi. Psoriasis. Dalam: Hartadi, editor. Dermatosis Non Bakterial.

Semarang: Balai Penerbit UNDIP; 1992. hal. 26-40.


5. Siregar RS. Psoriasis. Altlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC;
1996. hal. 107-114.
6. NN. Psoriasis Genetic

Laboratory.

2000.

Dapat

diakses

dari

https://www.derm.med.umich.edu/psoriasispictures.html[diakses tanggal 4 Mei


2012)
7. Gudjon JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. Edisi Ketujuh. New York: McGraw-Hill; 2008. hal. 169-193.
8. Lowes MA, Bowcock AM, Krueger JG. Review Article Pathogenesis and
Therapy of Psoriasis. Nature Journal; 22 Februari 2007 [diakses tanggal 8 Mei
2012]. Dapat diakses dari
http://www.nature.com/nature/journal/v445/n7130/fig_tab/nature05663_F1.html

19

You might also like