You are on page 1of 15

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama

: Ali Taufik

NIM

: B1J012206

Rombongan

: IV

Kelompok

:5

Asisten

: Evelin

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organ ekskresi utama hewan Vertebrata termasuk mamalia adalah ginjal. Ginjal
mamalia umumnya berjumlah sepasang. Pada ginjal mamalia terdapat unit-unit yang disebut
nefron dengan fungsi filtrasi. Ginjal memiliki fungsi memfilter darah mamalia agar selalu bersih
dari limbah metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Ginjal mamalia umumnya memfilter
darah sebanyak 25% dari output jantung. Sehingga banyak cairan darah yang harus dibersihkan
setiap harinya. Namun demikian urin yang dihasilkan ginjal umumnya hanya 1% dari seluruh
cairan yang difilter oleh ginjal.Ginjal merupakan organ ekskresi dalam vertebrata yang
merupakan sebagian dari sistem urin, berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Unit fungsional terkecil dari
ginjal adalah nefron. Tiap ginjal mengandung 1,3 juta nefron. Masing-masing nefron
terbentuk atas 2 bagian, yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang
berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat
dari glomerulus (Kusnandar, 2006).
Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan hasil
metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yang dapat diukur secara tidak langsung
dengan perhitungan klirens ginjal. Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat
yang larut melalui glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin,
karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang et al, 2005; Tam, 2000; &
Widmann, 1995 dalam Fenty, 2010). Ginjal memegang peranan penting dalam mengendalikan
keseimbangan dengan cara mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur keseimbangan
elektrolit, mengatur keseimbangan asam basa, turut mengatur tekanan darah, dan
sebagai eritrhopoetic system. Pada dasarnya fungsi utama ginjal adalah membersihkan plasma
darah dari zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh dengan suatu mekanisme yaitu
filtrasi, absorbsi, kolin 6reabsorbsi dan augmentasi (Guyton, 1996).
Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ
pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksik. Fungsi ginjal akan menurun
seiring dengan semakin tuanya seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran

fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat dapat diketahui
dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar dideteksi. Pemeriksaan fisik saja sering sukar
untuk menentukan adanya dan beratnya gangguan fungsi ginjal. Kelainan dapat mengenai
seluruh atau sebagian fungsi ginjal, karena itu dilakukan analisis filtrasi ginjal untuk mengetahui
kesehatan fungsi ginjal (Kusnandar, 2006).
Nefron ginjal yang tersusun oleh glomerulus dan tubulus ginjal menerima pasokan
darah dari arteri renal. Glomerulus adalah bagian nefron ginjal untuk tempat filtrasi darah,
sedangkan tubulus ginjal berfungsi untuk penyerapan kembali senyawa yang masih berguna
bagi tubuh. Glomerulus dalam fungsinya sebagai tempat filtrasi memiliki barier yang
memungkinkan senyawa-senyawa tertentu melewatinya dan mencegah senyawa lain
melewatinya.Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma menembus kapiler glomerulus masuk
ke ruang intestinum yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang disebut sebagai ruang
Bowman. Di glomerulus, sekitar 20 % plasma secara terus-menerus disaring ke dalam ruang
Bowman. Komposisi filtrate ini sama dengan komposisi plasma, yang berbeda adalah molekul
protein biasanya tidak disaring. Filtrat awal berdifusi menembus ruang Bowman dan menuju
pangkal bagian tubulus, yaitu kapsula Bowman, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanannya
melewati bagian tubulus yang lain (Kusnandar, 2006).
Sebagian besar zat yang masuk ke tubulus di kapsula Bowman tidak menetap di
tubulus. Zat-zat tersebut mengalir (atau dialirkan) kembali ke darah melewati kapiler
peritubulus melalui proses reabsorpsi. Zat-zat yang lain ditambahkan ke filtrate urine, yang juga
melewati kapiler peritubulus, melalui proses sekresi. Melalui proses reabsorpsi dan sekresi
inilah nefron memanipulasi komposisi dan volume filtrate urine awal untuk menghasilkan urine
akhir (Kusnandar, 2006).
Filtrasi glomerulus adalah proses pergerakan sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, lalu menuju kapsula
Bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merah atau protein plasma hampir tidak ada yang
mengalami filtrasi. Proses filtrasi pada glomerulus serupa dengan proses filtrasi pada kapiler.
Perbedaannya adalah, di ginjal kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat
terlarut berukuran kecil. Tidak seperti kapiler lain, dorongan filtrasi plasma sepanjang kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman lebih besar dibanding dorongan reabsorpsi cairan
kembali ke kapiler. Dengan demikian, terjadi filtrasi neto cairan ke dalam ruang Bowman yang
mengalir kemudian berdifusi ke dalam kapsula Bowman serta ke seluruh nefron. Di glomerulus,

faktor utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di sebagian besar kapiler lainnya,
tekanan ini rata-rata berukuran 18 mmHg; di glomerulus, tekanan rata-rata hampir mencapai
60 mmHg. Hal ini disebabkan oleh rendahnya resistensi terhadap aliran yang dibentuk oleh
arteriol eferen yang mengaliri glomerulus , dibandingkan dengan arteriol di tempat lain.
Dengan demikian, tekanan hidrostatik yang mencapai glomerulus lebih besar. Tekanan cairan
interstisium di ruang Bowman juga lebih besar dibandingkan tekanan di ruang interstisium
normal, yaitu sekitar 15 mmHg (Guyton, 1996).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat melewati
filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II.

MATERI DAN CARA KERJA

2.1. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan Biuret, larutan
Benedicts, larutan protein 1%, larutan glukosa 1% dan akuades.
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, mikropipet skala 100-1000 l, kertas filter
GF/F 700 nm, tabung erlenmeyer dan corong.
2.2. Cara Kerja
1. Siapkan 4 tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml Larutan uji (protein 10%, glukosa 10%, amilum 10%, dan akuades)
kedalam 4 tabung yang telah disiapkan
3. Beri label pada setiap tabung larutan uji
4. Tambahkan larutan Biuret kedalam tabung reaksi berisi larutan protein 10%, catat dan
amati perubahan yang terjadi
5. Tambahkan 1 ml larutan Benedict kedalam tabung reaksi berisi larutan glukosa 10%,
panaskan tabung reaksi kedalam air mendidih selama 5 menit, catat dan amati
perubahan yang terarjadi
6. Tambahkan 1 tetes larutan KI kedalam tabung reaksi yang berisi amilum 10%, catat dan
amati perubahan yang terjadi
7. Tambahkan 1 ml larutan Biuret kedalam tabung reaksi berisi akuades, catat dan amati
perubahan yang terjadi
8. Lakukan persiapan ulang dengan menyiapkan 4 tabung reaksi
9. Tambahkan larutan uji (protein 10%, amilum 10%, glukosa 10%, dan akuades) masingmasing berisi sebanyak 3 ml
10. Berikan perlakuan seperti pada percobaan 4 sampai dengan 7
11. Persiapkan kertas filter dan tempatkan di atas corong gelas dan tabung elemenyer
12. Keempat larutan uji di filter pada empat tabung elemenyer dengan menggunakan
corong yang sudah diberi kertas filter
13. Catat hasil percobaan dan masukan dalam tabel

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Tabel 3.1.1 Data Percobaan Uji Filtrasi Menggunakan Kertas Saring GF/F

No

Larutan Uji

Intensitas Warna

Intensitas Warna

(sebelum filtrasi)

(setelah filtrasi)

Akuades

+++

+++

Glukosa

+++

+++

Protein

+++

++

Amilum

+++

++

Keterangan :
-

: tidak ada perubahan

: intensitas warna lemah

++

: intensitas warna sedang

+++

: intensitas warna kuat

Gambar 3.1.1. Larutan Uji control dan Larutan Filtrasi

Gambar 3.1.1. Larutan kontrol

Gambar 3.1.2. Larutan Filtrasi

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat diperoleh hasil bahwa intensitas warna akuades
sebelum filtrasi sama dengan setelah filtrasi, yaitu intensitasnya kuat (biru muda). Larutan
protein sebelum filtrasi intensitas warnanya lebih kuat (biru keunguan) dibandingkan dengan
filtrat protein setelah filtrasi intensitas warnanya sedang (biru muda). Hal ini menunjukkan
bahwa larutan protein tidak dapat melewati filter ginjal, yang mana akan langsung dikeluarkan
melalui urin. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Despopoulus (1998), yang menyatakan
bahwa senyawa atau molekul besar, misalnya protein tidak dapat disaring oleh ginjal. Intensitas
warna untuk glukosa sebelum dan sesudah filtrasi tetap sama, tidak terjadi perubahan warna.
Intensitasnya kuat (merah bata). Hal ini menunjukkan bahwa larutan glukosa dapat melewati
filter ginjal. Hasil sesuai dengan pernyataan Guyton (1996), yang menyatakan bahwa pada
umunya molekul dengan raidus 4 nm atau lebih tidakdapat tersaring, sebaliknya molekul 2 nm
atau kurang akan tersaring tanpa batasan, bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan
urea akan melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Fungsi utama ginjal adalah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh melalui mekanisme filtrasi, absorbsi, reabsorbsi, dan augmentasi. Berikut
penjelasan tentang mekanisme kerja ginjal :
1.

Penyaringan (Filtrasi)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik

dibuat untuk menahan komponen selular dan medium molekular protein besar ke dalam
vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air.
Cairan ini disebutfiltrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Pada
mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang
meninggalkan glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus di dalam lapisan sel epithelium
yang

disebut kapsula bowman.

Area

antara

glomerulus

dan

kapsula

bowman

disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrat glomerular, yang
menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri
atas 3 lapisan, yaitu endothelium kapiler, membran dasar, epitelium visceral. Endothelium
kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela
atau fenestrate (Guyton, 1996).
Dinding

kapiler

glomerular

membuat

rintangan

untuk

pergerakan

air

dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah di dalam kapiler dan

tekanan onkotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi.
Normalnya tekanan onkotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang
medium atau besar

tidak

tersaring.

Rintangan

untuk

filtrasi

(filtration barrier)

bersifat selektif permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasma tetap di dalam
darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton, 1996).
Umumnya molekul dengan raidus 4 nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2
nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi
kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk
(electriccharged) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah
tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein (Guyton, 1996).
2. Penyerapan ( Absorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar
dari filteredsolute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak
sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi
ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring
direabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan
mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari
komponen cairan tubulus melalui 2 jalur, yaitujalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur
transeluler yaitu kandungan dibawa oleh sel dari cairan tubulus melewati epical membrane
plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial di bagian darah dari sel, melewati basolateral
membran plasma (Sherwood, 2001).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler
bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang
mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi
pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K,
ATPase pump menekan tiga ion Na ke dalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel,
sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya
di sebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat

negatif. Pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di
membran. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya
dalam satu

pimpinan

sebagai

Na

(contransport) atau

berlawanan

pimpinan(countertransport). Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui


mekanisme ini (secondary active transport) termasuk glukosa, asam amino, fosfat, sulfat,
dan anion organik. Pengambilan substansi aktif ini menambah konsentrasi intraseluler dan
membuat substansi melewati membran plasma basolateral dan ke darah melalui pasif atau
difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga dipengaruhi gradient
Na (Sherwood, 2001).
3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam,
dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih
dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi
beberapa kali (Sherwood, 2001).Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan
urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zatzat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03 dalam urin primer
dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara.
Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood,2001).
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%
garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi
warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara
lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Mekanisme kerja tersebut dengan percobaan yang dilakukan pada prinsipnya sama
yaitu melalui proses filtrasi dengan menggunakan kertas GF/F yang dalam hal ini memiliki

fungsi yang sama dengan glomerulus pada ginjal yaitu untuk proses filtrasi. Langkah awal
sistem filtrasi sederhana yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu dengan menambahkan
larutan Biuret ke dalam protein,Benedicts ke dalam glukosa dan Biuret ke dalam akuades, lalu
membandingkan perubahan warna yang terjadi pada larutan sebelum filtrasi dengan setelah
filtrasi. Larutan Benedicts digunakan untuk menguji adanya kandungan glukosa dalam suatu
filtrat. Adanya glukosa dalam bahan ditandai dengan warna merah bata. Larutan Biuret dipakai
untuk menguji adanya kandungan protein dalam suatu filtratyang ditandai dengan warna biru
atau ungu (Poedjiadi, 1994).
Ginjal semua Vertebrata, misalnya mamalia dalam hal prinsip-prinsip fungsi filtrasireabsorpsi dan sekresi tubular adalah sama. Ada keuntungan dan kerugian mekanisme filtrasi.
Ultrafiltrasi primer mengandung semua senyawa yang ada dalam darah, kecuali zat-zat
bermolekul besar, misalnya protein tidak dapat disaring oleh ginjal. Banyak senyawa yang
difiltrasi masih berguna bagi hewan misalnya asam amino, glukosa, vitamin dan senyawa
tersebut tidak boleh dibuang. Oleh karena itu zat-zat tersebut harus direabsorpsi. Filtrasireabsorpsi ginjal dapat memproses cairan tubuh dalam jumlah besar, dan sering lebih dari 99 %
volume yang difilter direabsorbsi dan kurang dari 1 % disekresikan sebagai urin. Ginjal semua
vertebrata terdiri atas unit-unit fungsional yang disebut nefron. Pada manusia setiap ginjal
tersususun atas satu juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, yaitu unit paling
kecil di dalam ginjal yang mampu melakukan fungsi ginjal, yaitu membentuk urin dan dengan
fungsi tersebut nefron juga memelihara kekonstanan komposisi cairan ekstraseluler tubuh
(Wulangi, 1990).
Manusia memiliki sepasang organ ginjal yang terletak di sebelah kiri dan kanan ruas
tulang pinggang di dalam rongga perut. Letak ginjal kiri lebih tinggi daripada ginjal kanan,
karena di atas ginjal kanan terdapat hati yang banyak mengambil ruang. Ginjal berfungsi
menyaring darah. Ginjal terdiri atas tiga bagian, yaitu kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medula) dan rongga ginjal (pelris). Pada bagian kulit ginjal terdapat alat penyaring darah yang
disebut nefron. Setiap nefron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun dari glomerolus dan kapsula Bowman. Glomerulus berupa
anyaman pembuluh kapiler darah, sedangkankapsula Bowman berupa cawan berdinding tebal
yang mengelilingi glomerulus (Wulangi, 1990).
Ginjal dapat rusak akibat infeksi bakteri. Jika salah satu ginjal tidak berfungsi, ginjal
yang lainnya mengambil alih tugas penyaringan darah. Jika kedua ginjal tidak berfungsi, urea

akan tertimbun didalam tubuh dan dapat meracuni tubuh sehingga dapat mengakibatkan
kematian. Jika terjadi penimbunan urea, penderita harus cuci darah secara rutin atau cangkok
ginjal. Selain itu ginjal dapat terganggu karena adanya endapan kalsium di dalam rongga ginjal,
saluran ginjal atau kantong kemih. Endapan tersebut dikenal dengan batu ginjal. Jika urin
mengandung gula berarti tubulus ginjal tidak menyerap gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal, dapat pula akibat kadar gula dalam darah tinggi
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat
glomerulus. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses pengubahan gula menjadi glikogen
terhambat karena produksi hormone insulin terhambat. Orang yang demikian menderita
kencing manis (diabetes melitus) (Kusnandar, 2006).
Gangguan lain pada fungsi ginjal yaitu nefritis merupakan kerusakan bagian
glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman. Albuminuria yaitu urin banyak mengandung
protein, karena protein lolos dalam penyaringan. Glikosuria yaitu ditemukannya glukosa pada
urin. Hematuria yaitu ditemukannya sel darah merah dalm urin. Ketosis ditemukannya senyawa
keton dalam darah.Diabetes insipidus yaitu urin sangat encer dan jumlahnya meningkat. gagal
ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lainnya dalam
darah) (Nursalam, 2006).
Uji saringan glukosa dalam urin adalah petanda seseorang individu itu mempunyai
penyakit, misalnya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urin individu yang normal biasanya
pada individu yang mempunyai ambang glukosa rendah (glukosurid). Pereaksi Benedicts yang
mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya
kuprooksida berwarna merah atau coklat. Uji glukosa ini sering tidak valid jika reagen yang
digunakan telah kedaluwarsa atau terbuka terlalu lama di udara dan bercampur dengan air
(Djuhanda, 1980).
Penyakit ginjal dapat didiagnosis tanpa mengetahui penyebabnya. Kerusakan ginjal
biasanya dipastikan oleh tanda bukan oleh biopsi ginjal. Menurutnya, proteinuria yang
meningkat adalah tanda utama kerusakan ginjal. Tanda lain dari kerusakan meliputi kelainan
dalam sedimen urin, kelainan pada darah dan pengukuran urin secara kimia. Orang dengan GFR
normal, tetapi dengan tanda kerusakan ginjal berada pada peningkatan resiko untuk penyakit

ginjal kronis. Laju filtrasi glomerulus adalah ukuran terbaik dari keseluruhan fungsi ginjal dalam
kesehatan dan penyakit. Tingkat GFR normal bervariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan
ukuran tubuh. GFR normal pada orang dewasa muda adalah sekitar 120 sampai 130 mL / menit
per 1,73 m2 dan menurun seiring dengan usia (12-15). Tingkat fungsi ginjal, terlepas dari
diagnosis, menentukan tahap penyakit ginjal kronis (Andrew et al. 2003).

IV.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dapat
melewati filter ginjal pada umunya molekul dengan radius molekul 2 nm atau kurang
dan bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan tanpa
batasan dan menjadi bagian dari endapan.Sedangkan molekul besar dengan
radius kurang 4 nm atau lebih seperti protein tidak dapat tersaring.
2. Penyakit ginjal dapat di ketahui dengan meningkatnya proteinura.

DAFTAR REFERENSI

Andrew S. Levey, MD; Josef Coresh, MD, PhD; Ethan Balk, MD, MPH; Annamaria T. Kausz, MD,
MS; Adeera Levin, MD; Michael W. Steffes, MD, PhD; Ronald J. Hogg, MD; Ronald D.
Perrone, MD; Joseph Lau, MD; and Garabed Eknoyan, MD. 2003. National Kidney
Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification,
and Stratification. Ann Intern Med. 2003;139:137-147.
Cuningham. 2002. Tinjauan Klinik Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorim. Penerjemah Siti Boedina
Kresno dkk. Edisi 9. cetakan III. EGC, Jakarta.
Despopoulus,A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta.
Djuhanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico, Bandung.
Fenty. 2010. Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lansia Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Dengan
Formula Cockroft-Gault, Cockroft-Gault Standardisasi, Dan Modification Of Diet In
Renal Disease. Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010.
Guyton, AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia. Elsevier In. 1996: p
307-47.
Kusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus. Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik. Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nursalam, (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Ed.1.Salemba medika, Jakarta.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. UI-Pres, Jakarta.
Sennang, Sulina, Badji, A. dan Hardjoeno. 2005. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang Dewasa
Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroft-Gault dan
Modification of Diet in Renal Disease. J.Med.Nus vol 24, No. 2. Hlm. 80-84.
Sherwood. Comparative physiology of the kidney. In: Smith HW, ed. The Kidney: Structure and
Function in Health and Disease. New York: Oxford Univ Pr; 2001:520-74.
Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB, Bandung.

You might also like